konsep asuhan keperawatan epilepsi

31
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI 1. Pengkajian Dasar Data Pengkajian Pasien AKTIVITAS/ISTIRAHAT Gejala: Keletihan, kelemahan umum. Keterbatasan dalam beraktivitas/ bekerja yang dittimbulkan oleh diri sendiri/ terdekat pemberi asuhan kesehatan atau orang lain. Tanda: Perubahan tonus/kekuatan otot. Gerakan involunter/kontraksi otot ataupun sekelompok otot. SIRKULASI Gejala: Iktal: Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis. Posiktal: Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernapasan. INTEGRITAS EGO Gejala: Stensor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaan dan/atau penanganan. Peka rangsang; perasaan tidan ada harapan/tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan Tanda: Pelebaran rentang respon emosional. ELIMINASI Gejala: Inkontinensia episodik. Tanda: Iktial: Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus stingfer. Posiktal: Otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine/fekal). MAKANAN/CAIRAN Gejala: Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang.

Upload: gitaq-tri-yatma

Post on 18-Jul-2016

138 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

epilepsi pada anak

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI

1. Pengkajian

Dasar Data Pengkajian Pasien

AKTIVITAS/ISTIRAHAT

Gejala: Keletihan, kelemahan umum.

Keterbatasan dalam beraktivitas/ bekerja yang dittimbulkan oleh diri

sendiri/ terdekat pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.

Tanda: Perubahan tonus/kekuatan otot.

Gerakan involunter/kontraksi otot ataupun sekelompok otot.

SIRKULASI

Gejala: Iktal: Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis.

Posiktal: Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan

pernapasan.

INTEGRITAS EGO

Gejala: Stensor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaan

dan/atau penanganan.

Peka rangsang; perasaan tidan ada harapan/tidak berdaya.

Perubahan dalam berhubungan

Tanda: Pelebaran rentang respon emosional.

ELIMINASI

Gejala: Inkontinensia episodik.

Tanda: Iktial: Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus stingfer.

Posiktal: Otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik

urine/fekal).

MAKANAN/CAIRAN

Gejala: Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan

dengan aktivitas kejang.

Tanda: Kerusakan jaringan lunak/gigi (cedera selama kejang).

Hiperplasia gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka

panjang).

NEUROSENSORI

Gejala: Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing.

Riwayat trauna kepala, anoreksia, dan infeksi serebral.

Posiktal: Kelemahan, nyeri otot, area parestase/paralisis.

Page 2: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

NYERI/KENYAMANAN

Gejala: Sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posikal.

Nyeri abnormal paroksimal selama fase iktal (mungkin terjadi selama

kejang fokal/parsial tanpa mengalami penurunan kesadaran).

Tanda: Sikap/tingkah laku yang berhati-hati.

Perubahan pada tonus otot.

Tingkah laku distraksi/gelisah.

PERNAPASAN

Gejala: Fase iktal: Gigi mengatup, sianosis, pernapasan menurun/cepat;

peningkatan sekresi mukus.

Fase posiktal: Apnea.

KEAMANAN

Gejala: Riwayat terjatuh/trauma, fraktur.

Adanya alergi

Tanda: Trauma pada jaringan lunak/ekimosis.

Penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh.

INTERAKSI SOSIAL

Gejala: Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau

lingkungan sosialnya.

Pembatasan/penghindaran terhadap kontak sosial.

Pemeriksaan Diagnostik Kejang

Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi

pada aktivitas kejang.

Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi (pencetus) kejang.

Ureum/kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan risiko timbulnya

aktivitas kejang atau mungkin sebagai indikasi nefrotoksik yang

berhubungan dengan pengobatan.

Sel Darah Merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari

terapi obat.

Kadar obat pada serum : Untuk membuktikan batas obat antiepilepsi yang

terapeutik.

Page 3: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

Pungsi lumbal (PL) : Untuk mendeteksi tekanan abnormal dari CSS, tanda-

tanda infeksi, perdarahan (hemoragik sub arakhnoid, subdural) sebagai

penyebab kejang tersebut.

Foto ronsen kepala : Untuk mengidentifikasi adanya SOL, fraktur.

Elektroensefalogram (EEG) : Melokalisasi daerah serebral yang tidak

berfungsi dengan baik , mengukur aktivitas otak. Gelombang otak untuk

menentukan karakteristik dari gelombang pada masing-masing tipe dari

aktivitas kejang.

Pemantauan video-EEG, 24 jam : Dapat mengidentifikasikan fokus kejang

secara tepat.

Skan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, infark, hematoma, edema

serebral, trauma, abses, tumor, dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.

Positron Emission Tomography (PET): Mendemonstrasikan perubahan

metabolik, misalnya penurunan metabolisme glukosa pada sisi lesi.

MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.

Magnetoensefalogram : Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola

pembebasan yang abnormal.

Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal

dari pra operasi lobektomi temporal)

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doengus :

1) Risiko tinggi terhadap trauma/kerusakan sel otak dan penghentian nafas

berhubungan dengan kejang, kelemahan progresif cepat otot-otot

pernafasan.

2) Risiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas/pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, obstruksi trakeobronkial.

3) Harga diri/ identitas pribadi, gangguan berhubungan dengan sigma

berkenaan dengan kondisi, persepsi tentang tidak terkontrol.

4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan informasi

pada klien/keluarga terhadap perubahan status kesehatan.

Menurut Arif Mutaqin :

Page 4: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

5) Risiko tinggi cedera yang berhubungan dengan kejang berulang,

ketidaktahuan tentang epilepsi dan cara penanganan saat kejang, serta

penurunan tingkat kesadaran.

6) Nyeri akut yang berhubungan dengan nyeri kepala sekunder respons pasca

kejang (postikal).

7) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kebingungan, malas

bangun sekunderrespons pasca kejang (postikal).

8) Ketakutan yang berhubungan dengan kejang berulang.

9) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi akibat

apilepsi.

3. Intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Risiko tinggi terhadap trauma/kerusakan sel otak dan

penghentian nafas berhubungan dengan kejang dan kelemahan progresif cepat otot-otot

pernafasan.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:

a. Klien mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma,

dan/atau penghentian pernafasan dan mengambil langkah untuk memperbaiki situasi.

b. Klien mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk mengurangi faktor

risiko dan melindungi diri dari cedera.

c. Klien mampu mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

d. Klien membantu klien untuk mempertahankan aturan pengobatan untuk

mengontrol/menghilangkan aktivitas kejang.

Intervensi Rasionalisasi

Gali bersama-sama klien dan orang

tua/keluarga berbagai stimulasi yang menjadi

pencetus demam.

Kejang demam terjadi ketika demam

menyebabkan perubahan beda potensial sel

neuron yang menyebabkan pelepasan

muatan listrik yang besar. Jadi, pengkajian

difokuskan pada area penyebab demam.

Pertahankan bantalan lunak pada penghalang Mengurangi trauma saat kejang

Page 5: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

tempat tidur yang terpasang dengan posisi

tempat tidur rendah

(sering/umum) terjadi selama pasien di

tempat tidur.

Evaluasi kebutuhan untuk/ berikan

perlindungan pada kepala.

Penggunaan penutup kepala dapat

memberikan perlindungan tambahan

terhadap seseorang yang mengalami kejang

terus-menerus/kejang berat.

Kaji suhu menggunakan termometer dengan

bahan metal atau ukur suhu melalui lubang

telinga jika perlu.

Menurunkan risiko pasien menggigit atau

menghancurkan termometer yang terbuat

dari kaca atau kemungkinan mengalami

trauma jika terjadi aktivitas kejang.

Pertahankan tirah baring secara ketat jika

pasien mengalami tanfa-tanda timbulnya fase

prodromal/aura. Jelaskan pentingnya tindakan

ini pada klien/orang tua/keluarga.

Pasien mungkin tidak dapat beristirahat

/perlu untuk bergerak atau melepaskan diri

dari suatu keadaan selama fase aura, namun

bergerak dengan mempedulikan diri dari

keamanan lingkungan dan mudah

diobservasi. Pemahaman kepentingan untuk

mempertimbangkan tentang pentingnya

kebutuhan keamanan diri sendiri dapat

menambah keikutsertaan (kerja sama)

pasien.

Minta orang tua/keluarga klien untuk tetap

tinggal bersama klien dalam waktu beberapa

lama selama/setelah kejang.

Meningkatkan keamanan klien.

Masukkan jalan nafas buatan seperti plastik

atau biarkan klien menggigit sesuatu yang

lunak antara gigi (jika rahang sedang

relaksasi). Miringkan kepala ke salah satu

sisi/lakukan penghisapan pada jalan nafas

sesuai indikasi

Menurunkan risiko terjadinya trauma mulut

tetapi tidak boleh “dipaksa” atau masukkan

ketika gigi-gigi sedang mengatup kuat

karena kerusakan pada gigi jaringan lunak

dapat terjadi. Juga membantu

mempertahankan jalan nafas. Catatan :

Page 6: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

Spatel lidah dari kayu tidak boleh digunakan

karena mungkin bisa rusak atau terpelintir

pada mulut klien.

Atur kepala, tempatkan di atas daerah yang

empuk (lunak) atau bantu meletakkan pada

lantai jika keluar dari tempat tidur. Jangan

melakukan restrein.

Mengarahkan ekstremitas dengan hati-hati

menurunkan risiko trauma secara fisik

ketika klien kehilangan kontrol terhadap otot

volunter. Catatan : jika dilakukan restrein

pada klien yang mengalami kejang, gerakan

kaku dapat meningkat dan klien dapat

mengalami trauma oleh diri sendiri atau

orang lain.

Catat tipe dari aktivitas kejang (seperti lokasi/

lamanya aktivitas motorik, hilang/penurunan

kesadaran, inkontinensia, dll) dan berapa kali

terjadi (frekuensi/kambuhannya).

Membantu untuk melokalisasi daerah otak

yang terkena.

Lakukan penilaian neurologis/TTV setelah

kejang, misal: tingkat kesadaran, orientasi,

TD, nadi dan pernafasan.

Mencatat keadaan posiktal dan waktu

penyembuhan pada keadaan normal.

Orientasikan kembali kepada orang

tua/keluarga klien terhadap aktivitas kejang

yang dialami anaknya.

Untuk menghilangkan ansietas. Orang

tua/keluarga mungkin bingung dan cemas.

Klien mungkin mengalami amnesia setelah

kejang dan memerlukan bantuan untuk dapat

mengontrol lagi.

Observasi munculnya tanda-tanda atau gejala

status epileptikus, seperti kejang tonik-klonik

setelah jenis yang lain muncul dengan cepat

dan cukup meyakinkan.

Hal ini merupakan keadaan darurat yang

mengancam hidup yang dapat menyebabkan

henti nafas, hipoksia berat, dan/atau

kerusakan pada otak dan sel saraf. Intervensi

yang segera dibutuhkan untuk

Page 7: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

mengendalikan aktivitas kejang.

Diskusikan adanya tanda-tanda serangan

kejang (jika memungkinkan) dan pola kejang

yang biasa dialami klien. Ajarkan orang

terdekat klien untuk mengenali tanda-tanda

awal dari kejang tersebut dan bagaimana

merawat klien selama dan setelah serangan

kejang.

Memberikan kesempatan orang tua/keluarga

klien untuk melindungi klien dari trauma

dan mengenali perubahan yang perlu

disampaikan pada dokter/pada intervensi

selanjutnya. Mengetahui apa yang harus

dilakukan saat kejang terjadi dapat

mencegah trauma/komplikasi dan

menurunkan perasaan tak berdaya dari orang

terdekat.

Berikan obat sesuai indikasi:

Obat antiepilepsi meliputi fenitoin

(Dilatin), pirimidon (Mysoline),

karbamazepin (Tegretol), klonazepam

(Klonopin), asam valproat (Depakote).

Fenobarbital (Luminal)

Diazepam (Valium)

Glukosa, tiamin

Obat antiepilepsi meningkatkan ambang

kejang dengan menstabilkan membran sel

saraf, yang menurunkan eksitasi neuron

melalui aktivitas langsung pada sistem

limbik, talamus, dan hipotalamus.

Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan

penekanan terhadap aktivitas kejang dengan

dosis obat-obat yang rendah dan dengan

efek samping yang minimal.

Meningkatkan efek dari obat antiepilepsi

dan memungkinkan untuk memberikan dosis

lebih rendah untuk menurunkan efek

sampingnya.

Dapat digunakan tersendiri (atau dalam

kombinasi dengan fenobarbital) sebagai obat

pilihan pertama untuk menekan status

kejang.

Dapat diberikan untuk mempertahankan

keseimbangan metabolisme jika kejang

tersebut ditimbulkan oleh hipoglikemia/

Page 8: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

alkohol.

Pantau/catat kadar obat antiepilepsi, yang

berhubungan dengan efek samping dan

frekuensi dari aktivitas kejang yang terjadi.

Kadar terapeutik standar mungkin tidak

optimal pada klien individual jika terjadi

efek samping yang merugikan atau

kejangnya tidak terkontrol.

Pantau kadar sel darah, elektrolit dan glukosa Mengidentifikasi faktor-faktor yang

memperberat/menurunkan ambang kejang.

Siapkan untuk pembedahan/elektrolit

pengganti sesuai indikasi.

Stimulator saraf vegal, terapi dengan

pemancaran magnetik, atau intervensi bedah

lainnya (seperti; lubektomi temporal) dapat

dilakukan untuk kejang yang tidak dapat

diobati atau melokalisasi dengan akurat lesi

epileptogenik ketika klien tidak mengatasi

dan adanya risiko yang amat tinggi terhadap

munculnya trauma yang serius.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Risiko tinggi terhadap bersihan jalan nafas/pola nafas

tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, obstruksi trakeobronkial,

dan kerusakan persepsi/kognitif.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:

Mampu mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten/aspirasi dicegah.

Intervensi Rasionalisasi

Lakukan penilaian neurologis/TTV setelah

kejang, misal: tingkat kesadaran, orientasi,

TD, nadi dan pernafasan.

Untuk mengetahui gambaran status

fungsional kesehatan klien, sehingga dapat

mengantisipasi keadaan klien.

Ajarkan orang tua/keluarga klien untuk Menurunkan risiko aspirasi atau masuknya

Page 9: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu

jika fase aura terjadi dan untuk menghindari

rangang mengatup jika kejang terjadi tanpa

ditandai gejala awal.

sesuatu yang asing ke faring.

Letakkan klien pada posisi miring, permukaan

datar, miringkan kepala selama serangan

kejang.

Meningkatkan aliran (drainase) sekret,

mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan

nafas.

Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada

dan abdomen.

Untuk memfasilitasi usaha bernafas/

ekspansi dada.

Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau

gulungan benda lunak sesuai dengan indikasi.

Jika memasukkannya diawal untuk

membuka rahang, alat ini dapat mencegah

tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat

penghisapan lendir atau memberi sokongan

pernafasan jika diperlukan. Jalan nafas

buatan mungkin diindikasikan setelah

meredanya aktivitas kejang jika klien

tersebut tidak sadar dan tidak dapat

mempertahankan posisi lidah yang aman.

Lakukan penghisapan sesuai indikasi Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia.

Berikan tambahan oksigen atau ventilasi

manual sesuai kebutuhan pada fase posiktal.

Dapat menurunkan hipoksia serebral

sebagian akibat dari sirkulasi yang menurun

atau oksigen sekunder terhadap spasme

vaskuler selama serangan kejang. Catatan :

ventilasi buatan selama serangan kejang

umum dibatasi atau tidak menguntungkan

karena dalam keadaan seperti ini tidak

mungkin untuk memindahkan udara ke

Page 10: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

Siapkan untuk/bantu melakukan intubasi , jika

ada indikasi.

dalam/keluar paru selama kontraksi otot

pernafasan yang amat berlebihan. Setelah

kejang itu reda, fungsi pernafasan akan

kembali jika tidak muncul masalah

sekunder (seperti: benda asing atau terjadi

aspirasi).

Munculnya apnea yang berkepanjangan

pada fase posiktal membutuhkan dukungan

ventilator mekanik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : HARGA DIRI/ IDENTITAS PRIBADI,

GANGGUAN

Tujuan: Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk kooping dengan presepsi negatif pada

diri sendiri, Mengungkapkan peningkatan rasa harga diri dalam hubungannya dengan

diagnosis, Mengungkapkan persepsi realistis dan penerimaan diri dalam perubahan peran

dan gaya hidup

Intervensi Tujuan

Mandiri :

Diskusikan perasaan pasien mengenai

diagnostik, persepsi diri terhadap tindakan

yang dilakukannya. Anjurkan untuk

mengungkapkan/ mengekspresikan

perasaannya

Reaksi yang ada bervariasi diantara individu

dan pengetahuan/ pengalaman awal dengan

keadaan penyakitnya akan mempengaruhi

penerimaan terhadap pengaturan pengobatan.

Adanya keluhan merasa takut, marah dan

sangat memperhatikan tentang implikasinya

dimasa yang akan datang dapat membantu

pasien menerima keadaannya.

Identifikasi/ antisipasi kemungkinan reaksi

orang pada keadaan penyakitnya. Anjurkan

pasien untuk tidak merahasiakan

masalahnya.

Memberikan kesempatan untuk berespon

pada proses pemecahan masalah dan

memberikan tindakan control terhadap situasi

yang dihadapi. Merahasiakan sesuatu adalah

dekstruksit (merusak) harga diri (potensial

mengalami menyangkal), menghentikan

perkembangan dalam menangani maslah dan

Page 11: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

mungkin secara aktual meningkatkan resiko

trauma atau respon yang negative ketika

kejang itu terjadi.

Gali bersama pasien mengenai keberhasilan

yang diperoleh atau yang akan dicapai

selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya.

Memfokuskan pada aspek yang positif dapat

membantu untuk menghilangkan perasaan

dari kegagalan atau kesadaran terhadap diri

sendiri dan membentuk pasien mulai

menerima penanganan terhadap penyakitnya.

Hindari pemberian perlindungan yang amat

berlebihan pada pasien, anjurkan aktivitas

dengan memberikan pengawasan/ dengan

memantau jika ada indikasi.

Partisipasi dalam sebanyak mungkin

pengalaman dapat mengurangi depresi

tentang keterbatasan. Observasi/ pengawasan

perlu diberikan pada beberapa aktivitas

seperti latih tubuh (senam), olahraga

memanjat/ panjat tebing atau olahraga air.

Tentukan sikap/ kecakapan orang terdekat.

Bantu ia menyadari perasaan tersebut adalah

normal, sedangkan merasa bersalah dan

menyalahkan diri sendiri tidak ada

manfaatnya.

Pandangan yang negative dari orang terdekat

dapat berpengaruh terhadap perasaan

kemampuan/ harga diri pasien dan

mengurangi dukungan yang diterima dari

orang terdekat tersebut yang mempunyai

resiko membatasi penanganan optimal.

Tekanan pentingnya staf/ orang terdekat

untuk tetap dalam keaadaan tenang selama

kejang.

Ansietas dari pemberian asuhan adalah

menjalar dan bila sampai pada pasien dapat

meningkatkan persepsi negative terhadap

keadaan lingkungan/ diri sendiri.

Intervensi Kolaborabsi:

Rujuk pasien atau orang terdekat pada

kelompok penyokong, seperti yayasan

epilepsy dan sebagainya.

Berikan kesempatan untuk mendapatkan

informasi, dukungan dan ide-ide untuk

mengatasi massalah dari orang lain yang

telah mempunyai pengalaman yang sama.

Diskusikan rujukan kepada psikoterapi

dengan pasien atau orang terdekat.

Kejang mempunyai pengaruh yang besar

pada harga diri seseorang dan pasien/ orang

terdekat dapat merasa berdosa atas

keterbatasan penerimaan terhadap dirinya

dan stigma masyarakat. Konsling dapat

Page 12: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

membantu mengatasi perasaan terhadap diri

sendiri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

pemajanan informasi pada klien/keluarga terhadap perubahan status kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:

a. Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai rangsang

yang dapat meningkatkan/berpotensial pada ativitas kejang.

b. Memulai perubahan perilaku/gaya hidup sesuai indikasi.

c. Mentaati aturan obat yang diresepkan.

Intervensi Rasionalisasi

Jelaskan kembali mengenai

patofisiologi/prognosis penyakit dan perlunya

pengobatan/penanganan dalam jangka waktu

yang lama sesuai indikasi kepada klien dan

orang tua/keluarga.

Memberi kesempatan untuk

mengklarifikasi kesalahan persepsi dan

keadaan penyakit yang ada sebagai sesuatu

yang dapat ditangani dalam cara hidup

yang normal.

Tinjau kembali obat-obat yang didapat, penting

sekali memakan obat sesuai petunjuk, dan tidak

menghentikan pengobatan tanpa pengawasan

dokter. Termasuk petunjuk untuk pengurangan

dosis

Tidak adanya pemahaman terhadap obat-

obat yang didapat merupakan penyebab

dari kejang yang terus-menerus tanpa

henti. Pasien perlu untuk mengetahui risiko

timbulnya status epileptikus sebagai akibat

dari menghentikan penggunaan obat

antikonvulsan. Bergantung pada obat dan

frekuensinya, pasien dapat diinstruksikan

untuk menentukan dosis obat yang tepat.

Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk

minum obat bersamaan dengan waktu makan

jika memungkinkan.

Dapat menurunkan iritasi lambung,

mual/muntah.

Diskusikan mengenai efek samping secara

khusus, seperti mengantuk, hiperaktif,

Dapat mengindikasikan kebutuhan akan

perubahan dalam dosis/obat pilihan yang

Page 13: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

gangguan tidur, hipertrofi pada gusi, gangguan

penglihatan, mual/muntah, timbul ruam pada

kulit, sinkope/ataksia, kelahiran yang terganggu

dan anemia aplastik.

lain, meningkatkan keterlibatan/partisipasi

dalam proses pengambilan keputusan dan

menyadari efek jangka panjang dari obat

dan memberikan kesempatan untuk

mengurangi/mencegah komplikasi.

Berikan informasi tentang interaksi obat yang

potensial dan pentingnya untuk memberitahu

pemberi perawatan yang lain dari pemberian

obat terebut.

Pengetahuan mengenai penggunaan obat

antikonvulsan menurunkan risiko obat

yang diresepkan yang dapat berinteraksi

yang selanjutnya mengubah ambang

kejang atau memiliki efek terapeutik,

contoh; Dilantin mempunyai efek

antikoagulasi dari Coumadin, sebaliknya

INH dan kloromisetin meningkatkan efek

dari dilantin.

Tekankan perlunya untuk melakukan evaluasi

yang teratur/melakukan pemeriksaan

laboratorium yang teratur sesuai dengan

indikasi, seperti darah lengkap harus diperiksa

minimal dua kali dalam satu tahun dan

munculnya sakit tenggorok atau demam.

Kebutuhan terapeutik dapat berubah dan

efek samping obat yang serius (seperti

agranulositosis atau tosisitas) dapat terjadi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : RESIKO CIDERA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG BERULANG, KETIDAKTAHUAN TENTANG EPILEPSI DAN CARA PENANGANAN SAAT KEJANG, PENURUNAN TINGKAT KESADARANTujuan : Klien bebas dari cidera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaranKriteria Hasil : Klien dan keluarga mengetahui pelaksanaan kejang, menghindari stimulus kejang, melakukan pengobatan teratur untuk menurunkan intensitas kejang.

Intervensi RasionalKaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga secara penanganan saat kejang

Data dasar untuk intervensi selanjutnya.

Ajarkan klien dan keluarga tentang metode mengontrol demam.

Orang tua dengan anak yang pernah mengalami kejang demam harus diinstruksikan tentang metode untuk mengontrol demam (kompres dingin, obat antipiretik).

Page 14: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

Anjurkan untuk kontrol pasca cidera kepala. Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah melalui program yang member keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cidera kepala.

Anjurkan keluarga agar mempersiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat klien.

Melindungi klien bila kejang terjadi.

Anjurkan untuk menghindari rangsangan cahaya yang berlebihan.

Klien sering mengalami peka rangsang terhadap cahaya yang sangat silau.Beberapa klien perlu menghindari stimulasi fotik (cahaya menyilaukan yang kelap-klip, menonton televise). Dengan menggunakan kaca mata hitam atau menutup slah satu mata dapat membantu mengontrol maslah ini.

Anjurkan mempertahankan tirah baring total selama fase akut.

Mengurangi risiko jatuh/ terluka jika fertigo, sinkope, dan ataksia terjadi.

Kolaborasi pemberian terapi; fenitoin (Dilantin).

Terapi medikasi untuk menurunkan respon kejang berulang.

DIAGNOSA : NYERI AKUT/ KRONIS

Tujuan : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol, Mengungkapkan metode yang memberikan

penghilangan, Mendemonstrasikan penggunaan intervensi trapeutik (misalnya ketermpilan

relaksasi, modifikasi perilaku) untuk menghilangkan nyeri.

Intervensi Rasional

Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,

lamanya serangan, factor pencetus/ yang

memperberat. Minta pasien untuk

menetapkan pada skala 0-10

Membantu menentukan pilihan intervensi

dan memberikan dasar evaluasi terhadap

terapi.

Pertahankan tirah baring selama fase akut.

Letakkan pasien pada posisi semi fowler

dengan tulang spinal, pinggang dan lutut

dalam keadaan fleksi: posisi terlentang

dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-

30o atau pada posisi lateral.

Tirah baring dalam posisi yang nyaman

memungkinkan pasien untuk menurunkan

spasme otot, menurunkan penekanan pada

bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi

terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.

Gunakan logroll (papan) selama melakukan

perubahan posisi.

Menurunkan fleksi, perputaran, desakan pada

daerah belakang tubuh.

Bantu pemasangan brace/ korset. Berguna selama fase akut dari rupture diskus

Page 15: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

untuk memberikan sokongan dan membatasi

fleksi/ terplintir. Pengunaan dalam jangka

panjang dapat menambah kelemahan otot dan

lebih lanjut menyababkan degeneratif.

Batasi aktivitas selama fase akut sesuai

dengan kebutuhan.

Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang

dpat menghilangkan spasme otot dan

menurunkan edema dan tekanan pada

struktur sekitar diskus intervetebralis yang

terkena.

Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel

panggil dalam batas yang mudah dijangkau/

diraih oleh pasien.

Menurunkan resiko peregangan otot saat

meraih.

Instruksikan pasien untuk melakukan teknik

relaksasi/ visualisasi.

Memfokuskan perhatian pasien, membantu

menurunkan tegangan otot dan meningkatkan

proses penyembuhan.

Instruksikan/ anjurkan untuk melakukan

mekanika tubuh/ gerakan yang tepat.

Menghilangkan atau mengurangi stress pada

otot dan mencegah trauma lebih lanjut.

Berikan kesempatan untuk berbicara/

mendengar masalah pasien.

Ventilasi rasa takut/ cemas dapat membantu

untuk menurunkan factor-faktor stres selama

dalam keadaan sakit dan dirawat.

Kesempatan untuk memberikan informasi/

membetulkan informasi yang kurang tepat.

.Kolaborasi :

Berikan tempat tidur ortopedik atau letakkan

papan dibawah kasur atau matras.

Memberikan sokongan dan menurunkan

fleksi spinal, yang menurunkan spasme.

Berikan obat sesuai dengan kebutuhan :

Relaksan otot, seperti diazepam

(Valium), karisoprodol (Soma),

metkarbamol (Robaxin).

NSAID, seperti ibuprofen (Motrin,

Advil), diflurisal (Dolobid),

ketoprotein (Orudis), meklofenamat

Merlaksasikan otot dan menurunkan nyeri

Menurunkan edema, tekanan pada akar saraf.

Catatan : suntikan epidural atau gabungan

obat antiinfalamasi dapat dicoba jika

Page 16: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

(Meclomen).

Analgetik, seperti asetaminofen

(Tylenol) dengan kodein, meperidin

(Demerol), hidrokodon (Vicodin),

butorpanol (Stadol).

intervensi lain tidak mampu untuk

menghilangkan nyeri.

Perlu untuk menghilangkan nyeri sedang

sampai berat.

Pasang penyokong fisik seperti brace lumbal

kolar servikal.

Songkongan anatomis/ struktur berguna

untuk meurunkan ketegangan/ spasme otot

dan menurunkan nyeri.

Pertahankan traksi jika diperlukan. Pemindahan berat badan dari bagian diskus

yang terkena, meningkatkan pemisahan

interveterbral dan memungkinkan “lesatan

diskus” tersebut untuk menggerakan saraf.

Konsultasikan dengan ahli terapi fisik. Program latihan/ peragangan yang spesifik

dapat menghilangkan spasme otot dan

menguatkan otot-otot punggung, ekstensor,

abdomen, dan otot quadrisep untuk

meningkatkan sokongan terhadap daerah

lumbal.

Pasang/ pantau penggunaan kantong

pendingin atau pelembab, diatermia,

ultrasound.

Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang

sakit, menghilangkan spasme, meningkatkan

relaksasi pada pasien.

Berikan intervensi tertentu pada pasca-

prosedur mielografi jika perlu, seperti jaga

jangan sampai aliran cairan terlalu cepat,

posisi tidur datar atau ditinggikan 30o sesuai

indikasi selama beberapa jam.

Menurunkan resijo terjadinya sakit/

kebocoran cairan spinal.

Bantu dengan/ persiapan untuk pemasangan

TENS.

Menurunkan stimulus dengan menghambat

transmisi nyeri.

Rujuk ke klinik nyeri. Upaya tim yang terkordinasi meliputi baik

terapi fisik maupun terapi psikologis dapat

mengatasi semua aspek yang mugkin

menyebabkan nyeri kronik dan

memungkinkan pasien untuk meningkatkan

Page 17: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

kreativitas dan produktivitasnya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : KETAKUTAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMUNGKINAN KEJANG BERULANGTujuan : Setelah intervensi ketakutan klien hilang/ berkurang.Kriteria : Mengenai perasaanya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya dan menyatakan ketakutan berkurang/ hilang.

Intervensi RasionalBantu klien mengekspresikan perasaan takut. Ketakutan berkelanjutan memberikan

dampak psikologis yang tidak baik.Lakukan kerjasama dengan keluarga. Kerjasama klien dan keluarga sepenuhnya

penting. Mereka harus yakin terhadap manfaat program yang ditetapkan. Harus ditekankan bahwa medikasi antikonvulsan yang diresepkan harus dikonsumsi secara terus-menerus dan bahwa ini bukan obat yang membentuk kebiasaan. Medikasi ini dapat dikonsumsi tanpa rasa takut tentang ketergantungan obat selama bertahun-tahun gunakan tanpa ketakutan akan ketergantungan obat untuk beberapa tahun jika obat-obatan tersebut diperlukan. Jika klien dibawah pengawasan perawatan kesehatan dan didampingi, maka klien melakukan instruksi dengan taat.

Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.

Ajarkan kontrok kejang. Kontrol kejang bergantung pada aspek pemahaman dan kerjasama klien. Gaya hidup dan lingkungan dikaji untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat mencetuskan kejang : gangguan emosi, stressor lingkungan baru, onset menstruasi pada klien wanita, atau demam. Klien dianjurkan untuk mengikuti gaya hidup rutin regular dan sedang, diet (menghindari stimulant berlebihan), latihan dan isntirahat. Gangguan tidur dapat menurunkan ambang klien terhadap kejang. Aktivitas sedang adalah terapi yang baik, tetapi penggunaan energy yang berlebihan dapat dihindari.

Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.

Kurangi stimulus ketegangan. Keadaan tegang (ansietas, frustasi) mengakibatkan kejang pada beberapa klien. Pengklafikasian penatalaksanaan stress akan bermanfaat. Oleh karena kejang diketahui oleh asupan alkohol, maka kebiasaan ini

Page 18: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

harus dihindari. Trapi paling efektif adalah mengikuti rencana pengobatan untuk menghindari stimuli yang mencetuskan kejang.

Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dan dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan respon balik yang positif.

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Orientasi dapat menurunkan kecemasan.

Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.

Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhwatiran yang tidak diekspresikan.

Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat.

Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan perilaku adaptasi.Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan trisolasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : KOPING, INDIVIDUAL TIDAK EFEKTIF/ KONFLIK KEPUTUSAN Tujuan : Mengidentifikasi tingkahlaku koping yang tidak efektif dan konsekuensi, Menunjukan kewaspadaan dari koping pribadi/ kemampuan memecahkan masalah, Memenuhi kebutuhan psikologis yang ditunjukan dengan mengekspresikan perasaan yang sesuai, identifikasi pilihan dan penggunaan sumber-sumber, Membuat keputusan dan menunjukan kepuasan dengan pilihan yang diambil.

Intervensi RasionalMandiri :Tinjau ulang patofisiologi yang mempengaruhi pasien dan luasnya perasaan yang tidak berdaya/ tanpa harapan/ kehilangan control terhadap kehidupan tingkat ansietas.

Indikator dari tingkat disekuilibrium dan kebutuhan akan intervensi untuk mencegah atau mengatasi krisis.

Tetapkan hubungan terapeutik perawat-pasien.

Pasien mungkin akan leebih bebas dalam konteks hubungan ini untuk menunjukan perasaan tidak tertolong/ tanpa tenaga dan untuk mendiskusikan perubahan yang diperlukan dalam kehidupan pasien.

Catat ekspresi keragu-raguan, ketergantungan kepada orang lain dan ketidakmampuan untuk mengatasi AKS pribadi.

Mungkin menunjukan kebutuhan bersabdar kepada orang lain untuk sementara waktu. Pengenalan awal dan intervensi dapat membantu pasien memperoleh kembali ekulibrium.

Kaji munculnya kemampuan koping positif, Jika individu memiliki kemampuan koping

Page 19: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

misalnya penggunaan teknik relaksasi keinginan untuk mengekspresikan perasaan.

yang berhasil dilakukan pada waktu lampau, mungkina dapat digunakan sekarang untuk mengatasi tegangan dan memelihara rasa control individu.

Dorong pasien untuk berbicara mengenai apa yng terjadi saat ini dan apa yang telah terjadi untuk mengantisipasi perasaan tidak tertolong dan ansietas.

Menyediakan petunjuk untuk membantu pasien dalam mengembangkan kemampuan koping dan memperbaiki ekuilibrium.

Perbaiki kesalahan konsep yang mungkin dimiliki pasien. Menyediakan informasi factual.

Membantu mengidentifikasi dan membenarkan persepsi realita dan memungkinkan dimulainya usaha pemecahan masalah.

Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak menstimulasi. Tentukan apa yang menjadi kebutuhan pasien, dan menyediakannya jika memungkinkan. Memberikan informasi yang sederhana namun factual mengenai apa yang dapat pasien harapkan dan ulangi sesuai kebutuhan.

Menurunkan ansietas dan menyediakan control bagi pasien selama situasi krisis.

Ijinkan pasien untuk mandiri pada awla dengan melakukan kembali AKS mandiri bertahap, perawatan diri dan aktivitas lainnya. Buat kesempatan bagi pasien untuk membuat keputusan mengenai keperawatan jika memungkinkan, menerima pilihan untuk tidak melakukannya.

Meningkatkan perasaan aman (pasien akan mengetahui bahwa perawat akan mengusahakan keamanan). Jika kontrol tercipta, pasien akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan koping adaptif/ kemampuan memecahkan masalah.

Terima ekspresi verbal rasa marah, buat batasan terhadap tingkah laku maladaptif.

Menunjukan rasa marah adalah proses yang penting untuk resolusi rasa duka dan kehilangan. Meskipun demikian, pencegahan terhadap tindakan destruktif (seperti memisahkan diri dari orang lain) akan mempertahankan harga diri pasien.

Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ proyeksi menyalahkan orang lain.

Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu krisis, terdapat perasaan kounter-produktif dan intensifikasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan.

Catat ekspresi ketidakmampuan untuk menemukan arti kehidupan/ lasan untuk hidup, perasaan sia-sia atau pengasingan terhadap Tuhan.

Situasi krisis mungkin membangkitkan pertanyaan mengenai kepercayaan spiritual yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk berhadapan dengan situasi sekarang dan rencana untuk masa depan.

Solusi pemecahan masalah untuk situasi sekarang. Berikan informasi/ dukungan dan memperkuat realita pada waktu pasien mulai bertanya; lihatlah apa yang terjadi.

Membantu pasien/ orang terdekat untuk mengilhami solusi yang mungkin (memberikan pertimbangan pro dan kontra bagi setiap masalah) meningkatkan perasaan control diri/ harga diri.

Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru, bahwa pasien menunjukan dan memperkuat adaptasi positif.

Selama krisis koma, pasien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah, yang dapat membantu resolusi situasi sekarang dan juga krisis di masa depan.

Page 20: Konsep Asuhan Keperawatan Epilepsi

4. Implementasi

Implementasi dilakukan dengan menggunakan panduan yang sesuai dengan

intervensi

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan.