autis
TRANSCRIPT
PENGERTIAN
Autisme dari kata "Autos"= diri sendiri "Isme" = suatu aliran/paham. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada
dunianya sendiri.
Istilah2 yang muncul mengenai gangguan perkembangan :
• Autism = autisme yaitu nama gangguan perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak (Leo Kanner & Asperger,
1943).
• Autist = autis : Anak yang mengalami ganguan autisme.
• Autistic child = anak autistik : Keadaan anak yang mengalami gangguan autisme.
• Autistic disorder = gg autistic= anak2 yg mengalami gg perkembangan dlm criteria DSM-IV ( Diagnostic and Statictical
Manual-IV).
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas
imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak
lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan 20% mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang tertentu (savant)
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada
bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi
sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme (Rutter 1970) adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar
pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.
(Sacharin, R, M, 1996)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif
pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa,
fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.
Chaplin (2000) mengatakan : (1) cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri (2)
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri (3) Keyakinan ekstrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Anak autistic adalah adanya 6 gejala/gangguan, yaitu dalam bidang Interaksi social; Komunikasi (bicara, bahasa,
dan komunikasi); Perilaku, Emosi, n Pola bermain; Gangguan sensoris; n perkembangan terlambat/ tidak normal.
Penampakan gejala dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil (biasanya sebelum usia 3 tahun) (Power, 1983).
Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bl “Sumber dari Pedoman Penggolongan
Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat
diketahui sejak umur sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan komunikasi, sosial,
perilaku pada anak sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan
secara khusus sejak dini.
Ditinjau dari segi medis : anak autis adlh anak yg mengalami gangguan/kelainan otak yg menyebabkan gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku sesuai dg kriteria DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/terapi
secara klinis.
Ditinjau dari segi psikologi : anak autis adalah anak yg mengalami gangguan perkembangan yg berat bisa ketahui
sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga anak perlu adanya penanganan secara
psikologis.
Ditinjau dari segi social: anak autis adalah anak yg mengalami gangguan perkembangan berat dari beberapa aspek
komunikasi, bahasa, interaksi sosial, shga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya.
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu
meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai
dunianya sendiri.
ETIOLOGI
Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal timbulnya gangguan autisme. Namun, ada
beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab timbulnya autisme. berikut:
1. Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai akibat hubungan yang dingin, tidak akrab
antara orang tua (ibu) dan anak. Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif, tidak
hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
2. Teori Biologis
Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga
normal.
Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti)
Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor
psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan
Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi
Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi terlambat,
gangguan pernapasan, anemia.
Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandugan yang mungkin disebabkan
terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit,
padahal sel-sel purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi.
Demikian juga kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
3. Keracunan logam berat.
4. Gangguan pencernaan, pendengaran n penglihatan. Menurut data, 60% anak autistik mempunyai sistem
pencernaan kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik krn adanya gangguan dalam pendengaran n
penglihatan.
Para ahli belum menentukan penyebab pasti autisme. Beberapa ahli berpendapat autisme disebabkan oleh berbagai
penyebab:
a. Faktor genetic: diduga karena adanya kromosom (ditemukan 5-20% penyandang autisme) seperti kelainan kromosom
yang disebut syndrome fragile-x/
b. Kelainan otak: adanya kerusakan atau berkurangnya jumlah sel syaraf yang disebut sel purkinye.
c. Kelainan Neurotransmitter
terjadi karena impuls listrik antar sel terganggu alirannya. Neurotransmitter yang diduga tersebut adalah serotine
(kadarnya tinggi dalam darah ± 30% penyandang autisme) dan dopamine (diduga rendah kadar darahnya pada
penyandang autisme)
d. Kelainan Peptida di otak
dalam keadaan normal, glutein (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan
asam amino. Sebagian kecil peptida tersebut diserap di usu dan kemudian beredar dalam darah. Bila berlebihan akan
dikeluarkan melalui urin dan sebagian lainnya akan disaring kembali saat melewati batang otak sehingga yang masuk
kedalam otak hanya sedikit (khususnya gliadorphin, turunan peptida glutein dan casomordophin turunan pepsida kasein).
e. Komplikasi saat hamil dan persalinan
komplikasi yang terjadi seperti pendarahan pada trimester pertama yaitu janin yang disertai terispnya cairan ketuban yang
ebrcampur feses dan obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan.
f. Kekebalan tubuh: Terjadi krn kemungkinan adanya interaksi gg kekebalan tubuh (autoimun) dg faktor lingkungan yg
menyebabkan autisme.
g. keracunan logam berat timah hitam (Plumbun), arsen, antimony, cadmium, dan merkuri yang berasal dari polusi udara,
air ataupun makanan. misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, dsb
.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan
tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra
verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.
Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya
anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan
kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan
menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika
mengeksplorais lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan,
menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain
adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang
asing.
CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain, pada saat
berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila
diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau
kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada
boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak
terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak
mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi
tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu
bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia
(mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak
jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan
merangsang diri sendiri.
KARAKTERISTIK ANAK AUTIS
Anak autis mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi kemudian sirna,
Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
Senang meniru atau membeo (echolalia)
Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya
Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta
sesuatu
2. Interaksi sosial:
Penyandang autistik lebih suka menyendiri
Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
tidak kreatif, tidak imajinatif
tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar
senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda,
dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung, berputar-
putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
Tidak suka pada perubahan
Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi:
sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan
temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya
kadang suka menyerang dan merusak
Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
Gejala di atas dapat dimulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil. Pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala
tampak agak kurang.
Menurut DSM-IV (diagnostic and Statistical Manual) 1994, kriteria untuk autisme masa kanak-kanak adalah sebagai
berikut:
A. harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3) dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2)
dan (3).
(1) gangguan kualitatif dalam interaski sosial yang timbal balik, minimal harus ada 2 gejala dari gejala-gejala dibawah ini :
a. tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai :
• kontak mata sangat kurang
• ekspresi muka kurang hidup
• gerak-gerik yang kurang tertuju
b. tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. tak dapat merasakan apa yang dirasakan oranglain.
d. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi, seperti ditunjukan oleh minimal satu dari gejala-gejala dibawah ini:
a. bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan
cara lain tanpa bicara).
b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada 1 dari
gejala dibawah ini:
a. mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan.
b. Terpaku pada satu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak ada gunanya.
c. Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan diulang-ulang.
d. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang :
a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang kurang variatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif masa kanak-kanak
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
b. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang
mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi
mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non
verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas
intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa
terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
c. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-
bagian tubuh.
d. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek
berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
e. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak
menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
f. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
g. Kontak mata minimal atau tidak ada.
h. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan
menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas
pada rangsangan lain.
i. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
j. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti
pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
k. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
l. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah yang menyeringai,
melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
KLASIFIKASI
Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara lain :
1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Ketidakmapuan anak
berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak
bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh. gejala yang diamati, antara lain:
· rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan.
· Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan.
· Pada kondisi begini, baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-
rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari pertolongan
· Pada saat ini si Bapak malah sering menyalahkan Si Ibu kurang memiliki keekaan naluri keibuan.
2. Autisme Reaksi : terjadi karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal,
sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme ini akan memumculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-
ulang kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala ini muncul pada usia lebih besar 6-7 tahun sebelum anak memasuki
tahapan berpikir logis. Gejala yang dapat diamati, antara lain:
· autisme ini biasa mulai terlihat pada anak usia lebih besar (6-7 tahun) sebelum anak memasuki tahap berpikir
logis. Namun demikian, bisa saja terjadi sejak usia minggu-minggu pertama.
· Mempunyai sifat rapuh, mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisisk atau
psikis. Tetapi bukan disebabkan karena kehilangan ibu.
· Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi
perkembangan normal kemudian harinya.
3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi
setelah anak lahir. Hal akan mempersulit dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan
otak yang terjadi setelah lahir
PENGOBATAN
Terapi penunjang utk anak autis. Sebelum/sembari mengikuti pendidikan formal (sekolah). Anak autistik dapat dilatih
melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak antara lain:
1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik.
2. Terapi Okupasi : untuk melatih motorik halus anak.
3. Terapi Bermain : untuk melatih mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain.
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy) : untuk menenangkan anak melalui pemberian obat-obatan
oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui makan (diet therapy) : untuk mencegah/mengurangi tingkat gangguan autisme.
6. Auditory Integration Therapy : untuk melatih kepekaan pendengaran anak lebih sempurna
7. Biomedical treatment/therapy : untuk perbaikan dan kebugaran kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang
merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphine, allergen, dsb)
8. Hydro Therapy : membantu anak autistik untuk melepaskan energi yang berlebihan pada diri anak melalui
aktifitas di air.
9. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak mata dan konsentrasi.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
b. Mengurangi masalah perilaku.
c. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
d. Anak bisa mandiri.
e. Anak bisa bersosialisasi.
SISTEM PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS
Pendidikan untuk anak autis usia sekolah bisa dilakukan di berbagai penempatan. Berbagai model antara lain:
1. Kelas Terpadu sebagai Kelas transisi
Kelas ini diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi secara terpadu atau struktur. dan merupakan kelas
persiapan dan pengenalan akan
pengajaran dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara
pengajaran untuk anak autistik ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang
jelas, padat dan konsisten,
dsb)
Tujuan kelas terpadu adalah:Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler2. Belajar secara intensif
pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari teman-teman sekelasnya
Prasyarat:
1. Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan keperluan anak didik (terapis perilaku,
terapis bicara, terapis okupasi dsb)
2. Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai bidang ilmu ( psikolog,
pedagogi, speech patologist, terapis, guru dan orang tua/relawan)
3. Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan proses transisi dilakukan (mis: mulai
latihan bergabung dengan kelas reguler pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya dsb)
2. Program Pendidikan Inklusi
Program ini dilaksanakan oleh sekolah reguler yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik. Program ini
dapat berhasil bila ada:
a. Keterbukaan dari sekolah umum
b. Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal
c. Peningkatan SDM/guru terkait
d. Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing Khusus (GPK)
e. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai IEP/Program Pendidikan Individu
sesuai dengan kemampuannya)
f. Anak dapat "tamat" (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai melewati pendidikan di kelasnya bersama-
sama teman sekelasnya/peers.
g. Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1 di sekolah umum
3. Sekolah Khusus
Sekolah ini diperuntukkan khusus bagi anak autistik terutama yang tidak memungkinkan dapat mengikuti
pendidikan di sekolah reguler. Anak di sekolah ini sangat sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi
sekeliling mereka. Beberapa anak memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah raga,
musik, melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb. Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus,
sehingga potensi mereka dapat dikembangkan secara maksimal. Pendidikan di sekolah difokuskan pada program
fungsional seperti bina diri, bakat, dan minat yang sesuai dengan potensi mereka.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah pengembangan olahraga, Sekolah Musik, Sekolah seni lukis,
Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil, Sekolah computer.
4. Program Sekolah di Rumah/ (Homeschooling Program)
Program ini diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena
keterbatasannya, misalnya anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius motorik dan
auditoriny, dsb. Program dilaksanakan di rumah dengan mendatangkan guru pembimbing atau terapis atas kerjasama
sekolah, orangtua dan masyarakat.
5. Panti (griya) Rehabilitasi Autis
Anak autistik yang kemampuannya sangat rendah, gangguannya sangat parah dapat mengikuti program di panti
(griya) rehabilitasi autistik. Program dipanti rehabilitasi lebih terfokus pada pengembangan:
(1) Pengenalan diri
(2) Sensori motor dan persepsi
(3) Motorik kasar dan halus
(4) Kemampuan berbahasa dan komunikasi
(5) Bina diri, kemampuan sosial
(6) Ketrampilan kerja terbatas sesuai minat, bakat dan potensinya.
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan hanya bertujuan agar gangguan perilaku yang terjadi tidak semakin parah bukan untuk mencegah
terjadinya autis. Upaya pencegahan tersebut berdasarkan teori penyebab ataupun penelitian factor resiko autis.
Pencegahan dapat dilakukan sedini mungkin sejak merencanakn kehamilan, saat kehamilan, persalinan dan pada
periode anak.
1 Pencegahan sejak kehamilan.
Adapun cara untuk mencegah terjadinya gangguan tumbuh kembang sejak dlam kehamilan tersebut diantaranya
adalah :
Periksa dan konsultasi kedokter spesialis kebidanan dan kandungan lebih awal.
Melakukan pemeriksaan screening secara lengkap terutama infeksi virus TORCH ( Toxoplasma, Rubela,
Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis )
Selalu mengikuti nasehat dan petunjuk dokter dengan baik.
Berhati-hati minum obat selama kehamilan, jangan minum obat sembarangan.
Hindari makanan, bahan kimia atau toksik lainnya selama kehamilan.komsumsilah makanan yang bergizi baik
dalam jumlh yang cukup.
Sekaligus komsumsi vitamin dan mineral tertentu sesuai anjuran dokter.
2 Pencegahan saat persalinan.
Beberapa hal yang terjadi saat persalinan dapat meningkatkan resiko terjadinya perkembangan dan perilaku pada
anak, sehingga harus diperhatikan beberapa hal penting.
Konsultasi dengan spesialis kandungan dan kebidanan tentang rencana persalinan
Dapatkan informasi secara jelas tentang resiko yang bisa terjadi selama persalinan.
Bila terdapat resiko selama persalinan harus diantisipasi bila terjadi sesuatu.
3 Pencegahan saat usia bayi.
Setelah memasuki usia bayi terdapat beberapa factor resiko yang harus diwaspadai dan lakukan upaya pencegahan
seperti berikut :
Amati gangguan saluran cerna pada bayi sejak lahir, seperti : sering muntah, tidak buang air besar tiap hari, sering
kembung, cegukan dan sering buang angin. Biasanya gangguan ini disebabkan oleh alergi makanan dan inteleransi
makanan. Untuk mengatasinya dengan menghindari makanan penyebab keluhan tersebut.
Bila terdapat kelainan bawaan seperti : kelainan jantung bawaan, kelainan genetic, kelainan metabolic, maka harus
dilakukan perawatan oleh dokter ahli.
Bila terjadi gangguan neurologi seperti : truma kepala, kejang atau kelemahan otot maka kita herus lebih cermat
mendeteksi secara dini gangguan perkembangan.
Bila terdapat gangguan perilaku dan perkembangan maka sebaiknya dilakukan konsultasi sejak dini kepada ahlinya
untuk menegakkan diagnosis dan intervensi sejak dini.
PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi,
hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang
lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh.
Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
Denver
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah upaya melakukan penilaian yang umum digunakan untuk memeriksa anak-anak
usia 0-6 tahun dalam mendeteksi kemajuan perkembangan mereka.
DDST , yang digunakan untuk menguji perkembangan bayi dan balita, ini meliputi beberapa jenis tes yaitu:
I. The Neonatal Behavioral Assessment Scale (NBAS) yang disusun oleh dokter anak Harvard T. Berry Brazleton dan lebih dikenal sebagai
“Brazleton;”: Digunakan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi pada usia 0 hingga 2 bulan.
II. The ELM (Early Language Milestone) untuk batita usia 0 hingga 3 tahun
III. The CAT (Clinical Adaptive Test) and CLAMS (Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale) Untuk batita usia 0 hingga 3 tahun
IV. The Infant Monitoring System untuk anak usia 4 hingga 36 bulan
V. The Early Screening Inventory , untuk anak usia 3 hingga 6 tahun.
VI. The Peabody Picture Vocabulary Test (“the Peabody”) untuk anak-anak usia 2 1/2 hingga 4 tahun.
Dalam pelaksanaannya, Denver Development Screening Test, menguji sampai dengan 125 hal. Yang dibagi menjadi empat bagian:
1. Aspek Sosial / pribadi: aspek sosialisasi di dalam dan di luar rumah, misalnya tersenyum kepada orang lain
2. Pengembangan dari Motorik Halus : misalnya tentang mata dan atau bersama tangan berkoordinasi, dan manipulasi benda kecil,
misalnyamenggenggam dan menggambar
3. Aspek Bahasa: produksi suara, kemampuan untuk mengenali, memahami, dan penggunaan bahasa, misalnya kemampuan untuk
menggabungkan kata-kata
4. Pengembangan Motorik kasar, fungsi: kontrol motor, duduk, berjalan, melompat, dan gerakan lainnya