asuhan-keperawatan.doc

12
1. Pengkajian Nyeri Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

Upload: zuhdisyuhadasejatiy

Post on 19-Nov-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1.Pengkajian NyeriPengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.a.Riwayat NyeriSaat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawt memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :1). LokasiUntuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.2). Intensitas NyeriPenggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka 0 menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri terhebat yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan komunikasi.Keterangan 0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif klien dapatberkomunikasi dengan baik). 4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskribsikan nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik). 7-9 : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang dan distraksi. 10 :Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisaberkomunikasi) .3). Kualitas Nyeri Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.4). Pola Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.5). Faktor Presipitasi Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri. Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri. 6). Gejala yang menyertai Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.7). Pengaruh aktifitas sehari-hari Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan akan membantu perawat memahami persepsi klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpesonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas waktu seggang serta status emosional.8). Sumber koping Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.9). Respon afektif Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi, derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi atau perasaan gagal pada diri klien.b.Observasi respons perilaku dan fisiologisBanyak respons nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan indikator nyeri diantaranya : 1). Ekspresi wajah:a)Menutup mata rapat-rapatb)Membuka mata lebar-lebarc)Menggigit bibir bawah2). Vokalisasi:a)Menangisb)Berteriak3). Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan tubuh tanpa tujuan yang jelas):a)Menendang-nendangb)Membolak-balikkan tubuh diatas kasurSedangkan respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut, respons fisiologis:a)Peningkatan tekanan darahb)Nadi dan pernapasanc)Diaforesisd)Dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis.Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respons tersebut merupakan indikator yang buruk untuk nyeri.2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik. b. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan.3. Perencanaan Keperawatan a. Nyeri Akut 1).Tujuan: Setelah dilakukan selama 1x24 jam tindakan diharapkan nyeri berkurang. 2).Kriteria hasil: - Nyeri berkurang - Ekspresi wajah tenang - Tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, R: 16-20 x/menit). - Klien dapat istirahat dan tidur normal sesuai dengan usianya.IntervensiRasional

-Pantau karakteristik nyeri, catatan laporan verbal, petunjuk nonverbal dan respon hemodinamik-Ambil gambar lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi dan intensitas lamanya, kualitas( dangkal atau menyebar) dan penyebaran-Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera-Bantu melakukan teknik relaksasi misalnya : nafas dalam perlahan perilaku distraksi-Visualisasi dan bimbingan imajinasi-Periksa tanda-tanda vital sebelum atau sesudah penggunaan obat narkotik-Berikan obat analgesic sesuai indikasi-Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian-Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan dengan pengalaman nyeri-Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat. Selain itu nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang system syaraf simpatis, mengakibatkan kerusakan lanjut dan mengganggu diagnostic serta hilangnya nyeri-Membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri-Memberikan control situasi, meningkatkan perilaku positif-Hipotensi/depresi pernafasan dapat terjadi sebagai akibat pemberian narkotik-Membantu proses penyembuhan pasien

b. Nyeri kronis 1).Tujuan: Setelah dilakukan selama 2x24 jam tindakan diharapkan nyeri teratasi sebagian. 2).Kriteria hasil: - Skala nyeri dalam rentang 1-3. - Raut muka tidak menahan nyeri. - Klien sudah tidak memegangi area yang nyeri. IntervensiRasionalisasi

-Catat karakteristik nyeri-Berikan posisi semi fowler-Ajarkan teknik relaksasi-Kolaborasi pemberian obat analgesic sesuai dengan indikasi-Mempermudah dalam tindakan pengobatan kepada klien-Membantu memberikan rasa nyaman kepada klienmenambah pengetahuan pasien dalam mengurangi rasa nyeri-Membantu pasien dalam mengurangi rasa nyeri

4.Evaluasi Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.