asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem pendengaran

5
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespon pada gerakan kepala. Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan satu-satunya bagian yang tidak di sopong oleh kartilago mengalami keriputan, aurikel tampak lebih besar, dan tragus sering di tutupi oleh rumbai-rumbai yang kasar. Saluran auditorius menjadi dangkal akibat lipatan kedalam, pada dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar juga produksi seruman agak berkurang dan cendrung menjadi lebih kering. Rubahan atrofi telinga tengah, ususnya membrane tempani karena proses penuaan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbikusis. Lebih kurang 40% dari populasi lansia menghalami gangguan pendengaran (presbikusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat dapat di pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umumnya laki-laki

Upload: desi

Post on 02-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Pendengaran

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Pendengaran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN SISTEM

PENDENGARAN

Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium terbagi menjadi 3 bagian,

yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga berisi reseptor-reseptor yang

menghantarkan gelombang suara kedalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang

berespon pada gerakan kepala.

Perubahan pada telinga luar sehubungan dengan proses penuaan adalah kulit

telinga berkurang elastisitasnya. Daerah lobus yang merupakan satu-satunya bagian yang

tidak di sopong oleh kartilago mengalami keriputan, aurikel tampak lebih besar, dan

tragus sering di tutupi oleh rumbai-rumbai yang kasar. Saluran auditorius menjadi

dangkal akibat lipatan kedalam, pada dindingnya silia menjadi lebih kaku dan kasar juga

produksi seruman agak berkurang dan cendrung menjadi lebih kering.

Rubahan atrofi telinga tengah, ususnya membrane tempani karena proses

penuaan tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran. Perubahan yang tampak

pada telinga dalam adalah koklea yang berisi organ corti sebagai unit fungsional

pendengaran mengalami penurunan sehingga mengakibatkan presbikusis.

Lebih kurang 40% dari populasi lansia menghalami gangguan pendengaran

(presbikusis). Gangguan pendengaran mulai dari derajat ringan sampai berat dapat di

pantau dengan menggunakan alat audiometer. Pada umumnya laki-laki lebih sering

menderita gangguan pendengaran di bandingkan perempuan.

Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerative pada satu atau beberapa

bagian koklea (striae vasikularis, sel rambut, dan membrane basilaris ) maupun saraf

auditori. Presbikusis ini juga merupakan hasil interaksi antara factor genetik individu

dengan factor eksternal, seperti pajanan suara berisik terus menerus, obat ototoksik, dan

penyakit sistemik.

Presbikusis terbagi dua menjadi prebiskus perifer dan prebiskus sentral

Prebikusis perifer, dimana para lansia hanya mampu untuk menghidentifikasi

kata. Alat bantu dengar masih cukup bermanfaat, tetapi harus di perhatiakan

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Pendengaran

untuk menghindari berteriak/berbicara terlalu keras karena dapat membuat

ketidaaknyamanan di telinga.

Resbikusis sentral, dimana lansia mengalami gangguan untuk mengidentifikasi

kaliamat, sehingga manfaat alat bantu dengar sangat kurang. Oleh karena itu,

percakapan pada para lansia harus sedikit lebih lambat tanpa mengabaikan irama

dan intonasi

Prebikusis ditambah dengan situasi ketika percakapan yang berlangsung kurang

mendukung dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan komunikasi. Gangguan

komunikasi ini dapat terjadi akibat : pertama pembicaraan mengalami gangguan

karena suara music,radio,televise,maupun pembicaraan lainnya; kedua,sumber suara

mengalami distorsi yang berasal dari pengeras suara yang tidak sempurnaseperti di

terminal,masjid,telepon,maupun bila diucapkan oleh anak-anak atau pembicara

terlalu cepat; ketiga,kondisi akustik ruangan yang tidak sempurna seperti

didapur,ruang makanrestoran,serta ruang pertemuan yang mudah memantulkan suara.

1. Pengkajian

Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada system pendengaran

meliputi hal-hal berikut ini.

Meminta untuk mengulang pembicaraan

Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan

Memalingkan kepala terhadap pembicaraan

Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lain

yang parau atau bergumam

Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar,terutama dengan

latar belakang yang bising,bordering atau berdesis yang konstan.

Volume bicara meningkat.

Sering merasa sedih,ditolak lingkungan,malu,menarik

diri,bosan,depresi,dan frustasi

Kebergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan

sehari-hari (mandi, berpakaian, kekamar kecil, makan, BAK/BAB

serta berpindah.

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem Pendengaran

2. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan system pendengaran

adalah sebagai berikut.

Gangguan persepsi sensorik : pendengaran

Resiko cedera.

Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kurang pengetahuaan.

Cemas.

Gangguan komunikasi.

Gangguan sosialisasi.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan pada lansia dengan gangguan system pendengaran

adalah sebagai berikut.

Kaji penyebab ada nya gangguan pendengaran.

Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi.

Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang terlalu

keras.

Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan terlalu panjang.

Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan.

Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi

klien.

Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai

pembicaraan.

Beri motivasi dan reinforcement.

Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran.

Lakukan pemeriksaan secara berkala.