asupan energi, zat gizi dan serat serta aktivitas … · 16 sebaran siswa berdasarkan klasifikasi...
TRANSCRIPT
ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA
AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS
GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR
DIAN TIRTA ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ―Asupan Energi Zat
Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di
Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
________________________
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik
Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI
MADANIJAH
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan
aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan
energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status
gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat
anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g
dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor
vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi
tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup
dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)
Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar
ABSTRACT
DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical
Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor
Supervised by SITI MADANIJAH
This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical
activity of overweight and obese elementary school student and correlation
between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of
students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was
conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57
g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium
phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron
were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or
sedentary activity There was no significant relationship between energy and
macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation
between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers
education and maternal education (plt005)
Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity
physical activity
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA
AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS
GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR
DIAN TIRTA ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa
Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Nama Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ―Asupan Energi Zat
Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di
Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
________________________
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik
Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI
MADANIJAH
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan
aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan
energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status
gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat
anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g
dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor
vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi
tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup
dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)
Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar
ABSTRACT
DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical
Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor
Supervised by SITI MADANIJAH
This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical
activity of overweight and obese elementary school student and correlation
between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of
students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was
conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57
g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium
phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron
were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or
sedentary activity There was no significant relationship between energy and
macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation
between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers
education and maternal education (plt005)
Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity
physical activity
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA
AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS
GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR
DIAN TIRTA ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa
Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Nama Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
ABSTRAK
DIAN TIRTA ANNISA Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik
Siswa Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor Dibimbing oleh SITI
MADANIJAH
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asupan energi zat gizi dan
aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih dan korelasi antara asupan
energi dan zat gizi aktivitas fisik serta karakteristik keluarga siswa dengan status
gizi IMTU Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah subjek
penelitian sebanyak 99 subjek Asupan energi protein lemak dan karbohidrat
anak sekolah dasar berstatus gizi lebih berturut-turut adalah 1777 kkal 57 g 53 g
dan 340 g Sebagian besar siswa mengalami defisit energi lemak kalsium fosfor
vitamin A vitamin C dan serat sedangkan asupan protein karbohidrat dan besi
tergolong cukup Siswa berstatus gizi lebih sebagian besar memiliki gaya hidup
dengan aktivitas ringan atau sedentary Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi IMTU siswa (pgt005)
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi IMTU dengan tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu (plt005)
Kata kunci aktivitas fisik asupan gizi gizi lebih siswa sekolah dasar
ABSTRACT
DIAN TIRTA ANNISA Energy Nutrient and Dietary Fiber Intake and Physical
Activity of Overweight and Obese Elementary School Student in Bogor
Supervised by SITI MADANIJAH
This study were aimed to analyze energy nutrient intake and physical
activity of overweight and obese elementary school student and correlation
between energy nutrient intake physical activity and family characteristics of
students with nutritional status BMIU A cross sectional study of 99 subjects was
conducted The intake of energy protein fat and carbohydrate was 1777 kcal 57
g 53 g and 340 g Most of the students were deficit of energy fat calcium
phosporus vitamin A vitamin C and fiber while protein carbohydrate and iron
were adequate Physical activity levels of students classified mostly light or
sedentary activity There was no significant relationship between energy and
macronutrients intake with BMIU (Pgt 005) There was a significant correlation
between the nutritional status of IMTU with a family income level fathers
education and maternal education (plt005)
Keywords elementary school student nutrient intake overweight and obesity
physical activity
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA
AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS
GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR
DIAN TIRTA ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa
Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Nama Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
ASUPAN ENERGI ZAT GIZI DAN SERAT SERTA
AKTIVITAS FISIK SISWA SEKOLAH DASAR BERSTATUS
GIZI LEBIH DI KOTA BOGOR
DIAN TIRTA ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa
Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Nama Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa
Sekolah Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Nama Dian Tirta Annisa
NIM I14090102
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama NIM
an Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Se middotooa Dasar Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor
Dian Tna Annisa 11 9 O~
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah MS Pembimbing
Ketua Departemen
T anggal L us 2U14
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa tarsquoala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
―Asupan Energi Zat Gizi dan Serat serta Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar
Berstatus Gizi Lebih di Kota Bogor dengan baik Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari
bantuan dari berbagai pihak Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Siti
Madanijah MS selaku dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasa meluangkan
waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada
penulis sejak awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi Terima kasih
kepada Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar sekaligus
dosen penguji sidang yang telah memberikan kritik dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr
Rimbawan selaku pembimbing akademik yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan saran dan motivasi kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Jumroni dan Mardiana
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dukungan moral maupun dukungan materi selama
penulis menempuh pendidikan Terima kasih kepada adik-adik tersayang Mei
Dera Ayudia dan Divia Salsabila yang selalu mendoakan dan memberikan
semangat Terima kasih kepada sahabat terbaik dan tersayang Karina Indah
Pertiwi Mega Seasty Handayani Erita Yunistisia Dikara Kirana Chairunnisa
Ardi Yoansah dan Barli Abiyoga atas dukungan semangat dan bantuannya
Teman-teman Gizi Masyarakat 46 yang telah membantu sejak awal masa
perkuliahan di departemen hingga penyelesaian tugas akhir serta teman-teman
Keluarga Mahasiswa Lampung Annafi Widya Herdiarti Destika Iswarawati Nur
Cahaya Aditya Aji Agung atas segala doa bantuan saran semangat motivasi
dan dukungannya selama ini
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca
Bogor Maret 2014
Dian Tirta Annisa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 4
Desain Tempat dan Waktu 4
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
Definisi Operasional 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakteristik Siswa 11
Karakteristik Keluarga 13
Konsumsi Pangan 16
Asupan Energi dan Zat Gizi 18
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 23
Konsumsi dan Asupan Serat 27
Aktivitas Fisik 28
Status Gizi 30
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
dengan Status Gizi 32
SIMPULAN DAN SARAN 33
Simpulan 33
Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data 6 2 Kategori variabel penelitian 9
3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah 11 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin 11
5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah 12 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi
sekolah 13 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah 14
8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah 15
9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah 16 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi kelompok-kelompok pangan 16
11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi kelompok-
kelompok pangan siswa 17
12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan akreditasi sekolah 18
13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin 19
14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah 23
15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis
kelamin 23
16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro 24
17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan
zat gizi mikro 26
18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat 27
19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat 27
20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas 28 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah 29
22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin 30 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah 31
24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin 31 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah 32
26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin 32 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga
pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi 33
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir Asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik
siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor 4
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa 37 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan 40
3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
WHO (2000) dalam konsultasi formal pertamanya mengenai obesitas
menyatakan bahwa obesitas telah menjadi epidemik global Obesitas saat ini
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat yang jumlah kejadiaannya terus
bertambah di seluruh dunia Obesitas yang disadari sebagai suatu penyakit terjadi
baik di negara maju maupun negara berkembang dan memberikan dampak serupa
pada kaum dewasa dan anak-anak Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 secara
nasional di Indonesia tergolong tinggi yaitu 92 Selanjutnya di Provinsi Jawa
Barat prevalensi kegemukan pada anak 6-12 tahun adalah 85 Sebagai penyakit
multifaktor penyebab pasti kejadian obesitas belum diketahui WHO
menyimpulkan bahwa penyebab dasar dari epidemi obesitas adalah gaya hidup
sedentary dan kebiasaan makan tinggi lemak padat energi Selain itu kemajuan
teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia menyebabkan rendahnya
aktivitas fisik yang berpengaruh pada rendahnya pengeluaran energi tubuh
Perubahan gaya hidup sedentary yang menuju westernisasi merujuk pada pola
makan tinggi kalori dan tinggi lemak serta rendah serat juga terjadi di Indonesia
terutama di kota-kota besar (Hidayati et al 2009)
Riskesdas (2010) menunjukkan asupan karbohidrat penduduk Indonesia
lebih dari 50 dari total asupan energi sehari yaitu 610 Begitu pula halnya
dengan asupan lemak secara nasional asupan lemak penduduk Indonesia melebihi
anjuran PUGS yaitu sebesar 256 dari total asupan energi sehari Menurut
karakteristik penduduk kelompok umur 2-18 tahun megonsumsi energi dari
lemak lebih dari 25 dalam sehari Hasil tersebut didukung oleh penelitian
Pramudita (2011) yang menyatakan anak usia sekolah dasar di kota Bogor terbiasa
mengonsumsi makanan cepat saji dan minuman ringan 1-3 kali setiap minggunya
Dimana makanan cepat saji dan minuman ringan merupakan pangan yang
mengandung lemak dan energi tinggi Sementara itu konsumsi pangan sumber
serat seperti buah dan sayur masih kurang dari anjuran kecukupan sehari
Asupan serat makanan bervariasi di seluruh dunia dengan konsumsi lebih
tinggi terjadi di beberapa negara Eropa bagian utara dari pada Eropa bagian
selatan dan USA Sementara di negara berkembang mereka yang mengonsumsi
makanan tradisional atau tinggal di daerah perdesaan cenderung memiliki asupan
serat yang lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
telah mengadopsi pola makan barat (Jones 2004) Sama halnya dengan asupan
serat yang bervariasi anjuran kecukupan serat makanan pun bervariasi antar
begara Di Indonesia sendiri kecukupan serat makanan ditetapkan antara 19-30
gkaphari (Hardinsyah amp Tambunan 2004) Meskipun asupan serat dan
rekomendasi asupan serat antar negara berbeda namun telah disepakati bahwa
asupan serat hampir diseluruh bagian dunia masih jauh dari cukup dan dalam
banyak kasus asupan serat menurun bukannya meningkat
Gaya hidup saat ini dimana konsumsi makanan terutama makanan padat
energi meningkat sementara kegiatan aktifitas fisik menurun mengakibatkan
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi yang
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
2
mengarah pada terjadinya gizi lebih Sebagai contoh anak sekolah saat ini lebih
sering mengonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan untuk menggantikan
air serta lebih sering menonton televisi dibandingkan bermain di luar rumah
(IOTF 2004) Berdasarkan hal-hal yang diuraikan di atas maka penulis tertarik
untuk mengetahui lebih jauh mengenai asupan energi dan zat gizi serta serat pada
siswa sekolah dasar di Kota Bogor
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok-
pokok permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut
1 Bagaimana karakteristik siswa Sekolah Dasar (SD) dengan status gizi lebih
(jenis kelamin umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status
gizi lebih (pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga
dan besar keluarga)
2 Bagaimana asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat siswa
yang mengalami gizi lebih
3 Bagaimana aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Bagaimana hubungan karakteristik keluarga asupan energi dan zat gizi
dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa SD yang berstatus gizi lebih
dengan tujuan khusus sebagai berikut
1 Mengidentifikasi karakteristik siswa dengan status gizi lebih (jenis kelamin
umur dan besar uang saku) dan keluarga siswa dengan status gizi lebih
(pendidikan orangtua pekerjaan orangtua pendapatan keluarga dan besar
keluarga)
2 Mengidentifikasi asupan dan tingkat kecukupan energi zat gizi dan serat
siswa yang mengalami gizi lebih
3 Mengidentifikasi aktivitas fisik siswa yang mengalami gizi lebih
4 Menganalisis hubungan asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan kejadian gizi lebih pada siswa SD
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asupan
energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa Sekolah Dasar dengan status
gizi lebih di kota Bogor Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu
pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terkait program gizi pada anak
sekolah serta orang tua agar memberikan perhatian lebih mengenai konsumsi anak
mereka
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Cara seseorang dan masyarakat dalam memilih dan mengonsumsi makanan
tertentu tidak pernah statis Kebiasaan makan berubah terus-menerus menjadi
lebih baik atau lebih buruk oleh pengaruh luar atau oleh perkembangan dari
dalam masyarakat itu sendiri Pada pertengahan masa anak-anak orang tua dan
keluarga memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan kebiasaan makan
serta konsumsi makan anak Pendidikan pekerjaan dan pendapatan orang tua serta
besar keluarga mempengaruhi penyediaan dan konsumsi makanan di tingkat
rumah tangga Sebagai contoh keluarga dengan pendapatan dan status ekonomi
menengah ke atas akan memiliki daya beli yang lebih tinggi sehingga
kemungkinan konsumsi makanan akan lebih beragam Orang tua dengan
pendidikan yang tinggi juga akan lebih awas terhadap keamanan dan mutu pangan
yang di konsumsi anggota keluarga
Tujuan utama konsumsi pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan energi dan zat gizi Konsumsi pangan harus cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam menyediakan energi untuk tubuh mengatur proses
metabolisme serta proses pertumbuhan Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-
beda sesuai dengan kelompok umur jenis kelamin dan aktivitas fisik yang
dilakukan Pada masa pertengahan anak-anak anak memerlukan lebih banyak
kalori dibanding pada masa awal kehidupan untuk tumbuh kembangnya
Pemenuhan akan kebutuhan energi dan zat gizi anak idealnya sesuai dengan
kebutuhan individu masing-masing akan tetapi konsumsi pangan seringkali tidak
sesuai dengan kebutuhan Konsumsi pangan yang berlebih mengarah pada
tingginya asupan energi dan zat gizi yang apabila tidak digunakan akan disimpan
sebagai cadangan di dalam tubuh Konsumsi makanan yang berlebih diikuti
aktivitas fisik yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya gizi lebih
Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang
masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output)
akan zat gizi tersebut Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan
sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh (Suhardjo
2003) Status gizi dipengaruhi oleh banyak hal termasuk konsumsi pangan status
kesehatan secara keseluruhan dan lingkungan fisik tempat tinggal Sebaliknya
status gizi juga mempengaruhi kesehatan seseorang Seseorang dengan status gizi
buruk rentan tehadap infeksi dan penyakit lainnya sedangkan orang dengan status
gizi lebih berisiko terkena penyakit degeneratif Kerangka pemikiran penelitian ini
dapat dilihat dalam skema pada Gambar 1
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
4
Keterangan
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pikir asupan energi zat gizi dan serat serta aktivitas fisik siswa sekolah dasar berstatus gizi lebih di Kota Bogor
METODE
Desain Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu pengambilan data yang
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau satu waktu tertentu Penelitian
dilakukan di 20 SD di wilayah perkotaan Bogor Jawa Barat Penelitian ini
Karakteristik Individu amp Keluarga
- usia jenis kelamin dan uang
saku
- pendidikan pekerjaan orangtua
pendapatan dan besar keluarga
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan makan
Aktivitas Fisik
- Lama aktivitas
- Jenis aktivitas
Asupan Energi dan Zat Gizi
Status Gizi
Overweight
Obes
InfeksiStatus
kesehatan
Penyakit Degeneratif
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
5
menggunakan sebagian data penelitian yang berjudul ―Pola Konsumsi Pangan
Sumber Serat dan Formulasi Produk Intervensi pada Anak Usia Sekolah yang
dilakukan oleh Madanijah et al (2013) bekerjasama dengan Southeast Asian Food
and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center ndash Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor pada
bulan Agustus-September 2013
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi penelitian Madanijah et al (2013) adalah anak laki-laki dan
perempuan usia 9-13 tahun yang tinggal di kota Bogor Populasi terjangkau
adalah anak-anak kelas 5 dan 6 yang terdaftar di 20 SD Negeri (11 SD
berakreditasi A dan 9 SD berakreditasi B) yang tersebar di 6 kecamatan di Kota
Bogor yang dipilih secara purposif Siswa kelas 5 dan kelas 6 dipilih dengan
pertimbangan siswa dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik Jumlah
SD di setiap kecamatan ditentukan proporsional berdasarkan jumlah penduduk di
kecamatan tersebut terhadap jumlah penduduk kota Bogor menurut data statistik
kota Bogor 2012 Jumlah SD di setiap kecamatan adalah sebagai berikut
Kecamatan Bogor selatan 4 SD
Kecamatan Bogor timur 2 SD
Kecamatan Bogor utara 3 SD
Kecamatan Bogor tengah 3 SD
Kecamatan Bogor barat 4 SD
Kecamatan Bogor tanah sareal 4 SD
Jumlah responden ditetapkan berdasarkan angka simpangan baku asupan
serat pada anak sekolah menurut data NHANES 2003-2006 yakni 120 ghari
dengan ketepatan absolut sebesar 15 ghari Berikut adalah rumus perhitungan
pengambilan subjek
n = (119885120572 119909 119878
119889)
2
dengan
n = jumlah subjek yang akan diambil
Z = deviat baku normal = 196
S = simpangan baku asupan serat anak sekolah = 12
d = presisi yang diinginkan = 15
maka diperoleh n= 246 dibulatkan menjadi 250 untuk setiap kelompok jenis
kelamin Dengan demikian dari setiap sekolah diambil sebanyak 13 responden
perempuan dan 12 responden laki-laki secara acak dengan total responden
sebanyak 527 orang Sebanyak 527 siswa diukur berat badan dan tinggi badannya
Berdasarkan berat badan dan tinggi badan tersebut nilai IMT siswa-siswi yang
menjadi subjek penelitian dihitung Siswa-siswi dengan status gizi lebih sebanyak
99 orang yang mencakup yang mencakup overweight (+1ltzlt+2) dan obes
(+2ltzlt+3) berdasarkan IMT menurut umur (WHO 2007) kemudian menjadi
subjek penelitian ini
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer meliputi karakteristik siswa
karakteristik sosial ekonomi keluarga asupan energi zat gizi dan serat aktivitas
fisik serta status gizi subjek Data karakteristik siswa dikumpulkan dengan
kuesioner yang diisi oleh subjek setelah diberi penjelasan oleh enumerator
Karakteristik sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengisian kuesioner terstruktur
oleh ibu responden Kuesioner tersebut dititipkan kepada subjek kemudian
dibawa kembali ke sekolah keesokan harinya setelah diisi oleh ibu subjek Data
konsumsi pangan diukur dengan menggunakan metode food recall 2x24 jam yang
dilakukan pada dua hari yang berbeda secara berturut-turut yaitu pada hari
sekolah dan hari libur Data aktivitas fisik diperoleh dari pencatatan kuesioner
dengan metode wawancara yang dilakukan dalam waktu 2x24 jam yaitu satu hari
sekolah dan satu hari libur
Tabel 1 Jenis variabel dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara Pengumpulan
1 Karakteristik subjek
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Uang saku
Primer Pengisian kuesioner
oleh subjek
2 Karakteristik keluarga subjek
Pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga
Pendidikan orangtua
Besar keluarga
Primer Pengisian kuesioner
oleh ibu subjek
3 Konsumsi pangan siswa
Konsumsi harian (Recall 2
x 24 jam)
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
4 Antropometri
Berat badan (BB)
Tinggi badan (TB)
Primer Pengukuran berat
badan (kg) dan tinggi
badan (cm)
5 Aktivitas Fisik
Jenis aktivitas
Alokasi waktu lama
aktivitas 2x24 jam
Primer Pengisian kuesioner
dengan metode
wawancara
Sumber Madanijah et al (2013)
Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pemeriksaan antropometri yang
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan yang kemudian dipetakan pada
grafik perkembangan anak menurut WHO 2007 Pengukuran berat badan diukur
menggunakan timbangan injak digital (bathscale) Subjek berdiri tegak diatas
timbangan dan pandangan lurus ke depan tanpa memegang apapun kemudian
angka penunjuk dibaca Tinggi badan diukur menggunakan alat pengukur tinggi
badan berkapasitas 200 cm (mikrotoise) Subjek berdiri tegak tanpa sepatu sejajar
alat pengukur yang dipasang pada tempat dengan permukaan lantai yang rata
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
7
tumit bokong dan kepala bagian belakang menempel di dinding kemudian alat
pengukur ditahan hingga menyentuh kepala bagian atas dan skala dibaca
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data meliputi pengecekan kelengkapan data di setiap kuesioner
coding verifikasi entri data dan cleaning data Data yang telah dikumpulkan
diberi kode sesuai dengan kode dalam code book kemudian dilakukan verifikasi
data untuk melihat konsistensi antar informasi Data yang telah diberi kode dan
diverifikasi selanjutnya dientri dengan menggunakan software microsoft office
excel for windows Untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan
data dilakukan cleaning Analisis statistik data yang dilakukan adalah uji
normalitas Kolmogorov-Smirnov uji beda antara dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan serta akreditasi A dan akreditasi B dengan menggunakan uji beda
T-test dan Mann Whitney Uji korelasi Pearson dan Spearman dilakukan untuk
menguji hubungan antara asupan energi dan zat gizi aktivitas fisik serta
karakteristik keluarga dengan status gizi Semua analisis statistik menggunakan
program SPSS 160
Data status gizi diperoleh dari perhitungan indeks massa tubuh berdasarkan
umur (IMTU) dengan menggunakan software WHO Anthroplus 2007 Hasil
perhitungan IMTU kemudian dikategorikan kedalam status overweight
(+1ltzlt+2) dan obes (+2ltzlt+3) (WHO 2007) Konsumsi pangan yang diperoleh
dengan food recalls 2x24 jam dikonversi beratnya kedalam gram kemudian
dihitung kandungan zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Pangan Indonesia tahun 2004 amp 2008 Daftar Kandungan Gizi Jajanan dan
program nutri survey tahun 2007 Kandungan serat makanan diperoleh dari
berbagai sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan
makanan dan USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Konversi data konsumsi pangan kedalam energi dan zat gizi serta serat dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah amp Briawan 1994)
Keterangan
Kej = Kandungan energi bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Bj = Berat bahan makanan j yang dikonsumsi (g)
Gj = Kandungan energi dalam 100 g BDD bahan makanan
BDDj = Persen bahan makanan yang dapat dimakan ( BDD)
Konsumsi makanan pada tingkat individu atau rumah tangga diterjemahkan
kedalam bentuk energi karbohidrat protein lemak vitamin dan mineral per
orang per hari Ratio energi dan zat gizi terhadap kecukupan yang dianjurkan
menggambarkan kecukupan individu Persentase tingkat kecukupan energi
terhadap kebutuhan energi individu per hari didapat dari hasil perbandingan
jumlah energi yang dikonsumsi terhadap kebutuhan energi individu Berikut ini
rumus perhitungan tingkat kecukupan energi (Hardinsyah amp Martianto 1992)
Kej = Bj
100 x
BDDj
100 x Gj
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
8
Tingkat kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral didapat
dari hasil perbandingan jumlah protein lemak karbohidrat vitamin dan mineral
yang dikonsumsi terhadap kecukupan protein lemak karbohidrat vitamin dan
mineral sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) Berikut rumus perhitungan tingkat
kecukupan protein vitamin dan mineral
Tingkat kecukupan energi dan protein dikategorikan berdasarkan Depkes
(1996) yaitu defisit tingkat berat (lt70) defisit tingkat sedang (70minus79) defisit
tingkat ringan (80minus89) normal (90minus119) dan lebih (ge120) Tingkat
kecukupan mineral dan vitamin dikategorikan menjadi kurang (lt77) dan cukup
(ge77) (Gibson 2005) Adapun pengkategorian variabel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2
Data aktivitas fisik terdiri dari jenis aktivitas fisik dan lama aktivitas fisik
yang diukur selama 2x24 jam Jenis aktivitas fisik dikelompokkan sesuai
FAOWHOUNU (2001) Lama aktivitas fisik diukur dalam satuan jam Tingkat
aktivitas fisik ditentukan berdasarkan FAOWHOUNU (2001) dengan rumus
sebagai berikut
Keterangan
PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik)
PAR = Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap jenis aktivitas fisik berbeda
Adapun tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu sedentary
atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup
aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif (200 le PAL le 240)
Tingkat yang sangat rendah dari pengeluaran energi memungkinkan untuk
bertahan hidup namun tidak sesuai dengan pemeliharaan kesehatan jangka
panjang kegiatan bergerak bebas atau bekerja Oleh karena itu PAL 140
digunakan sebagai batas bawah dari kisaran gaya hidup sedentary Sementara itu
nilai PAL 240 ditentukan sebagai batas atas gaya hidup sangat aktif karena PAL
diatas 240 sangat sulit untuk dipertahankan dalam waktu panjang
PAL = (119875119860119877 119909 119886119897119900119896119886119904119894 119908119886119896119905119906 119905119894119886119901 119886119896119905119894119907119894119905119886119904 )
24 119895119886119898
Tingkat Kecukupan Zat Gizi = Konsumsi Zat Gizi
Angka Kecukupan x 100
Tingkat Kecukupan Energi = Ko nsumsi Energi
Angka Kebutuhan Energi x 100
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
9
Tabel 2 Kategori variabel penelitian
No Variabel Kategori Keterangan
1 Usia le10 tahun
11 tahun
gt12
Sebaran
subjek
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Besar uang saku Rp 1000-Rp 4000
Rp 4000-Rp 7000
Rp 7000-Rp 10000
gt Rp 10000
Sebaran
subjek
4 Besar keluarga Keluarga kecil (le 4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (ge 8 orang)
BKKBN
(1998)
5 Pendidikan
orang tua
Tidak sekolah
SD Sederajat
SMPSederajat
SMASederajat
Perguruan tinggi
6 Pekerjaan orang
tua
PNSPOLRITNI
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Lainnya sebutkanhellip
7 Pendapatan
orang tua
ltRp 1000000bulan
Rp 1000000-1999999
Rp 2000000-3999999
Rp 4000000-6000000
gtRp 6000000
8 Tingkat
kecukupan
energi dan zat
gizi makro
Defisit tingkat berat (lt70 AKG)
Defisit tingkat sedang (70-79
AKG)
Defisit tingkat ringan (80-89
AKG)
Normal (90-119 AKG)
Kelebihan (ge120 AKG)
Depkes
(1996)
9 Tingkat
kecukupan zat
gizi mikro
Kurang lt77 AKG
Cukup ge77 AKG Gibson
(2005)
10 Status Gizi overweight (+1ltzlt+2)
obes (+2ltzlt+3) WHO (2007)
11 Tingkat aktivitas
fisik Ringan (140 le PALle 169)
Sedang (170 le PAL le 199)
Berat (200 le PAL le 240)
FAOWHO
UNU (2001)
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
10
Definisi Operasional
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur) Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (140 le PALle 169) Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya hidup sangat aktif
(200 le PAL le 240) (WHOFAOUNO 2001)
Asupan energi dan zat gizi adalah kandungan energi dan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi oleh subjek Informasi kandungan energi dan zat gizi
pangan diperoleh dari Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia dan
Daftar Kandungan Gizi Jajanan
Asupan serat adalah kandungan serat dari pangan yang dikonsumsi oleh subjek
Informasi kandungan serat pangan diperoleh dari buku penuntun diet
informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan USDA National Nutrient
Database for Standard Reference
Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang diukur
menggunakan timbangan ketelitian 01 kg
Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan
makan dari sumber penghasilan yang sama serta tercantum dalam satu
kartu keluarga
Besar uang saku adalah besarnya uang yang diterima siswa setiap hari untuk
berbagai keperluan di sekolah dalam satuan rupiah
Gizi lebih adalah keadaan status gizi subjek yang digambarkan oleh indeks massa
tubuh bernilai lebih besar dari status gizi normal (-2ltZlt+1) Gizi lebih
dikelompokkan menjadi dua yaitu overweight (+1ltZlt+2) obese
(+2ltZlt+3)
Karakteristik siswa adalah data-data siswa yang meliputi usia jenis kelamin
uang saku berat badan dan tinggi badan
Konsumsi pangan adalah informasi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi
oleh responden yang didapat dari metode recall 2x24 jam satu hari libur
dan satu hari sekolah
Pendapatan orang tua adalah jumlah pendapatan per bulan dalam bentuk uang
yang diperoleh orangtua dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan
Siswa Sekolah Dasar adalah anak usia sekolah yang menjalani pendidikan
sekolah dasar dan terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor berusia 9
sampai 13 tahun
Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh subjek berdasarkan indeks massa
tubuh berdasar umur (IMTU) yang dibedakan severe underweight
underweight normal overweight obese dan severe obese (WHO 2007)
Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan subjek dalam posisi berdiri tegak
sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan
menggunakan microtoise ketelitian 01 cm
Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam
tahun
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa merupakan karakteristik anak usia sekolah yang menjadi
subjek dalam penelitian ini Subjek merupakan 99 siswa yang berstatus gizi lebih
dari 20 SD Negeri di Kota Bogor Berikut ini dibahas karakteristik siswa yang
meliputi jenis kelamin umur serta uang saku
Jenis Kelamin Siswa
Tabel 3 menunjukkan sebaran jenis kelamin siswa yang menjadi subjek
dalam penelitian ini Secara umum persentase siswa laki laki (535) lebih tinggi
dibanding siswa perempuan (465) Pada SD berakreditasi A persentase siswa
laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan sedangkan pada SD berakreditasi
B sebaliknya Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara komposisi jenis kelamin siswa SD berakreditasi A dengan
SD berakreditasi B (p=0251)
Tabel 3 Sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin serta akreditasi sekolah
Variabel Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 578 16 457 53 535
Perempuan 27 422 19 543 46 465
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0251
Umur Siswa
Anak usia sekolah berada pada tingkat masa pertengahan kanak-kanak
yaitu ketika anak-anak berumur 6-12 tahun Pada masa ini dunia sosial anak-anak
bertambah luas tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga saja Mereka mulai
mengenal dan berinteraksi dengan guru teman-teman sebaya dan teman-teman
sepermainan Meskipun pertumbuhan anak usia sekolah tidak secepat
pertumbuhan pada masa awal kehidupan namun pada masa ini kemampuan dalam
kontrol motor dan koordinasi semakin berkembang Selain itu kemampuan terkait
proses berpikir anak juga meningkat Berikut ini disajikan tabel sebaran siswa
berdasarkan umur
Tabel 4 Sebaran siswa berdasarkan umur dan jenis kelamin
Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
le10 21 396 16 348 37 374
11 24 453 25 543 49 495
gt12 8 151 5 109 13 131
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min-Maks) 11 (9 13) 11 (9 13) 11 (9 13)
p 0881
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
12
Berdasarkan Tabel 4 siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini
berusia antara 9-13 tahun Secara umum persentase terbesar siswa berumur 11
tahun (495) Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara umur siswa laki-laki dengan siswa perempuan (p=0881)
Besar Uang Saku
Uang saku adalah alokasi pendapatan keluarga yang diberikan orang tua
kepada anak untuk jangka waktu tertentu baik per hari per minggu maupun per
bulan (Engel 1994) Uang saku yang dimaksud adalah uang yang diberikan orang
tua kepada anak selain uang biaya transportasi Uang saku biasanya digunakan
untuk jajan atau membeli keperluan sekolah Andarwulan et al (2009) diacu
dalam Umardani (2011) menyatakan bahwa semakin besar uang saku maka
semakin besar juga kemungkinan anak untuk membeli jajanan di sekolah maupun
luar sekolah Pada penelitian ini alokasi uang saku dinyatakan dalam jangka
waktu per hari Tabel 5 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan uang saku dan
akreditasi sekolah
Tabel 5 Sebaran siswa berdasarkan uang saku dan akreditasi sekolah
Uang Saku
(Rphari)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Rendah 10 156 12 343 22 222
Sedang 21 328 14 400 35 354
Tinggi 6 94 3 86 9 91
Sangat tinggi 27 422 6 171 33 333
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Rp)
(Min Maks)
8000
(1000 30000)
5000
(1500 10000)
5000
(1000 30000)
p 0005
Besar uang saku siswa dikategorikan menjadi empat kategori yaitu rendah
(Rp 1000-Rp 4000) sedang ( Rp 4000-Rp 7000) tinggi (Rp 7000-Rp 10000) dan
sangat tinggi (ge Rp10000) Secara umum persentase terbesar siswa (354)
memiliki uang saku dengan kategori sedang diikuti kategori sangat tinggi (333)
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lestari (2011) dimana
sebagian besar siswa memiliki uang saku berkisar antara Rp 2000 ndash Rp 4800
Berdasarkan akreditasi siswa SD berakreditasi A (Rp 8000) memiliki
median uang saku yang lebih tinggi dibandingkan siswa SD berakreditasi B (Rp
5000) Sebanyak 422 siswa SD berakreditasi A memiliki besar uang saku
kategori sangat tinggi sedangkan sebanyak 400 siswa SD akreditasi B memiliki
besar uang saku kategori sedang Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara besar uang saku siswa SD berakreditasi A
dengan siswa SD berakreditasi B (p=0005)
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
13
Karakteristik Keluarga
Pendidikan Orangtua
Pendidikan orangtua siswa meliputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu
Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang
ditempuh oleh orangtua Tabel 6 menyajikan sebaran pendidikan orangtua siswa
berdasarkan akreditasi sekolah siswa
Tabel 6 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dan akreditasi sekolah
Tingkat Pendidikan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
Tidak sekolah 0 0 3 86 3 30
SDSederajat 3 47 5 143 8 81
SMPSederajat 1 16 3 86 4 40
SMASederajat 29 453 18 514 47 475
Perguruan tinggi 31 484 6 171 37 374
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
Tidak sekolah 0 0 1 29 1 10
SDSederajat 5 78 6 171 11 111
SMPSederajat 6 94 7 200 13 131
SMASederajat 27 422 17 486 44 444
Perguruan tinggi 26 406 4 114 30 303
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Persentase terbesar ayah berpendidikan SMAsederajat (475) diikuti
perguruan tinggi (374) Hasil yang sama terlihat pada sebaran tingkat
pendidikan ibu dimana 444 ibu berpendidikan SMAsederajat dan 303
berpendidikan perguruan tinggi Hasil analisis tingkat pendidikan orangtua
berdasarkan akreditasi sekolah siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara tingkat pendidikan ayah (p=0000) dan tingkat pendidikan
ibu (p=0001) siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B
Persentase terbesar ayah siswa SD berakreditasi A berpendidikan perguruan tinggi
(484) sedangkan ayah siswa SD berakreditasi B berpendidikan SMAsederajat
(514) Berdasarkan hasil analisis tersebut terlihat bahwa orangtua siswa SD
berakreditasi A memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dibanding siswa SD
berakreditasi B Tingkat pendidikan orangtua yang lebih tinggi akan memberikan
stimulasi lingkungan (fisik sosial emosional dan psikologis) yang lebih baik
dibanding orangtua yang tingkat pendidikannya rendah (Suhardjo 2003)
Pekerjaan Orangtua
Tabel 7 menunjukkan sebaran pekerjaan orang tua berdasarkan akreditasi
sekolah Hasil analisis menunjukkan sebagian besar ayah bekerja dibidang swasta
(414) sedangkan ibu siswa sebagian besar tidak bekerja dan merupakan ibu
rumah tangga (768) Berdasarkan akreditasi ayah siswa SD akreditasi A
umumnya bekerja sebagai PNSPOLRITNI dan pegawai swasta sedangkan ayah
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
14
siswa SD akreditasi B umumnya bekerja dibidang swasta dan wiraswasta Hampir
seluruh ibu siswa SD akreditasi B merupakan ibu rumah tangga (971) berbeda
dengan ibu siswa SD akreditasi A Meskipun sebagian besar ibu siswa SD
akreditasi A merupakan ibu rumah tangga (656) akan tetapi ada ibu yang
bekerja baik sebagai PNSPOLRITNI pegawai swasta wiraswasta dan lainnya
Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara
pekerjaan ayah (p=0008) dan ibu (p=0001) siswa SD akreditasi A dan B
Tabel 7 Sebaran siswa berdasarkan pekerjaan orangtua dan akreditasi sekolah
Jenis Pekerjaan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Ayah
PNSPOLRITNI 14 219 1 29 15 152
Swasta 28 438 13 371 41 414
Wiraswasta 12 188 13 371 25 253
Lainnya 10 156 8 229 18 182
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Ibu
PNSPOLRITNI 6 94 0 0 6 61
Swasta 8 125 0 0 8 81
Wiraswasta 6 94 0 0 6 61
Ibu rumah tangga 42 656 34 971 76 768
Lainnya 2 31 1 29 3 30
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Keluarga dimana kedua orangtua bekerja banyak ditemukan pada siswa SD
berakreditasi A Keluarga dengan kedua orangtua bekerja kemungkinan memiliki
pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
Galobardes et al (2001) menyatakan bahwa pendidikan dan pekerjaan
mempengaruhi pola diet dimana subjek yang berasal dari pendidikan danatau
pekerjaan yang lebih rendah memiliki pola diet yang kurang sehat
Pendapatan Keluarga
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan pendapatan rumah tangga
sebagai pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang
berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-
anggota rumah tangga Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa
faktor produksi tenaga kerja balas jasa kapital dan pendapatan yang berasal dari
pemberian pihak lain (transfer) Dalam penelitian ini pendapatan keluarga
merupakan jumlah pendapatan yang diperoleh kepala keluarga maupun anggota
keluarga dalam satu bulan dan dinilai dalam bentuk uang Sebaran pendapatan
keluarga dapat dilihat pada Tabel 8
Secara umum tingkat pendapatan keluarga siswa tersebar merata antara lt1
juta rupiahbulan hingga gt6 juta rupiahbulan Sebanyak 273 keluarga siswa
memiliki pendapatan lt1 juta rupiahbulan Berdasarkan akreditasi karakteristik
pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A berbeda secara signifikan dengan
SD akreditasi B (p=0000) Persentase terbesar keluarga siswa SD berakreditasi A
(297) berpendapatan gt6 juta rupiahbulan dan 4-6 juta rupiahbulan (203)
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
15
sedangkan keluarga siswa SD akreditasi B (429) berpendapatan lt1 juta
rupiahbulan Terlihat bahwa keluarga siswa SD berakreditasi A memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik
Tabel 8 Sebaran siswa berdasarkan tingkat pendapatan keluarga dan akreditasi
sekolah
Tingkat Pendapatan
(Rpbulan)
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
lt 1 juta 12 188 15 429 27 273
1-19 juta 10 156 11 314 21 212
2-39 juta 13 203 8 229 21 212
4-6 juta 10 156 1 29 11 111
gt 6 juta 19 297 0 0 19 192
Total 64 1000 35 1000 99 1000
p 0000
Meningkatnya pendapatan di negara-negara berkembang seiring dengan
meningkatnya paparan pola makan ―urban menghasilkan banyaknya konsumsi
makanan bergaya barat Hasilnya adalah konsumsi makanan yang lebih padat
energi dengan demikian biasanya asupan kalori naik secara substansial di
wilayah ini terutama pada kelompok berpenghasilan tinggi Terdapat bukti bahwa
transisi diet juga terjadi di rumah tangga miskin terutama dengan meningkatnya
ketergantungan pada makanan jalanan Daerah kumuh perkotaan sering dicirikan
dengan makanan jalanan yang berusaha meniru produk bermerek outlet makanan
cepat saji (Pingali 2004) Drewnowski amp Specter (2004) dalam artikelnya tentang
kemiskinan dan obesitas menyatakan bahwa hubungan antara kemiskinan dan
obesitas dapat dijelaskan sebagian oleh rendahnya harga makanan padat energi
dan diperkuat oleh palatabilitas yang tinggi dari lemak dan gula
Besar Keluarga
Besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota keluarga yang terdiri
dari bapak ibu anak dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama di satu
rumah Jumlah keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi pangan
(Iskandar 2012) Berdasarkan BKKBN (1998) besar keluarga dikategorikan
menjadi tiga yaitu keluarga kecil (le 4 orang) keluarga sedang (5-7 orang) dan
keluarga besar (ge 8 orang) Tabel 9 di bawah ini menyajikan data sebaran besar
keluarga siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Jumlah anggota keluarga siswa dalam penelitian ini berkisar antara 3 sampai
12 orang Sebagian besar keluarga siswa (96) adalah keluarga kecil dan sedang
hanya sekitar 4 keluarga siswa yang merupakan keluarga besar Median besar
keluarga siswa SD berakreditasi A adalah 4 orang dan median besar keluarga
berakreditasi B adalah 5 orang Baik keluarga siswa di SD dengan akreditasi A
maupun sekolah dengan akreditasi B merupakan keluarga kecil dan sedang Hasil
uji komparatif Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara besar keluarga siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD
berakreditasi B (p=0305)
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
16
Tabel 9 Sebaran siswa berdasarkan besar keluarga dan akreditasi sekolah
Besar Keluarga Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Kecil 32 500 14 400 46 465
Sedang 30 469 19 543 49 495
Besar 2 31 2 57 4 40
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (orang)
(Min Maks) 4 (3 12) 5 (3 9) 5 (3 12)
p 0305
Konsumsi Pangan
Pengukuran konsumsi pangan subjek dilakukan menggunakan metode food
recall 2x24 jam Metode food recall digunakan untuk mengetahui jumlah
makanan sehingga asupan zat gizi dapat dihitung Metode food recall mudah
digunakan relatif murah cepat dan dapat memberikan gambaran nyata konsumsi
pangan individu Akan tetapi apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24
jam) maka data yang didapat kurang representatif untuk menggambarkan
kebiasaan makan individu Untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan
kebiasaan makan individu recall 24 jam harus dilakukan secara berulang-ulang
dan pada hari yang tidak berturut-turut Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan food recall adalah food recall sangat tergantung pada daya ingat
individu (Supariasa et al 2001) Tabel 10 menyajikan data jumlah siswa yang
mengonsumsi kelompok makanan dan olahannya
Tabel 10 Jumlah siswa yang mengonsumsi makanan olahan
Jumlah yang Mengonsumsi
n
Makanan Pokok 99 1000
Daging dan olahannya 50 505
Ayam dan olahannya 87 879
Ikan dan olahannya 26 263
Telur dan olahannya 87 879
Susu dan olahannya 57 576
Kacang-kacangan dan olahannya 44 444
Sayur dan olahannya 55 556
Buah dan olahannya 27 273
Minuman 90 909
Jajanan 92 929
Total 99 1000
Data konsumsi makanan olahan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 1
Kelompok makanan olahan yang banyak dikonsumsi siswa adalah kelompok
makanan pokok ayam dan olahannya telur dan olahannya susu dan olahannya
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
17
sayur dan olahannya minuman serta jajanan Kelompok daging dan olahannya
ikan dan olahannya kacang-kacangan dan olahannya serta buah dan olahannya
hanya dikonsumsi oleh kurang dari 50 siswa Pada kelompok makanan pokok
makanan olahan yang paling sering dikonsumsi adalah nasi mie instan dan nasi
goreng Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi siswa adalah ayam goreng
telur ayam goreng dan bakso daging Makanan jajanan yang paling sering
dikonsumsi siswa adalah wafer cookies keripik olahan kentang serta cilokcireng
Makanan-makanan tersebut adalah makanan yang banyak mengandung lemak
gula dan rendah serat Deni dan Dwiriani (2009) dalam penelitiannya mengenai
pengetahuan gizi aktivitas fisik dan konsumsi pangan pada siswa sekolah dasar
yang berstatus gizi normal dan overweight menunjukkan hasil yang serupa
Sebagian besar siswa memenuhi kebutuhan makanan pokok dari nasi dan mie
instan kebutuhan protein dari daging dan telur ayam serta makanan jajanan yang
paling sering dikonsumsi adalah biskuit Siswa masih kurang mengonsumsi sayur
buah serta tahu dan tempe (kacang-kacangan) Tabel 11 menunjukkan jumlah
jenis pangan dan rata-rata konsumsi kelompok pangan
Tabel 11 Jumlah jenis makanan olahan dan rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
Jumlah Jenis Makanan
Olahan (n)
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari)
Makanan Pokok 18 4379
Daging dan olahannya 4 244
Ayam dan olahannya 8 567
Ikan dan olahannya 5 91
Telur dan olahannya 1 464
Susu dan olahannya 7 625
Kacang-kacangan dan olahannya 6 171
Sayur dan olahannya 16 277
Buah dan olahannya 18 343
Minuman 12 2393
Jajanan 31 751
Menurut Soekirman et al (2010) anjuran pembagian makan sehari
kelompok usia 10-19 tahun adalah nasi 6 porsi (600 g) daging 3 porsi (300 g)
tempe 4 porsi (200 g) sayur 3 porsi (300 g) dan buah 45 porsi (250-800 g)
Secara umum konsumsi pangan siswa masing belum sesuai anjuran terutama
konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan buah-buahan dan sayur-sayuran
Meskipun jenis sayur dan buah yang dikonsumsi sudah cukup banyak masing-
masing 16 dan 18 jenis akan tetapi jumlahnya masih sangat kurang Anjuran
konsumsi sayur dan buah siswa adalah 300 g dan 250 g sedangkan konsumsinya
hanya 277 gkaphari dan 343 gkaphari Begitu pula halnya dengan kacang-
kacangan
Hasil penelitian Aeberli et al (2007) mengenai asupan makanan pada anak
overweight dan normal berusia 6-14 tahun di Swiss menunjukkan hasil yang lebih
tinggi Median konsumsi buah anak overweight perempuan adalah 199 ghari dan
laki-laki 264 ghari Kemudian median konsumsi sayur pada perempuan dan laki-
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
18
laki adalah 92 ghari dan 90 ghari Moshki amp Bahrami (2013) melakukan
penelitian mengenai perilaku konsumsi makan siswa sekolah dasar di Gonabad
Hasil menunjukkan roti dan biji-bijian merupakan satu-satunya kelompok pangan
yang dikonsumsi dengan jumlah yang sesuai dengan anjuran yang
direkomendasikan untuk anak Konsumsi kelompok pangan lainnya termasuk
protein susu dan pangan olahannya buah dan sayur lebih rendah dari anjuran
yang direkomendasikan
Asupan Energi dan Zat Gizi
Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola makan dan asupan gizi
yang tidak terlalu berbeda dengan teman sebayanya Perbedaan asupan gizi antara
anak laki-laki dengan perempuan meningkat secara bertahap mulai umur 12 tahun
Anak laki-laki mengonsumsi makanan lebih banyak dengan demikian energi dan
zat-zat gizi yang diserapnya akan lebih besar daripada anak perempuan Walaupun
pada umumnya jumlah dan variasi makanan yang dimakan anak usia sekolah
bertambah akan tetapi banyak diantara mereka yang tidak menyukai sayuran
Anak usia sekolah pada umumnya menyukai makanan jajanan seperti mie bakso
siomay goreng-gorengan dan makanan manis seperti kue-kue (Almatsier 2011)
Tabel 12 menyajikan median asupan energi dan zat gizi siswa sekolah
berakreditasi A dan B dan Tabel 13 menyajikan median asupan energi dan zat gizi
siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 12 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan akreditasi sekolah
Energi dan
zat Gizi
(kaphari)
AKG
Asupan
p Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi (kkal) 1850-2100 1786
(919 3494)
1777
(864 3238)
1777
(864 3494) 0830
Protein (g) 49-60 57
(17 165)
57
(14 102)
57
(14 165) 0169
Lemak (g) 67-72 53
(12 125)
50
(12 114)
53
(12 125) 0924
Karbohidrat
(g) 254-289
343
(117 1437)
340
(138 701)
340
(117 1437) 0786
Kalsium
(mg) 1000-1200
637
(115 5980)
485
(78 3341)
557
(78 5980) 0158
Fosfor (mg) 500-1250 607
(168 3525)
492
(122 7250)
568
(122 7250) 0029
Besi (mg) 10-14 15
(6 205)
11
(3 67)
14
(3 205) 0116
Vitamin A
(g) 500-600
404
(23 2170)
326
(7 811)
365
(7 2170) 0260
Vitamin C
(mg) 45-50
17
(0 454)
11
(0 139)
15
(0 454) 0117
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
19
Tabel 13 Angka kecukupan serta median asupan energi dan zat gizi siswa
berdasarkan jenis kelamin
Energi dan
zat gizi
(kaphr)
Laki-laki Perempuan Asupan
Keseluruhan p
AKG Asupan AKG Asupan
Energi
(kkal)
1850-
2100
1777
(864 3254)
1850-
2000
1802
(890 3494)
1777
(864 3494) 0673
Protein (g) 49-56 56
(14 165) 49-60
57
(17 118)
57
(14 165) 0710
Lemak (g) 70-72 55
(20 125) 67-72
49
(12 114)
53
(12 125) 0305
Karbohidrat
(g)
254-
289
315
(151 1437)
254-
279
363
(117 858)
340
(117 1437) 0872
Kalsium
(mg)
1000-
1200
630
(78 5980)
1000-
1200
524
(134 5728)
557
(78 5980) 0510
Fosfor (mg) 500-
1250
562
(122 7530)
500-
1250
571
(168 3591)
568
(122 7530) 0510
Besi (mg) 10-13 14
(3 182) 10-14
14
(5 205)
14
(3 205) 0983
Vitamin A
(g)
500-
600
326
(7 2170)
500-
600
401
(23 1251)
365
(7 2170) 0244
Vitamin C
(mg) 45-50
11
(0 345) 45-50
17
(3 454)
15
( 0 454) 0061
Terdapat tiga jenis zat gizi makro yaitu karbohidrat protein dan lemak Melalui
proses metabolisme di dalam tubuh karohidrat protein dan lemak menghasilkan
energi Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama dari pangan
sedangkan protein digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier 2011)
Energi
Energi diartikan sebagai ―kapasitas untuk melakukan pekerjaan Energi
berasal dari zat gizi yaitu karbohidrat lemak protein dan alkohol yang terdapat
dalam makanan Kebutuhan akan energi harus dipenuhi secara teratur bagi
kelangsungan hidup Kebutuhan energi didefinisikan sebagai asupan energi
makanan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan energi pada orang sehat
yang telah ditetapkan berdasarkan usia jenis kelamin berat badan tinggi badan
dan tingkat aktivitas fisik (Mahan amp Escott-Stump 2008)
Hasil analisis menunjukkan median asupan energi siswa dalam penelitian ini
adalah 1777 kkalkaphari Berdasarkan akreditasi median asupan energi siswa
SD berakreditasi A dan B tidak berbeda secara signifikan (p=0830) Begitu pula
halnya dengan asupan siswa laki-laki dan perempuan (p=0673) Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan perbedaan asupan anak laki-laki dengan
perempuan meningkat secara bertahap setelah usia 12 tahun dimana dalam
penelitian ini usia siswa berkisar antara 9-13 tahun sehingga perbedaan asupan
antara jenis kelamin belum terlihat jelas
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
20
Protein
Protein di dalam tubuh berperan dalam pemeliharaan jaringan perubahan
komposisi tubuh dan pembentukan jaringan baru Selama masa pertumbuhan
kadar protein tubuh meningkat dari 146 pada umur satu tahun menjadi 18-19
pada umur empat tahun sama dengan kadar protein orang dewasa Penilaian
terhadap asupan protein anak harus mempertimbangkan kecukupan untuk
pertumbuhan mutu protein makanan yang dikonsumsi komposisi asam amino
esensial serta kecukupan vitamin mineral dan energi (Almatsier 2011)
Asupan protein siswa secara keseluruhan memiliki median 57 gkaphari
Begitu pula berdasarkan akreditasi median asupan protein siswa SD berakreditasi
A dan B adalah 57 gkaphari Berdasarkan jenis kelamin median asupan protein
siswa perempuan adalah 57 gkaphari sedangkan asupan protein siswa laki-laki
adalah 56 gkaphari Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara asupan protein baik berdasarkan akreditasi
(p=0169) maupun jenis kelamin (p=0710)
Lemak
Lemak merupakan sumber energi padat yang kandungan energinya dua kali
energi yang dihasilkan karbohidrat atau protein Karena lemak kaya akan protein
maka kebutuhan akan energi dapat tercapai dengan mengonsumsi makanan yang
juga mengandung lemak dalam jumlah yang wajar Lemak dalam diet juga
berperan penting dalam pencernaan penyerapan dan transportasi vitamin larut
lemak
Dewasa ini banyak orang memandang bahwa makanan tinggi lemak
merupakan makanan yang tidak sehat serta dapat menyebabkan kegemukan Telah
banyak penelitian mengenai hubungan asupan lemak dalam makanan dengan
kejadian kegemukan Swinburn et al (2004) dalam ulasannya mengenai diet dan
pencegahan kelebihan berat badan dan obesitas menyimpulkan dari penelitian-
penelitian lainnya bahwa pada tingkat makronutrien tidak ada bukti bahwa energi
dari lemak lebih menggemukkan daripada jumlah energi yang sama dari
karbohidrat atau protein Pada tingkat diet masih ada perdebatan tentang efek
komposisi diet pada peningkatan berat badan yang tidak sehat masih diperlukan
penelitian lebih lanjut dalam bidang ini Namun telah terbukti dari berbagai uji
kontrol secara acak bahwa asupan tinggi akan makanan padat energi (yang sering
juga miskin mikronutrien) mempromosikan peningkatan berat badan secara tidak
sehat
Asupan lemak siswa secara umum berada dibawah kisaran kecukupan
lemak untuk anak 9-13 tahun yaitu dengan median 53 gkaphari Begitu pula
dengan asupan lemak siswa bila dilihat berdasarkan akreditasi Baik asupan lemak
siswa SD berakreditasi A maupun siswa SD berakreditasi B masih berada
dibawah kisaran angka kecukupan lemak yang dianjurkan Berdasarkan jenis
kelamin asupan siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan
Meskipun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan siswa
SD berakreditasi A dengan B (p=0924) serta siswa laki-laki dengan siswa
perempuan (p=0305)
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
21
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam makanan yang
menyumbang lebih dari setengah dari total kebutuhan energi sehari Hasil analisis
menunjukkan secara keseluruhan asupan karbohidrat siswa melebihi angka
kecukupan yang dianjurkan yaitu dengan median 340 gkaphari Berdasarkan
akreditasi baik siswa SD berakreditasi A maupun B memiliki asupan diatas angka
kecukupan yang dianjurkan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kedua kelompok sekolah tersebut (p=0786) Begitu pula dengan asupan antara
siswa laki-laki dengan siswa perempuan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara asupan siswa laki-laki dengan siswa perempuan (0872)
Penelitian Deni amp Dwiriani (2009) di Kota Bogor menunjukkan rata-rata
asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa sekolah dasar 9-11 tahun
berstatus gizi overweight yang lebih rendah dibandingkan asupan siswa dalam
penelitian ini yaitu 1479 kkal 410 g 416 g dan 2208 g Sementara itu median
asupan energi protein lemak dan karbohidrat anak overweight 6-14 tahun di
Swiss sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian ini yaitu 1880
kkal 799 g 612 g dan 2352 g pada perempuan serta 1909 kkal 774 g 666 g
dan 2405 g pada laki-laki (Aeberliet al 2007) Selanjutnya penelitian lain pada
anak Sekolah Dasar Negeri berusia 10-12 tahun di Kota Bogor menunjukkan
asupan energi dan protein sebesar 1546 kkal dan 369 g lebih rendah bila
dibandingkan dengan anak sekolah dasar berstatus gizi lebih dalam penelitian ini
(Masti 2009) Asupan zat gizi anak berstatus gizi lebih bervariasi antar daerah dan
antar usia Pada sebagian penelitian asupan zat gizi anak berstatus gizi overweight
dan obes lebih tinggi daripada anak normal sementara pada penelitian lainnya
lebih rendah (Aeberli et al 2007 Deni amp Dwiriani 2009 Elliot et al 2011
Garipagaoglu et al 2008)
Mineral
Mineral berperan penting dalam proses tumbuh-kembang secara normal
Kekurangan konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat mineralisasi
tulang yang tidak cukup cadangan besi yang kurang dan anemia (Almatsier 2011)
Berdasarkan Tabel 10 siswa SD berakreditasi A mempunyai asupan kalsium
dengan median 637 mg lebih tinggi dibandingkan asupan kalsium siswa SD
berakreditasi B dengan median 485 mg Meskipun demikian asupan kalsium
keduanya masih dibawah kecukupan yang dianjurkan Hasil uji beda Mann
Whitney menunjukkan asupan kalsium siswa SD berakreditasi A dan B tidak
berbeda nyata (p=0158) Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin asupan kalsium
kelompok siswa laki-laki lebih tinggi dibanding siswa perempuan dengan median
masing-masing 630 mg dan 524 mg Asupan kalsium siswa laki-laki tidak berbeda
nyata dengan asupan siswa perempuan (p=0510)
Median asupan fosfor siswa SD berakreditasi A adalah 607 mg dan median
asupan fosfor siswa SD berakreditasi B adalah 492 mg Berdasarkan jenis kelamin
median asupan fosfor siswa laki-laki dan perempuan secara berturut-turut adalah
562 mg dan 571 mg Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan asupan fosfor
siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B berbeda secara
signifikan (p=0029) sedangkan asupan fosfor siswa laki-laki dengan siswa
perempuan tidak berbeda signifikan (p=0510)
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
22
Secara umum sumber protein yang baik juga merupakan sumber fosfor
yang baik Daging unggas ikan dan telur merupakan sumber fosfor yang sangat
baik Begitu juga dengan susu dan olahannya kacang-kacangan biji-bijian dan
serealia merupakan sumber fosfor yang baik Sebagian besar asupan fosfor dari
makanan (sekitar 60) berasal dari pangan hewani seperti susu daging unggas
ikan dan telur Sekitar 20 berasal dari kacang-kacangan dan serealia serta 10
berasal dari buah Jumlah asupan fosfor dari bahan aditif makanan pada produk
seperti daging keju minuman dan roti juga cukup signifikan (Mahan amp Escott-
Stump 2008) Asupan fosfor siswa dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari
daging unggas telur dan susu Asupan fosfor siswa sekolah akreditasi A yang
lebih tinggi menunjukkan konsumsi pangan sumber fosfor seperti susu daging
daging unggas yang lebih tinggi
Median asupan zat besi siswa secara keseluruhan adalah 14 mg Siswa SD
berakreditasi A memiliki median asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan
siswa SD berakreditasi B yaitu masing masing 15 mg dan 11 mg Namun hasil uji
beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan zat
besi siswa SD berakreditasi A dengan siswa SD berakreditasi B Berdasarkan
jenis kelamin siswa laki-laki memiliki median asupan zat besi yang sama dengan
siswa perempuan yaitu 14 mg siswa dalam penelitian ini mengonsumsi hati
ayam yang merupakan sumber zat besi yang baik selain itu siswa juga banyak
mengonsumsi telur dan daging unggas
Vitamin
Vitamin A merupakan salah satu vitamin larut lemak Bentuk aktif vitamin
A yang dikenal sebagai retinoid terdapat pada sumber pangan hewani Tanaman
mengandung kelompok senyawa yang dikenal secara kolektif sebagai karotenoid
yang dapat menghasilkan retinoid ketika dimetabolisme dalam tubuh Vitamin A
berperan penting dalam fungsi penglihatan dan berbagai fungsi sistemik termasuk
diferensiasi sel normal pertumbuhan dan perkembangan fungsi kekebalan tubuh
serta reproduksi (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin A siswa
dalam penelitian ini adalah 365 g dibawah angka kecukupan yang dianjurkan
Berdasarkan akreditasi asupan vitamin A siswa SD berakreditasi A sedikit lebih
tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B namun tidak berbeda signifikan
(p=0260) Berdasarkan jenis kelamin asupan vitamin A siswa laki-laki lebih
rendah dibanding siswa perempuan namun tidak berbeda signifikan (p=0244)
Vitamin C atau asam askorbat berfungsi dalam reaksi oksidasi-reduksi dan
disintesis dari glukosa dan galaktosa oleh tanaman dan kebanyakan hewan Akan
tetapi manusia dan primata lain tidak dapat melakukan sintesis vitamin C sendiri
Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin serta bertindak sebagai
antioksidan (Mahan amp Escott-Stump 2008) Median asupan vitamin C siswa
dalam penelitian ini secara keseluruhan adalah 15 mg jauh dibawah angka
kecukupan yang dianjurkan Median asupan siswa SD berakreditasi A (17 mg)
lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B (11 mg) Meskipun begitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok akreditasi (p=0117)
Berdasarkan jenis kelamin asupan siswa laki-laki (11 mg) lebih rendah dibanding
siswa perempuan (17 mg) namun tidak terdapat perbedaan signifikan antara
keduanya (p=0061) Vitamin C banyak terdapat di dalam buah-buahan sayur-
sayuran organ hewan maupun makanan yang diperkaya vitamin C Kekurangan
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
23
asupan vitamin C kemungkinan disebabkan kurangnya konsumsi buah dan sayur
oleh siswa
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Tingkat kecukupan merupakan gambaran pemenuhan kebutuhan zat gizi
dari konsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan Tingkat
kecukupan zat gizi diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan
angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan Depkes (1996) membedakan tingkat
kecukupan energi dan protein menjadi lima kelompok yaitu defisit tingkat berat
(lt70 AKG) defisit tingkat sedang (70-79 AKG) defisit tingkat ringan (80-
89 AKG) normal (90-119 AKG) dan berlebih (ge120 AKG) Sedangkan
berdasarkan Gibson (2005) tingkat kecukupan zat gizi mikro dikelompokkan
menjadi dua yaitu kurang (lt77 AKG) dan cukup (ge77) Tabel 14
menunjukkan median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa pada SD
berakreditasi A dan B dan Tabel 15 menunjukkan median tingkat kecukupan
energi dan zat gizi siswa laki-laki dan perempuan
Tabel 14 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan
akreditasi sekolah
Tingkat Kecukupan Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
Energi 86 (46 175) 89 (43 163) 86 (43 175)
Protein 95 (29 308) 99 (26 190) 98 (26 308)
Lemak 76 (17 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 120 (42 470) 121 (46 282) 121 (42 470)
Kalsium 53 (10 498) 40 (7 278) 46 (7 498)
Fosfor 50 (13 282) 39 (10 602) 46 (10 602)
Besi 112 (24 1464) 85 (25 514) 109 (24 1464)
Vitamin A 67 (4 362) 54 (1 135) 61 (1 362)
Vitamin C 34 (0 909) 21 (0 279) 30 (0 909)
Tabel 15 Median tingkat kecukupan energi dan zat gizi siswa berdasarkan jenis kelamin
Tingkat Kecukupan Laki-laki Perempuan Keseluruhan
Energi 82 (43 161) 90 (44 175) 86 (43 175)
Protein 96 (26 308) 98 (29 217) 98 (29 217)
Lemak 79 (30 187) 73 (17 170) 74 (17 187)
Karbohidrat 107 (46 470) 139 (42 284) 121 (42 470)
Kalsium 53 (7 498) 44 (11 477) 46 (7 498)
Fosfor 45 (10 602) 47 (13 287) 46 (10 602)
Besi 110 (24 1297) 108 (37 1464) 109 (24 1464)
Vitamin A 54 (1 362) 67 (4 208) 61 (1 362)
Vitamin C 22 (0 690) 34 (5 909) 30 (0 909)
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
24
Energi
Median tingkat kecukupan energi siswa dalam penelitian ini adalah 86
dengan kisaran 43-175 dan tergolong defisit ringan Selanjutnya berdasarkan
Tabel 16 sebanyak 263 siswa memiliki tingkat kecukupan energi dalam
kategori normal dan 192 dalam kategori berlebih Deni amp Dwiriani (2009)
dalam penelitiannya pada anak SD di Bogor menemukan bahwa rata-rata tingkat
kecukupan energi anak overweight adalah 736 lebih rendah daripada tingkat
kecukupan energi siswa dalam penelitian ini Selanjutnya dibandingkan dengan
tingkat kecukupan energi anak sekolah dasar normal di Bogor yaitu 685
tingkat kecukupan siswa berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi
(Masti 2009)
Median tingkat kecukupan energi siswa SD berakreditasi A adalah 86
dengan kisaran 46-175 dan median tingkat kecukupan energi siswa SD
berakreditasi B adalah 89 dengan kisaran 43-163 Menurut jenis kelamin
median tingkat kecukupan energi siswa laki-laki adalah 82 dan tingkat
kecukupan energi siswa perempuan adalah 90 Persentase siswa yang
mengalami defisit energi hampir sama antara siswa SD berakreditasi A dan B
Persentase siswa yang mengalami defisit energi lebih tinggi pada siswa laki-laki
daripada perempuan
Tabel 16 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi makro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Energi
Defisit berat 14 219 12 343 16 302 10 217 26 263
Defisit
sedang 11 172 2 57 9 170 4 87 13 131
Defisit ringan 10 156 5 143 6 113 9 196 15 152
Normal 19 297 7 200 16 302 10 217 26 263
Lebih 10 156 9 257 6 113 13 283 19 192
Protein
Defisit berat 9 141 11 314 9 170 11 239 20 202
Defisit
sedang 6 94 1 29 3 57 4 87 7 71
Defisit ringan 10 156 2 57 10 189 2 43 12 121
Normal 27 422 15 429 22 415 20 435 42 424
Lebih 12 188 6 171 9 170 9 196 18 182
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Protein
Hasil analisis tingkat kecukupan protein siswa secara keseluruhan
menunjukkan median 98 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat
kecukupan protein menunjukkan persentase terbesar siswa (424) memiliki
tingkat kecukupan protein normal dan 182 tergolong berlebih Hasil penelitian
mengenai tingkat kecukupan protein dalam penelitian ini berbeda dengan
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
25
penelitian Deni amp Dwiriani (2009) pada anak overweight di kota Bogor dimana
tingkat kecukupan proteinnya adalah 893 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini Begitupula dengan tingkat kecukupan protein anak sekolah normal
dalam penelitian Masti (2009) yaitu 858 lebih rendah dibandingkan hasil
penelitian ini
Berdasarkan akreditasi median tingkat kecukupan protein siswa SD
berakreditasi A (95) sedikit dibawah median tingkat kecukupan siswa SD
berakreditasi B (99) Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan
protein menunjukkan persentase siswa SD berkareditasi A dan B yang termasuk
kategori normal dan berlebih serupa Akan tetapi presentasi siswa dengan
kategori tingkat kecukupan defisit berat lebih banyak terdapat pada sekolah
berakreditasi B Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan protein
siswa laki-laki dan perempuan juga serupa
Lemak
Tingkat kecukupan lemak secara umum masih dibawah kecukupan yang
dianjurkan yaitu 74 Berdasarkan akreditasi tingkat kecukupan lemak siswa SD
berakreditasi A lebih tinggi dibanding siswa SD berakreditasi B sedangkan
berdasarkan jenis kelamin tingkat kecukupan siswa laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan Hasil tingkat kecukupan lemak dari asupan dalam
penelitian ini lebih rendah dibanding tingkat kecukupan lemak dalam penelitian
Deni amp Dwiriani (2009) pada anak SD overweight di Bogor dimana kecukupan
lemak dari asupan mencapai 933 Lemak mengandung energi paling besar per
gram bila dibandingkan dengan zat gizi makro lainnya Konsumsi makanan
mengandung lemak membantu tercukupinya kebutuhan energi
Karbohidrat
Hasil analisis menunjukkan median tingkat kecukupan karbohidrat siswa
adalah 121 Median tingkat kecukupan antara siswa SD berakreditasi A dan B
hampir sama yaitu masing-masing 120 dan 121 Berdasarkan jenis kelamin
tingkat kecukupan karbohidrat siswa perempuan (139) jauh lebih tinggi
dibanding siswa laki-laki (107) Tingkat kecukupan karbohidrat pada siswa
berstatus gizi lebih dalam penelitian ini lebih tinggi dibanding tingkat kecukupan
karbohidrat siswa yang mengalami kegemukan dalam penelitian Deni amp Dwiriani
(2009) yaitu 628
Meskipun kelebihan asupan energi diduga menjadi penyebab utama
kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan orang dewasa namun sulit
untuk membuktikannya Beberapa studi validasi menunjukkan bahwa asupan
energi yang berasal dari berbagai metode pengukuran konsumsi makanan pada
anak-anak mungkin tidak dapat mencerminkan kebiasaan makan dewasa dan
anak-anak Selain itu orang dewasa baik obes maupun tidak obes cenderung
meremehkan asupan makan mereka sehingga laporan asupan makan lebih rendah
dari yang seharusnya (Lytle 1993 Goldberg 1991 dalam Aeberli 2007)
Pengukuran asupan makanan dalam penelitian ini menggunakan metode recall 24
jam yang dilakukan selama dua hari berturut-turut Ketepatan hasil recall
ditentukan oleh daya ingat responden dan keterampilan enumerator dalam
menggambarkan alat ukuran rumah tangga yang digunakan Hal ini dapat
menimbulkan bias dan salah pengertian dalam pengambilan data
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
26
Mineral
Tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi siswa secara keseluruhan
berturut-turut adalah 46 46 dan 109 Selanjutnya berdasarkan Tabel 17
sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan mineral kalsium dan fosfor yang
berada pada kategori kurang sedangkan kecukupan besi tergolong cukup
Persentase siswa dengan kategori tingkat kecukupan kalsium fosfor dan besi yang
berada pada kategori kurang lebih banyak terdapat di SD berakreditasi B
dibandingkan SD berakreditasi A Persentase siswa laki-laki dengan tingkat
kecukupan kalsium dan besi yang berada pada kategori cukup lebih tinggi
dibandingkan siswa perempuan sebaliknya persentase siswa perempuan dengan
tingkat kecukupan fosfor cukup lebih tinggi dibanding siswa laki-laki
Tabel 17 Sebaran siswa berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi dan zat
gizi mikro
Kategori
Tingkat
Kecukupan
Akreditasi
A
Akreditasi
B Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n n n
Kalsium
Kurang 46 719 26 743 36 679 36 783 72 727
Cukup 18 281 9 257 17 321 10 217 27 273
Fosfor
Kurang 45 703 29 829 42 792 32 696 74 747
Cukup 19 297 6 171 11 208 14 304 25 253
Besi
Kurang 12 188 15 429 12 226 15 326 27 273
Cukup 52 812 20 571 41 774 31 674 72 727
Vit A
Kurang 41 641 26 743 38 717 29 630 67 677
Cukup 23 359 9 257 15 283 17 370 32 323
Vit C
Kurang 43 672 28 800 38 717 33 717 71 717
Cukup 21 328 7 200 15 283 13 283 28 283
Total 64 1000 35 1000 53 1000 46 1000 99 1000
Vitamin
Sama halnya dengan tingkat kecukupan mineral tingkat kecukupan vitamin
siswa masih rendah Secara keseluruhan tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin
C siswa berturut-turut adalah 61 dan 30 Tabel 17 menunjukkan sebagian
besar siswa masih memiliki tingkat kecukupan vitamin A dan vitamin C yang
tergolong kurang Persentase siswa dengan tingkat kecukupan vitamin A dan
vitamin C kurang lebih banyak di sekolah berakreditasi B dibanding sekolah
berakreditasi A Persentase siswa perempuan dengan tingkat kecukupan vitamin A
cukup lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki sedangkan tingkat kecukupan
vitamin C serupa antara laki-laki dan perempuan
Hasil analisis karakterisitik siswa dan keluarga siswa dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa SD berakreditasi A memiliki status sosial ekonomi
yang lebih baik dibandingkan siswa SD berakreditasi B Darmon amp Drewnowski
(2008) dalam ulasannya atas beberapa penelitian mengenai hubungan antara status
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
27
soial ekonomi dengan kualitas diet menyimpulkan bahwa orang dengan
pendidikan dan status ekonomi yang lebih baik mengonsumsi diet berkualitas
tinggi sedangkan mereka yang berasal dari status sosial ekonomi rendah
mengonsumsi diet padat energi yang miskin gizi
Konsumsi dan Asupan Serat
Tingkat kecukupan serat dihitung dengan cara membandingkan asupan serat
dengan kebutuhan serat Data kandungan serat makanan diperoleh dari berbagai
sumber yaitu buku penuntun diet informasi nilai gizi pada kemasan makanan dan
USDA National Nutrient Database for Standard Reference Berdasarkan WNPG
(2012) tingkat kecukupan serat dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang (lt19 g)
cukup (19-30 g) dan lebih (gt30 g) Tabel 18 menunjukkan asupan dan tingkat
kecukupan serat siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan Tabel 19 menunjukkan
asupan serta tingkat kecukupan serat siswa berdasarkan jenis kelamin
Tabel 18 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan akreditasi sekolah dan
tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan p
n n n
Kurang 58 906 33 943 91 919
Cukup 6 94 1 29 7 71
Lebih 0 0 1 29 1 10
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (g) 115
(45 253)
112
(41 361)
114
(41 361)
0338
Tabel 19 Asupan serat dan sebaran siswa berdasarkan jenis kelamin dan
klasifikasi tingkat kecukupan serat
Kategori tingkat
kecukupan serat
Laki-laki Perempuan Keseluruhan p
n n n
Kurang 52 981 39 848 91 919
Cukup 1 19 6 130 7 71
Lebih 0 0 1 22 1 10
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median
112
(51 201)
116
(41 361)
114
(41 361)
0229
Hasil analisis menunjukkan median asupan serat siswa adalah 114 g masih
dibawah kecukupan yang dianjurkan yaitu 19-30 gkaphari Hasil penelitian
Puspamika (2014) di Kota Denpasar menunjukkan asupan serat anak sekolah
dasar berusia 9-12 tahun adalah 59 g lebih rendah dibandingkan penelitian ini
Lebih dari 90 siswa memiliki tingkat kecukupan serat dengan kategori kurang
dan hanya sekitar 7 siswa yang asupan seratnya cukup Tidak ada perbedaan
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
28
signifikan antara asupan serat siswa sekolah berakreditasi A dan B (p= 0338)
Begitu pula dengan asupan serat berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat
perbedaan sigifikan antara siswa laki-laki dan perempuan (p= 0229)
Kekurangan asupan serat makanan yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi pangan nabati sumber serat berhubungan dengan prevalensi konstipasi
pada anak Konsumsi yang lebih tinggi dari makanan nabati telah dikaitkan
dengan penurunan risiko obesitas kanker yang berhubungan dengan diet penyakit
kardiovaskular stroke diabetes tipe 2 dan osteoporosis (Lee et al 2008) Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian Johnson (2008) yang menemukan bahwa diet yang
padat energi tinggi lemak namun rendah serat berhubungan dengan kejadian
kegemukan pada anak
Aktivitas Fisik
WHO mendefinisikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh yang dihasilkan
oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi Aktivitas fisik intesitas
sedang yang dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki bersepeda atau
berpartisipasi dalam olah raga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan
Misalnya dapat mengurangi risiko penyakit jantung kanker diabetes dan depresi
Apalagi aktivitas fisik dengan tingkat yang memadai akan mengurangi risiko
patah tulang belakang atau pinggul dan membantu mengontrol berat badan
Aktivitas fisik merupakan komponen kedua terbesar setelah tingkat
metabolisme basal dalam pengeluaran energi harian (FAOWHOUNU 2001)
Kontribusi aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi total bervariasi antar anak
dan pada anak di hari yang berbeda Pada semua umur pola aktivitas anak
berbeda baik dalam hal jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
maupun dalam intensitas melakukan aktivitas Ada anak yang melakukan aktivitas
ringan seperti melihat-lihat buku menonton TV dan ada juga yang melakukan
aktivitas berat seperti berlari melompat dan melakukan gerakan-gerakan tubuh
(Almatsier 2011) Tabel 20 menyajikan rata-rata alokasi waktu aktivitas siswa
Tabel 20 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis aktivitas
Jenis Kegiatan Rata-rata Alokasi Waktu
Aktivitas Pribadi Harian 135
Transportasi 13
Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya 03
Aktivitas Sekolah 49
Olahraga 08
Aktivitas Hobi 32
Total 240
Aktivitas pribadi meliputi kegiatan tidur siang dan malam hati duduk dan
berdiri santai makan minum dan mandi Waktu tidur siswa berstatus gizi lebih
adalah 97 jam Bila dibandingkan dengan siswa normal dalam penelitian Masti
(2009) siswa berstatus gizi lebih menghabiskan waktu untuk tidur lebih banyak
Siswa normal hanya menghabiskan waktu 86 jam untuk tidur Rata-rata alokasi
waktu setiap jenis aktivitas dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
29
Transportasi menggunakan kendaraan bermotor dimasukkan kedalam jenis
duduk di BusKereta Pada sekolah berakreditasi B masih banyak siswa yang
berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki Siswa menggunakan waktu rata-rata
03 jam untuk bermain sepeda Aktivitas olahraga yang dimaksud dalam
penelitian ini termasuk permainan yang melibatkan banyak aktivitas fisik seperti
bermain kejar-kejaran lompat tali sepak bola dan permainan lainnya Karena
permainan tersebut tidak terdapat dalam daftar jenis kegiatan FAOWHOUNU
maka kegiatan bermain dikonversikan kebentuk dasar dari gerakan permainan
tersebut misalnya berlari berjalan bolak-balik dan berdansa Alokasi waktu siswa
untuk berolahraga hanya 08 jam Siswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk
menonton TVKomputerPlay Station Siswa menggunakan waktunya sebanyak 3
jam untuk menonton TVKomputerPlay Station
Zhang et al (2008) menemukan bahwa anak obes lebih banyak
menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan dan kurang aktif
dibandingkan anak yang tidak obes Gaya hidup sedentary dengan aktvitas-
aktivitas ringan pada anak harus diubah menjadi gaya hidup yang lebih aktif untuk
mengurangi terjadinya kegemukan dan obesitas Sigmund et al (2012) menilai
bahwa intervensi aktivitas fisik berbasis sekolah efektif dalam mengurangi
obesitas dan kelebihan berat badan pada anak-anak 6-9 tahun Tabel 21
menunjukkan tingkat aktivitas fisik siswa dalam nilai Physical Activity Level
(PAL)
Tabel 21 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan akreditasi sekolah
Kategori PAL Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Aktivitas
RinganSedentary 49 766 29 829 78 788
Cukup Aktif 9 141 3 86 12 121
Sangat Aktif 6 94 3 86 9 91
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Median (Min Maks) 149 (122 296) 147 (120 252) 147 (120 296)
p 0603
FAOWHOUNU (2001) mengkategorikan tingkat aktivitas fisik (PAL)
menjadi tiga yaitu sedentary atau gaya hidup dengan aktifitas ringan (140 le
PALle 169) aktif atau gaya hidup cukup aktif (170 le PAL le 199) dan gaya
hidup sangat aktif (200 le PAL le 240) Secara keseluruhan sebagian besar siswa
memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary FAOWHOUNU
memberi contoh populasi dengan gaya hidup fisik ringan adalah anak-anak dan
remaja yang setiap hari menghabiskan beberapa jam di sekolah atau dalam
pekerjaan yang menetap tidak melakukan olahraga fisik secara teratur umumnya
menggunakan kendaraan bermotor untuk transportasi dan menghabiskan sebagian
besar waktu luang dalam kegiatan yang memerlukan upaya fisik kecil seperti
menonton televisi membaca menggunakan komputer atau bermain tanpa banyak
menggerakkkan tubuh Tingkat aktivitas fisik siswa SD berakreditasi A serupa
dengan siswa sekolah berakreditasi B dengan median masing-masing 149 dan
147 Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
nyata antara tingkat aktivitas fisik (PAL) antara siswa SD berakreditasi A dan B
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
30
Selanjutnya pada Tabel 22 ditampilkan sebaran PAL dan jenis kelamin
siswa Persentase siswa perempuan dengan tingkat aktivitas kurang aktif lebih
besar dibanding siswa laki-laki pada tingkat yang sama Berdasarkan median
PAL median PAL siswa laki-laki (152) lebih tinggi dibanding siswa perempuan
(146) Akan tetapi hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara keduanya Sebuah penelitian mengenai tingkat aktivitas
pada anak-anak Eropa berusia 9 dan 15 tahun dilakukan oleh Riddoch et al
(2004) Pengukuran aktivitas fisik dilakukan secara objektif menggunakan alat
accelerometer selama empat hari berturut-turut termasuk dua hari akhir pekan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan dan ada pengurangan aktifitas pada masa remaja Aktivitas fisik dalam
penelitian ini diukur secara subjektif melalui catatan kegiatan yang dilaporkan
secara pribadi Pengukuran aktivitas secara objektif lebih akurat dibandingkan
dengan pengukuran subjektif Laporan pribadi sangat tergantung pada daya ingat
anak
Tabel 22 Sebaran siswa berdasarkan PAL dan jenis kelamin
Kategori PAL Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Kurang Aktif 39 736 39 848 78 788
Cukup Aktif 9 170 3 65 12 121
Sangat Aktif 5 94 4 87 9 91
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Median (Min Maks) 152 (128 296) 146 (120 252) 147 (120 296)
p 0204
Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya adalah antropometri gizi yang
dilakukan dengan mengukur berbagai dimensi dan komposisi tubuh WHO (2007)
menyarankan penggunaan z-score dengan indikator TBU dan IMTU dalam
mengukur status gizi anak usia 5-19 tahun Sementara indikator BBU hanya
dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak 5-10 tahun (Onis et al 2007)
Subjek dalam penelitian ini merupakan anak usia sekolah dengan rentang usia 9-
13 tahun sehingga pengukuran status gizi dilakukan menggunakan z-score dengan
indikator TBU dan IMTU
Indeks tinggi badan menurut umur menggambarkan status gizi masa lalu
Tabel 23 dan 24 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi dengan
indikator TBU Hasil Secara umum menunjukkan sebagian besar siswa memiliki
tinggi badan yang tergolong normal Hanya 3 siswa yang tergolong pendek dan
sangat pendek Rata-rata z-score secara keseluruhan adalah -034plusmn122
Berdasarkan akreditasi sekolah rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A
lebih tinggi dibanding z-score siswa sekolah berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan status gizi dengan indikator
TBU antara siswa sekolah berakreditasi A dengan B
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
31
Tabel 23 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 1 16 0 0 1 10
Pendek 1 16 1 29 2 20
Normal 62 969 34 971 96 970
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score -002plusmn129 -052plusmn100 -034plusmn122
p 0049
Selanjutnya berdasarkan jenis kelamin rata-rata z-score siswa laki-laki lebih
tinggi dibanding siswa perempuan Akan tetapi uji beda T-test menunjukkan
perbedaan tersebut tidak signifikan (p=0679) Terdapat 22 siswa perempuan
yang tergolong sangat pendek dan 22 yang tergolong pendek Sedangkan pada
siswa laki-laki terdapat 19 yang tergolong pendek Menurut Almatsier (2011)
antara usia enam tahun dan awal pertumbuhan cepat pada usia remaja terjadi
perbedaan laju pertumbuhan antar-jenis kelamin Pada usia enam tahun anak laki-
laki lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan Namun pada usia
sembilan tahun tinggi badan anak perempuan rata-rata sama dengan anak laki-
laki sedangkan berat badannya sedikit lebih besar
Tabel 24 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (TBU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Keseluruhan
n n n
Sangat pendek 0 0 1 22 1 10
Pendek 1 19 1 22 2 20
Normal 52 981 44 957 96 970
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score -015plusmn120 -025plusmn125 -020plusmn122
p 0679
Tabel 25 menunjukkan sebaran siswa berdasarkan status gizi IMTU dan
akreditasi sekolah Terdapat 64 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi A
dan 35 siswa yang berasal dari SD dengan akreditasi B Jumlah siswa SD dasar
berakreditasi A yang berstatus gizi lebih hampir dua kali lebih banyak daripada
SD berakreditasi B Baik pada SD berakreditasi A maupun SD berakreditasi B
jumlah siswa dengan kategori overweight lebih banyak daripada siswa dengan
kategori status gizi obes Rata-rata z-score siswa sekolah berakreditasi A lebih
tinggi dibandingkan z-score siswa berakreditasi B Hasil uji beda T-test
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara status gizi dengan
iindikator IMTU antara siswa sekolah berakreditasi A dan B (p=0518)
Tabel 26 menunjukkan sebaran status gizi dengan indikator IMTU
berdasarkan jenis kelamin Siswa laki-laki yang berstatus gizi lebih dibandingkan
siswa perempuan jumlahnya lebih banyak Hal ini sejalan dengan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang menunjukkan masalah kegemukan
pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan Rata-rata z-score
siswa laki adalah 186plusmn056 lebih rendah dari z-score siswa perempuan
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
32
Meskipun demikian hasil uji beda T-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan
signifikan antara keduanya
Tabel 25 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan akreditasi sekolah
Kategori status gizi Akreditasi A Akreditasi B Total
n n n
Overweight 37 578 20 571 57 576
Obes 27 422 15 429 42 424
Total 64 1000 35 1000 99 1000
Rata-rata z-score 192plusmn055 184plusmn054 189plusmn054
p 0518
Tabel 26 Sebaran siswa berdasarkan status gizi (IMTU) dan jenis kelamin
Kategori status gizi Laki-laki Perempuan Total
n n n
Overweight 33 623 24 522 57 576
Obese 20 377 22 478 42 424
Total 53 1000 46 1000 99 1000
Rata-rata z-score 186plusmn056 193plusmn052 189plusmn054
p 0522
Hubungan Asupan Energi Zat Gizi Aktivitas Fisik dan Karakteristik
Keluarga dengan Status Gizi
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (pgt005) antara status gizi dengan masing-masing asupan energi dan
zat gizi makro Penelitian Elliott et al (2011) mengenai hubungan antara IMTU
dan lingkar pinggang dengan asupan energi dan persentase asupan energi dari gizi
makro pada anak-anak dan remaja di Australia menunjukkan hasil yang sedikit
berbeda Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan adanya hubungan signifikan
(plt005) namun lemah antara IMTU dan lingkar pinggang dengan total asupan
energi pada anak usia 5 tahun 9-11 tahun dan 14-16 tahun Namun tidak terdapat
korelasi yang signifikan antara IMTU dan lingkar pinggang dengan persentase
asupan energi baik dari protein lemak maupun karbohidrat
Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan status gizi
IMTU (plt005) Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Zhang et al
(2008) yang menemukan perbedaan aktivitas antara anak obes dan normal Anak
obes lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan kegiatan-kegiatan ringan
dan kurang aktif dibandingkan anak yang tidak obes
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
(plt005) antara status gizi IMTU dengan total pendapatan keluarga (r=032)
pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu (r=023) Hasil korelasi ini
menunjukkan adanya kecenderungan positif yang berarti bahwa semakin tinggi
total pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu maka semakin
tinggi status gizi IMTU Korelasi antara status gizi dengan masing-masing tingkat
pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu menunjukkan kekuatan
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
33
korelasi yang lemah (r=020-0399) Riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun
2010 menunjukkan hasil yang sejalan Masalah kegemukan pada kelompok umur
6-12 tahun 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat
pendidikan dan keadaan ekonomi rumahtangga Semakin tinggi tingkat
pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga
prevalensi kegemukan cenderung meningkat
Tabel 27 Uji korelasi Spearman hubungan tingkat pendapatan keluarga pendidikan ayah dan pendidikan ibu dengan status gizi
Variabel Status Gizi
Nilai koefisien korelasi (r)
Tingkat Pendapatan Keluarga 032
Pendidikan Ayah 023
Pendidikan Ibu 023
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek dalam penelitian ini adalah 99 orang siswa laki-laki dan perempuan
berstatus gizi overweight dan obes dengan rentang umur 9-13 tahun Siswa
memiliki median uang saku Rp 5000 Secara umum orangtua siswa baik ayah
maupun ibu menjalani pendidikan formal hingga SMAsederajat dan perguruan
tinggi Selanjutnya sebagian besar ayah siswa bekerja sebagai pegawai swasta
sedangkan ibu siswa tidak bekerja dan merupakan ibu rumah tangga Keadaan
ekonomi keluarga siswa SD berakreditasi A lebih baik daripada B terlihat dari
tingkat pendapatan keluarga siswa SD berakreditasi A yang lebih tinggi
Asupan energi protein lemak dan karbohidrat siswa secara berturut-turut
adalah 1777 kkal 57 g 53 g dan 340 g Tidak terdapat perbedaan asupan energi
dan zat gizi antara siswa SD berakreditasi A dengan B serta antara siswa laki-laki
dengan perempuan Sebagian besar siswa memiliki tingkat kecukupan energi dan
lemak yang tergolong kurang sedangkan tingkat kecukupan protein dan
karbohidrat tergolong cukup Selanjutnya tingkat kecukupan mineral vitamin dan
serat siswa juga sebagian besar masih kurang kecuali zat besi Siswa subjek
penelitian ini memiliki gaya hidup dengan aktivitas ringan atau sedentary
Siswa berstatus gizi lebih terdiri dari 57 siswa overweight dan 42 siswa
obes Baik siswa dengan status gizi overweight maupun obes lebih banyak
terdapat di SD berakreditasi A daripada SD berakreditasi B Berdasarkan jenis
kelamin jumlah siswa laki-laki overweight lebih banyak dari perempuan
sedangkan jumlah siswa obes perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Indikator status gizi TBU menunjukkan sebagian besar siswa berstatus gizi lebih
memiliki tinggi badan normal Uji hubungan Spearman menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara asupan energi dan zat gizi makro serta
aktivitas fisik dengan IMTU z-score siswa (pgt005) Terdapat hubungan yang
signifikan (plt005) namun lemah antara status gizi IMTU z-score dengan tingkat
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
34
pendapatan keluarga (r=032) pendidikan ayah (r=023) dan pendidikan ibu
(r=032)
Saran
Prevalensi kegemukan yang semakin meningkat pada anak usia sekolah
perlu perhatian khusus Perbaikan gaya hidup dan konsumsi pangan dengan
prinsip gizi seimbang juga diperlukan untuk mencapai status gizi yang baik
Kegiatan aktivitas fisik yang diadakan sekolah disarankan untuk memperbaiki
gaya hidup siswa dari gaya hidup sedentary menjadi lebih aktif Pemilihan metode
yang tepat khususnya dalam pengukuran konsumsi pangan dan aktivitas fisik
diperlukan untuk mendapatkan gambaran asupan gizi dan tingkat aktivitas fisik
yang lebih akurat dalam penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aeberli I Kaspar M Zimmermann MB 2007 Dietary intake and physical activity
of normal weight and overweight 6- to 14-year-old Swiss children Swiss Med
WKLY 137 424-430
Almatsier S Soetardjo S Soekatri M 2011 Gizi Seimbang dalam Daur
Kehidupan Jakarta (ID) PT Gramedia Pustaka Utama
Andarwulan N Madanijah S Zulaikhah 2009 Laporan Penelitian Monitoring
dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Nasional Tahun 2008 Bogor (ID) Southeast Asian Food and Agricultural
Science and Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan
Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI
[Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 2011
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional Balitbangkes
Depkes RI Jakarta
Darmon N Drewnowski A 2008 Does social class predict diet quality Am J
Clin Nutr 871107ndash17
Deni Dwiriani CM 2009 Pengetahuan gizi aktivitas fisik konsumsi snack dan
pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal
dan gemuk Jurnal Gizi dan Pangan 4 (2) 91
[Depkes] Departemen Kesehatan 1996 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang Jakarta
Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga
Drewnowski A Specter SE 2004 Poverty and obesity the role of energy density
and energy cost Am J Clin Nutr 796-16
Elliott SA Truby H Lee A Harper C Abbott RA amp Davies PS 2011
Associations of body mass index and waist circumference with energy intake
and percentage energy from macronutrients in a cohort of australian children
Nutrition Journal 1058
Engel JF RD Backwell PW Miniard 1994 Perilaku Konsumen (Edisi Keenam
Jilid I) Jakarta (ID) Binarupa Aksara
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
35
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series 2001 Human Energy
Requirements Rome FAOWHOUNU
Galobardes B Morabla A Bernsterin MS 2001 Diet and socioeconomic
position does the use of different indicators matter Int J of Epidemilogy
30334-340
Garipagaoglu M Sahip Y Budak N Akdikmen O Altan T amp Baban M 2008
Food types in the diet and the nutrient intake of obese and non-obese children
J Clin Res Ped Endo 1(1) 21-29
Gibson RS 2005 Principles of Nutrition Assessment Ed ke-2 New York (USA)
Oxford University
Goldberg GR Black AE Jebb SA et al 1991 Critical evaluation of energy intake
data using fundamental principles of energy physiology 1 Derivation of cut-
off limits to identify under-recording Eur J Clin Nutr 45 569ndash81
Hardinsyah amp Briawan D 1994 Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB
__________amp D Martianto 1992 Gizi Terapan Bogor (ID) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB
__________ Tambunan V 2004 Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
Angka kecukupan energi protein lemak dan serat makanan Jakarta (ID) LIPI
Press
Hidayati SN Irawan R Hidayat B 2009 Obesitas Pada Anak Surabaya Divisi
Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Unair
IOTF 2004 IOTF demands action on chilhood obesity crisis [wwwchweduau]
Iskandar 2012 Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan (suatu studi ke arah
penggunaan indikator tunggal) Bogor (ID) IPB Press
Johnson L Mander AP Jones LR Emmett PM Jebb SA 2008 Energy-dense
low-fiber high-fat dietary pattern is associated with increased fatness in
childhood Am J Clin Nutr 87 846ndash54
Jones Miller J 2004 Dietary fibre intake disease prevention and health
promotion An overview with emphasis on evidence from epidemiology Di
dalam Dietary Fibre bio-active carbohydrates for food and feed JW van der
Kamp N-GAsp J Miller Jones G Schaafsma editor The Netherlands
Wagenigen Academic Publishers
Lee WTK Ip KS Chan JSH Lui NWM Young BWY 2008 Increased
Prevalence of Constipation in Pre-school Children Is Attributable to
Underconsumption of Plant Foods a Community Based Study Journal of
Pediatrics andChild Health 44(4) 170ndash5
Lestari D 2011 Intik energi dan zat gizi pada hari sekolah dan hari libur siswa
Sekolah Dasar di Kota Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Lytle LA Nichaman MZ Obarzanek E et al 1993 Validation of 24- hour recalls
assisted by food records in third-grade children The CATCH Collaborative
Group J Am Diet Assoc 93 1431ndash6
Madanijah S Giriwono PE Nurdin NM 2013 Pola konsumsi pangan sumber
serat dan formulasi produk intervensi pada anak usia sekolah [Laporan
penelitian] Bogor (ID) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Institut Pertanian Bogor
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
36
Mahan K Escott-Stump 2008 Krausersquos Food and Nutrition Therapy USA WB
Saunders Company
Moshki Mahdi amp Bahrami Mahnaz 2013 Food Consumption Behavior among
Elementary Students of Gonabad ZJRMS 15(3) 65-67
Onis Md Onyango AW Borghi E Siyam A Nishida C Siekmann J 2007
Development of a WHO growth reference for school-aged children and
adolescents [httpwwwwhointbulletinvolumes85907-043497en]
Pingali Prabhu 2004 Westernization of Asian Diets and the transformation of
food system Implications for research and policy ESA Working Paper No 04-
17 Agricultural and Development Economic Division FAO
Pramudita RA 2011 Faktor risiko obesitas pada anak sekolah dasar di Kota
Bogor [Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
Puspamika DMRN amp Sutiari NK 2014 Konsumsi serat pada anak sekolah dasar
Kota Denpasar Artikel Penelitian Community Health Volume II No 1 Januari
133-140
Riddoch CJ Andersen LB Wedderkopp Harro M Klasson-Heggebo L Sardinha
LB Cooper AR Ekelund U 2004 Physical activity levels and patterns of 9-
and 15-yr-old European children Medicine amp Science in Sport amp Exercise
0195-9131043601-0086 American College of Sports Medicine
Sigmund E Ansari WE amp Sigmundova D 2012 Does school-based physical
activity decrease overweight and obesity in children aged 6ndash9 years A two-
year non-randomized longitudinal intervention study in the Czech Republic
BMC Public Health 12 570
Soekirman N Afriansyah J Erikania 2010 Sehat dan Bugar Berkat Gizi
Seimbang Jakarta (ID) Yayasan Institut Danone Indonesia
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi Jakarta Bumi Aksara
bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi
Supariasa IDN B Bakri I Fajar 2001 Penilaian Status Gizi Jakarta (ID) Buku
Kedokteran EGC
Swinburn BA Caterson I Seidell JC amp James WPT 2004 Diet nutrition and the
prevention of excess weight gain and obesity Public Health Nutrition 7(1A)
123ndash146
Umardani MR 2011 Kebiasaan jajan aktivitas fisik status gizi dan kesehatan
serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor
[Skripsi] Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor
[WHO] World Health Organization 2000 Obesity Preventing and Managing the
Global Epedemic Geneva WHO Technical Report Series
[WHO] World Health Organization 2007 Growth reference 5-19 years
wwwwhoint [1 Oktober 2013]
[WNPG] Widyakarya Pangan dan Gizi X 2012 Pemantapan Ketahanan Pangan
dan Perbaikan Gizi Berbasis Kemandirian dan Kearifan Lokal Jakarta 20-21
Nopember 2012
Zhang CX Chen YM Chen WQ Deng XQ amp Jiang ZQ 2008 Energy
expenditure and energy intake in 10mdash12 years obese and non-obese Chinese
children in a Guangzhou boarding school Asia Pac J Clin Nutr 17 (2) 235-242
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang
Mengonsumsi
Rata-rata
Konsumsi
(gkaphari) n 1 Makanan Pokok Nasi 95 9596 22419
Ketan Hitam 1 101 015
Bihun Goreng 4 404 147
Bubur 29 2929 4136
Corn Flakes 1 101 016
Energen 1 101 015
Gado-Gado 1 101 076
Mie Instan 55 5556 4297
Koko Crunch 3 303 091
Kwetiau 1 101 101
Lontong 5 505 362
Mie AyamBakso 34 3434 4487 Nasi Goreng 44 4444 5518
Nasi Uduk 11 1111 751
Quaker Oat 1 101 026
Roti 29 2929 1067
Spaghetty 4 404 190
Toge-Tahu 1 101 076
Total 43788
2 Daging dan Olahannya
Bakso 23 2323 647
Daging Kornet 1 101 106
Daging Sapi 17 1717 1088
Worst (Sosis Daging) 22 2222 601
Total 2442
3 Ayam dan Olahannya
Ampela Goreng 2 202 035
Ayam Goreng 76 7677 4241
Ayam Ungkep 7 707 261 Chicken Teriyaki 1 101 020
Hati Ayam 14 1414 253
Nugget Ayam 16 1616 578
Sate Ayam 5 505 266
Usus Ayam Goreng 3 303 023
Total 5674
4 Ikan dan Olahannya
Ikan Goreng 19 1919 732
Ikan Bandeng 3 303 108
Cumi-Cumi Goreng 1 101 046
Ikan Asin Teri Goreng 1 101 008
Sardines dalam Kaleng 2 202 018
Total 910
5 Telur dan Olahannya
Telur Ayam Goreng 87 8788 4642
Total 4642
6 Susu Dan Olahannya
Es Krim 10 1010 336
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
38
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n Keju 5 505 032
Susu Bubuk 13 1313 397
Susu Cair 35 3535 4924
Susu Kental Manis 6 606 124
Yakult 2 202 099
Yoghurt 3 303 342 Total 6253
7 Kacang-Kacangan dan Olahannya
Kacang Kedelai Kering 14 1414 074
Kacang Tanah 7 707 087
Tahu Goreng 14 1414 884
Tempe Goreng 21 2121 609
Tempe Sayur 1 101 032
Toge Seduh 2 202 020
Total 1706
8 Sayur-Sayuran dan Olahannya
Bayam Rebus 16 1616 681
Buncis Rebus 3 303 072
Cap Cai 1 101 026
Daun Singkong Rebus 3 303 049
Jagung Rebus 11 1111 450
Kacang Panjang Rebus 3 303 027 Kangkung Tumis 6 606 142
Ketimun 4 404 064
Kol 1 101 010
Labu Siam 4 404 173
Melinjo 1 101 005
Nangka Muda 1 101 020
Sawi Masak 10 1010 171
Sayur Asem 4 404 085
Sayur Sop 13 1313 545
Wortel Rebus 8 808 250
Total 2767
9 Buah-Buahan dan Olahannya
Alpukat 2 202 131
Anggur 1 101 009 Apel 5 505 469
Belimbing 1 101 086
Jambu Air 1 101 013
Jeruk Manis 9 909 744
Kurma 1 101 024
Mangga 2 202 076
Nanas 1 101 048
Pepaya 1 101 089
Pir 1 101 084
Pisang Goreng 4 404 375
Rambutan 1 101 010 Semangka 1 101 173
Tomat Masak 1 101 007
Jus Jambu 4 404 415
Jeruk Manis Sari 5 505 657
Jus Tomat 1 101 026
Total 3433
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
39
Lampiran 1 Rata-rata konsumsi makanan olahan siswa (lanjutan)
No Jenis Makanan Olahan Jumlah Subjek yang Mengonsumsi
Rata-rata Konsumsi
(gkaphari) n 10 Minuman
Es Cincau 1 101 101
Minuman Berkarbonasi 6 606 884
Es Buah 1 101 036
Es Kelapa Muda 4 404 1630
Es Mambo 3 303 031 Es Sirup Minuman Serbuk 32 3232 2047
Extra Joss 1 101 061
Es Kopi Instan 6 606 331
Milo 8 808 241
Pocari Sweat 4 404 803
Teh ManisKemasan 73 7374 17217
Teh Tawar 3 303 551
Total 23930
11 Jajanan
Agar-Agar 6 606 452
Astor 1 101 003
Bakwan 5 505 192
Batagor 2 202 162
Beng-Beng 7 707 140
Biskuit 14 1414 262 Brownies 2 202 017
Burger 4 404 299
CakueRoti Goreng 1 101 022
Chitato 33 3333 669
CilokCireng 33 3333 1024
Coklat PastaMeses 11 1111 118
Donat 1 101 081
French Fries 2 202 073
Goodtime Chocochip Cookies 53 5354 839
Keripik Pisang 1 101 017
Keripik Singkong 11 1111 427 Kue Bolu 3 303 061
Kue Kering 8 808 416
Makaroni 2 202 014
Martabak 2 202 273
Martabak Telur 1 101 029
Momogi Keju 3 303 027
Pempek 5 505 202
Permen 8 808 082
Pilus 2 202 053
Pizza Beef 5 505 579
Risoles 2 202 064
Siomai 3 303 346 Taro Snack 13 1313 189
Wafer 53 5354 381
Total 7505
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
40
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan
No Aktifitas PAR Kategori
1 Tidur (siang dan malam) 100
Aktivitas Pribadi Harian
2 Tidur-tiduran 120
3 Duduk santai 120
4 Berdiri (P) 150
5 Berdiri (L) 140
6 Mengganti Baju (P) 330
7 Mengganti Baju (L) 240
8 Mencuci Tanganmuka dan rambut 230
9 Makan dan Minum (P) 160
10 Makan dan Minum (L) 140
11 Berjalan santai (L) 210
Transportasi
12 Berjalan santai (P) 250
13 Berjalan lambat (L) 280
14 Berjalan lambat (P) 300
15 Duduk di BusKereta (L) 120
16 Bersepeda (L) 560
17 Bersepeda (P) 360
18 Mengayuh 300
19 Berjalan dengan beban 15-20 kg 350
20 Berjalan dengan beban 25-30 kg 390
21 Berbelanja 460
Pekerjaan Rumah
TanggaAktivitas Lain
22 Mencuci piring 170
23 Menjaga anak kecilbayi 250
24 Memandikan anak kecilbayi 350
25 Menggendong anak kecilbayi 190
26 Beres-beres rumah (umum) 280
27 Beres-beres kasur tidur 340
28 Mengepel Lantai 440
29 Menyapu 230
30 Membersihkan jendela 300
31 Mencuci Pakaian 280
32 Menjemur pakaian 440
33 Menyetrika pakaian (L) 350
34 Menyetrika pakaian (P) 170
35 MenjahitMerajut 150
36 Membersihkan tamanhalaman 360
37 Melakukan panen buah (dengan tangan) 340
38 Memancing dengan pancingan 190
39 Memancing dengan jala 230
40 Memancing dengan tangan 394
41 Mengisi formulir isian (L) 130
Office Worker
42 Mengisi formulir isian (P) 150
43 Membaca (L) 130
44 Membaca (P) 150
45 Duduk di kursi 130
46 Berdiribolak balik 160
47 Mengetik 180
48 Menulis 140
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
41
Lampiran 2 Physical Activity Ratio setiap kegiatan (lanjutan)
No Aktifitas PAR Kategori
49 Olahraga Aerobik - intensitas rendah (L) 351
Olahraga
50 Olahraga aerobik - intensitas rendah (P) 424
51 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (L) 793
52 Olahraga aerobik - intensitas tinggi (P) 831
53 Bowling 421
54 Sepak Bola 800
55 Golf 438
56 Lari - jarak jauh (L) 634
57 Lari - jarak jauh (P) 655
58 Lari sprint (L) 821
59 Lari sprint (P) 828
60 Berenang 900
61 Tennis (L) 580
62 Tennis (P) 592
63 Volley ball 606
64 Berdansamenari 509
Aktivitas Hobi
65 Mendengarkan lagumusik (L) 157
66 Mendengarkan lagumusik (P) 143
67 Melukis (L) 125
68 Melukis (P) 127
69 Bermain kartu (L) 150
70 Bermain kartu (P) 175
71 Bermain piano 225
72 Bermain trumpetseruling 177
73 Membaca (L) 122
74 Membaca (P) 125
75 Menonton TV (L) 164
76 Menonton TV (P) 172
Sumber FAOWHOUNU (2001)
Keterangan L= Laki-laki P= Perempuan
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
42
Lampiran 3 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
1 Aktivitas Pribadi Harian
Berdiri 060
Duduk santai 111
Makan dan Minum 106
Mencuci Tanganmuka dan rambut 045
Mengganti Baju 039
Tidur (siang dan malam) 972
Tidur-tiduran 019
Total 1350
2 Transportasi
Berjalan lambat 003
Berjalan santai 081
Duduk di BusKereta 023
Bersepeda 026
Total 133
3 Pekerjaan Rumah TanggaAktivitas Lainnya
Berbelanja 005
Beres-beres kasur tidur 004
Beres-beres rumah (umum) 005
Mencuci Pakaian 001
Mencuci piring 001
Mengepel Lantai 000
Menjaga anak kecilbayi 006
Menjemur pakaian 000
Menyapu 002
Menyetrika pakaian 001
Total 023
4 Aktivitas Sekolah
Berdiribolak balik 032
Duduk di kursi 061
Membaca 243
Mengetik 038
Mengisi formulir isian 028
Menulis 096
Total 496
5 Olahraga
Berenang 001
Lari - jarak jauh 008
Lari sprint 001
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
43
Lampiran 4 Rata-rata alokasi waktu (jamhari) berdasarkan jenis kegiatan
(lanjutan)
No Jenis Kegiatan Rata-rata (jamhari)
Olahraga Aerobik - intensitas rendah 024 Olahraga Aerobik - intensitas tinggi 000
Sepak Bola 068
Volley ball 000
Total 108
6 Aktivitas Hobi
Berdansamenari 001 Bermain kartuBermain dalam rumah 028
Bermain piano 001
Bermain trumpetseruling 000
Melukis 001
Mendengarkan lagumusik 016
Menonton TV 344
Total 390
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais
44
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda pada tanggal 18 Desember 1991 dari ayah
Jumroni dan ibu Mardiana Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2003
Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Fransiskus 1
Tanjung Karang pada tahun 2006 dan menamatkan pendidikan lanjutan menengah
atas di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada tahun
2009 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB penulis
aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA)
sebagai staf Departemen Sosial dan Lingkungan (Sosling) periode 2010-2011 dan
2011-2012 Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Ekologi
Pangan dan Gizi kelas reguler periode 2013 dan kelas interdepartemen periode
2013 Penulis terlibat pada beberapa kegiatan kepanitiaan diantaranya Masa
Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru IPB (MPKMB IPB) 2010 Peduli Gizi
Indonesia 2012 Indonesian Ecology Expo (INDEX) 2011 dan 2012 Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Sekandis Kabupaten Kota
Baru Kalimantan Selatan pada Juni-Agustus 2012 Selain itu penulis juga
mengikuti Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan Februari-Maret 2013 di
Rumah Sakit Kanker Dharmais