asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis denguene hemoragik fever (dhf) di ruang anak...
DESCRIPTION
This is my homeworksTRANSCRIPT
TUGAS PROPOSAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DENGUENE HEMORAGIK FEVER (DHF) DI RUANG ANAK
RSUD Dr. SOEROTO NGAWI
Di Susun Oleh :
Mr.X
NIM : 015.15.13.858
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
AKPER PEMKAB NGAWI
2015
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat
menyerang semua orang dan jika tidak segera ditangani maka akan
mengakibatkan kematian. Ditandai dengan adanya demam tinggi mendadak
2-7 hari, perdarahan bahkan bisa terjadi renjatan (shock). Penyakit ini
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti (Nugroho,2011). Sifat dari virus dengue antara lain berbentuk batang,
termolabil, stabil pada suhu 700 celcius (Setiadi, 2015).
Berdasarkan data WHO (World Health Organitation) pada tahun 2014
memperkirakan ada 50 - 100 juta kasus infeksi dengue diseluruh dunia setiap
tahun. Pada tahun 2013 sebanyak 2,35 juta kasus demam berdarah dilaporkan
di Amerika saja. Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang sejak tahun
2010 (WHO, 2014). Di Indonesia hingga pertengahan tahun 2013 kasus DBD
terjadi di 31 propinsi dengan penderita 48.905 orang, 376 di antaranya
meninggal dunia (Hartawan, 2013). Sedangkan berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur, sejak bulan Januari sampai bulan November
2012 tercatat ada 71 orang meninggal dunia karena terserang penyakit DBD,
pada tahun 2013 berjumlah 4.997 penderita dan 49 orang diantaranya
meninggal dunia (Wijang, 2013). Pemerintah Provinsi Jawa Timur
menetapkan 11 daerah di Jawa Timur berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB)
penyakit Demam Berdarah (DB). Hal ini terkait sampai hari minggu 25
Januari 2015 angka penderita demam berdarah di 38 Kabupaten/Kota di Jatim
saat ini sudah mencapai 1.054 penderita, dengan 25 penderita diantaranya
meninggal dunia (Dinas Komunikasi dan Informatika, 2015). Berdasarkan
data dari Dinkes Ngawi pada tahun 2014 terdapat 33 kasus, tiga diantaranya
meninggal dunia. Pasien DBD yang meninggal itu rata-rata terkena dengue
shock syndrome (DSS) (Nurcahyo, 2014). Berdasarkan data dari RSUD Dr.
Soeroto Ngawi pada tahun 2013 jumlah kasus dengan DHF sebanyak 276
kasus, sedangkan pada tahun 2014 jumlah kasus DHF sebanyak 238 kasus,
dan di ruang anak pada tahun 2013 terdapat 65 kasus, sedangkan pada tahun
2014 terdapat 85 kasus.
DBD biasanya terjadi pada musim penghujan yaitu berkaitan dengan
sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk yaitu
bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas). Penularan penyakit
DBD melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang menggigit pada pagi hari
dan pada sore hari, Nyamuk ini menyenangi tempat teduh, terlindung
matahari, dan berbau manusia (Soegijanto, 2006). Hal pertama yang terjadi
setelah virus masuk ke dalam tubuh anak adalah viremia yang mengakibatkan
demam, sakit kepala, mual, nafsu makan berkurang (Soegijanto, 2006).
Masalah yang terjadi ialah peningkatan suhu tubuh, kurangnya volume cairan,
resiko terjadinya komplikasi (syok/ perdarahan). Jika keadaan tersebut tidak
teratasi akan menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan bisa
berakhir dengan kematian. Perdarahan yang terjadi pada pasien DBD terjadi
karena trombositopenia yaitu trombosit kurang dari 100.000/ml, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (Ngastiyah, 2014).
Peran perawat sangat dibutuhkan baik dari aspek promotif (peningkatan)
melalui penyuluhan kesehatan tentang penyakit DHF, preventif (pencegahan)
untuk mencegah terjadinya komplikasi, kuratif (pengobatan) dengan
melakukan kolaborasi dalam pengobatan kepada penderita DHF secara
simptomatik dan pemberian terapi cairan, serta rehabilitatif (pemulihan) yaitu
dengan menganjurkan orang tua memberikan nutrisi yang adekuat, memenuhi
kebutuhan cairan klien dan menganjurkan klien untuk istirahat (Oktaviatna S,
2013). Melakukan observasi tanda-tanda vital (nadi,tekanan darah,suhu dan
pernapasan) secara kontinyu, bila perlu setiap jam dan harus ada catatan setiap
melakukan observasi. Pemeriksaan hematokrit, hemoglobin dan trombosit
setiap 4 jam dan harus dicatat hasilnya untuk pemantauan yang terus menerus
sampai akhir (Ngastiyah, 2014). Pemberian transfusi darah mungkin diperlukan
untuk mengendalikan perdarahan dan disesuaikan dengan kebutuhan
(Nasronudin, 2007). Untuk upaya pencegahan keluarga selanjutnya di berikan
Pendidikan Kesehatan (PENKES) mengenai penyakit DBD dapat dicegah
dengan di dalam rumah seperti rumah dalam keadaan selalu terang, tidur
menggunakan kelambu, tidak menggantung pakaian bekas pakai, bak kamar
mandi dibersihkan airnya setiap 2 hari sekali, di luar rumah seperti menimbun
kaleng-kaleng bekas, dedaunan jangan terlalu rimbun disekitar rumah, dan saat
anak bermain di luar rumah sebaiknya diberi lotion anti nyamuk (Ngastiyah,
2014).
Dari uraian diatas peneliti tertarik membahas tentang Asuhan Keperawatan
demam berdarah dengue (DBD) pada Anak di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto
Ngawi.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan
melakukan kajian lebih lanjut dengan malakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa DHF dengan membuat rumusan masalah sebagai
berikut “ Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa DHF
di ruang Anak RSUD. Dr. Soeroto Ngawi ”?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien anak
dengan diagnosa DHF di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji klien dengan diagnosa DHF di ruang Anak RSUD Dr.
Soeroto Ngawi.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa DHF
di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
3. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa DHF
di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa DHF
di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
5. Mengevaluasi klien dengan diagnosa DHF di ruang Anak RSUD Dr.
Soeroto Ngawi.
6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa DHF
di ruang Anak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi
manfaat :
1. Akademis, hasil studi kasus ini merupakan wacana perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien DHF.
2. Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :
a. Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Sakit agar dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan klien DHF
dengan baik.
b. Profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada klien
DHF.
c. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan
keperawatan pada klien DHF.