audit energi pada pembangkit listrik tenaga gas

10
Audit Energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas PT. Indonesia Power UBP Pesanggaran Unit 3 Denpasar - Bali Disusun Oleh : Dwi Syukur Jati Nugroho (3.31.12.1.06) Muhammad Ghiyats Lizuardi (3.31.12.1.15) Ridwan Alfian Noor (3.31.12.1.19)

Upload: dwie-syukur-jati-n

Post on 12-Sep-2015

247 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

audit energi

TRANSCRIPT

Audit Energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas PT. Indonesia Power UBP Pesanggaran Unit 3 Denpasar - Bali

Disusun Oleh :Dwi Syukur Jati Nugroho(3.31.12.1.06)Muhammad Ghiyats Lizuardi(3.31.12.1.15)Ridwan Alfian Noor(3.31.12.1.19)

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIKJURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

1. PENDAHULUANSeperti kita ketahui, listrik telah menjadi kebutuhan pokok khususnya pada era modern ini. Maka dari itu perlu sumber-sumber tenaga yang efisien untuk pembangkit agar menghasilkan energi listrik secara optimal. Salah satu cara untuk mendapatkan sumber tenaga yang efisien yaitu dengan Audit Energi. Dalam makalah ini saya mencoba mengaudit energi Gas pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Pesanggaran yang berada di wilayah Bali selatan. Apakah penggunaan gas pada pembangkit tersebut sudah menghasilkan energi listrik secara optimal atau belum.

2. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana gambaran kesetimbangan energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas2. Berapa besarnya heat losses pada siklus3. Berapa besarnya efisiensi thermal pada siklus

3. DASAR TEORI3.1Pengertian Audit EnergiProses manajemen energi yang efektif haruslah berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan dan harus diuraikan secara rinci tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk memberi batasan suatu program manajemen energi di industri, perlu ditentukan secara teliti jenis dan jumlah energi yang digunakan di setiap tingkat proses manufaktur. Oleh karena itu, diperlukan suatu prosedur pencatatan penggunaan energi secara sistimatis dan berkesinambungan. Pengumpulan data kemudian diikuti dengan analisa dan pendefinisian kegiatan konservasi energi yang akan dilaksanakan. Gabungan antara pengumpulan data, analisa data dan definisi kegiatan konservasi disebut sebagai audit energi.

3.2MetodologiMetodologi adalah pemahaman tujuan pekerjaan, yaitu untuk melakukan identifikasi potensi penghematan energi pada sarana/fasilitas produksi dan peralatan pengguna energi, yang bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan energi & potensi penghematan energi. Sehingga sasaran-sasaran yang akan dicapai, seperti : Menurunnya intensitas penggunaan energi di industri. Meningkatnya peran serta industri dalam program konservasi energi. Peningkatan effisiensi penggunaan energi dalam berproduksi. Pengurangan ketergantungan terhadap BBM. Pengurangan pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan. Peningkatan daya saing produk.Agar dapat terwujud secara benar dan terarah, maka perlu dilakukan pendekatan-pendekatan yang memenuhi kapasitas dan kebutuhan dari hal hal yang menjadi output/ keluaran aktivitas. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan asesmen energi antara lain adalah:1. Goal Seek Method. Intensitas Konsumsi Energi (IKE), merupakan parameter utama yang harus dicari dan ditentukan, baik pada sistem proses produksi maupun pada peralatan utility (boiler, chiller, compressor, pompa, dll). Dengan besaran/nilai IKE tersebut dapat dikembangkan menjadi formulasi dan simulasi analisis peluang penghematan energi.2. Pareto Chart; merupakan grafik yang dapat dijadikan alat/tools untuk menentukan permasalahan utama atau identifikasi masalah inti. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan pareto chart, sebagai berikut : Pengguna energi terbesar sebagai yang utama untuk diidentifikasi dengan anggapan bahwa prosentase penghematan yang akan diperoleh memiliki nilai energi yang besar, meskipun untuk sementara belum diketahui berapa persen potensi hemat energi yang akan didapat, meskipun prosentase potensi yang diperoleh kecil apabila dikalikan dengan kapasitas yang besar, maka nilai yang diperoleh cukup signifikan. Untuk memperoleh bobot pengguna energi terbesar, maka dilakukan stratifikasi objek peralatan. Hasil stratifikasi, diperoleh sebaran objek (peralatan pengguna energi) mulai pengguna energi terbesar hingga ke peralatan pengguna energi yang terkecil.

3. Metode 5W + 1H, digunakan untuk mencari akar masalah (sumber pemborosan yang dapat dikonversi menjadi potensi / peluang hemat energi) pada peralatan pengguna energi yang telah ditentukan dari hasil pareto chart. Mekanisme pendekatan masalah menggunakan metode 5W + 1H, sebagai berikut : Where; dimana sumber yang berpotensi terjadinya pemborosan energi. What; apa yang menyebabkan hingga terjadinya pemborosan energi. Why; mengapa hal itu terjadi; Who; siapa yang menjadi trigger (aktor utama) terjadinya potensi pemborosan energi pada peralatan yang sedang diteliti.Analisa berdasarkan 5M (Man/ Manpower, Machine, Material, Metode, Mother Nature / lingkungan kerja). When; kapan terjadi, dapat didiskusikan dengan operator apakah kejadiannya bersifat siklus, tidak menentu ataukah ada pengaruh dari proses operasi peralatan lain. How; Bagaimana mengatasi akar masalah (sumber pemborosan yang dapat dikonversi menjadi potensi/peluang hemat energi) tersebut.4. Metode pengamatan dan pengukuran; untuk melihat efektifitas, dan performansi operasi peralatan yang ada. Data-data primer (pengamatan langsung dan hasil pengukuran) dan data sekunder (log-sheet dan hasil wawancara) sangat diperlukan untuk membantu di dalam analisa Neraca Massa dan Energi (Mass & Heat Balance). Hasil pengukuran yang diambil berdasarkan pertimbangan peningkatan efektifitas dan effisiensi peralatan (menghindari terjadinya penurunan performa akibat efek kegiatan effisiensi energi).

4. STUDI KASUS4.1 Tujuan Audit Energi1. Untuk melakukan audit energi pada sistem pembangkit listrik 2. Untuk mengetahui heat loss yang terjadi pada PLTG 3. Untuk mencari peluang optimalisasi, meningkatkan effisiensi thermal siklus dan meminimalisir heat loss yang terjadi.

4.2 Mafaat Audit Energi1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat pada mata kuliah manajemen energi dan sistem pembangkit tenaga.2. Dapat mengestimasikan peluang optimalisasi yang dapat diaplikasikan pada PLTG Pesanggaran untuk meminimalkan biaya produksi.

4.3 MetodologiDalam Studi kasus ini kita menggunakkan studi literatur dan pengambilan data untuk mengetahui effisiensi thermal, heat losses serta peluang optimalisasi.4.4 Proses Audit Energi

5. KESIMPULAN

1. Heat Loss minimum yang terjadi pada PLTG unit 3 selama bulan Desember 2011 adalah 7.0614 MW, sedangkan heat Loss maksimum yang terjadi adalah 9,9976 MW.2. Effisiensi thermal minimum yang terjadi pada PLTG unit 3 selama bulan desember adalah 27,932%, sedangkan effisiensi thermal maksimum adalah 30,816%3. Jenis bahan bakar gas ( natural gas ) merupakan jenis bahan bakar yang memiliki tingkat effisiensi thermal paling tinggi dibandingkan dengan bahan bakar cair ( MFO, HFO,dan HSD ) 4. Effisiensi thermal dari natural gas mencapai Rata-rata 35,74%, diikuti dengan HSD sebesar 29,34%, HFO sebesar 27,26%, dan MFO sebesar 25,26%. 5. Dari total heat loss, variable loss merupakan Jenis kerugian yang terbesar . 6. Semakin tinggi pembebanan yang diberikan, maka heat lossnya semakin kecil.

6. DAFTAR PUSTAKA