axis jantung

Upload: anton-giri-mahendra

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    1/7

    Axis Jantung

    Sesuai dengan sistem konduksi elektiknya, jantung mempunyai axis. Axis jantung adalah

    arah dari konduksi elektrik jantung, yang kita cari adalah resultan dari gaya listrik. Hal ini

    digunakan misalnya untuk menedeteksi hipertrofi jantung, letak dari nodus SA, nodus AV,

    bundle HIS, dan serabut Purkinje berubah. Apabila letaknya berubah maka arah resultan

    gayanya juga berubah. Mengetahui axis jantung bermanfaat untuk melihat apakah ada

    pergeseran letak jantung. Bisa juga bergeser karena jantung bertambah besar, atau bisa juga

    bergeser karena ada tumor di mediastinum. Axis jantung yang normal adalah -30/d 110.

    Cara identifikasi axis ada beberapa macam, yang pertama identifikasi axis dengan cara

    membentuk gambaran resultan gaya antara Lead I dengan aVF.

    Misalkan lead aVF defleksi positif (ke atas /titik R) sebanyak 5 kotak kecil dan defleksi

    negatif (ke bawah /titik S) 10 kotak kecil. Jadi di lead aVF didominasi defleksi negatif (-10

    kotak )- (+5 kotak) = -5 kotak. Sedangkan di lead I misalkan defleksi positif 11 kotak kecil

    dan defleksi negatif 2 kotak kecil. Jadi di lead I dominasinya defleksi positif ---> (+11 kotak)

    - (2 kotak) = + 9mm. Setelah itu, buat garis pada kotak strimin untuk menentukan resultan

    gayanya

    5 kotak kearah negatif lead aVF, dan 9 kotak kearah positif lead I. Setelah itu tentukan titik

    pertemuan kedua lead tersebut, kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat.

    Terus carilah sudutnya menggunakan busur derajat.

    Cara identifikasi axis yang lain adalah sebagai berikut:

    1. Pertama carilah dulu lead yang isoelektrik (R/S = 1).

    2. Jika tidak ada lead yang isoelektrik, maka carilah yang paling mendekati.

    3. Kemudian carilah lead yang tegak lurus dengan lead tersebut.

    4. Karena kemungkinan ada dua lead yang tegak lurus dengan lead isoelektrik, maka harus

    dipilih yang paling sesuai dengan arah gaya kompleks QRS.

    Left Ventricular Hipertrophy (LVH)

    Berikut ini merupakan beberapa criteria untuk penegakan diagnosis dari LVH

    Kriteria lead precordial

    S pada V1 + R pada V6 36 kotak kecil

    S pada V2 + R pada V6 35 kotak kecil

    R pada V5 + R pada V6 27 kotak kecil

    Kriteria lead ekstremitas

    R di aVL 11 kotak kecil, atau jika ada LAD, R di aVL 18 kotak kecil

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    2/7

    R di lead I + S di lead III > 25 kotak kecil

    R di aVF > 20 kotak kecil S di aVR > 14 kotak kecil

    Kriteria CORNELL

    S di V3 + R di aVL > 28 kotak kecil (pada laki-laki)

    S di V3 + R di aVL > 20 kotak kecil (pada perempuan)

    Adanya left atrial enlargement

    Right Ventricular Hipertrophy (RVH)

    Berikut ini merupakan beberapa kriteria untuk penegakan diagnosis RVH:

    Kriteria lead

    R di V1 + S di V5 (atau V6) 10 kotak kecil

    Rasio R/S di V1 > 1 kotak kecil atau rasio R/S di V6 > 1 kotak kecil

    R di V5 atau V6 < 5 kotak kecil S di V5 atau V6 > 7 kotak kecil

    Kriteria khusus pada lead V1

    Rasio R/S > 1 dan ada gelombang T negative R > 7 kotak kecil, atau S < 2 kotak kecil,

    Adanya right axis deviation (RAD)

    Adanya ST depresi dan inverse dari gelombang T pada V1

    Pembesaran Atrium

    Right Atrial Enlargement (RAE)

    Kriteria untuk penegakan diagnosis:

    Adanya P pulmonale (lancip), bias terlihat di lead II pada gambar dia atas

    Amplitudo gelombang P > 2,5 kotak kecil di Lead II dan atau > 1,5 kotak kecil di V1

    Adanya RAD

    Adanya morfologi QR, Qr, qR, atau qRS pada lead V1 (tanpa adanya penyakit jantung

    koroner)

    Voltase QRS di V1 < 5 kotak kecil dan rasio voltase V2/V1 > 6

    Left Atrial Enlargement (LAE)

    Kriteria penegakkan diagnosis:

    ang p mitrale (ganda seperti huruf M)

    notch (seperti anak panah)

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    3/7

    Bunyi Jantung

    Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop.Yang dipakai disini

    adalah stetoskop duplek, yang memiliki dua corong yang dapat dipakai

    bergantian. Corong pertama berbentuk kerucut yang sangat baik untuk

    mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi, sedangkan corong yang kedua

    berbentuk lingkaran yang sangat baik untuk mendengarkan bunyi dengan

    nada rendah.

    Pada auskultasi, selama beberapa pukulan jantung harus diusahan

    untuk mendengarkan dan memusatkan perhatian pada bunyi I, setelah ada

    kepastian barulah dipusatkan pada bunyi II. Pada auskultasi akan

    diperhatikan 2 hal, Yaitu :

    a. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II

    Bunyi Jantung I

    Terjadi karena getaran menutupnya katub atrioventrikularis, yang

    terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan systole.

    Getaran yang terjadi tersebut akan diproyeksikan pada dinding toraks yang

    kita dengar sebagai bunyi jantung I. Intensitas dari BJ I tergantung dari :

    - Kekuatan kontraksi bilik dimana ini tergantung dari kekuatan otot

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    4/7

    bilik.

    Kecepatan naiknya desakan bilik

    - Letak katub AV pada waktu systole ventrikel

    - Kondisi anatomis dari katub AV

    Daerah auskultasi untuk BJ I :

    1. Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.

    2. Pada ruang interkostal IVV kanan. Pada tepi sternum : katub

    trikuspidalis terdengar disini

    3. Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum, merupakan tempat yang

    baik pula untuk mendengar katub mitral.

    Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:

    - stenosis mitral

    - interval PR (pada EKG) yang begitu pendek

    - pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya

    [ada kerja fisik, emosi, anemi, demam dll.

    Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :

    - shock hebat

    - interval PR yang memanjang

    - decompensasi hebat.

    Bunyi jantung II

    Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katub aorta dan a.

    pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.

    BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I. Pada anak-anak dan dewasa

    muda akan didengarkan BJ II pulmonal lebih keras daripada BJ II aortal.

    Pada orang dewasa didapatkan BJ II aortal lebih keras daripada BJ II

    pulmonal.

    Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :

    - hipertensi

    - arterisklerosis aorta yang sangat.

    Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :

    - kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri,

    stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital.

    BJ II menjadi kembar pada penutupan yang tidak bersama-sama dari katub

    aorta dan pulmonal. terdengar jelas pada basis jantung.

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    5/7

    BJ I dan II akan melemah pada :

    - orang yang gemuk

    - emfisema paru-paru

    - perikarditis eksudatif

    - penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung

    Bising jantung / cardiac murmur

    Bising jantung lebih lama daripada bunyi jantung. Hal-hal yang harus

    diperhatikan pada auskultasi bising adalah :

    1. Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole),

    ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole).

    Cara termudah untuk menentukan bising systole atau diastole ialah

    dengan membandingkan terdengarnya bising dengan saat terabanya

    iktus atau pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole.

    2. Tentukan lokasi bising yang terkeras.

    3. Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu

    dijalarkan ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising

    yang baik, dan bising yang keras akan dijalarkan lebih dulu.

    4. Perhatikan derajat intensitas bising tersebut.

    Ada 6 derajat bising :

    (1) Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya

    dapat didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan

    apakah besar-benar merupakan suara bising.

    (2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.

    (3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga

    mempunyai intensitas diantara (2) dan (5).

    (5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop

    tidak diletakkan pada dinding dada.

    (6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan

    stetoskop.

    5. Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek,

    bising yang meniup, bising yang melagu.

    1. Bising fisiologis.

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    6/7

    Biasanya bising yang sistolik berupa bising yang fisiologis, dan jarang

    patologis. Tetapi bising diastolic selalu merupakan hal yang patologis.

    Sifat-sifat bising fisiologis adalah sbb :

    a. Biasanya bersifat meniup

    b. Tak pernah disertai getaran

    c. Biasanya tidak begitu kerasa tetapi lebih dari derajat II

    d. Pada auskultasi terdengar baik pada sikap terlentanbg dan pada

    waktu ekspirasi

    e. Dapat diauskultasi paling baik di ruang interkostal IIIII kiri pada

    tempat konus pulmonalis.

    2. Bising patologis

    Seperti sudah dijelaskan bahwa bising diastolic pasti patologis, sedang

    bising sistolik bias fisiologis, bisa patologis.Bising sistolik yang

    terdapat pada apeks biasanya patologis. Sifatnya meniup, intensitasnya

    tak tentu, lamanya juga tak tentu.Keadaan-keadaan ini sering dijumpai

    bising sistolik pada apeks :

    a. Insufisiensi mitralis organic missal pada cacat katub karena reuma.

    b. Pembesaran hebat dari bilik kiri, sehingga annulus fibrosis relatif

    lebih besar daripada valvula mitralis. Jadi disini ada insufisiensi

    mitral relatif. Hal ini terdapat pada miodegenerasi dan hipertensi

    hebat.

    c. Anemia dan hipertiroid atau demam.Bising disini terjadi karena

    darah megalir lebih cepat.

    d. Stenosis aorta.Disini akan dijumpai adanya bising sistolik pada

    aorta, yang kemudian dihantarkan ke apeks jantung. Sehingga pada

    apeks akan terdengar bunyi yang lebih lemah daripada aorta.

  • 8/10/2019 Axis Jantung

    7/7

    Berikut ini adalah gambaran sekilas dari Murmur Jantung

    Sumber : risalah EKG mas ibnu (aku bingung bos sumbere kudu piye)

    Karo buku SL e unsoed, sori yo bro ._. mumpung ulangtahun hehe.

    https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fkedokteran.unsoed.ac.id%2FFiles%2FKuliah%2

    Fmodul%2520%2FGanjil%2520I%2520-

    %2520pemeriksaan%2520fisik%2520sistem%2520kardiovaskuler.pdf&ei=0e2DU8PpKYjor

    Qez7ICQDg&usg=AFQjCNGaq-hFD-Puc5i3omJArv5ZKj95Wg&bvm=bv.67720277,d.bmk