aves indonesia

70

Click here to load reader

Upload: syafizone6597

Post on 01-Jul-2015

1.887 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: AVES INDONESIA

AVES INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi Hewan Vertebrata

MAKALAH

Disusun Oleh :

Ade Zulkarnain (04

Syafi Syaiqur Rahman (090210103030)

Depita Ariningtyas (090210103033)

Devi Novitasari (090210103042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: AVES INDONESIA

Jenis-Jenis Aves Yang Terdapat Di Indonesia

Aves merupakan kelas tersendiri dalam kingdom animalia, aves atau

burung memiliki ciri umum yaitu berbulu dan kebanyakan diantara mereka bisa

terbang. Kelas aves adalah satu-satunya kelompok hewan yang memiliki bulu, Hal

ini merupakan keunikan tersendiri dari kelompok hewan tersebut.

Jenis-Jenis Aves Endemik di Indonesia

ENDEMIK SUMATERA

Beberapa burung yang merupakan Endemik Sumatera yaitu :

Beo Nias

Kuau Raja

Bangau nganga

Elang rawa katak

Puyuh gonggong sumatera

Sempidan aceh

Kuau kerdil sumatera

Trulek gelambir merah

Trinil kaki kuning

Gelatik Batu Sultan

Luntur kepala merah

Rangkong papan

Srigunting Sumatera

Pelatuk jambul kuning

Namun disini kami hanya akan menjelaskan beberapa species saja antara lain :

1. Bangau Nganga

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Classis : Aves

Ordo : Ciconiiformes

Familia : Ciconiidae

Genus : Anastomus

Species : Anastomus oscitans

(Boddaert, 1783)

Page 3: AVES INDONESIA

Deskripsi Umum

Berukuran cukup besar (± 81 cm), berwarna abu-abu dengan sela

yang khas pada paruhnya dalam keadaan tertutup. Pada musim dingin,

bulu utama abu-abu dengan sayap dan ekor hitam. Iris coklat keputih-

putihan, paruh kehijauan atau abu-abu krem, tungkai dan kaki

kemerahjambuan. Biasanya tidak bersuara, tetapi kadang-kadang berupa

erangan rendah dan keprakan paruh. Memiliki kebiasaan yaitu berdiri di

atas pesisir berlumpur mencari moluska. Terlihat terbang berkelompok di

sepanjang pesisir Sumatera sebelah Utara pada tahun 1977 dan 1979.

2. Puyuh Gonggong Sumatera

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Galliformes

Familia : Phasianidae

Genus : Arborophila

Species : Arbhorophila rubrirostris

Deskripsi Umum

Berukuran sedang (± 30 cm), berwarna coklat, kepala berwarna

belang. Mahkota dan sisi kepala hitam dengan bintik-bintik putih kecil,

tenggorokan putih dengan bintik-bintik hitam. Luas warna putih pada

kepala sangat bervariasi, semakin ke utara akan semakin putih. Bagian atas

coklat, bergaris melintang hitam sempit.terdapat bercak besar hitam pada

sayap, dada coklat pucat dengan bintik-bintik putih kecil, perut abu-abu

berbintik hitam. Iris coklat, paruh merah, kulit lingkar mata merah, kaki

merah. Siulan keras bersama “kioow” dengan nada meninggi. Memiliki

kebiasaan yaitu pemalu dan tinggal di atas tanah dalam kelompok kecil.

Lebih menyukai parit berlumut dan tumbuhan bawah yang rapat di

Page 4: AVES INDONESIA

punggung bukit. Biasa terlihat di bukit barisan, Sumatera, di hutan

pegunungan antara ketinggian 900-2500 m.

3. Sempidan Aceh

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Galliformes

Familia : Phasianidae

Genus : Lophura

Species : Lophura hoogerwerfi

Deskripsi Umum

Berukuran besar (± 40-50 cm), berwarna gelap. Betina mirip sekali

dengan sempidan sumatera, hitam kebiruan mengilap dan tanpa jambul.

Tetapi punggung lebih coklat, tubuh bagian bawah kurang coklat dan

seluruhnya bercoretkan hitam. Terlihat lebih seragam tanpa pola sisik pada

bulu tengah yang berwarna pucat yang terdapat pada sempidan Sumatera.

Tubuh bagian bawah coklat kekuningan, tengorokan keputih-putihan, ekor

hitam. Iris kuning lulur, paruh abu-abu biru, kulit muka gundul merah,

kaki biru tua. Kebiasaan hidup di lantai pegunungan, dalam kelompok

kecil dengan satu jantan dan beberapa betina. Dikenal dari Sumatera Utara

di hutan pegunungan antara ketinggian 1200-2000 m. status taksonomi

belum pasti, oleh beberapa pakar mungkin dimasukkan sebagai ras dari

Sempidan Sumatera.

Page 5: AVES INDONESIA

4. Srigunting Sumatera

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Subordo : Passeri

Familia : Dicruridae

Genus : Dicrurus

Species : Dicrurus sumatranus

Deskripsi Umum

Berukuran agak besar (± 29 cm), hitam mengilap dengan ekor

sedikit menggarpu dan lebar. Mirip dengan Srigunting jambul-rambut

yang menggantikannya di Sumatera, tetapi lebih kecil, ekor lebih pendek

dengan bulu terluar sedikit melengkung, paruh lebih pendek, dan lebih

sedikit bintiknya yang mengilap. Iris merah, paruh hitam, kaki hitam.

Memiliki nyanyian yang keras berirama dengan kadang-kadang suara

pekikan serak.

5. Rangkong Papan

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Coraciiformes

Familia : Bucerotidae

Genus : Buceros

Species : Buceros Bicornis

Page 6: AVES INDONESIA

Deskripsi Umum

Jenis burung rangkong sangat unik dan memiliki keindahan yang

tidak dapat dijelaskan dengan hanya melihat gambar. Burung Rangkong

termasuk hewan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Perlindungan

Binatang Liar No. 226 tahun 1931, UU No.5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang dipertegas

dengan SK Menteri Kehutanan No. 301/Kpts-II/1991 tentang Inventarisasi

Satwa yang dilindungi UU dan No. 882/Kpts-II/1992 tentang Penetapan

Tambahan Beberapa Jenis Satwa yang dilindungi UU.

Berukuran sangat besar (± 125 cm), berwarna hitam dan krem. Ada

garis hitam lebar melintang pada ekor yang putih dan garis putih

kekuningan pada sayap yang hitam. Paruh dan tanduk kuning, tanduk

gepeng dan cekung ke atas. Muka hitam, leher dan dada yang berbulu

putih kadang-kadang dikotori warna kuning. Enggang berleher hitam dan

bertanduk lebih besar, dengan asal-usul yang tidak diketahui, kadang-

kadang muncul dalam koleksi burung sangkar (diduga kuat merupakan

hasil persilangan antara jenis ini dan rangkong badak). Iris merah (pada

jantan) atau keputih-putihan (pada betina), paruh kuning, kaki hitam.

Suara keras menyalak “gok” atau “wer-gok”, lebih kasar daripada

rangkong badak. Umumnya berpasangan, terbang rebut di atas hutan.

Makan dan istirahat pada tajuk hutan primer, hutan bekas tebangan dan

hutan rawa.

6. Gelatik Batu Sultan

Klasifikasi

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Subordo : Passeri

Superfamilia : Sylvioidea

Page 7: AVES INDONESIA

Familia : Paridae

Genus : Melanochlora

Species : Melanochlora sultanea

Deskripsi Umum

Mudah dikenali, berukuran agak kecil (± 20 cm), berwarna hitam

dan kuning dengan jambul luar biasa panjang, lembut, dan berwarna

kuning. Betina mirip jantan, tetapi tenggorokan dan dada berwarna kuning

zaitun gelap dan tubuh bagian atas tersapu warna zaitun. Iris coklat, paruh

hitam, kaki abu-abu. Siulan melengking keras, berulang “tsyiri-tsyiri-

tsyiri”, dan panggilan bahaya mengocek bergetar. Hidup di tajuk primer

dan sekunder, dalam kelompok campuran, aktif mencari serangga besar.

7. Elang Brontok

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Accipitriformes

Famili : Accipitridae

Genus : Spizaetus

Spesies : S. cirrhatus

Nama binomial Spizaetus cirrhatus

Elang Brontok adalah sejenis burung pemangsa anggota suku Accipitridae.

Dinamai demikian kemungkinan karena warnanya yang berbercak-bercak

(pada bentuk yang berwarna terang). Namanya dalam bahasa Inggris adalah

Changeable Hawk-eagle karena warnanya yang sangat bervariasi dan

berubah-ubah, sedangkan nama ilmiahnya yalah Spizaetus cirrhatus.

Page 8: AVES INDONESIA

Burung elang yang berukuran sedang sampai besar, dengan panjang tubuh

diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 60-72 cm. Warnanya yang

sangat berubah-ubah menyulitkan identifikasi, terutama di lapangan.

Bentuk yang normal berwarna coklat di sebelah atas, putih di sisi bawah

tubuh dan ekor yang coklat kemerahan, dengan garis-garis hitam melintang

pada sayap dan ekor yang nampak jelas ketika terbang. Terdapat coret-coret

membujur berwarna hitam di leher dan bercak-bercak kecoklatan di dada.

Ras-ras tertentu memiliki jambul panjang yang tersusun dari empat helai bulu

di belakang kepalanya, sedangkan ras yang lainnya sama sekali atau nyaris

tidak berjambul. Betina serupa dengan yang jantan, hanya bertubuh agak

besar; burung yang muda dengan kepala yang berwarna lebih pucat dan pola

warna yang lebih samar.

Sayap yang panjang, terbentang mendatar tatkala terbang, dengan ujung

(susunan bulu primer) yang nampak membulat, dikombinasikan dengan ekor

yang panjang dan pola warna di atas, membedakannya dengan jenis elang

lainnya.

Terdapat pula bentuk yang gelap (hitam) dan yang lebih terang daripada

bentuk normal. Bentuk yang gelap berwarna coklat gelap seluruhnya, dengan

garis hitam pada ujung ekor yang cukup kontras dengan bagian lain dari ekor.

Bentuk gelap ini ketika terbang hampir serupa dengan elang hitam (Ictinaetus

malayensis), dengan sedikit perbedaan pada bentuk sayap. Elang brontok

hanya berpasangan di musim berbiak, dan di luar waktu-waktu tersebut sering

ditemukan menjelajah sendirian di hutan-hutan terbuka, sabana dan padang

rumput. Burung ini menyukai berburu di tempat terbuka dan menyerang

mangsanya yang berupa reptil, burung atau mamalia kecil dari tempatnya

bertengger di pohon kering atau dari udara. Tidak jarang burung ini

merampok kawanan ayam di pedesaan.

Di Indonesia, burung ini didapati di Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan

Nusa Tenggara.

Sarangnya berukuran besar, dibuat dari ranting-ranting pohon dan dedaunan

di pohon yang tinggi. Telur satu butir (jarang dua) berwarna putih dengan

Page 9: AVES INDONESIA

bintik kemerah-merahan. Di Jawa, elang brontok bersarang antara bulan April

sampai sekitar Agustus atau Oktober.

8. Beo Nias

Klasifikasi Ilmiah:

Filum : Chordata;

Kelas : Aves;

Ordo : Passeriformes;

Famili : Sturnidae;

Genus : Gracula;

Spesies : G. religiosa.

Subspesies Gracula religiosa robusta.

Nama Latin (Nama Trinomial): Gracula religiosa robusta.

Nama Indonesia: Beo Nias

Beo nias merupakan salah satu subspesies (anak jenis) burung beo yang hanya

terdapat (endemik) di pulau Nias, Sumatera Utara. Beo nias yang mempunyai

ukuran paling besar dibandingkan subspesies beo lainnya paling populer dan

banyak diminati oleh para penggemar burung beo lantaran kepandaiannya

dalam menirukan berbagai macam suara termasuk ucapan manusia. Sayang,

beo nias yang endemik Sumatera Utara ini semakin hari semakin langka.

Beo Nias ditetapkan sebagai fauna identitas provinsi Sumatera Utara. Burung

populasinya lebih banyak terdapat di dalam sangkar ketimbang di alam bebas

padahal burung endemik yang langka ini termasuk satwa yang dilindungi

berdasarkan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931, Surat

Keputusan Menteri Pertanian No. 421/Kpts/Um/8/1970, Undang-undang No.

5 Tahun 1990, dan Peraturan pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Subspesies beo yang mempunyai nama latin Gracula religiosa robusta ini

sering disebut juga sebagai Ciong atau Tiong. Dalam bahasa Inggris, burung

endemik ini biasa disebut Common Hill Myna.

Habitat dan Persebaran. Burung beo nias (Gracula religiosa robusta)

merupakan satwa endemik Sumatera Utara yang hanya bisa dijumpai di Pulau

Page 10: AVES INDONESIA

Nias dan sekitarnya seperti Pulau Babi, Pulau Tuangku, Pulau Simo dan Pulau

Bangkaru.Burung beo nias (Gracula religiosa robusta) endemik Sumatera

Utara. Burung beo nias menyukai hutan yang dekat perkampungan atau

tempat terbuka pada daerah dataran rendah hingga ketinggian 1000 meter dpl.

sebagai habitatnya.

Populasi dan Konservasi. Populasi burung endemik yang menjadi fauna

identitas Sumatera Utara ini hingga sekarang tidak diketahu dengan pasti.

Namun yang pasti semakin hari burung pengicau ini semakin sulit ditemukan

di alam liar. Bahkan IPB bersama Kementerian Kehutanan yang pernah

melakukan penelitian dari 1996-1997 hanya bisa menemukan 7 ekor burung

beo nias saja.

Secara umum spesies beo didaftar sebagai Least Concern dalam IUCN Redlist

dan dimasukkan dalam CITES Apendiks II, namun populasi beo nias yang

terdapat di alam liar semakin langka.

9. Kuau Raja

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Argusianus

Spesies : A. argus

Kuau Raja atau dalam nama ilmiahnya Argusianus argus adalah salah satu

burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau Raja mempunyai bulu

berwarna coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Burung jantan

dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200cm. Di atas

kepalanya terdapat jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung

jantan dewasa juga memiliki bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi

dengan bintik-bintik besar menyerupai mata serangga atau oceli. Burung

betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, panjangnya sekitar 75cm,

Page 11: AVES INDONESIA

dengan jambul kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan sayap betina tidak

sepanjang burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli.

Populasi Kuau Raja tersebar di Asia Tenggara. Spesies ini ditemukan di hutan

tropis Sumatra, Borneo dan Semenanjung Malaysia.

Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu sayap dan ekornya di

depan burung betina. Bulu-bulu sayapnya dibuka membentuk kipas,

memamerkan "ratusan mata" di depan pasangannya. Nama binomial spesies

ini diberikan oleh Carolus Linnaeus, berdasarkan dari raksasa bermata seratus

bernama Argus di mitologi Yunani. Burung betina menetaskan hanya dua telur

saja.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan serta penangkapan liar yang terus

berlanjut, Kuau Raja dievaluasikan sebagai beresiko Hampir Terancam di

dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

ENDEMIK IRIAN

Beberapa burung yang merupakan Endemic Irian yaitu :

Cendrawasih Kuning

Cendrawasih Botak

Cendrawasih Mati-kawat

Cendrawasih Merah

Cendrawasih Panji

Cendrawasih Biru

Cendrawasih Goldi

Cendrawasih Kaisar

Cendrawasih Kuning-kecil

Cendrawasih Raggiana

Paruh Sabit Kuri-kuri

Penghisap Madu Elo

Page 12: AVES INDONESIA

Namun disini kami hanya akan menjelaskan beberapa species saja antara lain :

1. Cendrawasih Kuning

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Familia : Paradisaeidae

Genus : Paradisea

Spesies : Paradisea minor

Deskripsi Umum

Merupakan burung cendrawasih berukuran besar, sepanjang sekitar

43 cm, berwarna coklat marun dan bermahkota kuning. Tenggorokannya

berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman. Burung

jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya

sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun

tak bergaris. Burung Cendrawasih Kuning-besar ini burung terbesar dari

genus Paradisaea. Ia tersebar di hutan dataran rendah dan bukit di barat

daya pulau Irian dan pulau Aru, Indonesia. Makanannya terdiri dari buah-

buahan, biji serta serangga kecil.

2. Cendrawasih Botak

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Familia : Paradisaeidae

Genus : Cicinnurus

Spesies : Cicinnurus respublica

Page 13: AVES INDONESIA

Deskripsi Umum

Sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar

21cm long, dari marga Cicinnurus. Burung jantan dewasa memiliki bulu

berwarna merah dan hitam dengan tengkuk berwarna kuning, mulut hijau

terang, kaki berwarna biru dan dua bulu ekor ungu melingkar. Kulit

kepalanya berwarna biru muda terang dengan pola salib ganda hitam.

Burung betina berwarna coklat dengan kulit kepala biru muda. Endemik

Indonesia, Cendrawasih Botak hanya ditemukan di hutan dataran rendah

pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat. Pakan burung

Cendrawasih Botak terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga kecil.

3. Cendrawasih Mati-kawat

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Familia : Paradisaeidae

Genus : Seleucidis

Spesies : Seleucidis melanoleucus

Deskripsi Umum

Sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar

33cm, dari genus tunggal Seleucidis. Burung jantan dewasa mempunyai

bulu berwarna hitam mengilap, pada bagian sisi perutnya dihiasi bulu-bulu

berwarna kuning dan duabelas kawat berwarna hitam. Burung ini berparuh

panjang lancip berwarna hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung

betina berwarna coklat, berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa

dihiasi bulu-bulu berwarna kuning ataupun keduabelas kawat di sisi

perutnya. Cendrawasih Mati-kawat ditemukan di hutan dataran rendah

pada pulau Irian. Seperti kebanyakan spesies burung lainnya di suku

Page 14: AVES INDONESIA

Paradisaeidae, Cendrawasih Mati-kawat adalah poligami spesies. Burung

jantan memikat pasangan dengan menggunakan keduabelas kawat pada

ritual tariannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan

mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan

mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Mati-kawat

terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.

4. Cendrawasih Merah

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Familia : Paradisaeidae

Genus : Paradisaea

Spesies : Paradisaea rubra

Deskripsi Umum

Sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar

33cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat, dan

berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar 72cm yang

termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna

putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap

dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda

berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,

dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.

Endemik Indonesia, Cendrawasih Merah hanya ditemukan di hutan

dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di kabupaten Raja Ampat,

provinsi Irian Jaya Barat. Cendrawasih Merah adalah poligami spesies.

Burung jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan

bulu-bulu hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina

Page 15: AVES INDONESIA

dan mulai mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan

mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih Merah terdiri

dari buah-buahan dan aneka serangga.

5. Cendrawasih Panji

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Familia : Paradisaeidae

Genus : Pteridophora

Spesies : Pteridophora alberti

Deskripsi Umum

Sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang sekitar

22cm, dari genus tunggal Pteridophora. Burung jantan dewasa

mempunyai bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua

helai bulu kawat bersisik biru-langit mengilap, yang panjangnya mencapai

40cm dan dapat ditegakkan pada waktu memikat betina. Bulu mantel dan

punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung berwarna hitam. Iris mata

berwarna coklat tua, kaki berwarna abu-abu kecoklatan dan paruh

berwarna hitam dengan bagian dalam mulut berwarna hijau laut. Burung

betina berwarna abu-abu kecoklatan dengan garis-garis dan bintik gelap.

Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan tanpa dihiasi mantel

atau bulu kawat hiasan. Daerah sebaran Cendrawasih Panji adalah di hutan

pegunungan pulau Irian. Pakan burung Cendrawasih Panji terdiri dari

buah-buahan, beri dan aneka serangga. Seperti kebanyakan spesies burung

lainnya di suku Paradisaeidae, Cendrawasih Panji adalah poligami spesies.

Burung jantan memikat pasangan dengan menggunakan bulu mantel dan

ke dua kawat di kepalanya pada ritual tarian. Setelah kopulasi, burung

Page 16: AVES INDONESIA

jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan yang lain.

Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung sendiri.

6. Cendrawasih Raggiana

Cendrawasih Raggiana atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea raggiana

adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang sekitar

34cm, dari genus Paradisaea. Burung ini berwarna kuning dan coklat,

berparuh abu-abu kebiruan, mulut merah muda, iris mata berwarna kuning dan

kaki berwarna abu-abu coklat keunguan.

Burung jantan dewasa memiliki bulu-bulu hiasan beraneka warna merah,

jingga dan warna campuran antara merah-jingga pada bagian sisi perutnya,

tenggorokan berwarna hijau zamrud gelap, bulu bagian dada berwarna coklat

tua dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berwarna hitam.

Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka

berwarna coklat dan tidak punya bulu-bulu hiasan.

Daerah sebaran Cendrawasih Raggiana terdapat di hutan hujan tropis, hutan

dataran rendah, perbukitan dan pegunungan pulau Irian bagian selatan, dari

permukaan laut sampai ketinggian 1.500 meter

Cendrawasih Raggiana adalah poligami spesies. Burung jantan memikat

pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya. Setelah

kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari pasangan

yang lain. Burung betina biasanya menetaskan dua butir telur berwarna merah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Paradisaeidae

Genus: Paradisaea

Spesies: Paradisaea raggiana

Page 17: AVES INDONESIA

muda dan mengasuh anak burung sendiri. Pakan burung Cendrawasih

Raggiana terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.

Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas dan masih sering ditemukan

di habitatnya, Cendrawasih Raggiana dievaluasikan sebagai beresiko rendah

di dalam IUCN Red List. Burung ini didaftarkan dalam CITES Appendix II.

7. Paruh Sabit Kurikuri

Paruh sabit Kurikuri atau dalam nama ilmiahnya Epimachus fastuosus adalah

sejenis burung cendrawasih yang berukuran besar dari genus Epimachus.

Burung ini memiliki paruh hitam melengkung seperti sabit dan berekor

panjang.

Burung jantan dewasa merupakan salah satu burung terbesar di antara burung

cendrawasih. Jantan berukuran sekitar 110cm yang termasuk bulu ekor hiasan

berwarna biru ungu dengan ujung runcing dan sangat panjang. Bulu bagian

atas berwarna hitam keunguan, kepala dan punggung berwarna biru hijau,

tubuh bagian bawah berwarna hitam, coklat, dan ungu di sekitar dagu dan

leher, iris mata merah, kaki hitam keabuan dan bagian dalam mulut berwarna

kuning terang. Pada sisi dadanya terdapat bulu hiasan seperti kipas berwarna

merah, coklat dan hitam dengan ujung warna pelangi. Burung betina

berukuran lebih kecil dari burung jantan, dan memiliki bulu coklat kemerahan,

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Paradisaeidae

Genus: Epimachus

spesies: Epimachus fastuosus

Page 18: AVES INDONESIA

bagian bawah tubuh hitam dengan totol putih di bagian belakang, iris mata

coklat dan tidak punya bulu-bulu kipas hiasan.

Daerah sebaran Paruh-sabit Kurikuri terdapat di hutan-hutan pegunungan

pulau Irian. Seperti kebanyakan burung-burung cendrawasih, Paruh-sabit

Kurikuri adalah poligami spesies. Burung jantan memikat pasangan dengan

ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu hiasannya disertai dengan nyanyian.

Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai mencari

pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung

sendiri. Pakan burung Paruh-sabit Kurikuri terdiri dari buah-buahan dan aneka

serangga.

8. Kasuari Gelambir-ganda

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Struthioniformes

Famili: Casuariidae

Genus: Casuarius

Spesies: C. casuarius

Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius

adalah salah satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran

besar, dengan ketinggian mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam

yang keras dan kaku. Kulit lehernya berwarna biru dan terdapat dua buah

gelambir berwarna merah pada lehernya. Di atas kepalanya terdapat tanduk

yang tinggi berwarna kecoklatan. Burung betina serupa dengan burung jantan,

dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.

Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan kuat dengan tiga buah jari

pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat berbahaya

karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya

Page 19: AVES INDONESIA

spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-

ganda tidak dapat terbang.

Populasi Kasuari Gelambir-ganda tersebar di hutan dataran rendah di

Australia, pulau Irian dan pulau Seram di provinsi Maluku. Spesies ini

merupakan satu-satunya burung di marga Casuarius yang terdapat di benua

Australia. Pakan burung Kasuari Gelambir-ganda terdiri dari aneka buah-

buahan yang terjatuh di dasar hutan.

Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu

musim berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.

Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies

ini. Kasuari Gelambir-ganda dievaluasikan sebagai rentan di dalam IUCN

Red List.

ENDEMIK MALUKU

1. Bidadari Halmahera

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Paradisaeidae

Genus : Semioptera

Spesies : Semioptera wallacii

Deskripsi Umum

Jenis cendrawasih berukuran sedang, sekitar 28cm, berwarna

cokelat-zaitun. Cendrawasih ini merupakan satu-satunya anggota genus

Semioptera. Burung jantan bermahkota warna ungu dan ungu-pucat

mengkilat dan warna pelindung dadanya hijau zamrud. Cirinya yang

paling mencolok adalah dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar

menekuk dari sayapnya dan bulu itu dapat ditegakkan atau diturunkan

sesuai keinginan burung ini. Burung betinanya yang kurang menarik

Page 20: AVES INDONESIA

berwarna cokelat zaitun dan berukuran lebih kecil serta punya ekor lebih

panjang dibandingkan burung jantan. Burung Bidadari Halmahera adalah

burung endemik kepulauan Maluku dan merupakan jenis burung

cenderawasih sejati yang tersebar paling barat. Makanannya terdiri dari

serangga, artropoda, dan buah-buahan. Burung jantan bersifat poligami.

Mereka berkumpul dan menampilkan tarian udara yang indah, meluncur

dengan sayapnya dan mengembangkan bulu pelindung dadanya yang

berwarna hijau mencolok sementara bulu putih panjangnya di

punggungnya dikibar-kibarkan.

ENDEMIK SULAWESI

1. Maleo Senkawor

Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Classis : Aves

Ordo : Galliformes

Familia : Megapodiidae

Genus : Macrocephalon

Species : Macrocephalon maleo

Deskripsi Umum

Sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar

55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal

Macrocephalon. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar

mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh

jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas

kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan

betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih

kelam dibanding burung jantan. Populasi hewan endemik Indonesia ini

Page 21: AVES INDONESIA

hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi. Maleo

bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung

berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan

telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur

ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam

tanah dan bersembunyi ke dalam hutan. Anak Maleo ini sudah dapat

terbang, dan harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan

pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang. Maleo

Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari aneka

biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

2. Kakatua Jambul Kuning

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Psittaciformes

Famili :Cacatuidae

Genus : Cacatua

Spesies : C. sulphurea

Burung ini memiliki ukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga

cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya

terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil

Jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan

dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna

kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Daerah sebaran Kakatua-kecil Jambul-kuning adalah di kepulauan Sunda

Kecil, Sulawesi, Bali, Timor Barat dan Timor Timur, dimana terdapat hutan-

hutan primer dan sekunder. Pakan burung Kakatua-kecil Jambul-kuning terdiri

dari biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan

antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.

Page 22: AVES INDONESIA

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus

berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini

ditemukan sangat terbatas, kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai

kritis di dalam IUCN Red List.

3. Burung Maleo

Kerajaan: Hewan

Filum: Chordata

Kelas: Burung

Ordo: Galliformes

Famili: Megapodiidae

Genus: Macrocephalon

Spesies: M. maleo

Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon

maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar

55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal

Macrocephalon. Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung

maleo sudah bisa terbang Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram

hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya

sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat ini mulai

terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur-telurnya yang

diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor saat

ini.

Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning,

iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah

berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau

jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina

berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan.

Populasi

Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang

peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang

Page 23: AVES INDONESIA

berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia. Populasi hewan

endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau

Sulawesi khususnya daerah Sulawesi Tengah, yakni di daearah Kabupaten

Donggala (Desa Pakuli dan sekitarnya) dan Kabupaten Luwuk Banggai.

Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak

tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Tanjung Matop,Tolitoli,Sulawesi

Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun

karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga.

Habitat

Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung

berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan

telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam.

Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan

bersembunyi ke dalam hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya

yang pada sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada

anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini

dikarenakan nutrisi yang terkandung didalam telur maleo lima kali lipat dari

telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan

pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang.

Makanan

Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri dari

aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil.

Page 24: AVES INDONESIA

ENDEMIK BALI

1. Jalak Bali

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Accipitriformes

Famili: Sturnidae

Genus: Leucopsar

Spesies: Leucopsar rothschildi

Orang memang mengenalnya sebagai jalak bali (Leucopsar rothschildi), meski

nama aslinya adalah curik bali. Burung ini tidak lebih dari 25 cm, berbulu

putih bersih dengan ujung ekor dan sayap berwarna hitam. Warna biru di

seputar mata dan kaki membuatnya cantik, meski jalak bali banyak diminati

orang karena kicauannya yang indah. Jalak bali adalah binatang endemik

karena hanya dapat ditemukan di Bali. Namun, keberhasilan penangkaran

membuat jalak bali kini bisa ditemui di mana-mana: Eropa, Jepang, Jawa,

meski mereka hidup dalam kandang.

Adapun ciri-ciri/karakteristik dari Jalak Bali dapat dikemukakan sebagai

berikut :

Bulu

Sebagian besar bulu Jalak Bali berwarna putih bersih, kecuali bulu ekor

dan ujung sayapnya berwarna hitam.

Mata

Mata berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu

dengan warna biru tua.

Jambul

Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis kelamin

jantan maupun pada betina.

Page 25: AVES INDONESIA

Kaki

Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru dengan 4 jari jemari (1

ke belakang dan 3 ke depan).

Paruh

Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm, dengan bentuk yang khas dimana

pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna

paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-

coklatan.

Ukuran

Sulit membedakan ukuran badan burung Jalak Bali jantan dan betina,

namun secara umum yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir

yang lebih panjang.

Telur

Jalak Bali mempunyai telur berbentuk oval berwarna hijau kebiruan

dengan rata-rata diameter terpanjang 3 cm dan diameter terkecil 2 cm.

Musim Berbiak di Habitat

Di habitat (alam) Jalak Bali menunjukkan proses berbiak pada periode

musim penghujan, berkisar pada bulan Nopember sampai dengan Mei. 5.

Habitat, Penyebaran dan Populasi

Habitat terakhir Jalak Bali di Taman Nasional Bali Barat hanya terdapat di

Semenanjung Prapat Agung (tepatnya Teluk Brumbun dan Teluk Kelor).

Hal ini menarik karena dalam catatan sejarah penyebaran Jalak Bali

pernah sampai ke daerah Bubunan - Singaraja (± 50 km sebelah Timur

kawasan.

2. Burung kepodang

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Page 26: AVES INDONESIA

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Oriolidae

Genus: Oriolus

Spesies: O. chinensis

Kepodang adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu

yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil

cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Kepodang

merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara jantan dan

betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang termasuk jenis

burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah, oleh

karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat

populasinya semakin kecil.

Penyebaran

Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai dari

India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi

Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Burung ini

hidup di hutan-hutan terutama di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis

dan biasanya hidup berpasangan . Di pulau Jawa dan Bali burung kepodang

sering disebut dengan kepodang emas.

Morfologi

Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor hingga

paruh berkisar 25 cm. Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan strip

hitam melewati mata dan tengkuk, bulu terbang sebagian besar hitam. Tubuh

bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris merah, bentuk paruh

meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran panjang paruh kurang

lebih 3 cm, kaki hitam. Burung ini menghuni hutan terbuka, hutan mangrove,

hutan pantai, di tempat-tempat tersebut dapat dikenali dengan kepakan

sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok & terbangnya menggelombang.

ENDEMIK JAWA

Page 27: AVES INDONESIA

1. Ayam hutan hijau

Klasifikasi ilmiah

Nama binomial Gallus varius

Ayam hutan hijau adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas

dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam

hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di

Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti

canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).

Burung yang berukuran besar, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh

hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang

betina.

Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya;

merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk

dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti

sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning

keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor

hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan

garis-garis dan bintik hitam.

Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak

kemerahan. Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi

hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Galliformes

Famili: Phasianidae

Genus: Gallus

Spesies: G. varius

Page 28: AVES INDONESIA

diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk

Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa

Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.

Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka dan

berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah naungan

tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan

dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba,

cacing, kodok dan kadal kecil.

Ayam ini kerap terlihat dalam kelompok, 2 – 7 ekor atau lebih, mencari

makanan di rerumputan di dekat kumpulan ungulata besar seperti kerbau, sapi

atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan besar

itu, Ayam-hutan Hijau diketahui senang membongkar dan mengais-ngais

kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau

serangga yang memakan kotoran itu.

Pada malam hari, kelompok ayam hutan ini tidur tak berjauhan di rumpun

bambu, perdu-perduan, atau daun-daun palem hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m

di atas tanah.

Ayam hutan hijau berbiak antara bulan Oktober-Nopember di Jawa Barat dan

sekitar Maret-Juli di Jawa Timur. Sarang dibuat secara sederhana di atas tanah

berlapis rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur 3-4 butir

berwarna keputih-putihan.

Tak seperti keturunannya ayam kampung, Ayam-hutan Hijau pandai terbang.

Anak ayam hutan ini telah mampu terbang menghindari bahaya dalam

beberapa minggu saja. Ayam yang dewasa mampu terbang seketika dan

vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau lebih. Terbang

mendatar, Ayam-hutan Hijau mampu terbang lurus hingga beberapa ratus

meter; bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan

melintasi laut.

Ayam hutan hijau adalah kerabat dekat leluhur ayam peliharaan, ayam hutan

merah (Gallus gallus). Ayam hutan merah yang menyebar luas mulai dari

Himalaya, Tiongkok selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa.

Page 29: AVES INDONESIA

Pada pihak lain, ayam-hutan hijau tersebar di Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa

Tenggara lainnya.

Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk

menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan

hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk

menghasilkan ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk

mendapatkan ayam dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar

dapat mencapai harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna

daerah Jawa Timur.

2. Cici padi

Cici padi adalah nama sejenis burung pengicau yang bertubuh kecil mungil.

Di musim berbiak, burung jantan kerap terbang tinggi, naik turun dan

berputar-putar di suatu tempat sambil berbunyi-bunyi khas untuk menarik

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Cisticolidae

Genus: Cisticola

Spesies: Cisticola juncidis

Page 30: AVES INDONESIA

perhatian betinanya. Suaranya dik-dik.. dik-dik atau zit-zit ..zit-zit berulang-

ulang. Karenanya, dalam bahasa Inggris dinamai sebagai Zitting Cisticola.

Berukuran kecil, panjang tubuh dari ujung paruh hingga ujung ekor sekitar 10

cm. Sisi atas tubuh kecoklatan bergaris-garis atau bercoret kehitaman, sisi

bawah tubuh agak pucat; lebih putih daripada Cici merah. Tungging kuning

tua kemerahan dengan ujung ekor berwarna putih menyolok. Ekor kerap

digerak-gerakkan menutup dan membuka serupa kipas, sehingga burung ini

juga dinamai Fan-tailed Warbler.

Alis putih, sisi leher dan tengkuk berwarna pucat. Iris mata coklat, paruh

coklat, kaki putih sampai kemerahan.

Menghuni padang rumput dan persawahan, terutama dekat air. Pemalu, jarang

terlihat kecuali pada musim berbiak, di mana burung jantan sesekali keluar

untuk memikat betinanya. Memangsa aneka jenis serangga, Cici padi lebih

banyak menjelajah di sela-sela kerimbunan batang-batang rumput yang tinggi.

Burung jantan bersifat polygamous, kawin dengan beberapa betina dalam satu

musim. Sarang berupa mangkuk dibuat di antara batang-batang rumput yang

lebat dan tersembunyi. Sarang ini tersusun dari daun-daun rumput yang

dianyam dan dijahit dengan aneka serat tumbuhan dan jaring laba-laba. Di

bagian atasnya, sering dijahitkan beberapa lembar daun atau rumput untuk

menutupi dan menyamarkan sarang. Telur 3-6 butir. Di Indonesia didapati di

Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Di Sumatra, Jawa dan Bali

umum terdapat sampai ketinggian 1.200 m dpl.

3. Perenjak Jawa

Klasifikasi ilmiah

Page 31: AVES INDONESIA

Perenjak jawa atau yang juga dikenal dengan nama ciblek adalah sejenis burung

pengicau dari suku Cisticolidae (pada banyak buku masih dimasukkan ke dalam

suku Sylviidae). Dalam bahasa Inggris burung ini dikenal sebagai bar-winged

Prinia, merujuk pada dua garis putih pada setiap sayapnya. Nama ilmiahnya

adalah Prinia familiaris

Morfologi

Burung kecil ramping, dengan panjang total (diukur dari ujung paruh hingga

ujung ekor) sekitar 13 cm. Hampir seluruh sisi atas badan berwarna coklat

hijau-zaitun. Tenggorokan dan dada putih, perut dan pantat kekuningan. Sisi

dada dan paha keabu-abuan. Ciri khasnya sayap dengan dua garis putih, serta

ekor panjang dengan ujung berwarna hitam dan putih.

Paruh panjang runcing, sebelah atas berwarna kehitaman dan sebelah bawah

kekuningan. Kaki langsing dan rapuh berwarna coklat kemerahan atau merah

jambu.

Kebiasaan dan penyebaran

Burung yang ramai dan lincah, yang sering ditemui di tempat terbuka atau

daerah bersemak di taman, pekarangan, tepi sawah, hutan sekunder, hingga ke

hutan bakau. Juga kerap teramati di perkebunan teh. Dua atau tiga ekor, atau

lebih, kerap terlihat berkejaran sementara mencari makanan di antara semak-

semak, sambil berbunyi-bunyi keras cwuit-cwuit-cwuit.. ciblek-ciblek-ciblek-

ciblek.. ! Ekor yang tipis digerakkan ke atas saat berkicau.

Mencari mangsanya yang berupa aneka serangga dan ulat, perenjak jawa

berburu mulai dari permukaan tanah hingga tajuk pepohonan. Burung ini

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Cisticolidae

Genus: Prinia

Spesies: Prinia familiaris

Page 32: AVES INDONESIA

membuat sarangnya di rerumputan atau semak-semak hingga ketinggian

sekitar 1,5 m di atas tanah. Sarang berbentuk bola kecil dianyam dari

rerumputan dan serat tumbuhan.

Perenjak jawa adalah burung endemik (menyebar terbatas) di wilayah

Sumatra, Jawa dan Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m

dpl, sedangkan di Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.

Page 33: AVES INDONESIA

4. Cucak Rawa

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Pycnonotidae

Genus: Pycnonotus

Spesies: Pycnonotus zeylanicus

Cucak rawa adalah sejenis burung pengicau dari suku Pycnonotidae. Burung

ini juga dikenal umum sebagai cucakrawa. Dalam bahasa Inggris disebut

Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami

pucat. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus

Burung yang berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh

hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.

Mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga- atau kuning-

jerami pucat; setrip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata

berwarna hitam. Punggung coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor

kehijauan atau hijau coklat-zaitun. Dagu dan tenggorokan putih atau

keputihan; leher dan dada abu-abu bercoret putih; perut abu-abu, dan pantat

kuning.

Iris mata berwarna kemerahan, paruh hitam, dan kaki coklat gelap.

Kebiasaan dan Penyebaran

Seperti namanya, cucak rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di

sekitar sungai, atau di tepi hutan. Sering bersembunyi di balik dedaunan dan

hanya terdengar suaranya yang khas.

Suara lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan

jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-

sahutan.

Page 34: AVES INDONESIA

5. Bondol peking

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Estrildidae

Genus: Lonchura

Spesies: L. punctulata

Bondol peking atau pipit peking (Lonchura punctulata) adalah sejenis burung

kecil pemakan padi dan biji-bijian. Nama punctulata berarti berbintik-bintik,

menunjuk kepada warna bulu-bulu di dadanya.

Orang Jawa menyebutnya emprit peking, prit peking; orang Sunda

menamainya piit peking atau manuk peking, meniru bunyi suaranya. Di

Malaysia burung ini disebut pipit pinang, dan dalam bahasa Inggris dikenal

sebagai Scaly-breasted Munia --lagi-lagi terkait dengan bintik di dadanya

yang mirip gambaran sisik.

Burung yang berukuran kecil, dari paruh hingga ujung ekor sekitar 11 cm.

Burung dewasa berwarna coklat kemerahan di leher dan sisi atas tubuhnya,

dengan coretan-coretan agak samar berwarna muda. Sisi bawah putih,

dengan lukisan serupa sisik berwarna coklat pada dada dan sisi tubuh. Perut

bagian bawah sampai pantat putih. Burung muda dengan dada dan perut

kuning tua sampai agak coklat kotor. Jantan tidak berbeda dengan betina

dalam penampakannya.

Iris mata coklat gelap; paruh khas pipit berwarna abu-abu kebiruan; kaki

hitam keabu-abuan.

Kebiasaan

Bondol peking sering ditemui di lingkungan pedesaan dan kota, terutama di

dekat persawahan atau tegalan. Makanan utama burung ini adalah aneka biji

Page 35: AVES INDONESIA

rumput-rumputan termasuk padi. Oleh sebab itu bondol peking kerap

mengunjungi sawah, padang rumput, lapangan terbuka bervegetasi dan kebun.

Hidup berpasangan atau dalam kelompok kecil, bondol peking sering teramati

bergerombol memakan bulir biji-bijian di semak rerumputan atau bahkan

turun ke atas tanah. Kelompok ini umumnya lincah dan bergerak bersama-

sama.

Burung ini tidak segan untuk bercampur dengan jenis bondol lainnya, seperti

dengan bondol jawa (L. leucogastroides) atau yang lain. Kelompok bondol ini

pada awalnya mungkin hanya terdiri dari beberapa ekor saja, akan tetapi di

musim panen padi dapat membesar hingga mencapai ratusan ekor. Terlihat

menyolok di sore hari pada saat terbang dan hinggap bersama-sama di pohon-

pohon tempat tidurnya. Kelompok yang besar semacam ini dapat

menimbulkan kerugian yang besar kepada para petani.

Bondol peking kerap menghuni kebun, pekarangan dan tepi jalan. Seperti

tercermin dari namanya di Malaysia, bondol ini sering memilih pohon pinang

atau palma lainnya, pohon atau semak yang tinggi, untuk tempatnya

bersarang. Sarang berbentuk bola atau botol dibangun dari rerumputan,

diletakkan tersembunyi di antara daun-daun dan ranting. Telurnya berwarna

putih, 4-6(-10) butir, masing-masing berukuran sekitar 15 x 11 mm. Berbiak

di sepanjang tahun.

6. Burung Merbuk

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Columbiformes

Famili: Columbidae

Genus: Geopelia

Spesies: G. striata

Page 36: AVES INDONESIA

Merbuk atau perkutut (Geopelia striata, familia Columbidae) adalah sejenis

burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak dipelihara orang

karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia, terutama Jawa, burung

ini sangat dikenal dan digemari, bahkan agak lebih "dimuliakan"

dibandingkan dengan burung peliharaan lainnya. Perkutut masih berkerabat

dekat dengan tekukur, puter, dan merpati. Persilangan (hibrida) antara

perkutut dan tekukur dikenal dalam dunia burung hias sebagai "sinom"

(bahasa Jawa) dan memiliki kekhasan pola suara tersendiri.

Morfologi

Ciri Morfologisnya :

1. Burung perkutut bertubuh kecil.Panjangnya berkisar antara 20-25 cm.

2. Kepalanya membulat kecil,berwarna abu-abu.

3. Paruhnya panjang meruncing dengan berwarna biru keabu-abuan.

4. Mata burung perkutut bulat dengan iris berwarna abu-abu kebiru-biruan.

5. Lehernya agak panjang dan ditumbuhi bulu-bulu halus.

6. Bulu disekitar dada dan leher membentuk pola garis melintang berwarna

hitam dan putih.

7. Bulu yang menutupi badan perkutut berwarna kecokelatan.

8. Pada bulu sayap terdapat garis melintang berwarna cokelat tua.

9. Bulu ekornya yang juga berwarna cokelat agak panjang.

10.Jari-jari perkutut berjumlah 8 dengan kuku-kuku yang runcing. Jadi

jumlah jari sebelah kaki adalah 4.

11.Tiga dari empat jarinya ada di depan dan sebuah jari di belakang.

12.Jari-jari perkutut berguna untuk bertengger.

7. Burung Merak Hijau

Kingdom Animalia

Filum : Kordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Aves

Order : Passeriformes

Page 37: AVES INDONESIA

Genus : Pavo

Spesies : P. muticus

ialah salah satu hewan yang terdapat di Indonesia. Nama sainsnya Pavo

muticus.

Burung Merak Hijau terdapat di hutan terbuka dengan padang ilalang di

China, Myanmar, Thailand, Laos, Kemboja, Vietnam, dan Jawa, Indonesia.

Sebelumnya Merak Hijau terdapat juga di India, Bangladesh dan

Semenanjung Malaysia, tetapi kini telah punah. Upaya re-introduksi

(pembiakan ulang) Merak Hijau sedang digalakkan di alam liar. Walaupun

berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang.

Ciri-ciri

Burung Merak Hijau adalah hewan yang tergolong dalam kelas aves. Burung

Merak Hijau adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang

diselubungi bulu pelepah. Burung mempunyai paruh tanpa gigi.

Jantung Burung Merak Hijau terdiri dari 4 ruang seperti manusia. Ruang atas

dikenali sebagai atrium, sementara ruang bawah dikenali sebagai ventrikel.

Perkembang biakan

Sebagai burung, Burung Merak Hijau berkembangbiak dengan cara bertelur.

Telur yang dihasilkan mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang

ditempatinya.

Page 38: AVES INDONESIA

8. Ayam

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Galliformes

Famili: Phasianidae

Genus: Gallus

Spesies: G. gallus

Upaspesies: G. g. domesticus

Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa

dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya.

Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan

langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam

hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin

silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur

murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam

potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam

biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau,

yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam

bekisar.

Dengan populasi lebih dari 24 miliar pada tahun 2003, Firefly's Bird

Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada

burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging

ayam dan telur.

Biologi dan Habitat

Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam

bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian

molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G.

Page 39: AVES INDONESIA

sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning

yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.

Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin

(dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran

lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya

panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil,

jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor

pendek.

Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia

membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di

sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan

ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka

lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.

Macam-macamnya

Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul

berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.

Berdasarkan fungsi

Menurut fungsinya, orang mengenal

ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan

dagingnya;

ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;

ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di

kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan

penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam

bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan

sejati);

ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam.

Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu

kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.

Berdasarkan ras

Page 40: AVES INDONESIA

Ayam Sumatra

Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau

kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud

sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial massal,

seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras terdapat pula ras

lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha komersial

massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan

(dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara

ritual. Berikut ini adalah ras lokal ayam di Nusantara yang telah

dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu:

ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur)

yang memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk

ayam hias;

ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras lokal dan mulia dari daerah Kedu

dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya,

termasuk ayam pedaging dan ayam hias;

ayam nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk

badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam

pedaging dan hias;

Page 41: AVES INDONESIA

ENDEMIK NUSA TENGGARA

1. Cucak Timor

Klasifikasi ilmiah

Cucak timor, Philemon buceroides, adalah burung dalam keluarga Meliphagidae.

Burung ini juga dikenal sebagai koak kao di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Burung ini pada habitatnya ditemukan di Australia dan Indonesia. Habitat asli

burung ini adalah daerah kering hutan subtropis hingga tropis, hutan lembab

dataran rendah, dan daerah hutan bakau. Salah satu daerah konservasi cucak

timor ini adalah di taman buru Pulau Moyo, NTB.

Umumnya burung ini memakan buah-buahan dan biji-bijian, namun selain itu

terkadang burung ini juga memangsa serangga, ikan kecil, dan katak.

Burung ini menjadi maskot Kota Mataram sehingga dalam lambangnya

terdapat gambar cucak timor.

2. Walik KembangKerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Columbiformes

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Passeriformes

Famili: Meliphagidae

Genus: Philemon

Spesies: P. buceroides

Page 42: AVES INDONESIA

Famili: Columbidae

Genus: Ptilinopus

Spesies: Ptilinopus melanospilus

Walik Kembang atau dalam nama ilmiahnya Ptilinopus melanospilus adalah

sejenis burung yang terdapat di dalam suku burung merpati Columbidae.

Burung Walik Kembang berukuran sedang, dengan panjang mencapai 24cm.

Spesies ini memiliki bulu berwarna hijau dengan paruh dan iris mata berwarna

kekuningan. Jantan dewasa memiliki kepala abu-abu, tengkuk hitam,

tenggorokan kuning, perut bagian bawah kuning emas dan penutup ekor

bawah merah muda. Betina dan burung muda memiliki bulu yang hampir

keseluruhan berwarna hijau.

Populasi Walik Kembang tersebar di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Di

Indonesia, spesies ini ditemukan di hutan dataran rendah dan perbukitan

kepulauan Sunda Kecil, pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan

pulau-pulau disekitarnya.

Pakan burung Walik Kembang terdiri dari aneka buah-buahan, beri dan ficus.

Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih.

Spesies ini memiliki daerah sebaran yang luas dan masih sering ditemukan di

habitat aslinya.

Page 43: AVES INDONESIA

3. Raja-udang

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Aves

Ordo: Coraciiformes

Subordo: Alcedines

Raja udang adalah nama umum bagi sejenis burung pemakan ikan dari suku

Alcedinidae. (Sementara penulis, dengan mengikuti taksonomi baru yang

dirintis Sibley-Ahlquist di tahun 1990an, memecah suku ini menjadi tiga suku:

Alcedinidae, Halcyonidae, dan Cerylidae).

Di seluruh dunia, terdapat kurang lebih 90 spesies burung raja-udang. Pusat

keragamannya adalah di daerah tropis di Afrika, Asia dan Australasia.

Raja-udang merupakan burung yang berukuran kecil hingga sedang. Semua

anggotanya berkepala besar; memiliki paruh yang besar pula, panjang dan

runcing, nampak kurang seimbang dengan ukuran tubuhnya yang relatif kecil.

Kaki pendek, begitu juga lehernya. Tiga jari yang menghadap ke muka, saling

melekat sebagian di pangkalnya.

Banyak dari para anggotanya yang memiliki warna cerah, terutama biru

berkilau dan coklat kemerahan, di samping warna putih. Pola warna sangat

beragam.

Kebiasaan

Sebagian jenis raja-udang hidup tak jauh dari air, baik kolam, danau, maupun

sungai. Sebagian jenis lagi hidup di pedalaman hutan.

Raja-udang perairan memburu ikan, kodok dan serangga. Bertengger diam-

diam di ranting kering atau di bawah lindungan dedaunan dekat air, burung ini

dapat tiba-tiba menukik dan menyelam ke air untuk memburu mangsanya.

Raja-udang dikaruniai kemampuan untuk mengira-ngira posisi tepat

mangsanya di dalam air, melalui bentuk lensa matanya yang mirip telur.

Raja-udang hutan kerap berdiam di kegelapan ranting pohon di bawah tajuk.

Ia memburu aneka reptil, kodok dan serangga yang nampak di atas tanah atau

Page 44: AVES INDONESIA

di semak-semak. Mangsa dibunuh dengan memukul-mukulkannya ke batang

pohon atau ke batu, baru dimakan.

Beberapa spesies, misalnya dari marga Alcedo, kerap terlihat terbang cepat

dekat permukaan air dalam lintasan lurus, sambil mengeluarkan suara berderik

nyaring. Beberapa jenis yang lebih besar kerap mengeluarkan suara yang

keras dan kasar seperti pekikan.

Bersarang dalam lubang di tanah, tebing sungai, batang pohon atau sarang

rayap. Telur antara 2-5 butir, biasanya keputih-putihan dan hampir bundar.

Ragam Jenis

Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies raja-udang, yakni separuh dari

kekayaan jenis dunia. Lebih dari setengahnya, 26 spesies, hidup terbatas di

bagian timur Indonesia: Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Andrew, 1992).

ENDEMIK KALIMANTAN

1. Burung Murai Batu

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Passeriformes

Famili : Muscicapidae

Genus : Copsychus

Spesies : C. malabaricus

Nama binomial : Copsychus malabaricus

Burung murai batu (Copychus malabaricus) adalah anggota keluarga

Turdidae. Burung keluarga Turdidae dikenal memiliki kemampuan berkicau

yang baik dengan suara merdu, bermelodi, dan sangat bervariasi. Ketenaran

burung murai batu bukan hanya sekedar dari suaranya yang merdu, namum

juga gaya bertarungnya yang sangat aktraktif.

Habitat

Jenis-jenis murai batu yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut:

Page 45: AVES INDONESIA

Murai batu medan, Bukit Lawang, Bohorok, kaki G Leuser wilayah

Sumatra Utara. Panjang ekor 27 – 30 cm.

Murai Aceh, di kaki G Leuser wilayah Aceh. Panjang ekor 25 – 30 cm.

Murai batu Nias, panjang ekor 20 – 25 cm. Ekor keseluruhan berwarna

hitam.

Murai Jambi, hidup di Bengkulu, Sumatra Selatan, Jambi.

Murai batu Lampung, hidup di Krakatau, Lampung. Ukuran tubuh lebih

besar dari Murai Medan. Panjang ekor 15 – 20 cm.

Murai Banjar (Borneo), jenis ini paling populer di Kalimantan, karena

sering merajai berbagai lomba di Kalimantan. Penyebaran di Kalimantan

Timur dan Kalimantan Selatan. Panjang ekor 10 – 12 cm.

Murai Palangka (Borneo), panjang ekor 15 – 18 cm. Hidup di Kalimantan

Tengah dan Kalimantan Barat.

Larwo (Murai Jawa), hidup di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tubuh jauh

lebih kecil dari murai medan. Jenis ini sudah sangat langka ditemukan.

Panjang ekor 8 – 10 cm.