audit belanja modal

22
AUDIT BELANJA MODAL, BELANJA TRANSFER DAN BELANJA TIDAK TERDUGA Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut : “Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.” Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut : “Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.” Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai. b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal. Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menetapkan klasifikasi jenis belanja negara terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Iain- Iain dan Belanja Daerah. a. Pengertian Belanja Modal Audit Sektor Publik Page 1

Upload: andrianyuni

Post on 18-Jul-2016

350 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Audit Belanja Modal

AUDIT BELANJA MODAL, BELANJA TRANSFER DAN BELANJA TIDAK

TERDUGA

Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah

sebagai berikut :

“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang

mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak

akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :

“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih.”

Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan

ekuitas dana pemerintah daerah.

Kewenangan Satuan Kerja dalam transaksi belanja

a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai.

b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja

modal.

Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

menetapkan klasifikasi jenis belanja negara terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja

Barang, Belanja Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja Iain-Iain dan

Belanja Daerah.

a. Pengertian Belanja Modal

Menurut Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), pengertian belanja modal adalah

pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya

menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode

akuntansi,termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang

sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, serta meningkatkan kapasitas

dan kualitas aset.

Pengeluaran anggaran yang digunakan, dalam rangka memperoleh atau

menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode

Audit Sektor Publik Page 1

Page 2: Audit Belanja Modal

akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang

ditetapkan pemerintah. Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan

sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk dijual.

Dalam SAP, belanja modal dapat dikategorikan ke dalam 5 (lima) kategori

utama, yaitu :

1 . Belanja Modal tanah

Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,

pengosongan,pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan

pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah

dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal peralatan dan Mesin

Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/penambahan/penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin,

serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, dan

sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

3. Belanja Modal gedung dan Bangunan

Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/penambahan/penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan,

pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah

kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal jalan, irigasi dan jaringan

Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan

untuk pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta

perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan

jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan

dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal fisik Lainnya

Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk

pengadaan/penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta

perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam kriteria

belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan

Audit Sektor Publik Page 2

Page 3: Audit Belanja Modal

jaringan. Termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli,

pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan

ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

Belanja dapat dikategorikan sebagai Belanja Modal jika:

• pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya

yang dengan demikian menambah aset pemerintah;

• pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset

lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

• perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

Contoh :

Pemerintah menetapkan batasan nilai minimal kapitalisasi aset tetap untuk

Peralatan dan Mesin dan Aset Tetap Lainnya adalah sebesar Rp300.000 per unit.

Sementara untuk Gedung dan Bangunan; dan Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah sebesar

Rp10.000.000. Pada tahun anggaran 2006, pemerintah merencanakan membeli 20 unit

kalkulator dengan harga Rp250.000/unit. Total rencana anggaran untuk pembelian 20

unit kalkulator adalah Rp5.000.000. Dilihat dari jenis barangnya, kalkulator merupakan

aset berwujud dan mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan. Namun, karena

kalkulator tersebut harganya tidak material (nilai kalkulator per unit di bawah batasan

minimal kapitalisasi yang telah ditetapkan yaitu Rp 300.000 per unit untuk peralatan

dan mesin), maka kalkulator tersebut tidak disajikan sebagai Aset Tetap di neraca. Oleh

karena itu, meskipun secara total nilai perolehan 20 unit kalkulator adalah sebesar

Rp5.000.000, anggaran pengeluaran untuk pembelian kalkulator di APBN/APBD tidak

diklasifikasikan sebagai Belanja Modal tetapi sebagai Belanja Barang. Konsekuensinya,

realisasi pembelian kalkulator dicatat dan disajikan pada LRA sebagai Belanja Barang.

AKUNTANSI BELANJA MODAL DALAM LRA

Belanja modal sarana pelayanan masyarakat pemda adalah belanja mulia,

belanja untuk pemewahan sarana kerja dan pemanjaan diri pemda sendiri sebaiknya

dihindari. Pembangunan infrastruktur produktif merupakan inti dan basis kemajuan

perekonomian bangsa. Jangan menafsir makna produktif secara sempit sebatas barang

modal menghasilkan. Prasarana pasar, jalan, jembatan, listrik, pos polisi jelas

meningkatkan lalu lintas perdagangan dan PDB daerah, namun belanja modal sarana

ibadah berdampak kebersihan jiwa pejabat, menurunkan KKN, mengurangi kebocoran

Audit Sektor Publik Page 3

Page 4: Audit Belanja Modal

manipulatif, meningkatkan efektivitas dan efisiensi APBD. Penganggaran BMD

menggunakan Permendagri 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan BMD,

Permendagri 17 tahun 2006 dan 11 Tahun 2007 tentang Standarisasi Sarana dan

Prasarana Kerja Pemda dan Perpres 73 tahun 2011 tentang Pembangunan Gedung

Negara.

Kekuatan utama bangsa besar adalah prasarana lengkap dan modern, sebagai

syarat peningkatan PDB Daerah. Kualitas jalan raya, pelabuhan (darat, sungai-laut,

udara) dan pasar adalah utama bagi pemda. Untuk keperluan audit kinerja dari BPK,

Catatan atas Laporan Keuangan sebaiknya menerangkan apakah (1) realisasi APBD

telah mencapai 30% APBD memenuhi Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang

RPJM 2010-2014, (2) sekurang-kurangnya 10% hasil penerimaan pajak kendaraan

bermotor dialokasikan untuk pembangunan jalan, pemeliharaan jalan, peningkatan

sarana dan prasarana pengangkutan umum serta moda sesuai Pasal 8 (5) UU 28 tahun

2009, bahwa (3) seluruh hasil penerimaan penerangan jalan dialokasikan untuk

penyediaan penerangan jalan sesuai Pasal 56 (3) UU 28/2009.

b. Belanja Transfer

Menurut PSAP Nomor 02, pengeluaran ini disajikan pada kelompok

pengeluaran belanja (above the line), tetapi pengeluaran transfer adalah bukan termasuk

pengeluaran belanja (expenditures). Definisi transfer adalah penerimaan/pengeluaran

uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana

perimbangan. Pada Paragraf 40 PSAP Nomor 02, definisi dari transfer keluar adalah:

“... pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran

dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.”

Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan, ditetapkan bahwa pemerintah pusat wajib mengalokasikan dana

perimbangan kepada pemerintah daerah, sekurang-kurangnya 25,50% dari penerimaan

pendapatan dalam negeri. Pelaksanaan dari ketentuan perundangan-undangan tentang

dana perimbangan, menimbulkan kewajiban pemerintah pusat untuk melakukan transfer

dana ke pemerintah daerah. Karena sifat transfer tersebut bukan merupakan beban

belanja bagi pemerintah pusat, maka dicatat sebagai transfer keluar (transfer out) dan

bagi pemerintah daerah yang menerima disebut transfer masuk (transfer in).

Selanjutnya, transfer masuk dari pemerintah pusat tersebut merupakan kewenangan

Audit Sektor Publik Page 4

Page 5: Audit Belanja Modal

pemerintah daerah untuk menetapkan penggunaan dana tersebut, yang pada akhirnya

akan menjadi beban belanja bagi pemerintah daerah. Kemungkinan terjadi bahwa

sebagian dari transfer masuk yang diterima pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dari

pemerintah pusat tersebut, ditransfer lagi kepada daerah bawahan (kecamatan dan desa)

sebagai dana bantuan dan dicatat sebagai transfer keluar dan akan dipertanggung

jawabkan oleh daerah bawahan penerima transfer tersebut.

Bagian belanja pemerintah pusat berupa pembagian dana APBN kepada

pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang besarnya

berdasarkan perhitungan-perhitungan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan

dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan. Belanja daerah terbagi atas dua

kelompok besar yaitu Dana Perimbangan, merupakan Pengeluaran/alokasi anggaran

untuk pemerintah daerah berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi

khusus yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah, dan Dana Otonomi Khusus

dan Penyesuaian, merupakan Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah daerah

berupa dana otonomi khusus dan dana penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan

pemerintah daerah.

c. belanja lain-lain/belanja tak terduga

Menurut Paragraf 35 PSAP Nomor 02, istilah “Belanja Lain-lain digunakan

oleh pemerintah pusat, sedangkan istilah “Belanja Tak Terduga” digunakan oleh

pemerintahan daerah. Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk

kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya

yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah

pusat/daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004,

anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga,

disediakan dalam bagian anggaran tersendiri, yang selanjutnya diatur dalam peraturan

pemerintah. Pada pemerintah pusat, anggaran untuk membiayai pengeluaran yang

sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga dikelola pada BA tersendiri yaitu BA 069

(Belanja Lain-lain).

Audit Sektor Publik Page 5

Page 6: Audit Belanja Modal

Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak dapat

diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran ini bersifat tidak biasa

dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan

pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka

penyelenggaraan kewenangan pemerintah.

Menurut Pasal 48 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Tak Terduga

adalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang

seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan

sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun tahun-

tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Contoh:

Pada tahun anggaran 2006 Pemda XYZ merencanakan untuk mengalokasikan dana

sebesar Rp20.000.000 untuk penanggulangan bencana alam khususnya banjir. Rencana

pengeluaran sebesar Rp20.000.000 pada tahun 2006 tersebut dicantumkan di APBD

Pemda XYZ sebagai Belanja Tak Terduga. Demikian juga realisasi belanja tersebut

dicatat dan disajikan pada LRA sebagai Belanja Tak Terduga. Jika dari hasil

pengeluaran belanja tak terduga diperoleh aset tetap, maka aset tetap tersebut dicatat

dan disajikan di neraca Pemda XYZ.

Pemeriksaan Atas Belanja Modal, Belanja Transfer dan Belanja Tak Terduga

a. Belanja Modal

Periksa apakah penganggaran belanja modal telah sesuai dengan rencana

kebutuhan.

Periksa apakah pengeluaran belanja modal telah didukung oleh bukti yang

lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

Periksa apakah penyediaan belanja modal untuk pembangunan gedung antor dan

sarana mobilitas telah mempedomani peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pemeriksaan terhadap system dan prosedur pengadaan belanja modal mengacu

kepada DMP Pengelolaan Barang dan jasa

b. Belanja Tak Terduga

Audit Sektor Publik Page 6

Page 7: Audit Belanja Modal

Periksa apakah penggunaan belanja tidak terduga sudah sesuai dengan peraturan

perUndang-Undangan yang berlaku.

Periksa apakah setiap pembayaran belanja tidak terduga telah didukung dengan

bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang

menagih.

LAPORAN PPKD DAN SPKD

a. PPKD

o Adapun komponen laporan keuangan yang disusun oleh PPKD terdiri

atas:

o Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

o Neraca;

o Laporan Arus Kas; dan

o Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan KeuanganPPKD dikeluarkan 2 kali dalam satu tahun

anggaran, yaitu:

Semester, yang dimulai dari periode Januari -Juni

Tahunan, yang dimulai dari periode Januari –DesemberFormat Laporan

Keuangan Semesteran dan Tahunan

Penyusunan laporan keuangan PPKD

Laporan Keuangan yang dihasilkan oleh PPKD merupakan hasil proses akuntansi sesuai

dengan siklus akuntansi yang dilaksanakan sebelumnya, yaitu tahap pengidentifikasian

dokumen sumber, tahap penjurnalan, dan tahap posting ke buku besar tiap-tiap akun.

Agar memudahkan kontrol dalam penyusunan laporan keuangan secara manual, dapat

dibantu melalui penyusunan Kertas Kerja (Worksheet).

b. SPKD

SKPD diwajibkan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca,

dan Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut dijelaskan secara ringkas ketiga

laporan keuangan tersebut.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Audit Sektor Publik Page 7

Page 8: Audit Belanja Modal

LRA menyajikan informasi tentang anggaran SKPD, yang terdiri dari

pendapatan dan belanja, dan realisasi atas anggaran tersebut. Informasi ini dapat

dianalisis dengan melihat (a) selisih antara anggaran dan realisasinya; (2) rasio-rasio

antar-rekening, misalnya rasio total belanja terhadap total pendapatan, belanja langsung

terhadap belanja tidak langsung, belanja langsung terhadap total pendapatan, belanja

langsung terhadap PAD, dsb.

Selisih antara anggaran dan realisasi disebut variansi (variance). Secara teoretis,

untuk pendapatan dan belanja, selisih tersebut bisa nol, positif atau negatif. Pada

praktiknya, jarang terjadi selisih nol atau sama antara anggaran dan realisasinya. Untuk

pendapatan, biasanya realisasi lebih besar daripada anggarannya (selisih positif),

sedangkan untuk belanja, biasanya negatif.

Selisih positif untuk rekening Pendapatan, khususnya PAD, menunjukkan bahwa

realisasi pendapatan melampaui target yang ditetapkan. Biasanya selisih ini diartikan

sebagai sebuah prestasi atau kinerja yang baik. Namun, harus dipahami bahwa

kemungkinan pencapaian (yang terlalu besar) tersebut diakibatkan karena penetapan

target pendapatan terlalu rendah. Dari perspektid keagenan, hal ini menunjukkan

perilaku moral hazard pelaksana (SKPD) yang terlibat dalam penentuan target (aplikasi

dari penganggaran partisipatif di pemerintah daerah).

Jika selisih atau variansi belanja negatif, berarti realisasi atau pengeluaran kas

masih berada di bawah anggaran (tidak melampaui anggaran). Selisih negatif ini bisa

bermakna banyak, yakni:

Efisiensi: Hal ini terjadi jika capaian kinerja atau target output-outcome telah

tercapai, sementara dana yang disediakan tidak dihabiskan seluruhnya. Namun,

interpretasi seperti ini juga harus dikritisi lebih jauh karena mungkin saja target

dinyatakan terlalu rendah dan anggaran dialokasikan terlalu tinggi.

Ada kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau dibayarkan. Karena

pekerjaan belum selesai atau belum dilakukan serah terima barang, maka

pembayaran belum dilakukan. Hal ini menyebabkan anggaran belanja belum

direalisasikan, sehingga di LRA tercantum nilai realisasi belanja yang lebih kecil

daripada anggarannya. Konsekuensinya, kegiatan/pembayaran akan dilanjutkan

pada tahun anggaran berikutnya. Untuk itu, SKPD akan menyusun DPA-L (DPA

Audit Sektor Publik Page 8

Page 9: Audit Belanja Modal

Lanjutan), yang bisa digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembayaran,

tanpa harus menunggu APBD di-Perda-kan.

Ada kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan. Beberapa alasan yang menyebabkan

suatu kegiatan tidak jadi dilaksanakan adalah: (a) Kesalahan dalam perencanaan;

(2) ketiadaan sumber pendanaan; (3) keadaan luar biasa/tidak terduga; dan (3)

perubahan kebijakan pemerintah daerah dan pusat.

2. Neraca

Neraca memberikan informasi mengenai kondisi atau posisi keuangan pada

tanggal tertentu atau akhir tahun anggaran. Informasi tentang kekayaan SKPD dan

sumber-sumbernya tersaji dalam laporan keuangan ini. Sesuai dengan standar akuntani

untuk pemerintahan yang berlaku di Indonesia (PP No.24/2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan), hubungan antara aset dengan rekening di pasiva bersifat

paralel. Nilai komponen-komponen aset memiliki kaitan langsung dengan sisi pasiva.

Perubahan aset/barang/kekayaan SKPD, yang tergambar dari pembandingan

antara neraca awal tahun dengan neraca akhir tahun, dapat terjadi karena beberapa hal,

di antaranya: (1) realisasi belanja barang, misalnya untuk memperoleh alat tulis kantor;

(2) realisasi belanja modal, yang menyebabkan aset tetap bertambah; (3) pengahpusan

aset, misalnya dengan menghibahkan, menjual, menukarkan, atau memusnahkan; dan

(4) penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain.

3. Catatan atas Laporan Keuangan

CALK memberikan informasi mengenai berbagai hal yang tidak “terbaca” dari

LRA dan Neraca. Berbeda dengan fungsi buku besar pembantu, CALK tidak hanya

merinci lebih jauh rekening-rekening dalam laporan keuangan tersebut, tetapi juga

menjelaskan berbagai kebijakan, pendekatan, metode, dan dasar penentuan dan

penyajian angka-angka  LRA dan Neraca. Selain itu, di dalam CALK juga dapat

dijelaskan berbagai faktor, asumsi, dan kondisi yang mempengaruhi angka-angka LK.

PROSEDUR PEMERIKSAAN SIKLUS BELANJA DAERAH

Audit Sektor Publik Page 9

Page 10: Audit Belanja Modal

1. Pengujian subtantatif dititik beratkan pada rek. Aktiva tetap dan kewajiban

Materialitas

Auditor berusaha untuk mencapi tingkat risiko yang rendah.yaitu pastikan

transaksi belanja daerah bukan merupakan sumber salah saji.

Risiko Bawaan

Risiko bawaan dalam pos belanja adalah tinggi disebabkan yaitu:

Volume transaksi tinggi

Kemungkinan adanya pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi

Pembelian aktiva tidak perlu

Masalah akuntansi berkembang

2. Strategi Audit

Tingginya risko bawaan dalam siklus belanja  menyebabkan banyak entitas

prioritas pada struktur pengendalian intern terhadap siklus belanja guna mencegah dan

mendeteksi salah saji. Hal ini signifikan mengurangi risiko pengendalian terhadap

keberadaan danketerjadian,kelengkapan,serta penilaian dan pengalokasian.Strategi yang

sering digunakan adalah pendekatan tingkat risiko yang lebih rendah.

Sebagaimana pada siklus pendapatan ,pengujian pengendalian umumnya tidak

mengurangi risiko pengendalian untuk pernyataan hak dan kewajiban. Faktor lain untuk

memilih strategi audit adalah manfaat versus biaya. auditor membandingkan biaya

untuk melakuan pengujian pengendalian intern dengan hemat pada pengujian subtantif.

Tujuan Audit sikus belanja adlh memperoleh bukti mengenai masing-masing

peryataan signifikan terkait dengan transaksi dan saldo belanja.saldo berlanja

menekankan pada asersi hutang(kewajiban) dan aktiva,pembelian dan pengeluaran kas.

1. Keberadaan dan Keterjadian

Audit Sektor Publik Page 10

Page 11: Audit Belanja Modal

Seluruh utang dan aktiva memang benar di neraca.pemebelian dan pengeluran kas benar

ada. Terdapat dua tujuan pengujian menurut petunjuk teknis LKPD, namun terdapat

beberapa poin yang bisa ditambah yaitu:

1. Belanja dan pengeluaran yg dicatat adalah barang dan jasa yang diterima (pada

pembelian barang/jasa) atau pekerjaan yang benar-benar dilakukan oleh pegawai.

2. Pada tujuan kedua belanja dan pengeluaran pembiayaan yang disajikan di LRA milik

pemerintah daerah, hal ini merupakan asersi existence yang tidak terkait dengan

tujuan audit terkait transaksi.

2. Kelengkapan

Transaksi dan saldo memang tercatat. Untuk menguji kelengkapan atas transaksi

belanja pemerintah yang terjadi ada beberapa langkah yang harus dilakukan auditor

antara lain: mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya setelah itu

menilai risiko pengendalian, dan langkah terakhir pengujian substantif atas transaksi .

semua ini dituangkan dalam matriks. Pada bagian matriks yang dibuat BPK khususnya

asersi yang terkait kelengkapan ada beberapa langkah yang harus diperbaiki, berikut

penjelasannya. Untuk tujuan audit yang telah diterapkan BPK sudah benar. Seluruh

transaksi yang terkait belanja harus dicatat kedalam laporan keuangan yang terkait baik

anggaran maupun realisasinya.

3. Hak dan Kewajiban

Tujuan pengujian: Memastikan apakah entitas mempunyai hak dan kewajiban

yang sah atas aktiva tetap dan kewajiban yang tercatat.

Pengendalian intern kunci:

1. Adanya dokumen dan catatan akuntansi

2. Adanya akses kearah pengendalian

3. Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independent

Pengujian pengendalian intern:

1. Melakukan pengamatan terhadap prosedur persetujuan atas permintaan pembelian,

order pembelian, penerimaan barang, dan pembuatan bukti kas keluar

Audit Sektor Publik Page 11

Page 12: Audit Belanja Modal

2. Memeriksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu dan

jurnal

Risiko terhadap penyajian laporan keuangan di BPK sudah benar. Pengujian

substantif atas transaksi: tidak ada hak dan kewajiban pada transaksi, hak dan kewajiban

hanya ada pada saldo.

4. Penilaian dan Pengaloasian

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen

belanja sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

Contohnya belanja aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehannya dan perolehan

semacam itu secara sistematik dialokasikan pada periode yang semestinya, hal ini

sesuai asumsi dan konsep dasar akuntansi mengenai prinsip biaya historis.

Pada bagian pengujian pengendalian internal:

1. Periksa apakah telah dilakukan verifikasi intern atau review atas dokumen

Pengeluaran dan belanja dan periksa apakah hasilnya telah ditindaklanjuti

2. Periksa apakah pengeluaran dan belanja telah dinilai/diukur dengan harga perolehan

Pada proses pengujian subtantif atas transaksi:

1. Periksa secara uji petik dokumen pengeluaran dan belanja daerah apakah telah benar

perhitungannya

2. Periksa secara uji petik apakah pengeluaran dan belanja daerah tahun berjalan sesuai

dengan harga perolehannya di LRA

3. Periksa secara uji petik informasi/dokumen pengeluaran dan belanja daerah dan

bandingkan dengan laporan yang disajikan di LRA.

5.  Pengungkapan dan Pelaporan

Diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapakan dalam neraca. Pengungkapan

dengan metode depresiasi yg sesuai. Hal yang perlu dikaji lebih jauh yaitu :

a. Tujuan pengujian sudah sesuai, yaitu terkait dengan klasifikasi bagan akun yang

digunakan dalam sektor publik sudah ditentukan dari SAP dan sudah dijabarkan

dalam pengendalian intern kunci. Terkait pengungkapan belanja dan pengeluaran

Audit Sektor Publik Page 12

Page 13: Audit Belanja Modal

pembiayaan yang memadai disini harus jelas. Memadai jika dilihat dari sisi SAP,

apakah belanja tersebut jelas klasifikasinya, apakah jelas secara pendanaannya dari

mana (dana yang berasal dari penganggaran untuk belanja atau dana yang sudah

disiapkan khusus, misal seperti dana sinking fund).

b. Dalam pengendalian intern kunci, prosedur timing yang belum jelas, dimana dalam

mencatat transaksi harus sesegera mungkin, kapan?, yaitu ketika kas sudah keluar

dari Kas Daerah (Cash Basis). Tanggalnya pun harus tercatat dengan jelas dan

benar.

c. Dalam pengujian substantif lebih bersifat dokumentasi, sedangkan disini harusnya

berupa konfirmasi apakah benar pengeluaran terkait sesuai dengan tanggal, jumlah,

dan vendor yang tepat. Misalnya terkait beban bunga yang harus dibayar, harus

dikonfirmasi apakah jumlah yang dibayar sudah benar, dan pembayaran tiap

bulannya berapa.

Sistem dan Prosedur Belanja Daerah secara umum adalah sebagai berikut:

PPKD dalam rangka manajemen kas menerbitkan Surat Penyediaan Dana (SPD)

yang disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD, setelah penetapan

anggaran kas. SPD tersebut merupakan dasar pengeluaran kas yang membebani APBD

(belanja) . Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD di atas,

bendahara pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran melalui PPK-SKPD. SPP yang diajukan tersebut dapat berupa SPP Uang

Persediaan (SPP-UP); SPP Ganti Uang (SPP-GU); SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan

SPP Langsung (SPP-LS). Pengajuan SPP tersebut dilampiri dengan daftar rincian

rencana penggunaan dana sampai dengan jenis belanja dan persyaratan dokumen

lainnya.

Dalam hal dokumen SPP tersebut lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran atau perjabat yang diberikan kewenangan menerbitkan SPM dalam

waktu 2 hari kerja sejak diterima SPP. Dalam hal dokumen SPP dinyatakan Jtidak

lengkap dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menolak

menerbitkan SPM dalam waktu 1 hari kerja sejak diterima SPP .SPM(diajukan pa/kpa)

yang telah diterbitkan tersebut diajukan kepada kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.

Kuasa BUD atau pejabat yang diberi kuasa meneliti kelengkapan dokumen SPM

yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran

Audit Sektor Publik Page 13

Page 14: Audit Belanja Modal

yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan seperti kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan.

Dalam hal dokumen SPM tersebut dinyatakan lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D

paling lama 2 hari kerja sejak diterimanya SPM. Dalam hal dokumen SPM tersebut

dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut melampaui

pagu anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D melalui surat penolakan paling

lama 1 hari kerja sejak diterimanya SPM.

Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang

persediaan/ganti uang  persediaan/ tambahan uang persediaan kepada pengguna

anggaran/kuasa penggguna anggaran serta menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk

keperluan pembayaran langsung kepada pihak ketiga.

Metodologi/Langkah2 :

1.memahami pengendalian Internal : bagan alir,kuisoner,walk-through tests

2.Menilai pengenalian internal,Pemisahan tugas,Otorisasi yg tepat,Kecukupan dokumen

dan catatan,Dokumen pra-number,Prosedur verifikasi internal

3.mengevaluasi Biaya dan manfaat. Memutuskan apakah peng,substantif akan dpt

mengurangi pengujian pengendalian

Tujuan pemriksaan berkaitan dengan Transaksi-Belanja :

1. Keberadaan : Belanja dicatat sah

2. kelengkapan : trnsaksi telah dicatat

3. Keakuratan : sesuai jumlah pengeluaran

4. Klasifikasi : transaksi diklasifikasi tepat

5. Ketepatan waktu : waktu tepat dicatat

6. Jurnal dan Peringkasan : dicatat pada file induk

Audit Sektor Publik Page 14