asuhan keperawatan ureterolitiasis
TRANSCRIPT
Asuhan keperawatan Ureterolitiasis
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Konsep Dasar
1.1.1. Defenisi
Ureterolitiasis adalah pembentukan batu pada saluran kemih ( Sjamsuhidayat. 2000)
Ureteroltiasis : bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca dan fospat Ca, namun asam urat dan
Kristal lain juga pembentuk batu. (Doengos,2000)
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999 Hal 451).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat
lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke
kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa
tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.
(R.Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
1.1.2. Anatomi fisiologi
1. Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari
sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran ( terutama urea ) dari darah dan membuangnya
bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan
penyakitnya disebut nefrologi.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra
thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
1. Fungsi Ginjal
a. memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b. mempertahankan suasana keseimbangan cairan
c. mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh
d. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
2. Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di
bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,
pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal.
Calices renalis majores terbagi menjadi dua atau tiga yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada
1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus
distal dan tubulus urinarius. Di bawah ini tampak anatomi dari ginjal.
2. Ureter
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari ginjal menuju
kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di
dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars,
abdominalis, pelvis, dan intravesikalis.
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-
30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic
yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3. Vesika urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis
pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum
vesika umbikalis medius.
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir ( kendi ).
Letaknya di belakang simpisis pubis di dalam rongga panggul. Fungsi kandung kemih adalah
menampung urin yang akan di keluarkan ke dunia luar melalui uretra
Dinding kandung kemih terdiri dari :
1. Lapisan paling luar ( peritoneum )
2. Lapisan berotot ( tunika muskularis )
3. Tunika subroukosa
4. Lapisan bagian dalam ( lapisan mukosa )
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan
air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Terdri dari :
1. Uretra pars prostatica
2. Uretra pars membranosa ( terdapat spinchter uretra extema )
3. Uretra pars spongiosa
Uretra pada wanita panjangnya ± 3 – 4 cm. Terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
kearah atas,.
1.1.3. Etiologi
1. Factor genetic amilial (keturunan)
Anggota keluarga dengan batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita
batu saluran kemih.
2. Usia dan jenis kelamin
Data menunjukan bahwa usia terbanyak pada dewasa dan laki-laki lebih banyak dari perempuan.
3. Musim
Suhu meningkat, panas meningkat, keringat meningkat, produksi urine menurun, mempermudah
terbentuknya batu
4. Ras
Batu saluran kemih banyak ditemukan di afrika,asia sedangkan AS,Eropa lebih sedikit.
5. Pekerjaan (profesi)
Pekerja – pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan mengurangi
kemungkinan terjadinya ureterolithiasis. Bila di bandingkan dengan pekerja yang banyak duduk seperti
sopir, kasir dan tukang jahit. Itu terjadi karena pada saat duduk yang lama, akan terjadi urine statis
pada ureter dan urine membentuk Kristal. Sehingga akan menyebabkan terjdainya batu pada sluran
ureter.
6. Obstruksi aliran linfe ginjal baik yang congenital maupun akibat peradangan akan menyebabkan
timbulnya inti kalsifikasi yang akan menjadi awal dari pertumbuhan batu.
7. Air minum
Air banyak mengandung zat – zat mineral. Bila mineralisasi tinggi, akan terjadi pengentalan urine.yang
tinggi dan menjadi batu. Banyak minum bisa mencegah urine menjadi lebih kental, sehingga akan
mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan batu pada saluran ureter.
8. Konstitusi nutrisi / makanan
Mengkonsumsi makanan yang berlebihan kandungan oksalat ( bayam, kankung, kopi dan nenas ),
kalsium ( ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim, sayur kol serta lobak ) dan asam urat (minuman
beralkohol, makanan yang enak – enak seperti kaldu daging, otak, hati dan jeroan lainnya ).
9. Gangguan metabolisme (hiperparatiroit, hiperurisemia, hiperkalsiuria)
10.Gangguan aliran air kemih
11.Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan dan akan menjadi inti pembentukan batu
ureter.
12. Obat-obatan
1.1.4. Teori pembentukan batu
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.substansi organic
terdiri dari muko polisakarida dan muko protein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, xantin, asam urat dan
kalsium.
c. Teori presipitasi-kristalisasi.
Perubahan PH urine akan mempengaruhi solubilitas dalam urine, pada urine yang bersifat asam akan
mengendap sistin, xantin dan asam urat.pada urine yang bersifat alkali (basa) akan mengendap garam
fospat.
d. Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti : peptid, fosfor, pirofospat, polifospat, sitrat, magnesium,
akan mempermudah terbentuknya batu.
1.1.5. Manifestasi klinis
1). Nyeri dapat bersifat kolik ( terjadi karena tersumbatnya aliran urine dari ginjal ke kandung kemih dan
urine akan kembali ke ginjal sehingga menyebabkan peregangan kapsul ginjal )
2). Nyeri dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar kearah testis disertai mual dan muntah
3). Berkeringat dingin
4). Pucat dan dapat terjadi renjatan
5). Hematuria
6). Nyeri ketok di daerah atas pelvis ( meletakkan telpak tangan di daerah pelvis dan memberikan ketokan
di atas telapak tangan tersebut. Apabila terasa sakit berarti terjadi gangguan pada ginjal )
1.1.6. Patofisiologi
Batu saluran kemih seperti ureterolitiasis disebabkan oleh beberapa factor antara lain keturunan,usia
dan jenis kelamin,pekerjaan,ras,musim dan suhu,air minum,dan makanan,gangguan
metabolisme,gangguan aliran air kemih,infeksi serta obat-obatan. Komposisi batu saluran kemih yang
dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat
kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada
infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena
pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. (R. Sjamsuhidajat,
1998 Hal 1027).
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Jaringan abnormal atau
mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu.
Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). kondisi
lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu adalah PH urine yang rendah dan keadaan dehidrasi.
Dengan adanya factor tersebut akan menumpuk, pertama membentuk kristal dan kemudian menjadi
batu.
1.1.7. Komplikasi
1. Infeksi sekunder
2. Obstruksi
3. Divertikulum uretra
4. Iritasi yang berkepanjangan pada urotelium
1.1.8. Pemeriksaan penunjang
1. Diagnostic
Ultrasonografi dapat melihat posisi batu baik di ginjal ataupun di dalam ureter dan adanyaobtruksi urine.
Foto abdomen biasa dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi dan membedakan batu kalsifikasi
Urogram menunjukan kelainan anatomis.
2. Laboratorium
3. - Urinalisa
4. PH yang lebih 7,6 menandakan adanya organisme pemecah batu, sedangkan PH rendah 6-6,5
menunjukkan adanya batu asam urat pada urine 24 jam.
5. - Analisa kuantitatif dari kalsium oksalat, asam urat
6. - Kimia darah seperti kalsium, fosfat, asam urat dan protein
7. - BNO, IUP, USG
8. - Albumin serum menurun
9. - Kolesterol serum meningkat
10. - Hemoglobin dan hematokrit meningkat
11. - Laju endap darah (LED) meningkat
12. - Elektrolit serum bervariasi
1.1.9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan umum untuk menghilangkan batu, mengurangi nyeri, menentukan jenis batu, mengendalikan
infeksi serta mengurangi obstruksi.
a. Pengangkatan batu (operasi tertutup)
ESWL merupakan terapi non infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu dibalik ginjal
b. Pelarutan batu
Larutan hemolitik dapat digunakan untuk menghancurkan batu yang mudah larut seperti batu static.
c. Pengangkatan bedah ( operasi terbuka)
- Pielolitotomi
- Ureterolitotomi
- Sistolitotomi
d. Analisa sedimen
Untuk menganalisa kandungan batu, guna mencegah kasus berulang untuk selanjutnya.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengurangan nyeri mencegah sinkope akibat nyeri hebat, minum banyak untuk mengurangi kristalisasi
urine dan mendorong batu bergerak ke bawah. Mengatur posisi misalnya miring kiri dan miring kanan.
1.2. Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
a. Identitas klien
Ureterolitiasis sering terjadi pada usia 30 tahun dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan
b. Riwayat Kesehatan
a). Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri yang hilang timbul / kolik
Rasa panas atau terbakar dipinggang
Nyeri menyebar sampai ke testis sampai pinggang
Mual dan Muntah
Nyeri mendekat ke kandung kemih pada wanita
Berkeringat dingin
Perubahan BAK (menetes)
Hematuria
b). Riwayat Kesehatan Dahulu
Punya riwayat infeksi saluran kemih
Punya riwayat hipetiroidisme (pembesaran kelenjar tiroid), hiperkalsiuria
Suka memakan makanan yang mengandung oksalat seperti bayam, kangkung, kopi dan nenas.
c). Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga ada menderita penyakit yang sama penyakit batu ginjal.
c. Data Dasar Pengkajian Pasien
Gejala :
Ketakutan akan kelemahan yang menetap, cemas terhadap masalah dan financial keluarga.
Tanda :
Keluarga tampak cemas dengan kondisi klien dan sering menanyakan apakah klien dapat sembuh.
2. Data social ekonomi
Penyakit ini pada umumnya terdapat pada klien yang berusia diatas 45 tahun yang sudah tidak
produktif lagi dan kurang pengetahuan keluarga tentang keluhan klien yang bersifat sementara,
penyakit ini menyerang keluarga dari tingkat ekonomi menengah keatas.
Perlu diketahui apakah klien taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang
dipercayainya.
4. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Pekerjaan monoton,pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, pada orang
yang keterbatasan aktifitas / mobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya, (penyakit tidak
sembuh, cedera medula spinalis) akan terjadi urine statis pada ureter dan urine membentuk Kristal.
Sehingga akan menyebabkan terjdainya batu pada sluran ureter.
Tanda :
Perubahan status kesadaran, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi.
5. Sirkulasi
Tanda :
Peningkatan TD/nadi (nyeri,ansietas,gagal ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan,pucat, tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam
air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak,
dan merasa mual dan muntah, pruritus, uremia.
6. Integritas Ego
Gejala :
Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda :
Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
7. Eliminasi
Gejala :
Riwayat adanya / ISK kronis obstruksi sebelumnya (kalkulus)
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh rasa terbakar, dorongan berkemih,diare.
Tanda :
Oliguria,hemeturia,piuria,perubahan pola berkemih.
8. Makan dan Cairan
Gejala :
Mual, muntah dan ketidak cukupan intake cairan
Tanda :
Penurunan/tak adanya bising usus,muntah, distensi abdomen.
9. Nyeri dan Kenyamanan
Gejala :
Episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu.
contoh pada panggul di region sudut kostovertebral:dapat menyebar
kepunggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genitalia nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus
ada di pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digmbarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda :
Melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada area ginjal paa palpasi.
10. Keamanan
Gejala : penggunan alcohol,demam,menggigil
1.2.2. Diagnosa keperawatan
Pre op
1.2.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan,
pembentukan edema, iskemik seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, perilaku melindungi/distraksi
gelisah, merintih, focus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot. respon otonomik. (Doengoes,
1999;688)
1.2.2.2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau
ureteral, di tandai dengan oliguria, hematuria (Doengoes, 1999;689)
1.2.2.3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan ditandai dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvic umum dari ginjalatau kolik uretral). Diuresis pasca obstuksi. (Doengoes, 1999;691)
1.2.2.4. Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan ditandai
dengan salah interprestasi informasi (Doengoes, 1999;692)
Post op
1.2.2.5. Perubahan eliminasi urine b/d bedah diversi urine, trauma jaringan, edema pascaoperasi (Doengoes,
1999;666)
1.2.2.6. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan diri yang tidak adekuat. (Doengoes, 1999;664)
1.2.2.7. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d factor fisik (gangguan kulit/jaringan insisi atau drain) b/d keluhan
nyeri,focus pada diri sendiri. (Doengoes, 1999;663)
1.2.2.8. Resiko tinggi integritas kulit, kerusakan b/dbedah pengangkatan, pembentukan udema, drainase
(Doengoes, 1999;208)
1.2.2.9. Gangguan citra diri b/d biofisikal, hilangnya control eliminasi urine di tandai dengan perubahan
gambaran diri, takut penolakan/reaksi orang lain, dan perasaan negative tentang tubuh (Doengoes,
1999;661)
1.2.2.10. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
(Dongoes, 1999 ; 695)
1.2.2.11. Kurang perawatan diri b/d penurunan kekuatan dan ketahanan (Doengoes, 1999 ; 701 )
1.2.2.12. Gangguan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah, hipovelemia (Doengoes, 1999 ;
448 )
1.2.3. Intervensi
a. PRE OP
NoDiagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Ktiteria
HasilIntervensi dan Rasional
1. Nyeri akut
berhubungan dengan
Tujuan:
Nyeri berkurang
1. Catat lokasi, lamanya intensitas
(skala 0-10) dan penyebaran,
peningkatan
frekuensi/dorongan
kontraksi
ureteral,trauma
jaringan,pembentukan
edema,iskemik
sekunder.ditandai
dengan keluhan nyeri
kolik, perilaku
melindungi/distraksi
gelisah, merintih,
focus pada diri sendiri,
nyeri wajah, tegangan
otot. respon otonomik.
atau teratasi
Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri
hilang dengan
spasme terkontrol
Tampak rileks
Mampu tidur dan
istirahat dengan
tepat
perhatikan tanda non verbal contoh
peningkatan tekanan darah, nadi,
gelisah, merintih dan menggelepar.
Rasionalnya:
Mengevaluasi tempat obstruksi dan
kemampuan gerakan kalkulus.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke perawat
jika terjadi perubahan nyeri.
Rasionalnya:
Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesia sesuai waktu.
3. Bantu atau dorong penggunaan
napas berfokus, bimbing imajinasi
dan aktivitas terapeutik.
Rasionalnya:
Mengarahkan kembali perhatian
dan membantu dalam relaksasi otot.
4. Perhatikan keluhan menetapnya
nyeri abdomen
Rasionalnya:
Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan
ekstravasi urine kedalam area
perirenal, ini membutuhkan bedah
renal akut.
2 Perubahan eliminasi Tujuan: 1. Awasi pemasukan dan
urine berhubungan
dengan stimulasi
kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal atau
ureteral, obstruktsi
mekanik, inflamasi
ditandai dengan
urgensi dan frekuensi,
oliguria, hematuria
Perubahan eliminasi
urine dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Berkemih dengan
jumlah normal dan
pola biasanya
Tak mengalami
tanda obstruksi
pengeluaran, karakteristik urine
Rasionalnya:
Memberikan informasi tentang
fungsi ginjal dan adanya komplikasi
contoh infeksi dan perdarahan.
2. Dorong peningkatan pemasukan
cairan
Rasionalnya:
Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
3. Periksa semua urine dan catat
adanya keluar batu
Rasionalnya:
Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi terapi
4. Tentukan pola berkemih pasien dan
perhatikan variasi
Rasionalnya:
Kulkulus dapat menyebabkan
ekstabilitas syaraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera
5. Observasi perubahan status
mental, perilaku dan tingkat
kesadaran klien.
Rasionalnya:
Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolot
mengindikasikan disfungsi ginjal.
3 Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume
cairan ditandai
dengan mual/muntah
(iritasi saraf abdominal
dan pelvic umum dari
ginjalatau kolik
uretral). Diuresis
pasca obstuksi.
Tujuan :
Kesembangan
cairan adekuat
Kriteria hasil :
Tanda vital stabil
Berat badan dalam
rentng normal
Nadi perifer normal.
membran mukosa
lembab
turgor kulit baik
1. Awasi pesukan dan pengeluaran
Membandingkan keluaran aktual
dan yang di antisipasi membantu
dalam evaluasi adanya/derajad
statis/kerusakan ginjal.
2. Catat insiden muntah, diare,
perhatikan karakteristik dan
frekuensi muntah dan diare,juga
kejadian yang menyertai atau
mencetus.
Rasional :
Mual/muntah dan diare secara
umum berhubungan dengan kolik
ginjal kerena saraf ganglion seliaka
pada kedua ginjal dan lambung.
3. Tingkatkan pemasukan cairan
sampai 3-4 L/hari dalam toleransi
jantung
Rasional :
Mempertahankan keseimbangan
cairan untuk homeostatis juga
tindakan mencuci yang dapat
membilas batu keluar.dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi sekunder terhadap kehilang
cairan berlebihan
4. Awas tanda vital.evaluasi
nadi,pengisian kapiler,turgor kulit
dan membran mukosa.
Rasional :
Indikator hidrasi/volume sirkulasi
dan kebutuhan intervensi.
5. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Peningkatan berat badan yang
cepat mungkin berhubungan
dengan retensi.
6. Berkan cairan IV
Rasonal :
Mempertahankan volume sirkulasi
(bila pemasukan oral tidak
cukup)meningkatkan fungsi ginjal.
7. Awasi HB/Ht,elektrolit
Rasional :
Mengkaji hidrasi dan keefektifan/
kebutuhan intervensi.
4 Kurang pengetahuan
kebutuhan belajar
tentang kondisi,
prognosis dan
kebutuhan
pengobatan ditandai
dengan salah
interprestasi informasi
Tujuan :
Klien mengerti
tentang penyakitnya
Kriteria hasil
Untuk
menurunkan resiko
berulang
Menidentifikasi
stress pribadi
Melakukan
perubahan pola
hidup
1.Diskusikan fungsi ginjal normal.
Meliputi informasi sehubungan
dengan perbedaan pasien dari
fungsi normal.
Rasional :
Pengetahuan proses penyakit
dan harapan dapat memudahkan
ketaatan pada program pengobatan
2.Kuatkan rasional pengobatan
Rasional :
Pasien percaya bahwa
pengubahan program pasca ulang
di bolehkan bila merasa baik dan
bebas gejala atau merasa lebih
sehat yang dapat meningkatkan
resiko eksaserbasi gejala.
Pemahaman program, obat, dan
pembatasan dapat meningkatkan
kerjasama untuk mengontrol gejala.
3.Diskusikan pentingnya menjadi
seaktif mungkin tanpa menjadi
kelehan, dan istirahat di antara
aktivitas.
Rasional :
Aktivitas fisik berlebihan dapat
berlanjut melemahkan jantung
eksaserbasi kegalalan.
4.jelaskan dan diskusikan peran
klien dalam mengontrol faktor
resiko(merokok), dan faktor
pencetus (diet tinggi garam, tidak
aktif/tidak aktif, terpajan pada suhu
ekstrem)
Rasional :
Menambahkan pada kerangka
pengetahuan dan memungkinkan
pasien untuk membuat keputusan
berdasarkan informasi sehubungan
dengan kontol kondisi dan
mencegah berulang/komplikasi.
Merokok potensial untuk
vasokontriksi; pemasukan natrium
meningkatkan pembentukan
retensi/edema air; keseimbangan
tidak tepat antara aktivitas/istirahat
dan pemjanan pada suhu ekstrem
dapat mengakibatkan
kelelahan/meningkatnya kerja
miokard dan meningkatkan resiko
infeksi.
b. POST OP
No Diagnosa Tujuan Dan Criteria hasil
Intervensi dan rasional
1 Perubahan eliminasi
urine b/d bedah
diversi urine, trauma
jaringan, edema
pascaoperasi
Tujuan:
Perubahan eliminasi
urine dapat teratasi
Kriteria Hasil:
Berkemih dengan
jumlah normal dan
pola biasanya
Tak mengalami tanda
obstruksi
1. Awasi pemasukan dan
pengeluaran, karakteristik urine
Rasionalnya:
Memberikan informasi tentang
fungsi ginjal dan adanya komplikasi
contoh infeksi dan perdarahan.
2. Dorong peningkatan pemasukan
cairan
Rasionalnya:
Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
3. Periksa semua urine dan catat
adanya keluar batu
Rasionalnya:
Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi terapi
4. Tentukan pola berkemih pasien
dan perhatikan variasi
Rasionalnya:
Kulkulus dapat menyebabkan
ekstabilitas syaraf, yang
menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera
5. Observasi perubahan status
mental, perilaku dan tingkat
kesadaran klien.
Rasionalnya:
Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolot
mengindikasikan disfungsi ginjal.
2 Resiko tinggi
terhadap infeksi b/d
pertahanan diri yang
tidak adekuat
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
Menunjukkan factor
resiko individu
Mengidentifikasi
intervenssi untuk
mencegah resiko
infeksi
Menunjukkan teknik
untuk meningkatkan
lingkungan aman
1. Pertahankan system kateter steril ;
berikan perawatan kateter regular
dengan sabun dan air.
Rasional :
Mencegah pemasukan bakteri dan
infeksi lanjut
2. Awasi tanda – tanda vital,
perhatikan demam ringan,
menggigil, nadi dan pernafasan
cepat, gelisah,.
Rasional :
Pasien yang mengalami
ureterolitiasis
3.
1.2.4. Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun
selanjutnya ditetapkan dalam
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan.
1.2.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil akhir dari keperawatan yang telah ditentukan dengan mengadakan penilaian,
baik terhadap proses maupun terhadap hasil.