asuhan keperawatan pada pasien dengan epilepsi

5
1 1. Faktor sensoris cahaya yang berkedip-kedip (fotosensitif), bunyi-bunyi yang mengejutkan, air, dll. 2. Faktor sistemis demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (fenotiazin, klorpropamid, barbiturat, valium), perubahan hormonal (hipoglikemia), kelelahan fisik. 3. Faktor mental stress, gangguan emosional, kurang tidur Faktor precipitasi atau faktor pencetus atau yang mempermudah terjadinya gejala Perlu diketahui bahwa epilepsy bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu gejala yang dapat timbul karena penyakit. Secara umum serangan epilepsy dapat timbul jika terjadi pelepasan aktifitas energi yang berlebihan dan mendadak dalam otak, sehingga mengganggu kerja otak. Otak akan segera mengkoreksinya dan kembali normal dalam beberapa saat. Secara umum epilepsy dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Epilepsi primer atau epilepsy idiopatik yang sampai pada saat ini belum ditemukan penyebabnya dan sebagian besar terjadi pada anak-anak. Pada kasus ini tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. 2. Epilepsi sekunder penyebabnya diketahui, antara lain : a. Faktor herediter yang mengalami kelainan seperti neurofibromatosis, hipoparatiroidisme, hipoglikemia. b. Faktor genetik pada kejang demam c. Kelainan congenital otak atropi, agenesis korpus kolosum d. Gangguan metabolic hipoglikemia, hipoklasemia, hiponatremia, hipernatremia e. Infeksi radang yang disebabkan virus atau bakteri pada otak dan selaputnya seperti toksoplasmosis, meningitis f. Trauma contusio cerebri, hematoma sub arachnoid, hematoma subdural g. Neoplasma otak dan selaputnya h. Kelainan pembuluh darah, malformasi dan penyakit kolagen i. Keracunan timbal, kamper/kapur barus, fenotiazin j. Lain-lain penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi cerebral Etiologi Epilepsy adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan- serangan, berulang-ulang yang disebabkan oleh lepasan muatan listrik abnormal sel-sel syaraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi, dengan ciri khas serangan yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula. Definisi Konduksi atau hantaran merupakan proses aktif yang bekerja sendiri dan memerlukan penggunaan energi oleh syaraf. Konduksi impuls syaraf walaupun cepat, namun berlangsung lebih lambat daripada listrik, karena jaringan syaraf merupakan konduktor pasif yang relatif sangat buruk. Syaraf memerlukan potensial beberapa volt untuk dapat menghasilkan impuls, sebab sel syaraf mempunyai ambang yang rendah terhadap perangsangan (impuls). Kata “epilepsy” berasal dari kata Yunani “epilambanein” yang berarti serangan. Dan menunjukkan bahwa “sesuatu dari luar yang menimpa dirinya, sehingga ia jatuh.” Epilepsy tidak dianggap sebagai suatu penyakit, tetapi lebih diyakini sebagai suatu kutukan roh jahat atau kekuatan gaib yang merasuki seseorang. Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun SM didaratan Cina, namun Hipocrateslah orang pertama yang mengenalkan epilepsy sebagai suatu penyakit dalam bukunya “On the Sacred Disease” yang mengatakan bahwa terjadinya epilepsy bukan karena kekuatan supranatural, tetapi berasal dari dalam diri penderita itu sendiri. Di Indonesia epilepsy lebih dikenal dengan istilah-istilah berikut ini : sawan, ayan dan gila babi, sehingga sampai saat ini pengobatannya masih menggunakan cara-cara mistik dan pemasangan. Epilepsy merupakan suatu masalah neurologis yang relatif sering terjadi dan dapat menyerang semua kelompok usia, juga segala jenis bangsa dan keturunan di seluruh dunia. Lebih kurang 70% dapat terjadi sebelum usia 20 tahun dan lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak. By. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep EPILEPSI (GANGGUAN KONDUKSI SISTEM SYARAF)

Upload: yudie-yudin

Post on 11-Apr-2016

40 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

weeekk

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Epilepsi

1

1. Faktor sensoris cahaya yang berkedip-kedip (fotosensitif), bunyi-bunyi yang mengejutkan, air, dll. 2. Faktor sistemis demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (fenotiazin, klorpropamid, barbiturat, valium), perubahan hormonal (hipoglikemia), kelelahan fisik. 3. Faktor mental stress, gangguan emosional, kurang tidur

Faktor precipitasi atau faktor pencetus atau yang mempermudah terjadinya gejala

Perlu diketahui bahwa epilepsy bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu gejala yang dapat timbul karena penyakit. Secara umum serangan epilepsy dapat timbul jika terjadi pelepasan aktifitas energi yang berlebihan dan mendadak dalam otak, sehingga mengganggu kerja otak. Otak akan segera mengkoreksinya dan kembali normaldalam beberapa saat. Secara umum epilepsy dibagi menjadi 2 golongan yaitu : 1. Epilepsi primer atau epilepsy idiopatik yang sampai pada saat ini belum ditemukan penyebabnya dan sebagian besar terjadi pada anak-anak. Pada kasus ini tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak. 2. Epilepsi sekunder penyebabnya diketahui, antaralain : a. Faktor herediter yang mengalami kelainan seperti neurofibromatosis, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.b. Faktor genetik pada kejang demam c. Kelainan congenital otak atropi, agenesis korpus kolosum d. Gangguan metabolic hipoglikemia, hipoklasemia, hiponatremia, hipernatremia e. Infeksi radang yang disebabkan virus atau bakteri pada otak dan selaputnya seperti toksoplasmosis, meningitis f. Trauma contusio cerebri, hematoma sub arachnoid, hematoma subdural g. Neoplasma otak dan selaputnya h. Kelainan pembuluh darah, malformasi dan penyakit kolagen i. Keracunan timbal, kamper/kapur barus, fenotiazin j. Lain-lain penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenerasi cerebral

Etiologi

Epilepsy adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan- serangan, berulang-ulang yang disebabkan oleh lepasan muatan listrik abnormal sel-sel syaraf otak, yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi, dengan ciri khas serangan yang timbul secara tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula.

Definisi

Konduksi atau hantaran merupakan proses aktif yang bekerja sendiri dan memerlukan penggunaan energi oleh syaraf. Konduksi impuls syaraf walaupun cepat, namun berlangsung lebih lambat daripada listrik, karena jaringan syaraf merupakan konduktor pasif yang relatif sangat buruk. Syaraf memerlukan potensial beberapa volt untuk dapat menghasilkan impuls, sebab sel syaraf mempunyai ambang yang rendah terhadap perangsangan (impuls). Kata “epilepsy” berasal dari kata Yunani “epilambanein” yang berarti serangan. Dan menunjukkan bahwa “sesuatu dari luar yang menimpa dirinya, sehingga ia jatuh.” Epilepsy tidak dianggap sebagai suatu penyakit, tetapi lebih diyakini sebagai suatu kutukan roh jahat atau kekuatan gaib yang merasuki seseorang. Epilepsi sudah dikenal sekitar 2000 tahun SM didaratan Cina, namun Hipocrateslah orang pertamayang mengenalkan epilepsy sebagai suatu penyakit dalam bukunya “On the Sacred Disease” yang mengatakan bahwa terjadinya epilepsy bukan karena kekuatan supranatural, tetapi berasal dari dalam diri penderita itu sendiri. Di Indonesia epilepsy lebih dikenal dengan istilah-istilah berikut ini : sawan, ayan dan gila babi, sehingga sampai saat ini pengobatannya masih menggunakan cara-cara mistik dan pemasangan. Epilepsy merupakan suatu masalah neurologis yang relatif sering terjadi dan dapat menyerang semua kelompok usia, juga segala jenis bangsa dan keturunan di seluruh dunia. Lebih kurang 70% dapat terjadi sebelum usia 20 tahun dan lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak.

By. Ns. Hasrat Jaya Ziliwu, S.Kep EPILEPSI (GANGGUAN KONDUKSI SISTEM SYARAF)

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Epilepsi

2

Dengan automatisme gerakan-gerakan tidak terkendali dan tidak disadari Dengan gejala parsial sederhana disertai dengan menurunnya kesadaran

Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran

Halusinasi kompleks (berstruktur) mendengar ada yangbicara, musik, melihat suatu fenomena tertentu b. Epilepsi parsial kompleks (disertai gangguan kesadaran)

Ilusi perubahan persepsi benda yang dilihat Afektif merasa sangat senang, susah, marah, takut Kognitif gangguan orientasi waktu

Dimnesia gangguan fungsi ingatan seperti pernah mengalami, merasakan, melihat atau sebaliknya tidak pernah.

Disfasia mengulang suku kata, kata atau bagian kalimat Dengan gejala psikis (gangguan fungsi luhur)

Dengan gejala atau tanda gangguan syaraf otonom sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, dilatasi pupil.

Disertai vertigo Olfaktoris terhidu sesuatu Auditorius terdengar sesuatu Visual terlihat kilatan cahaya Somatosensoris timbul rasa kesemutan atau seperti ditusk jarum

Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (melibatkan pancaindera)

Fonasi disertai dengan arus bicara terhenti atau menimbulkan bunyi- bunyian tertentu

Postural disertai lengan atau tungkai kaku dalam sikap tertentu Versif disertai gerakan memutar tubuh, mata, kepala Fokal motorik menjalar (dikenal dengan Epilepsi Jackson) Fokal motorik tidak menjalar

Dengan gejala motorik

Menurut Commission of Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy (ILAE)tahun 1981, epilepsy diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Epilepsi parsial (fokal, lokal) a. Sawan parsial sederhana kesadaran tetap normal

Manisfestasi klinik

Secara umum, epilepsy dapat terjadi karena menurunnya potensial membran sel syaraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik, atau toksik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel syaraf tersebut. Beberapa penyelidikan menunjukkan peranan acetilkolin sebagai zat yang merendahkan potensial membran prosinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manisfestasi klinisnya pun muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolin sudah cukup tertimbun dipermukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel syaraf kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh sel-sel syaraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran awas waspada lebih banyak asetilkolin yang merembes keluar dari permukaan otak daripada selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin daripada dalam otak sehat. Pada tumor cerebri atau adanya sikatriks setempat pada permukaan otak sebagai gejala sisa dari meningitis, encephalitis, kontusio atau trauma lahir, dapat terjadi penimbunan setempat dari asetilkolin. Pada epilepsy idiopatik, tipe grandmal, secara primer muatan listrik dilepas oleh nuclei intralaminerase talami, yang dikenal juga sebagai inti centrecephalic. Inti ini merupakan terminal lintasan asendens spesifik atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input korteks cerebri melalui lintasan ini menentukanderajat kesadaran. Bilamana tidak ada sama sekali input, maka timbullah koma. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel syaraf yang memelihara kesadaran menerima impuls aferen dari dunia luar sehingga hilang kesadaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian dari substansia retikularis dibagai rostral dari mesensepalon yang dapat melakukan blokade sejenak terhadap inti-inti intralaminar talamik sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang-kejang pada otot skeletal, yang dikenal dengan petit mal.

Patofisiologi

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Epilepsi

3

Klien berobat teratur, 1/3 akan bebas dari serangan paling sedikit 2 tahun, dan bila lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir, obat dapat dihentikan, klien tidak mengalami epilepsy lagi. Hati-hati kemungkinan akan berulangnya serangan dapat terjadi dikenal dengan istilah remisi.

Prognosis

Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya epilepsy tanpa mengganggu kapasitas fisik dan intelek klien. Pengobatan epilepsy meliputi pengobatan medikamentosa dan pengobatan psikososial.

Penatalaksanaan medik

Sinkop, gangguan sirkulasi, hipoglikemia, hysteria, paralysis tidur, migren, dsb. Diagnosa banding

1. EEG 2. CT Scan 3. MRI

Pemeriksaan penunjang

Dengan komponen autonom kombinasi b. Epilepsi lena tak khas (atypical absence) dapat disertai dengan gangguan tonus yang lebih jelas ; permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak. c. Epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot, sekali atau berulang-ulang. d. Epilepsi klonik tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelonjot. e. Epilepsi tonik tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku. f. Epilepsy tonik-klonik (Grandmal epilepsy) Serangan dapat diawali dengan aura, klien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung selama kira-kira ¼ - ½ menit diikuti kejang kelonjot diseluruh badan. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan nafas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah meningkat saat kejang, mulut menjadi berbusa karena hembusan nafas kuat. Mungkin pula klien miksi. Setelah kejang selesai, klien dapat bangun dengan kesadaran yang masih rendah atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah dan nyeri kepala. g. Epilepsi atonik otot-otot seluruh badan mendadak lemas sehingga klien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik dan dapat juga menurun sebentar. h. Status epileptikum aktifitas kejang yang berlangsung terus-menerus lebih dari 30 menit tanpa pulihnya kesadaran. 3. Epilepsi tak tergolongkan Ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, mengunyah-ngunyah, gerakan seperti berwenang, menggigil atau pernafasan yang mendadak berhenti sejenak.

Dengan automatisme Dengan komponen tonik Dengan komponen atonik Dengan komponen klonik ringan Hanya penurunan kesadaran

Sawan parsial sederhana yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum 2. Epilepsi umum (konvulsif dan non-konvulsif) a. Epilepsi lena (absence) kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tidak ada reaksi bila diajak bicara, biasanya berlangsung ¼ - ½ menit dan sering dijumpai pada anak. Cirikhasnya :

Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi bangkitan umum Sawan parsial sederhana yang berkembangan menjadi bangkitan umum

Dengan automatisme c. Epilepsy parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik)

Hanya dengan penurunan kesadaran Dengan penurunan kesadaran sejak permulaan serangan

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Epilepsi

4

Mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten/ aspirasi dicegah 3. Gangguan harga diri atau Identitas pribadi b/d Stigma berkenaan dengan kondisi ; persepsi tentang tidak terkontrol d/d pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan, perasaan

Perawat mengidentifikasi tindakan yang perlu diambil bika terjadi kejang 2. Resiko tinggi tidak efektif bersihan jalan nafas / tidak efektif pola nafas b/d kerusakan neuromuskuler ; obstruksi tracheobronchial ; kerusakan persepsi atau kongnitif. Kriteria hasil :

Mempertahankan aturan pengobatan untuk mengontrol atau menghilangkan aktifitas kejang Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

Mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.

Mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma, dan atau penghentian pernafasan dan mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.

1. Resti trauma atau henti nafas b/d kelemahan/kesulitan keseimbangan ; keterbatasan kongnitif akibat perubahan kesadaran ; kehilangan koordinasi otot besar atau kecil ; kesulitan emosional. Kriteria hasil :

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Serangan terkontrol 2. Komplikasi/cedera dapat dicegah 3. Mampu menunjukkan citra diri 4. Pemahaman terhadap proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan

TUJUAN PEMULANGAN

1. Mencegah/mengendalikan aktifitas kejang 2. Melindungi klien dari cedera 3. Mempertahankan jalan nafas/fungsi pernafasan 4. Meningkatkan harga diri yang positif 5. Memberikan informasi tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya

PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Aktifitas / istirahat keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktifitas, perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/kontaksi otot. 2. Sirkulasi hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, tanda vital dapat normal atau depresi. 3. Integritas ego stressor internal/eksternal, peka rangsang, perasaan tidak berdaya atau tidak ada harapan, perubahan dalam berhubungan, pelebaran rentang respons emosional. 4. Eliminasi inkontinensia episodic, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter, otot relaksasi mengakibatkan inkontinensia. 5. Makanan dan cairan sensitivitas terhadap makanan, mual-muntah yang berhubungan dengan aktifitas kejang, kerusakan jaringan lunak/gigi selama kejang, hiperplasia gingival (selama penggunaan dilantinjangka panjang) 6. Neurosensori riwayat sakit kepala, aktifitas kejang berulang, pingsan, pusing, riwayat trauma kepala, anoksia, infeksi cerebral, aura, karakteristik kejang (diuraikan). 7. Nyeri/Kenyamanan sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posikal, nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal, sikap dan tingkah laku yang berhati-hati, perubahan tonus otot, tingkah laku distraksi atau gelisah. 8. Pernafasan gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun/cepat, peningkatan sekresi mucus, apnea. 9. Keamanan riwayat terjatuh atau trauma, adanya alergi, trauma jaringan lunak/ekimosis, penurunan kekuatan otot secara menyeluruh. 10. Interaksi sosial masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya, pembatasan/penghindaran terhadap kontak sosial. 11. Penyuluhan dan pembelajaran riwayat epilepsy dalam keluarga, penggunaan atau ketergantungan obat (termasuk alkohol).

PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KONDUKSI SISTEM PERSYARAFAN : EPILEPSI

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Epilepsi

5

Mentaati aturan obat yang diresepkan Memulai perubahan perilaku atau gaya hidup sesuai indikasi

Mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsang yang dapat meningkatkan aktifitas kejang

Mengungkapkan persepsi realistis dan penerimaan diri dalam perubahan dan gaya hidup 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan b/d kurangnya informasi ; kesalahan interpretasi informasi ; kurang mampu mengingat ; keterbatasan kognitif ; kegagalan untuk berubah d/d banyak bertanya, kurang kontrol aktifitas kejang, kurang mengikuti aturan terapi. Kriteria hasil :

Mengungkapkan peningkatan rasa harga diri dalam hubungannya dengan diagnosis

Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping dengan persepsi negatif pada diri sendiri

negatif tentang tubuh, perubahan persepsi diri tentang peran, perubahan pola tanggung jawab dari biasanya. Kriteria hasil :