asuhan keperawatan ureterolitiasis

39
Asuhan keperawatan Ureterolitiasis BAB I TINJAUAN TEORITIS 1.1. Konsep Dasar 1.1.1. Defenisi Ureterolitiasis adalah pembentukan batu pada saluran kemih ( Sjamsuhidayat. 2000) Ureteroltiasis : bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca dan fospat Ca, namun asam urat dan Kristal lain juga pembentuk batu. (Doengos,2000) Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999 Hal 451). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R.Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).

Upload: agustiya-nurida-trifani

Post on 05-Jul-2015

1.209 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

BAB I

TINJAUAN TEORITIS

1.1. Konsep Dasar

1.1.1.    Defenisi

Ureterolitiasis adalah pembentukan batu pada saluran kemih ( Sjamsuhidayat. 2000)

Ureteroltiasis : bentuk deposit mineral, paling umum oksalat Ca dan fospat Ca, namun asam urat dan

Kristal lain juga pembentuk batu. (Doengos,2000)

Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 1999 Hal 451).

Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat

lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke

kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa

tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang

mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik.

(R.Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).

1.1.2. Anatomi fisiologi

1. Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari

sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran ( terutama urea ) dari darah dan membuangnya

bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan

penyakitnya disebut nefrologi.

Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra

thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit

lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.

1. Fungsi Ginjal

a.    memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun

b.    mempertahankan suasana keseimbangan cairan

Page 2: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

c.    mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan

tubuh

d. mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.

2. Struktur Ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di

bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat

lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,

puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah,

pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang

diproduksi ginjal.

Calices renalis majores terbagi menjadi dua atau tiga yang masing-masing akan bercabang menjadi

dua atau tiga calices renalis minores.

Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada

1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus

distal dan tubulus urinarius. Di bawah ini tampak anatomi dari ginjal.

Page 3: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

2. Ureter

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari ginjal menuju

kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di

dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars,

abdominalis, pelvis, dan intravesikalis.

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-

30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi

terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Page 4: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic

yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

3. Vesika urinaria (Kandung Kemih)

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis

pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum

vesika umbikalis medius.

Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir ( kendi ).

Letaknya di belakang simpisis pubis di dalam rongga panggul. Fungsi kandung kemih adalah

menampung urin yang akan di keluarkan ke dunia luar melalui uretra

Dinding kandung kemih terdiri dari :

1.    Lapisan paling luar ( peritoneum )

2.    Lapisan berotot ( tunika muskularis )

3.    Tunika subroukosa

4.    Lapisan bagian dalam ( lapisan mukosa )

Page 5: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

4. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan

air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus

lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Terdri dari :

1.    Uretra pars prostatica

2.    Uretra pars membranosa ( terdapat spinchter uretra extema )

3.    Uretra pars spongiosa

Page 6: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Uretra pada wanita panjangnya ± 3 – 4 cm. Terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit

kearah atas,.

1.1.3. Etiologi

1.    Factor genetic amilial (keturunan)

Anggota keluarga dengan batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita

batu saluran kemih.

2.    Usia dan jenis kelamin

Data menunjukan bahwa usia terbanyak pada dewasa dan laki-laki lebih banyak dari perempuan.

3.    Musim

Suhu meningkat, panas meningkat, keringat meningkat, produksi urine menurun, mempermudah

terbentuknya batu

4.    Ras

Batu saluran kemih banyak ditemukan di afrika,asia sedangkan AS,Eropa lebih sedikit.

5.    Pekerjaan (profesi)

Page 7: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Pekerja – pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan mengurangi

kemungkinan terjadinya ureterolithiasis. Bila di bandingkan dengan pekerja yang banyak duduk seperti

sopir, kasir dan tukang jahit. Itu terjadi karena pada saat duduk yang lama, akan terjadi urine statis

pada ureter dan urine membentuk Kristal. Sehingga akan menyebabkan terjdainya batu pada sluran

ureter.

6.    Obstruksi aliran linfe ginjal baik yang congenital maupun akibat peradangan akan menyebabkan

timbulnya inti kalsifikasi yang akan menjadi awal dari pertumbuhan batu.

7.       Air minum

Air banyak mengandung zat – zat mineral. Bila mineralisasi tinggi, akan terjadi pengentalan urine.yang

tinggi dan menjadi batu. Banyak minum bisa mencegah urine menjadi lebih kental, sehingga akan

mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan batu pada saluran ureter.

8.       Konstitusi nutrisi / makanan

Mengkonsumsi makanan yang berlebihan kandungan oksalat ( bayam, kankung, kopi dan nenas ),

kalsium ( ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim, sayur kol serta lobak ) dan asam urat (minuman

beralkohol, makanan yang enak – enak seperti kaldu daging, otak, hati dan jeroan lainnya ).

9.       Gangguan metabolisme (hiperparatiroit, hiperurisemia, hiperkalsiuria)

10.Gangguan aliran air kemih

11.Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan dan akan menjadi inti pembentukan batu

ureter.

12.   Obat-obatan

1.1.4.        Teori pembentukan batu

a.       Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansi organic sebagai inti.substansi organic

terdiri dari muko polisakarida dan muko protein A yang mempermudah kristalisasi dan agregasi

substansi pembentuk batu.

Page 8: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

b.       Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, xantin, asam urat dan

kalsium.

c.       Teori presipitasi-kristalisasi.

Perubahan PH urine akan mempengaruhi solubilitas dalam urine, pada urine yang bersifat asam akan

mengendap sistin, xantin dan asam urat.pada urine yang bersifat alkali (basa) akan mengendap garam

fospat.

d.       Teori berkurangnya factor penghambat

Berkurangnya factor penghambat seperti : peptid, fosfor, pirofospat, polifospat, sitrat, magnesium,

akan mempermudah terbentuknya batu.

1.1.5. Manifestasi klinis

1). Nyeri dapat bersifat kolik ( terjadi karena tersumbatnya aliran urine dari ginjal ke kandung kemih dan

urine akan kembali ke ginjal sehingga menyebabkan peregangan kapsul ginjal )

2). Nyeri dimulai di daerah pinggang kemudian menjalar kearah testis disertai mual dan muntah

3). Berkeringat dingin

4). Pucat dan dapat terjadi renjatan

5). Hematuria

6). Nyeri ketok di daerah atas pelvis ( meletakkan telpak tangan di daerah pelvis dan memberikan ketokan

di atas telapak tangan tersebut. Apabila terasa sakit berarti terjadi gangguan pada ginjal )

1.1.6.  Patofisiologi

Batu saluran kemih seperti ureterolitiasis disebabkan oleh beberapa factor antara lain keturunan,usia

dan jenis kelamin,pekerjaan,ras,musim dan suhu,air minum,dan makanan,gangguan

metabolisme,gangguan aliran air kemih,infeksi serta obat-obatan. Komposisi batu saluran kemih yang

Page 9: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat

kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang

disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada

infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena

pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. (R. Sjamsuhidajat,

1998 Hal 1027).

Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Jaringan abnormal atau

mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu.

Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). kondisi

lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu adalah PH urine yang rendah dan keadaan dehidrasi.

Dengan adanya factor tersebut akan menumpuk, pertama membentuk kristal dan kemudian menjadi

batu.

1.1.7.    Komplikasi

1.   Infeksi sekunder

2.   Obstruksi

3.   Divertikulum uretra

4.   Iritasi yang berkepanjangan pada urotelium

1.1.8.        Pemeriksaan penunjang

1.   Diagnostic

  Ultrasonografi dapat melihat posisi batu baik di ginjal ataupun di dalam ureter dan adanyaobtruksi urine.

  Foto abdomen biasa dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi dan membedakan batu kalsifikasi

  Urogram menunjukan kelainan anatomis.

2.    Laboratorium

3.  - Urinalisa

4.       PH yang lebih 7,6 menandakan adanya organisme pemecah batu, sedangkan PH rendah 6-6,5

menunjukkan adanya batu asam urat pada urine 24 jam.

5.  - Analisa kuantitatif dari kalsium oksalat, asam urat

Page 10: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

6.  - Kimia darah seperti kalsium, fosfat, asam urat dan protein

7.  - BNO, IUP, USG

8.  - Albumin serum menurun

9.  - Kolesterol serum meningkat

10.   - Hemoglobin dan hematokrit meningkat

11.   - Laju endap darah (LED) meningkat

12.   - Elektrolit serum bervariasi

1.1.9.        Penatalaksanaan

1.   Penatalaksanaan Medis

Tujuan umum untuk menghilangkan batu, mengurangi nyeri, menentukan jenis batu, mengendalikan

infeksi serta mengurangi obstruksi.

a.   Pengangkatan batu (operasi tertutup)

ESWL merupakan terapi non infasif yang digunakan untuk menghancurkan batu dibalik ginjal

b.   Pelarutan batu

Larutan hemolitik dapat digunakan untuk menghancurkan batu yang mudah larut seperti batu static.

c.   Pengangkatan bedah ( operasi terbuka)

- Pielolitotomi

- Ureterolitotomi

- Sistolitotomi

d.   Analisa sedimen

Untuk menganalisa kandungan batu, guna mencegah kasus berulang untuk selanjutnya.

2.   Penatalaksanaan Keperawatan

Pengurangan nyeri mencegah sinkope akibat nyeri hebat, minum banyak untuk mengurangi kristalisasi

urine dan mendorong batu bergerak ke bawah. Mengatur posisi misalnya miring kiri dan miring kanan.

Page 11: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

1.2.      Asuhan Keperawatan

1.2.1.                         Pengkajian

a.   Identitas klien

Ureterolitiasis sering terjadi pada usia 30 tahun dan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan

b.  Riwayat Kesehatan

a). Riwayat Kesehatan Sekarang

Nyeri yang hilang timbul / kolik

Rasa panas atau terbakar dipinggang

Nyeri menyebar sampai ke testis sampai pinggang

Mual dan Muntah

Nyeri mendekat ke kandung kemih pada wanita

Berkeringat dingin

Perubahan BAK (menetes)

Hematuria

b). Riwayat Kesehatan Dahulu

Punya riwayat infeksi saluran kemih

Punya riwayat hipetiroidisme (pembesaran kelenjar tiroid), hiperkalsiuria

Suka memakan makanan yang mengandung oksalat seperti bayam, kangkung, kopi dan nenas.

c). Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah keluarga ada menderita penyakit yang sama penyakit batu ginjal.

c.       Data Dasar Pengkajian Pasien

Page 12: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Gejala :

Ketakutan akan kelemahan yang menetap, cemas terhadap masalah dan financial keluarga.

Tanda :

Keluarga tampak cemas dengan kondisi klien dan sering menanyakan apakah klien dapat sembuh.

2.   Data social ekonomi

Penyakit ini pada umumnya terdapat pada klien yang berusia diatas 45 tahun yang sudah tidak

produktif lagi dan kurang pengetahuan keluarga tentang keluhan klien yang bersifat sementara,

penyakit ini menyerang keluarga dari tingkat ekonomi menengah keatas.

Perlu diketahui apakah klien taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang

dipercayainya.

4. Aktivitas/istirahat

Gejala :

Pekerjaan monoton,pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi, pada orang

yang keterbatasan aktifitas / mobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya, (penyakit tidak

sembuh, cedera medula spinalis) akan terjadi urine statis pada ureter dan urine membentuk Kristal.

Sehingga akan menyebabkan terjdainya batu pada sluran ureter.

Tanda :

Perubahan status kesadaran, masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi.

5. Sirkulasi

Tanda :

Peningkatan TD/nadi (nyeri,ansietas,gagal ginjal)

Kulit hangat dan kemerahan,pucat, tekanan darah tinggi, perubahan jumlah kencing, ada darah dalam

air kencing, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki, rasa lemah serta sulit tidur, sakit kepala, sesak,

dan merasa mual dan muntah, pruritus, uremia.

6. Integritas Ego

Page 13: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Gejala :

Perubahan tingkah laku atau kepribadian

Tanda :

Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.

7. Eliminasi

Gejala :

Riwayat adanya / ISK kronis obstruksi sebelumnya (kalkulus)

Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh rasa terbakar, dorongan berkemih,diare.

Tanda :

Oliguria,hemeturia,piuria,perubahan pola berkemih.

8.       Makan dan Cairan

Gejala :

Mual, muntah dan ketidak cukupan intake cairan

Tanda :

Penurunan/tak adanya bising usus,muntah, distensi abdomen.

9. Nyeri dan Kenyamanan

Gejala :

Episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu.

contoh pada panggul di region sudut kostovertebral:dapat menyebar

kepunggung, abdomen dan turun ke lipat paha/genitalia nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus

ada di pelvis atau kalkulus ginjal.

Nyeri dapat digmbarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.

Tanda :

Melindungi perilaku distraksi, nyeri tekan pada area ginjal paa palpasi.

10.   Keamanan

Gejala : penggunan alcohol,demam,menggigil

Page 14: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

1.2.2.    Diagnosa keperawatan

Pre op

1.2.2.1.  Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi ureteral, trauma jaringan,

pembentukan edema, iskemik seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, perilaku melindungi/distraksi

gelisah, merintih, focus pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot. respon otonomik. (Doengoes,

1999;688)

1.2.2.2.  Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau

ureteral, di tandai dengan oliguria, hematuria (Doengoes, 1999;689)

1.2.2.3.  Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan ditandai dengan mual/muntah (iritasi saraf abdominal

dan pelvic umum dari ginjalatau kolik uretral). Diuresis pasca obstuksi. (Doengoes, 1999;691)

1.2.2.4.  Kurang pengetahuan kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan ditandai

dengan salah interprestasi informasi (Doengoes, 1999;692)

Post op

1.2.2.5.  Perubahan eliminasi urine b/d bedah diversi urine, trauma jaringan, edema pascaoperasi (Doengoes,

1999;666)

1.2.2.6.  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan diri yang tidak adekuat. (Doengoes, 1999;664)

1.2.2.7.  Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d factor fisik (gangguan kulit/jaringan insisi atau drain) b/d keluhan

nyeri,focus pada diri sendiri. (Doengoes, 1999;663)

1.2.2.8.  Resiko tinggi integritas kulit, kerusakan b/dbedah pengangkatan, pembentukan udema, drainase

(Doengoes, 1999;208)

1.2.2.9.  Gangguan citra diri b/d biofisikal, hilangnya control eliminasi urine di tandai dengan perubahan

gambaran diri, takut penolakan/reaksi orang lain, dan perasaan negative tentang tubuh (Doengoes,

1999;661)

1.2.2.10.                     Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat

(Dongoes, 1999 ; 695)

1.2.2.11.                     Kurang perawatan diri b/d penurunan kekuatan dan ketahanan (Doengoes, 1999 ; 701 )

Page 15: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

1.2.2.12.                     Gangguan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah, hipovelemia (Doengoes, 1999 ;

448 )

1.2.3.  Intervensi

a.       PRE OP

NoDiagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Ktiteria

HasilIntervensi dan Rasional

1. Nyeri akut

berhubungan dengan

Tujuan:

       Nyeri berkurang

1.       Catat lokasi, lamanya intensitas

(skala 0-10) dan penyebaran,

Page 16: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

peningkatan

frekuensi/dorongan

kontraksi

ureteral,trauma

jaringan,pembentukan

edema,iskemik

sekunder.ditandai

dengan keluhan nyeri

kolik, perilaku

melindungi/distraksi

gelisah, merintih,

focus pada diri sendiri,

nyeri wajah, tegangan

otot. respon otonomik.

atau teratasi

Kriteria Hasil :

     Melaporkan nyeri

hilang dengan

spasme terkontrol

     Tampak rileks

Mampu tidur dan

istirahat dengan

tepat

perhatikan tanda non verbal contoh

peningkatan tekanan darah, nadi,

gelisah, merintih dan menggelepar.

Rasionalnya:

Mengevaluasi tempat obstruksi dan

kemampuan gerakan kalkulus.

2.       Jelaskan penyebab nyeri dan

pentingnya melaporkan ke perawat

jika terjadi perubahan nyeri.

Rasionalnya:

Memberikan kesempatan untuk

pemberian analgesia sesuai waktu.

3.       Bantu atau dorong penggunaan

napas berfokus, bimbing imajinasi

dan aktivitas terapeutik.

Rasionalnya:

Mengarahkan kembali perhatian

dan membantu dalam relaksasi otot.

4.       Perhatikan keluhan menetapnya

nyeri abdomen

Rasionalnya:

Obstruksi lengkap ureter dapat

menyebabkan perforasi dan

ekstravasi urine kedalam area

perirenal, ini membutuhkan bedah

renal akut.

2 Perubahan eliminasi Tujuan: 1.       Awasi pemasukan dan

Page 17: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

urine berhubungan

dengan stimulasi

kandung kemih oleh

batu, iritasi ginjal atau

ureteral, obstruktsi

mekanik, inflamasi

ditandai dengan

urgensi dan frekuensi,

oliguria, hematuria

      Perubahan eliminasi

urine dapat teratasi

Kriteria Hasil:

      Berkemih dengan

jumlah normal dan

pola biasanya

      Tak mengalami

tanda obstruksi

pengeluaran, karakteristik urine

Rasionalnya:

Memberikan informasi tentang

fungsi ginjal dan adanya komplikasi

contoh infeksi dan perdarahan.

2.       Dorong peningkatan pemasukan

cairan

Rasionalnya:

Peningkatan hidrasi dapat membilas

bakteri, darah dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

3.       Periksa semua urine dan catat

adanya keluar batu

Rasionalnya:

Penemuan batu memungkinkan

identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi terapi

4.       Tentukan pola berkemih pasien dan

perhatikan variasi

Rasionalnya:

Kulkulus dapat menyebabkan

ekstabilitas syaraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan

berkemih segera

5.       Observasi perubahan status

mental, perilaku dan tingkat

kesadaran klien.

Page 18: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

Rasionalnya:

Akumulasi sisa uremik dan

ketidakseimbangan elektrolot

mengindikasikan disfungsi ginjal.

3 Resiko tinggi terhadap

kekurangan volume

cairan ditandai

dengan mual/muntah

(iritasi saraf abdominal

dan pelvic umum dari

ginjalatau kolik

uretral). Diuresis

pasca obstuksi.

Tujuan :

     Kesembangan

cairan adekuat

Kriteria hasil :

     Tanda vital stabil

     Berat badan dalam

rentng normal

     Nadi perifer normal.

     membran mukosa

lembab

     turgor kulit baik

1.      Awasi pesukan dan pengeluaran

Membandingkan keluaran aktual

dan yang di antisipasi membantu

dalam evaluasi adanya/derajad

statis/kerusakan ginjal.

2.      Catat insiden muntah, diare,

perhatikan karakteristik dan

frekuensi muntah dan diare,juga

kejadian yang menyertai atau

mencetus.

Rasional :

Mual/muntah dan diare secara

umum berhubungan dengan kolik

ginjal kerena saraf ganglion seliaka

pada kedua ginjal dan lambung.

3.      Tingkatkan pemasukan cairan

sampai 3-4 L/hari dalam toleransi

jantung

Rasional :

Mempertahankan keseimbangan

cairan untuk homeostatis juga

Page 19: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

tindakan mencuci yang dapat

membilas batu keluar.dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit dapat

menjadi sekunder terhadap kehilang

cairan berlebihan

4.      Awas tanda vital.evaluasi

nadi,pengisian kapiler,turgor kulit

dan membran mukosa.

Rasional :

Indikator hidrasi/volume sirkulasi

dan kebutuhan intervensi.

5.      Timbang berat badan tiap hari

Rasional :

Peningkatan berat badan yang

cepat mungkin berhubungan

dengan retensi.

6.      Berkan cairan IV

Rasonal :

Mempertahankan volume sirkulasi

(bila pemasukan oral tidak

cukup)meningkatkan fungsi ginjal.

7.      Awasi HB/Ht,elektrolit

Rasional :

Mengkaji hidrasi dan keefektifan/

kebutuhan intervensi.

Page 20: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

4 Kurang pengetahuan

kebutuhan belajar

tentang kondisi,

prognosis dan

kebutuhan

pengobatan ditandai

dengan salah

interprestasi informasi

Tujuan :

      Klien mengerti

tentang penyakitnya

Kriteria hasil

      Untuk

menurunkan resiko

berulang

      Menidentifikasi

stress pribadi

      Melakukan

perubahan pola

hidup

1.Diskusikan fungsi ginjal normal.

Meliputi informasi sehubungan

dengan perbedaan pasien dari

fungsi normal.

Rasional :

Pengetahuan proses penyakit

dan harapan dapat memudahkan

ketaatan pada program pengobatan

2.Kuatkan rasional pengobatan

Rasional :

Pasien percaya bahwa

pengubahan program pasca ulang

di bolehkan bila merasa baik dan

bebas gejala atau merasa lebih

sehat yang dapat meningkatkan

resiko eksaserbasi gejala.

Pemahaman program, obat, dan

Page 21: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

pembatasan dapat meningkatkan

kerjasama untuk mengontrol gejala.

3.Diskusikan pentingnya menjadi

seaktif mungkin tanpa menjadi

kelehan, dan istirahat di antara

aktivitas.

Rasional :

Aktivitas fisik berlebihan dapat

berlanjut melemahkan jantung

eksaserbasi kegalalan.

4.jelaskan dan diskusikan peran

klien dalam mengontrol faktor

resiko(merokok), dan faktor

pencetus (diet tinggi garam, tidak

aktif/tidak aktif, terpajan pada suhu

ekstrem)

Rasional :

Menambahkan pada kerangka

pengetahuan dan memungkinkan

pasien untuk membuat keputusan

berdasarkan informasi sehubungan

dengan kontol kondisi dan

mencegah berulang/komplikasi.

Merokok potensial untuk

vasokontriksi; pemasukan natrium

meningkatkan pembentukan

retensi/edema air; keseimbangan

Page 22: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

tidak tepat antara aktivitas/istirahat

dan pemjanan pada suhu ekstrem

dapat mengakibatkan

kelelahan/meningkatnya kerja

miokard dan meningkatkan resiko

infeksi.

b.      POST OP

No Diagnosa Tujuan Dan Criteria hasil

Intervensi dan rasional

1 Perubahan eliminasi

urine b/d bedah

diversi urine, trauma

jaringan, edema

pascaoperasi

Tujuan:

      Perubahan eliminasi

urine dapat teratasi

Kriteria Hasil:

      Berkemih dengan

jumlah normal dan

pola biasanya

      Tak mengalami tanda

obstruksi

1.       Awasi pemasukan dan

pengeluaran, karakteristik urine

Rasionalnya:

Memberikan informasi tentang

fungsi ginjal dan adanya komplikasi

contoh infeksi dan perdarahan.

2.       Dorong peningkatan pemasukan

cairan

Rasionalnya:

Peningkatan hidrasi dapat membilas

bakteri, darah dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

3.       Periksa semua urine dan catat

adanya keluar batu

Rasionalnya:

Penemuan batu memungkinkan

identifikasi tipe batu dan

Page 23: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

mempengaruhi terapi

4.       Tentukan pola berkemih pasien

dan perhatikan variasi

Rasionalnya:

Kulkulus dapat menyebabkan

ekstabilitas syaraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan

berkemih segera

5.       Observasi perubahan status

mental, perilaku dan tingkat

kesadaran klien.

Rasionalnya:

Akumulasi sisa uremik dan

ketidakseimbangan elektrolot

mengindikasikan disfungsi ginjal.

2 Resiko tinggi

terhadap infeksi b/d

pertahanan diri yang

tidak adekuat

Tujuan :

       Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil :

       Menunjukkan factor

resiko individu

       Mengidentifikasi

intervenssi untuk

mencegah resiko

infeksi

       Menunjukkan teknik

untuk meningkatkan

lingkungan aman

1.       Pertahankan system kateter steril ;

berikan perawatan kateter regular

dengan sabun dan air.

Rasional :

Mencegah pemasukan bakteri dan

infeksi lanjut

2.       Awasi tanda – tanda vital,

perhatikan demam ringan,

menggigil, nadi dan pernafasan

cepat, gelisah,.

Rasional :

Pasien yang mengalami

Page 24: Asuhan keperawatan Ureterolitiasis

ureterolitiasis

3.      

1.2.4.              Implementasi

Setelah rencana keperawatan disusun

selanjutnya ditetapkan dalam

tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan.

1.2.5.                       Evaluasi

Evaluasi merupakan hasil akhir dari keperawatan yang telah ditentukan dengan mengadakan penilaian,

baik terhadap proses maupun terhadap hasil.