asupan gizi
TRANSCRIPT
Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan asupan zat gizi seseorang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala
sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan
hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia
atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui
objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi
setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas
bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang
mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang
terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan
akan keterangan yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telingan.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca
indera terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari
proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan
bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa indonesia (2001)
pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses
belajar.
Referensi:
Depdiknas. (2008). KBBI Daring. Dipetik Februari 07, 2012, dari Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional:http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Suriasumantri, J. S. (2001). Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wikipedia. Pengetahuan. Dipetik Februari 19, 2012, dari
Wikipedia:http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
Definisi Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, sebagian besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003:121). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Proses Adopsi PerilakuDari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Peneliti Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2) Interest yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus. 3) Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Adoption dimana subjek telah perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Tingkat Pengetahuan dalam Domain KognitifMenurut (Notoatmojo 2003:122) pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (Comprehension)Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan.
3) Aplikasi (Aplication) Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (Analysis) Diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi. Dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya.
5) Sintesis (Synthesis) Sintesis yang menunjukan kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan 1) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Nursalam & Siti Pariani 2000:134).
2) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu (Suwono, 1992) jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam & Pariani 2000:133).
3) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam & Pariani 2000:133).
4) Sosial Ekonomi Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi Nasrul, 1998:248).
Sumber Pengetahuan Manusia 1) Tradisi Dengan adat istiadat kita dan profesi keperawatan beberapa pendepat diterima sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan banyak permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi. Tradisi adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak dianjurkan untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi tradisi mungkin terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena beberapa tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat, dan kebenarannya tidak pernah dicoba/diteliti.
2) Autoritas Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas seseorang dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya tidak teruji secara ilmiah.
3) Pengalaman SeseorangKita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan dan membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b) pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.
4) Trial dan ErrorKadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah. Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering tidak efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi, penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.
5) Alasan yang LogisKita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran yang logis. Pemikiran ini
merupakan komponen yang penting dalam pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk mengevaluasi akurasi permasalahan.
6) Metode IlmiahPendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas (Nursalam, 2001: 9).
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2053284-konsep-tingkat-pengetahuan/#ixzz2QP0IONQQ
Dr. Suparyanto, M.Kes
PENGUKURAN PENGETAHUAN
1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘’tahu’’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan Menurut Rogers, Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif 6 tingkatan ( Notoatmodjo, 2003).
1) Tahu (know)Tahu di artikan sebagai mengikat suatu materi yang talah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami ( comprehention)Memahami di artikan sebagai buatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat di menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (syntesis)Menunjukkan pada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasiatau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu criteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibanding perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran), terhadap stimulus.2) (Notoatmojdo, 2003). dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulasi objek.3) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik
pada stimulus.4) Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
5) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.class="MsoListParagraph" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 92.7pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">6) Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, keasadaran dan sikapnya
3. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo,2003 pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran,yaitu:
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.a. Cara coba salah (trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritasSumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal atau informal , ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadiPengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperolah dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuanCara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
4. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan1) Faktor internala. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2003) ,pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam,2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
b. PekerjaanMenurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan ,tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan ,berulang dan banyak tantangan.Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. UmurMenurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur,tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternala. Faktor Lingkungan
Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (3 lingkungan) merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial BudayaSistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan.Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,yaitu :
1) Baik: Hasil presentase 76%-100%2) Cukup: Hasil presentase 56%-75%
3) Kurang: Hasil presentase > 56%
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta
2. A.Wawan dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuiran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta
3. Bandiyah, Siti , 2009. Kehamilan ,persalinan, dan gangguan kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta
4. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC : Bandung .
5. Brayshaw, Eileen , 2009. Senam hamil dan nifas. Buku Kedokteran EGC. Jakarta6. Dinkes Jombang. 2011. Data senam hamil Tahun 2011. Dinkes Jombang.7. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah .
Salemba Medika. Jakarta8. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data. Salemba Medika. Jakarta9. Mubarak, W.Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Salemba
Medika. Jakarta10.Nasir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Bogor 11.Nirwana, Ade Benih. 2011. Kapita Selekta Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta12.Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka cipta.
Jakarta13.Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta14.Nursalam, dan Siti Pariani. 2010. Pendekatan Praktis Metodologi Riset
Keperawatan. CV. Agung Seto. Jakarta15.Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi II. Salemba Medika. Jakarta16.Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Sarwona Prawirohardjo. Jakarta17.Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwona
Prawirohardjo. Jakarta18.Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010. Senam Kesehatan. Nuha medika.
Yogyakarta19.Sulistiyawati, Ari . 2009. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Salemba
Medika. Jakarta20.Suryono .2011. Metodologi penelitian kesehatan. Mitra Cendekia. Yogyakarta
S t a t u s G i z i Gizi yang kurang menurunkan kekebalan tubuh pada seseorang,sehingga akan mudah terjadi penyakit. Kekurangan protein dankalori serta zat besi, dapat meningkatkan resiko tuberkulosis paru.Daya tahan tubuh akan berfungsi dengan baik apabila pemenuhang i z i d a n m a k a n a n t e r c u k u p i d e n g a n b a i k . D a l a m h a l i n i p e r l u diperhatikan adalah kualitas konsumsi makanan yang ditentukanoleh komposisi jenis pangan. Keadaan nutrisi yang buruk dapatmenurunkan resistensi terhadap tuberkulosis baik pada penderitadewasa maupun anak-anak (Depkes, 2007).
KTI SKRIPSIHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA
ABSTRAK
Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan
kualitas sumber daya manusia. Balita merupakan kelompok rawan gizi. Diusia
ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan
tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan
informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya gangguan gizi. Prevalensi gizi kurang di Kecamatan
sejumlah 19,33% dari 150 balita. Desa Ngempak memiliki prevalensi gizi
kurang sebesar 26,67%. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita dengan
indikator BB/U di Desa Kecamatan Kabupaten. Metode Penelitian : Penelitian
ini merupakan penelitian Analitik Korelasional, karena mencari hubungan dua
variabel yang kemudian dicari koefisien korelasinya, dengan desain cross-
sectional. Sampel adalah semua anak balita yang dalam keadaan sehat atau
tidak menderita penyakit dalam 1 bulan terakhir dan berada di wilayah Desa,
Kecamatan, Kabupaten (Total Sampling) yang melakukan kunjungan
posyandu pada tanggal 5-9 Juli 2009. Teknik pengambilan sampel adalah
teknik Accidental Sampling. Sehingga didapatkan 74 sampel anak balita dan
74 sampel ibu anak balita. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sampel ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak
44 orang (59,46%), sedang sebanyak 21 orang (28,38%), dan rendah
sebanyak 9 orang (12,16%). Hampir seluruh sampel dari anak balita memiliki
status gizi baik yakni 63 balita (85,14%), kurang 8 balita (10,81%), lebih 2
balita (2,70%), dan buruk hanya 1 balita (1,35%). Berdasar uji statistik
korelasi Kendall Tau menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita yang
ditunjukkan dengan nilai p = 0,009 (p<0,05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Anak Balita
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar gizi
untuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang
ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi pangan dan gizi Nasional 2004 –
2010 adalah mengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita
merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi
balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa
mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah menurunnya
tingkat kecerdasan/IQ.
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu
menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat
diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan
sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko
yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi
faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar
kemungkinan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003).
Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenai
tatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga
asupan gizi pada anak kurang. Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita
ini dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara
memelihara gizi dan mengatur makanan anak (Moehji, 1992). Karena dengan
memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang
dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan
timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997). Kurangnya
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah
satu penyebab terj adinya gangguan gizi (Suhardj o, 1992).
Hasil PSG (Pemantauan Status Gizi) Propinsi Jawa Tengah tahun 2006, dari
373,120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50.861 (13,63%). (Din Kes
Prop. Jateng tahun 2006). Sedangkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun
2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita
KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur
terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur
terdapat 8 balita KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG Puskesmas).
Target total KEP Nasional tahun 2007 adalah 15 %, Demikian pula dengan
target KEP Provinsi Jawa Tengah (Laporan Hasil Rencana Strategi Program
Gizi Jawa Tengah Tahun 2004–2010). Kasus KEP yang terjadi di Desa berada
jauh diatas target yang diharapkan, hal ini disebabkan kebanyakan balita
memiliki orang tua yang bekerja sedang pengasuh balita tersebut tidak
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi balita itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubungan
pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi anak balita dengan
indikator berat badan menurut umur (BB/U) di Desa Kecamatan Kabupaten.
B. Perumusan Masalah
1. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat.
Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya
manusia di masa mendatang.
2. Hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari
3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk
Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan
untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%).
3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya
kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas masalah yang dapat
dirumuskan adalah : ”Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang gizi
dengan status gizi anak balita?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi anak balita.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.
b. Mendeskripsikan status gizi anak balita.
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi anak balita.
D. Manfaat Penilitian
3. Bagi penulis, mengetahui permasalahan gizi balita sehingga bisa
memberikan informasi pada ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI
sesuai umur.
4. Bagi ibu, memperoleh gambaran dan informasi mengenai makanan sehat
bagi anak balitanya.
5. Bagi petugas kesehatan, sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan KIE
masalah gizi balita.
6. Bagi pemerintah daerah setempat, sebagai bahan masukan untuk
menentukan kebijakan dalam penanganan masalah gizi balita.
7. Bagi institusi pendidikan, sebagai bahan masukan untuk menambah bahan
pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta
pembaca pada umumnya tentang gizi balita.
http://skripsipedia.wordpress.com/2012/10/24/hubungan-tingkat-pengetahuan-ibu-tentang-gizi-dengan-status-gizi-anak-balita-di-desa/
KTI SKRIPSIHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN
ABSTRAK
PROGRAM DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
5 Bab, 33 Halaman, 10 Tabel, 6 Lampiran
Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yaitu SDM yang sehat,
cerdas dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif merupakan faktor
utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Gizi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental. Penelitian ini termasuk penelitian survei observasional dengan
pendekatan crossectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
siswa kelas 5 di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar
siswa di Sekolah Dasar Negeri 2, Kecamatan, Kabupaten. Pengumpulan
status gizi diperoleh dari data antropometri pengukuran berat badan
menggunakan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5 kg dan
pengukuran tinggi badan dengan microtoise yang mempunyai ketelitian 0,1
cm sedangkan prestasi belajar diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata
siswa semester I dan II. Uji statistik yang digunakan yaitu uji korelasi Pearson
Product Moment.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar siswa dengan p value 0,043. Status gizi yang normal
sebanyak 86,7 % dan tidak normal 13,3 % sedangkan prestasi belajar yang
baik sebanyak 26,7 % dan yang tidak baik sebanyak 73,3%.
Sebagian besar siswa mempunyai status gizi normal menurut Depkes
RI(2005) dengan menggunakan IMT menurut umur sehingga perlu untuk
dipertahankan. Bagi pihak sekolah harus tetap memperhatikan status gizi
siswa melalui sarana UKS dalam upaya mempertahankan status gizi siswa.
Namun prestasi belajar siswa masih sangat perlu ditingkatkan selaras dengan
siswa yang sebagian besar mempunyai status gizi normal.
Kata Kunci : Status Gizi, Prestasi Belajar
Daftar Pustaka : 21 ( 1996 – 2008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada
keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia
yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber
alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia
yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu
sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur
keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index.
Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia
menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda
Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati
peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban Ganda Masalah dan
Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005),
yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-
negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi
dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber
daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah
anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat
individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya
pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian
besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan
(Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih
baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah
dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh
pemerintah maupun oleh kelompok swasta. Meskipun demikian masih
terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan,misal
berat badan yang kurang,anemia defisiensi Fe,defisiensi vitamin C dan
daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium (Sediaoetama, 1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan
lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi
sehingga tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang
energi protein (KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor
dibandingkan anak yang tidak KEP. Anak yang mengalami anemia
mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor dibandingkan yang tidak anemia. Anak
yang mengalami gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) mempunyai IQ
lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang mengalami GAKI (Karsin,
2004).
Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata- rata IQ 11
point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted
(UNICEF 1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga
(36,1%) anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki
usia sekolah yang merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi
anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan
gambaran ini ditemukan baik pada laki-laki maupun perempuan. Jika diamati
perubahan prevalensi anak pendek dari tahun ke tahun maka prevalensi
anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh karena perubahan
yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994 menjadi
36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal
terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan
oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu
(Budiyanto,2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan
dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor
tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi
perumahan (Suhardjo, !996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak
cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini
berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak,
berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang
lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan
terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh
terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008). Dari hasil
penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di kecamatan
kabupaten yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata masih ada prestasi
belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8% (Sukadi,
2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status gizi
terhadap prestasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah apakah ada hubungan status gizi terhadap prestasi siswa Sekolah
Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah Dasar
Negeri 2 Kecamatan Kabupaten.
2. Tujuan Khusus
a) Mengukur status gizi siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Kecamatan
Kabupaten.
b) Mengukur tingkat prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 2
Kecamatan Kabupaten.
c) Menganalisa hubungan status gizi terhadap prestasi siswa di Sekolah
Dasar Negeri 2 Kecamatan Kabupaten
E. Manfaat
1. Bagi Siswa
Memberikan informasi kepada siswa tentang hubungan status gizi terhadap
prestasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan cara
meningkatkan status gizi yang baik.
2. Bagi Sekolah Dasar
Memberikan masukan kepada sekolah agar memasukkan informasi gizi
melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
3. Bagi Wali Murid dan Guru
Memberikan informasi tentang status gizi yang baik dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa sehingga wali murid dan guru senantiasa menjaga
status gizi siswa agar tetap baik.
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dan merealisasikan teori yang telah didapat
di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat.
http://skripsipedia.wordpress.com/2012/10/24/hubungan-status-gizi-dengan-prestasi-belajar-siswa-di-sdn/