atb

29
BAB I PEMDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan disiplin yang sintetis dan senantiasa mencakup tiga hal dalam setiap rancangannya (teknologi, fungsi dan estetika). Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang makin kompleks maka perilaku manusia ( human behaviour ) semakin diperhitungkan dalam proses perancangan yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan perilaku dalam arsitektur. Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang, seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia, memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia pemakainya. Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku terdapat hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dengan kata lain perilaku manusia dapat diarahkan kearah yang lebih baik bila nilai – nilai positif dari lingkungan atau bentuk arsitektur

Upload: bayu-agestya

Post on 10-Jul-2016

214 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hfffyfjfggggggygi

TRANSCRIPT

Page 1: ATB

BAB I

PEMDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur merupakan disiplin yang sintetis dan senantiasa mencakup tiga hal dalam

setiap rancangannya (teknologi, fungsi dan estetika). Dengan semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan yang makin kompleks maka perilaku manusia ( human behaviour ) semakin

diperhitungkan dalam proses perancangan yang sering disebut sebagai pengkajian lingkungan

perilaku dalam arsitektur.

Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada

imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis

dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang,

seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia,

memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu

memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia

pemakainya.

Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku terdapat

hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku manusia akibat

lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dengan kata lain perilaku manusia dapat

diarahkan kearah yang lebih baik bila nilai – nilai positif dari lingkungan atau bentuk arsitektur

dapat membentuk kepribadian serta perilaku yang memiliki nilai positif. Hal ini juga tidak lepas

dari hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai

dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Dengan kata lain, ketika merancang,

seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia,

memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu

memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia

pemakainya.Seperti pada Desa Tradisional Penglipuran yang memiliki potensi budaya yang

sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah Pola Tata

Ruang dan Arsitektur Bangunan Tradisional Bali Khas Penglipuran yang terbentuk berdasarkan

pola prilaku masyarakat setempat sehingga disebut sebagai Desa Tradisional Penglipuran.

Page 2: ATB

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori arsitektur prilaku

2. Bagaimana dampak pola prilaku masyarakat terhadap tata letak bangunan pada

desa adat panglipuran

3. Bagaimana pola prilaku masyarakat yang kekinian

4. Bagaimanan Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa panglipuran

terhadap rumah dengan prilaku civitas yang kekinian

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori arsitektur prilaku

2. Untuk mengetahui dampak pola prilaku masyarakat terhadap tata letak bangunan

pada desa adat panglipuran

3. Untuk mengetahui pola prilaku masyarakat yang kekinian

4. Untuk mengetahui Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa

panglipuran terhadap rumah dengan prilaku civitas yang kekinian

Page 3: ATB

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arsitektur Perilaku

2.1.1  Pengertian Arsitektur Perilaku (bahaviour Architecture)

Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang penerapannya selalu

menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur

muncul sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya

dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek Arsitektur tertentu, misalnya rumah

sakit jiwa, rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat

autisme. Dalam perkembangannya, ternyata banyak obyek Arsitektur yang dapat

didekati dengan pendekatan perilaku didalam perancangannya, misalnya mall,

restoran, sekolah, stasiun kereta api dan lain-lain.

Perancangan Arsitektur berdasarkan perilaku ini berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan perancangan, diantaranya pada hasil penelitian

didalam bidang psikologi Arsitektur atau psikologi lingkungan.

2.1.2  Teori-teori Tema Arsitektur perilaku

a.    Menurut Donna P. Duerk

dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming

dijelaskan bahwa :

“…that people and their behavior are part of a whole system that

includes place and environment, sunch that behavior and environment

cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always

happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering

the environmental influence.”

(…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang

menempati tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris.

Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat

Page 4: ATB

dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor

lingkungan)

1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.

Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya

diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk. Misalnya:

susunan anak tangga didepan rumah, bagasi mobil yang besar, pagar

yang rendah dan sebagainya.

2.    Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan

Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang

dianggapnya terdekat dari pada melewati pedestrian yang memutar.

Sehinga orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski

telah disediakan pedestrian.

b.    Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu Citra.

Arsitektur berwawasan perilaku adalah Arsitektur yang

manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-

perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku,

baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam

sekitarnya. Disebutkan pila bahwa Arsitektur adalah penciptaan

suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat

yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat tersebut diperoleh

dari pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya.

Namun begitu guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga

mengahsilkan suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup kita

semakin meningkat. Cita merujuk pada image yang ditampilkan

oleh suatu karya Arsitektur. Citra lebih berkesan spiritual karena

hanya dapat dirasakan oleh jiwa kita. Citra adalah lambing yang

membahasakan segala yang manusiawi, indah da agung dari yang

menciptakan (Mangunwijaya, 1992).

Page 5: ATB

Dari pernyataan di atas dapat dikatakan baha mencapa guna dan

citra yang sesuai tidak lepas dari berbagai perilaku yang

berpengaruh dalam sebuah karya, baik itu perilaku pencipta,

perilaku pemakai, perilaku pengamat juga menyangkut perilaku

alam dan sekitarnya. Pembahasan perilaku dalam buku wastu citra

dilakukan satu persatu menurut beragamnya pengertian Arsitektur,

sebagai berikut :

1.    Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang

juga mempengaruhi terjadinya proses Arsitektur.

2.    Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari

pengaruh nilai-nilai kosmologi.

3.    Perilaku alam dan lingkungan mendasari perilaku manusia

dalam berArsitektur.

4.    Dalam berArsitektur terdapat keinginan untuk menciptakan

perilaku yang lebih baik.

c.    Menurut Garry T. More dalam buku Introduction to

Architecture.

Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutan-

tuntutan organism dalam dan lingkungan sosio-fisik luar. Penkajian

perilaku menurut Garry T. More diakitkan denga lingkungan sekitar yang

lebih dikenal sebagai pengakjian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian

lingkungan_perilaku seperti yang dimaksudkan oleh Garry T. More terdiri

atas definisi-defenisi sebagai berikut :

1.    Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan-hubungan

antara lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam

proses perancangan.

2.    Pengakjian lingkungan-perilaku dalam Arsitektur mencakup

lebih banyak dari pada sekedar fungsi.

Page 6: ATB

3.    Meliputi unsure-unsur keindahan estetika, diaman fungsi

bertalian denga perilaku dan kebutuhan oang, estetika bertalian

dengan pilihan dan pengalaman. Jadi estetika formal dilengkapi

dengan estetika hasil pengalaman yang bersandar pada si pemakai.

4.    Jangkauan factor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si

pemakai bangunan , kebutuhan interaksi kemasyarakatan,

perbedaan-perbedaan sub budaya dalam gaya hidup dan makna

serta simbolisme banguan.

5.    Pengkajian lingkungan-lingkungan juga meluas ke teknologi,

agar isyarat-isyarat Arsitektur dapat memberikan penampilan

kemantapan atau perlindungan.

d.    Menurut Victor Papanek

Bahwa dalam telaah-telaah lingkungan dalma arsitektur, harus

dipahami dua kerangka konsep yang satu menjelaskan jajaran informasi

lingkungan perilaku-perilaku yang tersedia, dan yang lain memperhatikan

diaman proses perancangan informasi lingkuangan perilaku paling

mempengaruhi pengambilan keputusan Arsitektur

2.1.3 Faktor –faktor dalam prinsip Arsitektur perilaku.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku pengguna

bangunan (snyder, james C, 1989) antara lain :

1.    Factor manusia

a.    Kebutuhan dasar.

Manusai mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar antara lain :

1.    Physicological need

Merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik.

Misalnya makan, minum, berpakaian dan lain-lain yang

berhubungan denga factor fisik.

Page 7: ATB

2.    Safety need.

Kebutuhan akan rasa aman terhadap diri dan lingkungan

baik secara fisik maupun psikis, secara fisik seperti rasa

aman dari panas, hujan dan secara psikis seperti aman dari

rasa malu, aman dari rasa takut dan sebagainya.

3.    Affilitation need.

Kebutuhan untuk bersosialisasi, berinteraksi dan

berhubungan degan orang lain. Affilitation need sebagai

alat atau sarana untuk mengekspresikan diri dengan cara

berinteraksi dengan sesamanya.

4.    Cognitive/Aestetic need.

Kebuthan untuk berkreasi, berkembang, berfikir dan

menambah pengetahuan dalam menentukan keindahan

yang dapat membentuk pola prilaku manusia.

b.    Usia

Manusia sebagai pengguna pada bangunan memiliki tahapan usia

yang akan sangat berpengaruh terhadap rancangan. Manusia dibedakan

atas :

1.    Balita

Kelompok ini merupakan kelompok usia yang belum

mampu mengerti kondisi keberadaan diri sendiri, merek

masih mengenal perilaku-perilaku sosial yang ada

disekitarnya.

2.    Anak-anak

Kelompok usia ini memiliki rasa ingin tahu yang sangat

tinggi, dan mereka cenderung kreatif.

3.    Remaja

Page 8: ATB

Kelompok usia ini mereka sudah memiliki kepribadian

yang stabil dan mantap.

4.    Dewasa

Untuk usia ini mereka sudah memiliki kepribadian yang

stabil dan mantap.

5.    Manula

Pada kelompok ini kemampuan fisiknya telah banyak

berkurang.

c.    Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perilak manusia dan

mempengaruhi dalam proses perancangan atau desain. Misalnya

pada kebutuhan ruang antara pria dan wanita pasti akan memiliki

kebutuhan ruang yang berbeda-beda.

d.    Kelompok pengguna

Perbedaan kelompok pengguna dapat pertimbangan dalam

perancangan atau desain, karena tiap bangunan memiliki fungsi

dan pola yang berbeda karena factor pengguna tersebut. Misalnya

gedung futsal denga gedung tennis tidak dapat disamakan karena

kelompok penggunanya yang berbeda.

e.    Kemampuan fisik

Tiap individu memiliki kemampuan fisik yang berbeda-beda, di

pengaruhi pula oleh usia dan jenis kelamin. Umumnya kemampuan

fisik berkaitan degan kondisi dan kesehatan tubuh manusia. Orang

yang memiliki keterbatasan fisik atau cacat tubuh seperti berkursi

Page 9: ATB

roda, buta, tuli, dan cacat tubuh lainnya harus menjadi bahan

pertimbangan dalam desain atau perancangan.

f.     Antropometrik

Adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik-

karakteristik fisiologis lainnya dan kesanggupan-kesanggupan

relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda dan mikro

lingkunga. Misalnya, tinggi meja dan lemari yang disesuaikan

denga pengguna.

2.1.4 Prinsip-prinsip pada tema arsitektur Perilaku

Prinsip-prinsip tema arsitektur perilkau ynag harus diperhatikan dalam penerapan

tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David antara lain :

1.    Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan :

Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan

ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan oleh perancang

dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan, dan pada umunya bentuk adalah

yang paling banyak digunakan sebagai media komunikasi karena bentuk yang paling

mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari bangunan yang diamati oleh manusi

syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

a.    Pencerminan fungsi bangunan

Symbol-simbol yang menggunakan tentang rupa banguna yang nantinya akan

dibandingkan dengan pengalaman yang sudah ada, dan disimpan kembali sebagai

pengalaman baru.

b.    Menunjukan skala da proporsi yang tepat serta dapat dinikmati.

c.    Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan.

Page 10: ATB

2.    Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan.

a.    Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik berarti

kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia secara langsung

seperti kenyamanan termal. Nyaman secara psikis pada dasarnya sulit dicapai

karena masing-masing individu memiliki standart yang berbeda-beda untuk

menyatakan kenyamanan secara psikis. Dengan tercapainya kenyamanan secara

psikis akan tercipta rasa senang dan tenang untuk berperilkau.

b.    Menyenangkan secara fisik bias timbul dengan adanya pengolahan-

pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada disekitar kita. Menyengkan secara

fisiologis bias timbul denga adanya kenyamanan termal yang diciptakan

lingkungan sekitar terhadap manusia. Menyenangkan secara psikologis bias

timbul denga adanya ruang terbuka yang merupakan tuntutan atau keinginan

manusia untuk bias bersosialisasi. Menyenangkan secara kultural bias timbul

denga adanya penciptaan karya arsitektur dengan gaya yang sudah dikenal oleh

masyarakat yang berada di tempat itu.

3.    Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk.

Keindahan dalam Arsitektur harus memiliki beberapa unsure, antara lain ;

a.    Keterpaduan (unity)

Yang berarti tersusunnya beberapa unsure menjadi satu kesatuan yang

utuh dan serasi.

b.    Keseimbangan

Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap objek yang daya tarik visualnya

haruslah seimbang.

c.    Proporsi

Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan

ukuran keseluruhan.

Page 11: ATB

d.    Skala

Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran besarnya. Skala

biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan dibandingkan dengan

unsure-unsir manusiawi yang aa disekitarnya.

e.    Irama

Yaitu pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan. Seperti

pengulangan garis-garis, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna yang

akan sangat mempengaruhi kesan yang ditimbulkan dari perilaku

pengguna bangunan.

4.    Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakai yaitu seperti usia, jenis kelamin,

kondisi fisik dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur Perilaku dapat dismpulkan bahwa :

1.    Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan bainaan yang

disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya.

2.    Arsitektur dan perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik,aspek

psikologi juga ditekankan.

3.    Tema yang diterapkan dalam perancangan puat pembinaan kreatifitas dan

keterampilan.

4.    Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek

psikologis juga ditekankan.

5.    Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang

paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan sesuai yang dirancang.

6.    Tema arsitektur diharapkan mampu mengekspresikan kreatifitas san dapat

menstimulasi semangat belajar dan bekerja bagi memberikan tanggapan yang sesuain

dengan yang diharapkan perancang

Page 12: ATB

2.2 Prilaku Masyarakat Desa Adat Panglipuran

Secara administrasi desa adat Penglipuran masuk dalam wilayah Desa Kubu

dipimpin oleh seorang kepala Desa. Namun secara adat desa adat Penglipuran dipimpin

oleh seorang Kelian Adat, dipilih berdasarkan hasil musyawarah mufakat .

Konsep hidup masyarakat biasa dikenal dengan konsep Tri Hita Karana yaitu

penyelarasan hubungan antar manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa untuk mencapai

kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Aktifitas masyarakat sehari-hari sangat

berpegang pada koinsep Tri Hita Karana tersebut.

Konsep ini dapat terlihat jelas pada awig-awig (peraturan adat berdasarkan

kesepakatan bersama) yang mengatur tentang tindak tanduk perilaku masyarakat desa

adat Penglipuran antara lain :

Page 13: ATB

a.  Pengelompokkkan warga desa adat Penglipuran yang diklasifikasikan menjadi

wraga desa pengayah ngarep yaitu warga yang mempunyai tanggung

jawab/mengkoordinasi semua kegiatan adat yaitu sebanyk 77 orang. Warga

pengayah roban dan warga deha teruna (Pemuda) juga yang bertanggung jawab

terhadap kegiatan adat namun disesuaikan dengan aktivitas sehari-hari.

b.  Tanggung jawab pengelolaan bambu yang luasnya 75 Ha juga diberikan pada

krama ngarep sebagi yang bertanggung jawab pelestariannya. Di samping itu

juga  turut bertanggung jawab dalam memelihara fasilitas umum, terutama Pura

dan pelaksanaan upacara adat/agama.

c. Keluarga desa adat Penglipuran dilarang hidup berpoligami/memadu yaitu

mempunyai istri/suami lebih dari satu orang. Jika ada warga yang berani melanggar

aturan ini, maka mereka akan dikucilkan dan ditempatkan pada sebidang tanah kosong di

sebelah Selatan desa. Di samping itu warga yang dikenai sanksi tersebut tidak boleh

sembahyang ke Pura dan sampai saat ini belum ada yang melanggar aturan ini.

d.  Kebersihan lingkungan dipelihara dengan sistem tanggungjawab masing –

masing pengayah ngarep ( Kepala Keluarga Pokok) dengan kewajiban

melaksanakan pembersihan di pekarangan telajakan (tanah di luar rumah) setiap

hari dan setiap 15 hari sekali harus mencukur rumput. Jika aturan ini tidak ditaati

maka dikenai sanksi adat yang tertulis dalam awig-awig dan perarem (aturan

penjabaran).

e.  Antara pekarangan rumah keluarga yang satu dan lainnya terdapat pintu keluar

menuju tetangganya yang berukuran kurang lebih 1-1,5 meter. Hal ini bertujuan

jika ada keinginan untuk salaing mengunjungi, maka tidak harus keluar melalui

angkul-langkul  (pintu gerbang depan). Hal ini sekaligus menunjukkan persatuan

dan kekeluargaan masyarakat desa adat Penglipuran.

f. Antara rumah tangga terjadi saling pinjam-meminjam capcapan (atap rumah)

dimana atap rumah tersebut menjorok ke sebelah Utara pekarangan sehingga air

cucurannya jatuh di sebelah Selatan pekarangan rumah tangga.

g.  Bambu yang digunakan untuk keperluan bahan bangunan dikerjakan bersama

secara gotong royong oleh masyarakat setempat.

Page 14: ATB

Keunggulan dari Desa Adat Penglipuran ini dibandingkan dengan desa-desa

lainnya di Bali adalah bagian depan rumah yang serupa dan seragam dari ujung utama

desa sampai bagian hilir desa. Keseragaman wajah desa, selain pada bentuk, juga bahan

bangunannya berupa tanah untuk tembok penyengker dan angkul-angkul serta atap dari

bambu yang dibelah untuk seluruh bangunan desa. Penggunaan bambu baik untuk atap,

dinding maupun kebutuhan lain-lain merupakan suatu keharusan untuk digunakan karena

Desa Penglipuran dikelilingi oleh hutan bambu yang termasuk teritorial desa tersebut.

Penataan rumah dan pekarangan sangat ketat dan mengikuti ketentuan Asta Kosala-

Kosali, Asta Bumi, Sikut Karang, dan berbagai aturan yang tertulis maupun yang tidak

tertulis lainnya. Maka, setiap pekarangan dan rumah di desa itu selalu mempunyai pola

atau tatanan yang sama. Dan hal itu merupakan keunggulan Penglipuran sebagai desa

adat.

2.3 Pola Tata Ruang dan Tata Bangunan Desa Tradisional Penglipuran

Dari Berbagai prilaku masayarakat diatas maka dapat disimpulkan Desa Tradisional

Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik.

Salah satu Potensi yang paling unik yang dimiliki adalah Pola Tata Ruang dan Arsitektur

Bangunan Tradisional Bali Khas Penglipuran sehingga disebut sebagai Desa Tradisional

Penglipuran. Pola Tata Ruang dan Arsitektur Bangunan Tradisional ini juga sangat

dipengaruhi oleh prilaku masayarakat desa adat pangliupuran

Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan

Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta

Page 15: ATB

terhadap peredaran matahari. Ciri yang menonjol adalah As Utara Selatan (kaje kelod

dengan axis linier). Axis linier ini juga berfungsi sebagai open space untuk kegiatan

bersama. Open space ini berorientasi ke arah kaja kelod dan membagi desa menjadi dua

bagian. Openpsace Desa Tradisional penglipuran menanjak menuju ke arah gunung

(utara) dimana terdapat bangunan suci dengan orientasi ke GunungBatur.

Pola tata ruang dan tata letak bangunan rumah di Desa Adat Penglipuran pada umumnya

mengikuti Pola Tri Mandala yaitu :

Utama Mandala, pada arah Kaje Sistem Desa merupakan tempat paling suci sehingga

terdapat pura dan bangunan suci dan dalam Sistem Persil Rumah berupa sanggah

(persembahyangan keluarga).

Madya Mandala, pada bagian tengah Sistem Desa berupa areal perumahan dan kegiatan usaha

dan pada sistem Persil Rumah pekarangan rumah digunakan sebagai bangunan tempat tinggal,

dapur (paon), Bale Seke Enem, Loji, Lumbung dan bangunan lainnya yang dipandang perlu.

Nista Mandala, pada arah Kelod Sistem Desa adalah tempat yang kotor seperti kuburan dan

dalam Sistem Persil Rumah terletak kamar mandi/wc, pemesuan,kandang ternak, tempat kayu

bakar dan lain-lain.

Page 16: ATB

2.4 Pengertian Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai

orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya

masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun

tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak

memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.

Prilaku Masyarakat Yang Kekinian

1.      Masyarakat cenderung instan

2.      Masyarakat serba diburu waktu

3.      Masyarakat berubah dari sifat kolektif ke individualistic

4.      Meniru gaya hidup masyarakat global (kekinian)

5.      Ingin melakukan banyak hal sekaligus atau dalam satu waktu

6.      Tingkat stress makin meningkat

7.      Tingkat kriminalitas meningkat, norma-norma yang ada dimasyarakat menurun

8.      Kekerasan dalam masyarakat tinggi

9.      Usaha untuk mengeksplorasi lingkungan dalam rangka untuk mengatasi tantangan-

tantangan yang ditimbulkan dari lingkungan itu sendiri.

10.  Dorongan rasa ingin tahu dan ingin mengatasi tantangan-tantangan menyebabkan

manusia ingin mengusasi lingkungan

11.  Berpikir lebih objektif dan rasional

12.  Selalu berusaha untuk memahami semua gejala yang dihadapi dan bagaimana

mengorganisasikannya sehingga kehidupannya lebih baik

2.4.1 Masyarakat Modern dilihat dari berbagai Aspek

Aspek Mental Manusia :

1. Cenderung didasarkan pada pola piker serta pola perilaku rasionalatau logis,

dengan cirri-cirimenghargai karya orang lain, menghargai waktu, menghargai

mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif percaya pada diri sendiri, disiplin, dan

bertanggung jawab.

2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan

orang lain.

Page 17: ATB

Aspek Teknologi :

1. Teknologi merupakan factor utama untuk menunjang kehidupan kearah

kemajuan atau modernisasi.

2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi

yang tinggi.

Aspek Pranata Sosial :

I. Pranata Agama :

Relatif kurang terasa dan tampak dalam kehidupan sehari-hari,

diaibatkan karena sekularisme

II. Pranata Ekonomi :

1. Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan

memiliki batas-batas yang nyata.

2. Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.

3. Kesamaan kesempatan kerja antar priadan wanita sangat tinggi.

4. Kurang mengenal gotong-royong.

5. Dibedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan

konsumsi.

6. Hampir semua kebutuhan hidupmasyarakat diperoleh melalui pasar

dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.

III. Pranata Keluarga :

1. Ikatan kekeluargaan sudah mulai lemahdan longgar, karena cara

hidup yang cenderung inidividualis.

2. Rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai

menipis.

2.5 Implementasi sirkulasi bangunan pada rumah adat desa panglipuran terhadap rumah

dengan prilaku civitas yang kekinian

2.5.1 Penentuan Posisi Pemesuan

Page 18: ATB

Dari bentuk Site yang dipilih berbentuk persegi panjang agar lebih efisien dalam

penempatan ruang-ruang.Untuk Penentuan posisi Pemesuan ini ditentukan

melalui pendekatan terhadap pola prilaku masyarakat desa adat panglipuran yang

sangat mempercayai terhadap konsep hulu teben dimana posisi teben sangat

cocok digunakan sebagai tempat pemesuan karena dianggap lebih rendah atapun

kotor .

2.5.2 Penempatan posisi yang Disucikan

Setelah penentuan posisi Pemesuan yang nantinya juga mempengaruhi orientasi

massa bangunan,selanjutnya adalah posisi bangunan yang disucikan.Bangunan suci ini

sangat memiliki pengaruh terhadap prilaku masyarakat karena masyarakat sangat

mengenal konsep Tri hita karana. Dalam konsep Tri Hita Karana yaitu parahyangan

Area Suci

Area Yang Digunakan Sebagai Tempat Pemesuan(nista mandala)

U

U

Page 19: ATB

dimana hubungan penyelarasan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa untuk

mencapai kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan. Aktifitas masyarakat sehari-hari

sangat berpegang pada konsep Tri Hita Karana tersebut.Penempatan Bangunan suci ini

akan ditempatkan pada area Utama Mandala, pada arah Kaje kangin yang dianggap

sebagai tempat paling suci sehingga terdapat sanggah (persembahyangan keluarga).

2.5.3 Penempatan area menerima tamu

Penempatan area bertamu di posisikan pada area madya mandala dimana pada rumah adat tradisional bali khas panglipuran area ini sering digunakan sebagai tempat bale sakeenam ataupun lumbung yang salah satu fungsi dari bangunan tersebut adalah sebagai tempat menerima tamu.Jadi fungsi bangunan ini tetap ada pada desain rumah yang kekinian sebagai ruang tamu ataupun ruang keluarga yang lebih simple dan efisien dalam sirkulasi.Karena area ini lebih bersifat public maka penempatanya juga berada pada zona public bangunan yaitu berada setelah pintu utama rumah

2.5.4 Posisi Dapur/Tempat masak

U

Sanggah

Pemesuan

Area Bertamu

U

Dapur

Page 20: ATB

Penempatan area dapur berada pada area madya mandala dank arena orientasi bangunan menghadap kearah selatan maka posisi dapur ini berada lebih di depan dari ruang-ruang yang lain dalam massa bangunan.alasan mengapa ruang dapur di tempatkan di arah selatan karena masyarakat percaya bahwa arah selatan adalah tempat berstananya dewa brahma yang memiliki symbol api sesuai dengan kegiatan masak-memasak yang pastinya menggunakan api,adapun kepercayaan lain jika posisi dapur ditempatkan di depan adalah segala sesuatu hal yang bersifat jahat akan dimurnikan oleh ruang ini sebelum memasuki ruang-ruang yang lain.