asuhan keperawatan teoritis

25
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : A. Identitas Pasien Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab. B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit emfisema bervariasi, antara lain: sesak nafas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekeret keluar ketika batuk, berwarna kuning kental, merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan penyakit emfisema biasanya diawali dengan sesak nafas , batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas, banyak secret keluar ketika batuk, secret berwarna kuning kental , merasa cepat lelah ketika melakukan aktivitas.

Upload: wahyu-setiyawan-wacista

Post on 16-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

I.       PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang

dikumpulkan atau dikaji meliputi :

A.  Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat

rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor

registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab.

B.  Riwayat Kesehatan

1.    Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering muncul pada pasien dengan penyakit

emfisema bervariasi, antara lain: sesak nafas, batuk, dan nyeri di daerah

dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekeret keluar ketika

batuk, berwarna kuning kental, merasa cepat lelah ketika melakukan

aktivitas.

2.    Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan penyakit emfisema biasanya diawali dengan sesak

nafas , batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas,

banyak secret keluar ketika batuk, secret berwarna kuning kental , merasa

cepat lelah ketika melakukan aktivitas.

3.    Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita

penyakit lain seperti TB Paru, DM, Asma, Kanker,Pneumonia dan lain-

lain. Hal ini perlu diketahui untuk melihat ada tidaknya faktor

predisposisi.

4.    Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama atau mungkin penyakit-penyakit lain yang mungkin

dapat menyebabkan penyakit emfisema.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

C.  Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

1.      Bernafas

Pasien umumnya mengeluh sesak dan kesulitan dalam bernafas karena

terdapat sekret. Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produktif

pada tahap dini, meskipun dapat menjadi produktif. Faktor keluarga

dan keturunan, misalnya defisiensi alpha 1-antitripsin penggunaan

oksigen pada malam hari atau terus menerus.

Tanda : Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat : fase ekspirasi memanjang

dengan mendengkur, nafas bibir. Penggunaan otot bantu pernafasan,

misalnya : meninggikan bahu, rekraksi fosa supra klavikula, melebarkan

hidung.

Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk

barrel), atau perbandingan diameter. AP sama dengan diameter

bilateral, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas : mungkin redup dengan ekspirasi mengi.

Perkusi : Hipersonor pada area paru.

Warna : klien dengan emfisema kadang disebut “pink puffer” karena warna

kulit normal, meskipun pertukaran gas tidak normal dan frequensi pernafasan

cepat. Taktil premitus melemah.

2.      Makan dan Minum

Observasi seberapa sering pasien makan dan seberapa banyak pasien

menghabiskan makanan yang diberikan. Minum seberapa banyak dan

seberapa sering pasien minum.

3.      Eliminasi

Observasi BAB dan BAK pasien, bagaimana BAB atau BAK nya normal

atau bermasalah, seperti dalam hal warna feses /urine, seberapa sering,

seberapa banyak, cair atau pekat, ada darah tau tidak,dll.

4.      Gerak dan Aktivitas

Observasi apakah pasien masih mampu bergerak, melakukan aktivitas atau

hanya duduk saja(aktivitas terbatas). Biasanya pasien dengan anemia

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

mengalami kelemahan pada tubuhnya akibat kurangnya suplai oksigen ke

jaringan tubuh.

5.      Istirahat dan tidur

Kaji kebutuhan/kebiasaan tidur pasien apakah nyenyak/sering terbangun

di sela-sela tidurnya.

6.      Kebersihan Diri

Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus

dibantu oleh orang lain. Berapa kali pasien mandi ?

7.      Pengaturan suhu tubuh

Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C),

hiperpireksia = 40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.

8.      Rasa Nyaman

Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien. Pasien

dengan penyakit emfisema biasanya mengalami sesak nafas, batuk, dan

nyeri di daerah dada.

9.      Rasa Aman

Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakitnya.

10.  Sosialisasi dan Komunikasi

Observasi apakah pasien mampu berkomunikasi dengan keluarganya,

seberapa besar dukungan keluarganya.

11.  Prestasi dan Produktivitas

Prestasi apa yang pernah diraih pasien selama pasien berada di bangku

sekolah hingga saat usianya kini.

12.  Ibadah

Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kalipasien

sembahyang, dll.

13.  Rekreasi

Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja

meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya untuk mengetahui teknik

yang tepat saat depresi.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

14.  Pengetahuan atau belajar

Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi mual yang

dirasakan dan caranya meningkatkan nafsu makannya.Disinilah peran kita

untuk memberikan HE yang tepat.

D.  Pemeriksaan Fisik

1.    Rambut dan hygene kepala

Warna rambut hitam, tidak berbau, rambut tumbuh subur, dan kulit kepala

bersih.

2.    Mata ( kanan/kiri )

Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil

isokor, dan respon cahaya baik.

3.    Hidung

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi dengan

baik.

4.    Mulut dan tenggorokan

Rongga normal, mukosa terlihat pecah-pecah, tonsil tidak ada

pembesaran.

5.    Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak

terganggu.

6.    Leher

Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada

pembesaran.

7.    Dada/ thorak

a.     Inspeksi

Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan

frekuensi pernapasan serta penggunaan otot bantu napas. Pada inspeksi,

klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest (akibat udara

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

yang terperangkap), penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir

dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak efektik dan penggunaan otot-otot

bantu napas (sternokleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi

saat aktivitas bahkan pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan

dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai

demam mengindikasi adanya tanda pertama infeksi pernapasan

b.    Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.

c.      Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan

diafragma menurun.

d.    Auskultasi

Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai tingkat

beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan

kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang

tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya,

bahkan gerakan ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikatkan

tali sepatu, mengakibatkan dispnea dan keletihan (dispnea eksersional).

Paru yang mengalami emfisematosa tidak berkontraksi saat ekspirasi dan

bronkhiolus tidak dikosongkan secara efektif dari sekresi yangf

dihasillkan. Klien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat

pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi ini terjadi, klien mengalami

mengi yang berkepanjangan saat ekspirasi. Anoreksia, penurunan berat

badan, dan kelemahan merupakan hal yang umum terjadi. Vena jugularis

mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.

8.    Kardiovaskular

a.    Irama jantung regular; S1,S2 tunggal.

b.    Nyeri dada ada, biasanya skala 6 dari 10

c.    Akral lembab

d.   Saturasi Hb O2  hipoksia

9.    Persyarafan

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

a.    Keluhan pusing ada

b.    Gangguan tidur ada

10.    Perkemihan B4 (bladder)

a.    Kebersihan normal

b.    Bentuk alat kelamin normal

c.    Uretra normal

11.    Pencernaan

a.    Anoreksi disertai mual

b.    Berat badan menurun

12.    Muskuloskeletal/integument

a.    Berkeringat

b.    Massa otot menurun

E.     Data Penunjang

1.      Analisa gas darah

- Pa O2 : rendah (normal 80 – 100 mmHg)

- Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

- Saturasi hemoglobin menurun.

- Eritropoesis bertambah

2.     Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,

mengidentifikasi patogen

3.      Tes fungsi paru: Untuk menentukan penyebab dispnoe,

melihat obstruksi.

4.     Foto sinar X rontgen

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

II.         DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ketidakefektifan pola napas

Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat

Berhubungan dengan :

-       Ansietas

-       Posisi tubuh

-       Deformitas tulang

-       Deformitas dinding dada

-       Keletihan

-       Perventilasi

-       Sindrom hipoventilasi

-       Gangguan muskuloskeletal

-       Kerusakan neurologis

-       Imaturitas neurologis

-       Disfungsi neuromuskular

-       Obesitas

-       Nyeri

-       Keletihan otot pernapasan

-       Cedera medula spinalis

Ditandai dengan :

-       Perubahan kedalaman pernapasan

-       Perubahan ekskursi dada

-       Mengambil posisi tiga titik

-       Bradipnea

-       Penurunan tekanan ekspirasi

-       Penurunan tekanan inspirasi

-       Penurunan ventilasi semenit

-       Penurunan kapasitas vital

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

-       Dispnea

-       Peningkatan diameter anterior- posterior

-       Pernapasan cuping hidung

-       Ortopnea

-       Fase ekspirasi memanjang

-       Pernapasan bibir

-       Takipnea

-       Penggunaan otot aksesorius untuk pernapasan

2.      Gangguan pertukaran gas

Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/atau eliminasi

karbondioksida pada membran alveolar-kapiler

Berhubungan dengan :

-       Perubahan membran alveolar-kapiler

-       Ventilasi-perfusi

Ditandai dengan

-       PH darah arteri abnormal

-       pH arteri abnormal

-       pernapasan abnormal (mis, kecepatan, irama,kedalaman,)

-       warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman)

-       Konfusi

-       Sianosis ( pada neonatus saja)

-       Penurunan karbon dioksida

-       Diaforesis

-       Dispnea

-       Sakit kepala saat bangun

-       Hiperkapnea

-       Hipoksemia

-       Hipoksia

-       Iritabilitas

-       Napas cuping hidung

-       Gelisah

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

-       Somnolen

-       Takikardia

-       Gangguan penglihatan

3.      Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan:

-       Factor biologis

-       Factor ekonomi

-       Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi utrient

-       Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

-       Ketidakmampuan menelan makanan

-       Factor psikologis

Ditandai dengan:

-       Kram abdomen

-       Nyeri abdomen

-       Menghindari makan

-       Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan

-       Melaporkan perubahan sensasi rasa

-       Melaporkan kurangnya makanan

-       Merasa kenyang segera setelh mengigesti makanan

-       Objektif

-       Tidak tertarik untuk makan

-       Kerapuhan kapiler

-       Diare dan/atau steatore

-       Adanya bukti kekurangan makanan

-       Kehilangan rambut yang berlebihan

-       Bising usus hiperaktif

-       Kurang informasi, malinformasi

-       Kurangnya minat pada makanan

-       Miskonsepsi

-       Konjungtiva dan membrane mukosa pucat

-       Tonus otot buruk

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

-       Luka, rongga mulut inflamasi

-       Kelemahan otot yang dibutuhkn untuk menelan atau mengunyah

4.      Intoleran Aktivitas

Berhubungan dengan :

-       Kelemahan umum

-       Ketidakseimbangan antara suplai dam kebutuhan oksigen

Ditandai dengan

-       Laporan verbal tentang keletihan atau kelemahan

-       Frekuensi jantung atau respons TD terhadap aktivitas abnormal

-       Rasa tidak nyaman saat bergerak atau dipsnea

-       Perubahan-perubahan EKG mencerminkan iskemia;distrimia

5.      Risiko tinggi terhadap infeksi

Faktor risiko :

-       Tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya

sekret)

-       Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan

pada lingkungan)

-       Proses penyakit kronis

-       Malnutrisi

6.      Koping individu inefektif

Berhubungan dengan :

-       Krisis situasional/maturasional

-       Perubahan hidup beragam

-       Relaksasi tidak adekuat

-       Sistem pendukung tidak adekuat

-       Sedikit atau tak pernah olah raga

-       Nutrisi buruk

-       Harapan yang tak terpenuhi

-       Kerja berlebihan

-       Persepsi tidak realistik

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

-       Metode koping tidak efektif

Ditandai dengan

-       Menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi dan meminta bantuan

-       Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar atau

pemecahan masalah

-       Perilaku merusak terhadap diri sendiri, makan berlebih, hilang napsu makan,

merokok/minum berlebihan, cenderung melakukan penyalahgunaan alkohol

-       Kelemahan/insomia kronik, ketegangan oto, sering sakit kepala/leher,

kekuatiran/gelisah/cemas/tegangan emosi kronik, depresi.

III.            RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

a.       Ketidakefektifan pola napas

Intervensi

1)      Membandingkan status sekarang dengan status sebelumnya untuk

mendapatkan perubahan dalam status pernapasan. NIC: Asthma management

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien

2)      Mengajarkan teknik yang benar untuk menggunakan obat dan peralatan

(misalnya menarik nafas, nebulizer, aliran maksimum).

Rasional : Agar keluarga dan pasien mengetahui cara menggunakan peralatan dan

obat dengan benar.

3)      Memantau kecepatan, irama, kedalaman, dan upaya untuk bernapas.

Rasional : Untuk mengetahui apakah px masih mengalami kesulitan

bernafas

4)      Mengamati gerakan dada, termasuk simetri, penggunaan dari otot bantu

pernapasan, dan penarikan otot supraclavikular dan intercostals.

Rasional : Untuk mengetahui perkembangan penyakit px

5)      Memberikan cairan hangat untuk minum, dengan tepat.

Rasional : Untuk mengurangi gejala batuk

6)      Catat adanya pergerakan dada, lihat pergerakan dada yang asimetris,

menggunakan otot bantu dan retraksi otot supraklavikular serta intercosta

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Rasional : Ketidaksimetrisan pada dada dan penggunaan otot bantu

pernapasan pada pasien mengindikasikan adanya gangguan pernapasan

7)      Monitor kemampuan pasien untuk batuk efektif

Rasional : Batuk efektif dapat membantu mengeluarkan dahak bila ada

8)      Memberitahukan tentang diagnosis, pengobatan, dan pengaruh dari gaya

hidup.

Rasional : Agar px mengetahui penyakitnya, pengobatan yang harus

dijalani, penyebabnya agar px dapat mengubah gaya hidupnya.

9)      Membantu dalam mengenal tanda/gejala dari reaksi asthma mendatang dan

pelaksanaan dari ketepatan pengukuran respon.

Rasional : Menghindari faktor predisposisi yang dapat meningkatkan gejala asma.

10)  Melatih pernapasan /relaksasi.

Rasional : Untuk membantu pasien memulai pernapasan secara normal

11)  Menentukan dan memperbarui pengobatan asthma,dengan tepat.

Rasional : Memberikan pengobatan yang tepat sesuai perkembangan

penyakit pasien

12)  Monitor RR, irama, kedalaman, dan usaha respirasi

Rasional : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan sudah normal apa belum

13)  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Rasional : Untuk mengetahui ada kelainan pada saluran pernapasan

14)  Monitor tingkat kegelisahan, kecemasan

Rasional : Kecemasan dan kegelisahan dapat memacu terjadinya sesak

b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan

Intervensi

1)      Kaji frequensi kedalaman pernafasan catat penggunaan otot bantu nafas, nafas

bibir.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan dan/atau kronisnya

proses penyakit.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

2)      Kaji/awasi secara rutin warna kulit dan membran mokusa.

Rasional : Sianosis mungkin perifer atau sentral mengindikasikan beratnya

hipoksemia.

3)      Tinggikan kepala bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas,

dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan individu.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan

nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas dan kerja nafas.

4)      Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara atau bunyi abnormal.

Rasional : Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara. Adanya

mengindikasi spasme bronkus/tertahannya sekret.

5)      Awasi tingkat kesadaran/status mental.

Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA

memburuk disertai bingung/samnolen menunjukkan disfungsi serebral yang

berhubungan dengan hipoksemia.

6)      Palpasi fremitus.

Rasional : Penurunan getaran fibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara

terjebak.

7)      Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem. Batasi

aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut. Mungkinkan

pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan toleransi sesuai aktivitas

individu

Rasional : selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu

melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas

perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan

untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan

dapat meningkatkan rasa sehat.

8)   Awasi GDA.

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat dan PaO2 secara umum menurun, sehingga

hipoksemia terjadi dengan derajat lebih besar atau lebih kecil.

9)      Berikan O2 tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi

pasien.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia.

10)  Bantu intubasi

Rasional : Terjadinya/kegagalan nafas yang akan datang memerlukan upaya tindakan

penyelamatan hidup.

c.       Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi :

1)      Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan. Evaluasi

berat badan.

Rasional :Pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispneu, produksi

sputum dan obat, selain itu banyak klien PPOM mempunyai kebiasaan makan

buruk. Orang yang mengalami emfisema sering kurus dengan perototan kurang.

2)      Auskultasi bunyi bising usus.

Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan mobilitas gaster dan

konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pilihan makan yang buruk,

penurunan aktivitas dan hipoksemia.

3)      Berikan perawatan oral sering, buang sekret.

Rasional :Rasa tak enak bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu

makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.

4)      Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan

makanan posisi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan

kesempatan untuk meningkatan masukan kalori total.

5)      Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.

Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.

6)      Konsul ahli gizi/nutrisi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna,

secara nutrisi seimbang.

Rasional :Metode makan dan kebutuhan kalori berdasarkan pada situasi/kebutuhan

individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya klien/penggunaan energi.

7)      Kaji pemeriksaan laboratorium. Berikan vitamin/mineral/ elektolit sesuai

indikasi.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Rasional : Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan keefektifan tetap nutrisi.

8)      Beri O2 tambahan selama makan sesuai indikasi.

Rasional : Menurunkan dispneu dan meningkatkan energi untuk makan.

d.      Resiko tinggi terhadap infeksi

Intervensi

1)      Awasi secara ketat suhu tubuh pasien.

Rasional : Demam dapat terjadi karena adanya infeksi.

2)      Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan

masukan cairan adekuat.

Rasional : Aktivitas diatas dapat meningkatkan mobilitas dan pengeluaran sekret untuk

menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.

3)      Observasi warna, karakter, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru.

4)      Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.

Rasional : Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki

pertahanan klien terhadap infeksi meningkatkan penyembuhan.

5)      Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan

terhadap infeksi.

6)      Dapatkan spesimen sputum dengan batuk atau penghisapan untuk pewarnaan

kuman, gram, kultur sensitivitas.

Rasional : Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan

terhadap berbagai anti mikrobial.

7)      Berikan antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.

Rasional : Dapat diberikan pada organisme khusus yang terindentifikasi dengan kultur

dan sensitivitas, atau diberikan secara profilatik karena resiko tinggi.

e.       Intoleransi aktivitas

Intervensi

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1)      Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan oksigen : merokok,

suhu yang ekstrim, stres.

Rasional :Merokok suhu ekstrim, dan stress menyebabkan vasokontriksi yang

meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

2)      Secara bertahap tingkatkan aktivitas harian sesuai peningkatan toleransi klien.

Rasional : Mempertahankan pernafasan lambat sedang dari latihan yang diawasi

memperbaiki kekuatan otot asesori dan fungsi pernafasan.

3)      Pertahankan terapi oksigen tambahan, sesuai kebutuhan.

Rasional : Oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan

memperbaiki toleransi aktivitas.

4)      Berikan dukungan emosional dan semangat.

Rasional : Rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat menghambat peningkatan

aktivitas.

f.    Koping Individu Inefektif

Intervensi :

1)      Kajikefektifanstrategikopingdenganmengobservasiperilaku,

mis.,kemampanmenyatakanperasaandanperhatiankeinginanberpartisipasidalamrencanape

ngobatan.

Rasional :mekanismeadaptifperluuntukmengubahpolahidupseseorang,

mengtasihipertensikronik, danmengintregrasikanterapi yang

diharuskankedalamkehidupansehari-hari

2)      Dorongpasienuntukmengevaluasiprioritas/tujuanhidup. Tanyakansepertiapakah

yang andalakukanmerupakanapa yang andainginkan?

Rasional :foksperhatianpasienpadarealitassituasi yang ada relative

terhadappandanganpasiententangapa yang diinginkan. Etikakerjakeras, kebutuhanuntuk

control dan focus keluargadapatmengarahpadakurangperhatianpadakebutuhan-kebutuhan

personal.

3)      Bantu pasienuntukmengidentifikasidanmulaimerncanakanperubahanhidup yang

perlu. Bantu untukmenyesuaikan, ketimbangmembatalkantujuandiri/keluarga.

Rasional :perubahan yang perluharusdiprioritaskansecara realistic untukmenghindari rasa

tidakmenentudantidakberdaya

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.LP Asma.(dalamhttp://askepreview.wordpress.com/2011/07/13/lp-asma/.

Diakses tanggal 17 September 2013 (16:30).

Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC

Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakara : EGC

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis Edisi

Revisi Jilid 1. Jakarta : ECG

Purnomo.2008. Faktor Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma

Bronkial Pada Anak (Studi Kasus Di Rs Kabupaten Kudus). (dalam

http://eprints.undip.ac.id/18656/1/P_U_R_N_O_M_O.pdf).Diakses tanggal 17 September

2013 ( 16:10)

Smeltzer, C . Suzanne,dkk.2002.Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.

Jakarta :EGC