atb
DESCRIPTION
hfffyfjfggggggygiTRANSCRIPT
BAB I
PEMDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arsitektur merupakan disiplin yang sintetis dan senantiasa mencakup tiga hal dalam
setiap rancangannya (teknologi, fungsi dan estetika). Dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan yang makin kompleks maka perilaku manusia ( human behaviour ) semakin
diperhitungkan dalam proses perancangan yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan
perilaku dalam arsitektur.
Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada
imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis
dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang,
seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia,
memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu
memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia
pemakainya.
Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku terdapat
hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku manusia akibat
lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dengan kata lain perilaku manusia dapat
diarahkan kearah yang lebih baik bila nilai – nilai positif dari lingkungan atau bentuk arsitektur
dapat membentuk kepribadian serta perilaku yang memiliki nilai positif. Hal ini juga tidak lepas
dari hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai
dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Dengan kata lain, ketika merancang,
seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia,
memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu
memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia
pemakainya.Seperti pada Desa Tradisional Penglipuran yang memiliki potensi budaya yang
sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah Pola Tata
Ruang dan Arsitektur Bangunan Tradisional Bali Khas Penglipuran yang terbentuk berdasarkan
pola prilaku masyarakat setempat sehingga disebut sebagai Desa Tradisional Penglipuran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori arsitektur prilaku
2. Bagaimana dampak pola prilaku masyarakat terhadap tata letak bangunan pada
desa adat panglipuran
3. Bagaimana pola prilaku masyarakat yang kekinian
4. Bagaimanan Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa panglipuran
terhadap rumah dengan prilaku civitas yang kekinian
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori arsitektur prilaku
2. Untuk mengetahui dampak pola prilaku masyarakat terhadap tata letak bangunan
pada desa adat panglipuran
3. Untuk mengetahui pola prilaku masyarakat yang kekinian
4. Untuk mengetahui Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa
panglipuran terhadap rumah dengan prilaku civitas yang kekinian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arsitektur Perilaku
2.1.1 Pengertian Arsitektur Perilaku (bahaviour Architecture)
Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur
muncul sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya
dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek Arsitektur tertentu, misalnya rumah
sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat
autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat
didekati dengan pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall,
restoran, sekolah, stasiun kereta api dan lain-lain.
Perancangan Arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian
didalam bidang psikologi Arsitektur atau psikologi lingkungan.
2.1.2 Teori-teori Tema Arsitektur perilaku
a. Menurut Donna P. Duerk
dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming
dijelaskan bahwa :
“…that people and their behavior are part of a whole system that
includes place and environment, sunch that behavior and environment
cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always
happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering
the environmental influence.”
(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang
menempati tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris.
Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat
dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor
lingkungan)
1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya
diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk. Misalnya:
susunan anak tangga didepan rumah, bagasi mobil yang besar, pagar
yang rendah dan sebagainya.
2. Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan
Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang
dianggapnya terdekat dari pada melewati pedestrian yang memutar.
Sehinga orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski
telah disediakan pedestrian.
b. Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu Citra.
Arsitektur berwawasan perilaku adalah Arsitektur yang
manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-
perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku,
baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam
sekitarnya. Disebutkan pila bahwa Arsitektur adalah penciptaan
suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat
yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh
dari pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya.
Namun begitu guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga
mengahsilkan suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup kita
semakin meningkat. Cita merujuk pada image yang ditampilkan
oleh suatu karya Arsitektur. Citra lebih berkesan spiritual karena
hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambing yang
membahasakan segala yang manusiawi, indah da agung dari yang
menciptakan (Mangunwijaya, 1992).
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan baha mencapa guna dan
citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang
berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku pencipta,
perilaku pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku
alam dan sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra
dilakukan satu persatu menurut beragamnya pengertian Arsitektur,
sebagai berikut :
1. Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang
juga mempengaruhi terjadinya proses Arsitektur.
2. Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari
pengaruh nilai-nilai kosmologi.
3. Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia
dalam berArsitektur.
4. Dalam berArsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan
perilaku yang lebih baik.
c. Menurut Garry T. More dalam buku Introduction to
Architecture.
Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-
tuntutan organism dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Penkajian
perilaku menurut Garry T. More diakitkan denga lingkungan sekitar yang
lebih dikenal sebagai pengakjian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian
lingkungan_perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri
atas definisi-defenisi sebagai berikut :
1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan
antara lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam
proses perancangan.
2. Pengakjian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup
lebih banyak dari pada sekedar fungsi.
3. Meliputi unsure-unsur keindahan estetika, diaman fungsi
bertalian denga perilaku dan kebutuhan oang, estetika bertalian
dengan pilihan dan pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi
dengan estetika hasil pengalaman yang bersandar pada si pemakai.
4. Jangkauan factor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si
pemakai bangunan , kebutuhan interaksi kemasyarakatan,
perbedaan-perbedaan sub budaya dalam gaya hidup dan makna
serta simbolisme banguan.
5. Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke teknologi,
agar isyarat-isyarat Arsitektur dapat memberikan penampilan
kemantapan atau perlindungan.
d. Menurut Victor Papanek
Bahwa dalam telaah-telaah lingkungan dalma arsitektur, harus
dipahami dua kerangka konsep yang satu menjelaskan jajaran informasi
lingkungan perilaku-perilaku yang tersedia, dan yang lain memperhatikan
diaman proses perancangan informasi lingkuangan perilaku paling
mempengaruhi pengambilan keputusan Arsitektur
2.1.3 Faktor –faktor dalam prinsip Arsitektur perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku pengguna
bangunan (snyder, james C, 1989) antara lain :
1. Factor manusia
a. Kebutuhan dasar.
Manusai mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar antara lain :
1. Physicological need
Merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik.
Misalnya makan, minum, berpakaian dan lain-lain yang
berhubungan denga factor fisik.
2. Safety need.
Kebutuhan akan rasa aman terhadap diri dan lingkungan
baik secara fisik maupun psikis, secara fisik seperti rasa
aman dari panas, hujan dan secara psikis seperti aman dari
rasa malu, aman dari rasa takut dan sebagainya.
3. Affilitation need.
Kebutuhan untuk bersosialisasi, berinteraksi dan
berhubungan degan orang lain. Affilitation need sebagai
alat atau sarana untuk mengekspresikan diri dengan cara
berinteraksi dengan sesamanya.
4. Cognitive/Aestetic need.
Kebuthan untuk berkreasi, berkembang, berfikir dan
menambah pengetahuan dalam menentukan keindahan
yang dapat membentuk pola prilaku manusia.
b. Usia
Manusia sebagai pengguna pada bangunan memiliki tahapan usia
yang akan sangat berpengaruh terhadap rancangan. Manusia dibedakan
atas :
1. Balita
Kelompok ini merupakan kelompok usia yang belum
mampu mengerti kondisi keberadaan diri sendiri, merek
masih mengenal perilaku-perilaku sosial yang ada
disekitarnya.
2. Anak-anak
Kelompok usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat
tinggi, dan mereka cenderung kreatif.
3. Remaja
Kelompok usia ini mereka sudah memiliki kepribadian
yang stabil dan mantap.
4. Dewasa
Untuk usia ini mereka sudah memiliki kepribadian yang
stabil dan mantap.
5. Manula
Pada kelompok ini kemampuan fisiknya telah banyak
berkurang.
c. Jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perilak manusia dan
mempengaruhi dalam proses perancangan atau desain. Misalnya
pada kebutuhan ruang antara pria dan wanita pasti akan memiliki
kebutuhan ruang yang berbeda-beda.
d. Kelompok pengguna
Perbedaan kelompok pengguna dapat pertimbangan dalam
perancangan atau desain, karena tiap bangunan memiliki fungsi
dan pola yang berbeda karena factor pengguna tersebut. Misalnya
gedung futsal denga gedung tennis tidak dapat disamakan karena
kelompok penggunanya yang berbeda.
e. Kemampuan fisik
Tiap individu memiliki kemampuan fisik yang berbeda-beda, di
pengaruhi pula oleh usia dan jenis kelamin. Umumnya kemampuan
fisik berkaitan degan kondisi dan kesehatan tubuh manusia. Orang
yang memiliki keterbatasan fisik atau cacat tubuh seperti berkursi
roda, buta, tuli, dan cacat tubuh lainnya harus menjadi bahan
pertimbangan dalam desain atau perancangan.
f. Antropometrik
Adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik-
karakteristik fisiologis lainnya dan kesanggupan-kesanggupan
relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda dan mikro
lingkunga. Misalnya, tinggi meja dan lemari yang disesuaikan
denga pengguna.
2.1.4 Prinsip-prinsip pada tema arsitektur Perilaku
Prinsip-prinsip tema arsitektur perilkau ynag harus diperhatikan dalam penerapan
tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David antara lain :
1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan :
Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan
ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan oleh perancang
dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan, dan pada umunya bentuk adalah
yang paling banyak digunakan sebagai media komunikasi karena bentuk yang paling
mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari bangunan yang diamati oleh manusi
syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
a. Pencerminan fungsi bangunan
Symbol-simbol yang menggunakan tentang rupa banguna yang nantinya akan
dibandingkan dengan pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali sebagai
pengalaman baru.
b. Menunjukan skala da proporsi yang tepat serta dapat dinikmati.
c. Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan.
2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan.
a. Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik berarti
kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia secara langsung
seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis pada dasarnya sulit dicapai
karena masing-masing individu memiliki standart yang berbeda-beda untuk
menyatakan kenyamanan secara psikis. Dengan tercapainya kenyamanan secara
psikis akan tercipta rasa senang dan tenang untuk berperilkau.
b. Menyenangkan secara fisik bias timbul dengan adanya pengolahan-
pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada disekitar kita. Menyengkan secara
fisiologis bias timbul denga adanya kenyamanan termal yang diciptakan
lingkungan sekitar terhadap manusia. Menyenangkan secara psikologis bias
timbul denga adanya ruang terbuka yang merupakan tuntutan atau keinginan
manusia untuk bias bersosialisasi. Menyenangkan secara kultural bias timbul
denga adanya penciptaan karya arsitektur dengan gaya yang sudah dikenal oleh
masyarakat yang berada di tempat itu.
3. Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.
Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsure, antara lain ;
a. Keterpaduan (unity)
Yang berarti tersusunnya beberapa unsure menjadi satu kesatuan yang
utuh dan serasi.
b. Keseimbangan
Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik visualnya
haruslah seimbang.
c. Proporsi
Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan
ukuran keseluruhan.
d. Skala
Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran besarnya. Skala
biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan dibandingkan dengan
unsure-unsir manusiawi yang aa disekitarnya.
e. Irama
Yaitu pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan. Seperti
pengulangan garis-garis, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna yang
akan sangat mempengaruhi kesan yang ditimbulkan dari perilaku
pengguna bangunan.
4. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakai yaitu seperti usia, jenis kelamin,
kondisi fisik dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur Perilaku dapat dismpulkan bahwa :
1. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan bainaan yang
disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.
2. Arsitektur dan perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik,aspek
psikologi juga ditekankan.
3. Tema yang diterapkan dalam perancangan puat pembinaan kreatifitas dan
keterampilan.
4. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek
psikologis juga ditekankan.
5. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang
paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan sesuai yang dirancang.
6. Tema arsitektur diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas san dapat
menstimulasi semangat belajar dan bekerja bagi memberikan tanggapan yang sesuain
dengan yang diharapkan perancang
2.2 Prilaku Masyarakat Desa Adat Panglipuran
Secara administrasi desa adat Penglipuran masuk dalam wilayah Desa Kubu
dipimpin oleh seorang kepala Desa. Namun secara adat desa adat Penglipuran dipimpin
oleh seorang Kelian Adat, dipilih berdasarkan hasil musyawarah mufakat .
Konsep hidup masyarakat biasa dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yaitu
penyelarasan hubungan antar manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai
kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Aktifitas masyarakat sehari-hari sangat
berpegang pada koinsep Tri Hita Karana tersebut.
Konsep ini dapat terlihat jelas pada awig-awig (peraturan adat berdasarkan
kesepakatan bersama) yang mengatur tentang tindak tanduk perilaku masyarakat desa
adat Penglipuran antara lain :
a. Pengelompokkkan warga desa adat Penglipuran yang diklasifikasikan menjadi
wraga desa pengayah ngarep yaitu warga yang mempunyai tanggung
jawab/mengkoordinasi semua kegiatan adat yaitu sebanyk 77 orang. Warga
pengayah roban dan warga deha teruna (Pemuda) juga yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan adat namun disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.
b. Tanggung jawab pengelolaan bambu yang luasnya 75 Ha juga diberikan pada
krama ngarep sebagi yang bertanggung jawab pelestariannya. Di samping itu
juga turut bertanggung jawab dalam memelihara fasilitas umum, terutama Pura
dan pelaksanaan upacara adat/agama.
c. Keluarga desa adat Penglipuran dilarang hidup berpoligami/memadu yaitu
mempunyai istri/suami lebih dari satu orang. Jika ada warga yang berani melanggar
aturan ini, maka mereka akan dikucilkan dan ditempatkan pada sebidang tanah kosong di
sebelah Selatan desa. Di samping itu warga yang dikenai sanksi tersebut tidak boleh
sembahyang ke Pura dan sampai saat ini belum ada yang melanggar aturan ini.
d. Kebersihan lingkungan dipelihara dengan sistem tanggungjawab masing –
masing pengayah ngarep ( Kepala Keluarga Pokok) dengan kewajiban
melaksanakan pembersihan di pekarangan telajakan (tanah di luar rumah) setiap
hari dan setiap 15 hari sekali harus mencukur rumput. Jika aturan ini tidak ditaati
maka dikenai sanksi adat yang tertulis dalam awig-awig dan perarem (aturan
penjabaran).
e. Antara pekarangan rumah keluarga yang satu dan lainnya terdapat pintu keluar
menuju tetangganya yang berukuran kurang lebih 1-1,5 meter. Hal ini bertujuan
jika ada keinginan untuk salaing mengunjungi, maka tidak harus keluar melalui
angkul-langkul (pintu gerbang depan). Hal ini sekaligus menunjukkan persatuan
dan kekeluargaan masyarakat desa adat Penglipuran.
f. Antara rumah tangga terjadi saling pinjam-meminjam capcapan (atap rumah)
dimana atap rumah tersebut menjorok ke sebelah Utara pekarangan sehingga air
cucurannya jatuh di sebelah Selatan pekarangan rumah tangga.
g. Bambu yang digunakan untuk keperluan bahan bangunan dikerjakan bersama
secara gotong royong oleh masyarakat setempat.
Keunggulan dari Desa Adat Penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa
lainnya di Bali adalah bagian depan rumah yang serupa dan seragam dari ujung utama
desa sampai bagian hilir desa. Keseragaman wajah desa, selain pada bentuk, juga bahan
bangunannya berupa tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul serta atap dari
bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap,
dinding maupun kebutuhan lain-lain merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena
Desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu yang termasuk teritorial desa tersebut.
Penataan rumah dan pekarangan sangat ketat dan mengikuti ketentuan Asta Kosala-
Kosali, Asta Bumi, Sikut Karang, dan berbagai aturan yang tertulis maupun yang tidak
tertulis lainnya. Maka, setiap pekarangan dan rumah di desa itu selalu mempunyai pola
atau tatanan yang sama. Dan hal itu merupakan keunggulan Penglipuran sebagai desa
adat.
2.3 Pola Tata Ruang dan Tata Bangunan Desa Tradisional Penglipuran
Dari Berbagai prilaku masayarakat diatas maka dapat disimpulkan Desa Tradisional
Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik.
Salah satu Potensi yang paling unik yang dimiliki adalah Pola Tata Ruang dan Arsitektur
Bangunan Tradisional Bali Khas Penglipuran sehingga disebut sebagai Desa Tradisional
Penglipuran. Pola Tata Ruang dan Arsitektur Bangunan Tradisional ini juga sangat
dipengaruhi oleh prilaku masayarakat desa adat pangliupuran
Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan
Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta
terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan (kaje kelod
dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi sebagai open space untuk kegiatan
bersama. Open space ini berorientasi ke arah kaja kelod dan membagi desa menjadi dua
bagian. Openpsace Desa Tradisional penglipuran menanjak menuju ke arah gunung
(utara) dimana terdapat bangunan suci dengan orientasi ke GunungBatur.
Pola tata ruang dan tata letak bangunan rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya
mengikuti Pola Tri Mandala yaitu :
Utama Mandala, pada arah Kaje Sistem Desa merupakan tempat paling suci sehingga
terdapat pura dan bangunan suci dan dalam Sistem Persil Rumah berupa sanggah
(persembahyangan keluarga).
Madya Mandala, pada bagian tengah Sistem Desa berupa areal perumahan dan kegiatan usaha
dan pada sistem Persil Rumah pekarangan rumah digunakan sebagai bangunan tempat tinggal,
dapur (paon), Bale Seke Enem, Loji, Lumbung dan bangunan lainnya yang dipandang perlu.
Nista Mandala, pada arah Kelod Sistem Desa adalah tempat yang kotor seperti kuburan dan
dalam Sistem Persil Rumah terletak kamar mandi/wc, pemesuan,kandang ternak, tempat kayu
bakar dan lain-lain.
2.4 Pengertian Masyarakat Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai
orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya
masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun
tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak
memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
Prilaku Masyarakat Yang Kekinian
1. Masyarakat cenderung instan
2. Masyarakat serba diburu waktu
3. Masyarakat berubah dari sifat kolektif ke individualistic
4. Meniru gaya hidup masyarakat global (kekinian)
5. Ingin melakukan banyak hal sekaligus atau dalam satu waktu
6. Tingkat stress makin meningkat
7. Tingkat kriminalitas meningkat, norma-norma yang ada dimasyarakat menurun
8. Kekerasan dalam masyarakat tinggi
9. Usaha untuk mengeksplorasi lingkungan dalam rangka untuk mengatasi tantangan-
tantangan yang ditimbulkan dari lingkungan itu sendiri.
10. Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mengatasi tantangan-tantangan menyebabkan
manusia ingin mengusasi lingkungan
11. Berpikir lebih objektif dan rasional
12. Selalu berusaha untuk memahami semua gejala yang dihadapi dan bagaimana
mengorganisasikannya sehingga kehidupannya lebih baik
2.4.1 Masyarakat Modern dilihat dari berbagai Aspek
Aspek Mental Manusia :
1. Cenderung didasarkan pada pola piker serta pola perilaku rasionalatau logis,
dengan cirri-cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai
mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif percaya pada diri sendiri, disiplin, dan
bertanggung jawab.
2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan
orang lain.
Aspek Teknologi :
1. Teknologi merupakan factor utama untuk menunjang kehidupan kearah
kemajuan atau modernisasi.
2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi
yang tinggi.
Aspek Pranata Sosial :
I. Pranata Agama :
Relatif kurang terasa dan tampak dalam kehidupan sehari-hari,
diaibatkan karena sekularisme
II. Pranata Ekonomi :
1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan
memiliki batas-batas yang nyata.
2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.
3. Kesamaan kesempatan kerja antar priadan wanita sangat tinggi.
4. Kurang mengenal gotong-royong.
5. Dibedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan
konsumsi.
6. Hampir semua kebutuhan hidupmasyarakat diperoleh melalui pasar
dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.
III. Pranata Keluarga :
1. Ikatan kekeluargaan sudah mulai lemahdan longgar, karena cara
hidup yang cenderung inidividualis.
2. Rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai
menipis.
2.5 Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa panglipuran terhadap rumah
dengan prilaku civitas yang kekinian
2.5.1 Penentuan Posisi Pemesuan
Dari bentuk Site yang dipilih berbentuk persegi panjang agar lebih efisien dalam
penempatan ruang-ruang.Untuk Penentuan posisi Pemesuan ini ditentukan
melalui pendekatan terhadap pola prilaku masyarakat desa adat panglipuran yang
sangat mempercayai terhadap konsep hulu teben dimana posisi teben sangat
cocok digunakan sebagai tempat pemesuan karena dianggap lebih rendah atapun
kotor .
2.5.2 Penempatan posisi yang Disucikan
Setelah penentuan posisi Pemesuan yang nantinya juga mempengaruhi orientasi
massa bangunan,selanjutnya adalah posisi bangunan yang disucikan.Bangunan suci ini
sangat memiliki pengaruh terhadap prilaku masyarakat karena masyarakat sangat
mengenal konsep Tri hita karana. Dalam konsep Tri Hita Karana yaitu parahyangan
Area Suci
Area Yang Digunakan Sebagai Tempat Pemesuan(nista mandala)
U
U
dimana hubungan penyelarasan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa untuk
mencapai kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Aktifitas masyarakat sehari-hari
sangat berpegang pada konsep Tri Hita Karana tersebut.Penempatan Bangunan suci ini
akan ditempatkan pada area Utama Mandala, pada arah Kaje kangin yang dianggap
sebagai tempat paling suci sehingga terdapat sanggah (persembahyangan keluarga).
2.5.3 Penempatan area menerima tamu
Penempatan area bertamu di posisikan pada area madya mandala dimana pada rumah adat tradisional bali khas panglipuran area ini sering digunakan sebagai tempat bale sakeenam ataupun lumbung yang salah satu fungsi dari bangunan tersebut adalah sebagai tempat menerima tamu.Jadi fungsi bangunan ini tetap ada pada desain rumah yang kekinian sebagai ruang tamu ataupun ruang keluarga yang lebih simple dan efisien dalam sirkulasi.Karena area ini lebih bersifat public maka penempatanya juga berada pada zona public bangunan yaitu berada setelah pintu utama rumah
2.5.4 Posisi Dapur/Tempat masak
U
Sanggah
Pemesuan
Area Bertamu
U
Dapur
Penempatan area dapur berada pada area madya mandala dank arena orientasi bangunan menghadap kearah selatan maka posisi dapur ini berada lebih di depan dari ruang-ruang yang lain dalam massa bangunan.alasan mengapa ruang dapur di tempatkan di arah selatan karena masyarakat percaya bahwa arah selatan adalah tempat berstananya dewa brahma yang memiliki symbol api sesuai dengan kegiatan masak-memasak yang pastinya menggunakan api,adapun kepercayaan lain jika posisi dapur ditempatkan di depan adalah segala sesuatu hal yang bersifat jahat akan dimurnikan oleh ruang ini sebelum memasuki ruang-ruang yang lain.