asuhan keperawatan ny.z dengan hipertensi
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.Z DENGAN HIPERTENSI DI
RUANG BOUGENVILE PANTI PSTW BUDI LUHUR
YOGYAKARTA
Disusun oleh :
Ahmad Askolani (120300054)Diah Wisda Ambarsari (120300040)Daru Wijaya Kusuma (120300053)
PROGRAM STUDI NERSJURUSAN PENDIDIKAN NERS STIKES ALMA ATA
YOGYAKARTA2012
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamual’aikum warahmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan limpahan karunia berupa
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. Dengan segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak, sehingga laporan ini dapat penulis selesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Tulus, SH selaku Pengasuh Wisma Bougenvile.
2. Ibu Surantini selaku Pengasuh Wisma Anggrek.
3. Ibu Wahyu Dewi S, S.Kep.,Ns
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Penulis
berharap semoga laporan ini dapat menambah wawasan atau khasanah serta dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Amin
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Yogyakarta, November 2012
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi dikenal sebagai heterogeneouse group of disease, yang dapat menyerang siapa
saja dari berbagai kelompok umur, kelompok usia lanjut merupakan kelompok usia yang
paling rentan terkena penyakit hipertensi, serta sosial ekonomi. Kecenderungan berubahnya
gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor
resiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi (Fadilah Supari, S. 2007).
WHO menyatakan bahwa di dunia, penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian
terbesar pada populasi 65 tahun keatas. Diperkirakan 23% wanita dan 14% pria berusia lebih
dari 65 tahun menderita hipertensi. Angka kematian akibat penyakit jantung lansia dengan
hipertensi adalah 3 kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia yang
sama (Purwati,2002).
Data penelitian Departemen Kesehatan Rl tahun 2005, menuniukkan hipertensi dan
penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan
gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan
hipertensi, persepsi yang keliru dari masyarakat disertai kurangnya sarana dan prasarana
penanggulangan hipertensi (Soesanto, 2010).
Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut di indonesia, sebesar 24 juta
jiwa atau 9,77% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2008). Berdasarkan data Depkes
(2008), prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 24,0%. Dari hasil studi tentang kondisi
sosial ekonomi dan kesehatan lanjut uisia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 provinsi
tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua terbanyak yang diderita
lansia setelah penyakit sendi (Depkes,2008).
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah bila faktor resiko dapat
dikendalikan dan berperilaku sehat (healthy behavior) yaitu pra praktik atau kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan, mengendalikan dan meningkatkan kesehatan
(Soesanto, 2010).
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran Asuhan Keperawatan Lansia pada Ny.Z dengan
Hipertensi di Ruang Bougenville Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian kepada Ny.Z dengan Hipertensi di Ruang Bougenville
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta, dan melakukan analisa data
serta merumuskan diagnosa keperawatan pada klien sesuai dengan prioritas masalah.
b. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan / intervensi sesuai dengan masalah
yang telah diprioritaskan.
c. Mampu mengobservasi tindakan keperawatan / implementasi sesuai intervensi yang
telah disusun menurut prioritas pada asuhan keperawatan.
d. Mampu mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan terhadap
klien dengan hipertensi pada lansia.
e. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi.
f. Mendapat gambaran tentang kesenjangan antara teori dan pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Ny.Z dengan Hipertensi di Ruang Bougenville Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Luhur Yogyakarta.
C. Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang dilaksanakan pada Ny.Z dengan Hipertensi di Ruang
Bougenville Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta
Teknik pengumpulan data
1. Teknik wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terhadap klien,
keluarga, perawat, dan status perkembangan lainnya. Wawancara ini bertujuan untuk
memperoleh data yang di perlukan seperti identifikasi klien, kebiasaan sehari-hari, data
tentang kesehatan keluarga aspek psikososial dan informasi lainnya.
4
2. Teknik observasi
Teknik observasi yang ditujukan langsung pada klien dan keluarga, tingkah laku dan
respon dari klien dan keluarga.
3. Pemeriksaan fisik
Teknik pemeriksaan fisik yang ditujukan langsung pada lansia dengan Hipertensi
dengan menggunakan 4 tekhnik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4. Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mendapatkan data dengan cara pengumpulan data informasi
dari catatan medik, catatan perkembangan klien, catatan perawat dan catatan lainnya
yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta.
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya permasalahan dan adanya terbatasan kemampuan maupun waktu pada
diri penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu “Bagaimana Menerapkan Asuhan
Keperawatan pada Ny.Z dengan diagnosa Hipertensi di Ruang Bougenville Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 5 bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Membahas Tinjauan teoritis yang berisi tentang hipertensi dan asuhan
keperawatan dengan hipertensi.
BAB III : Membahas Tinjauan kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Lanjut Usia
adalah seorang yang telah mencapai usia 50 tahun ke atas. Lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh ) tahun ke atas (Dinsos, 2005).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Efendi, 2009).
2. Batasan Umur Lansia
Berdasarkan kelompok usia, lanjut usia menurut Depkes RI dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok yang berada
dalam keluarga dan masyarakat luas.
b. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
c. Kelompok usia masa senecrus ( >65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya
hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.
Menurut World Health Organization (WHO) usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut :
a. Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun
c. lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
6
B. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Menurut WHO, penyakit
hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Smeltzer, 2002)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat
bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan
tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
C. Klasifikasi
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi
dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and
Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut
No Kategori Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High Normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
Grade 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
Grade 3 (berat) 180 – 209 100 – 119
Grade 4 (sangat berat) >210 >120
D. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
7
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %
sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin)
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak . Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
8
aktivitas vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler.Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer ( Smeltzer, 2002 ).
9
10
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. urinalisa
b. darah lengkap
c. kimia darah
d. Na+
e. Kreatinin
f. Gula darah puasa
g. Kolesterol total
h. EKG
H. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
11
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor
stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela,
peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
e. Makanan / Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
f. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan
retinal optik
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
12
j. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormon
I. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
Diet tinggi kalium
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
13
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat
tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada
pada penderita.
c. Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan
petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
14
Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
b. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
c. Intoleren aktivitas b/d kelemahan fisik, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny.Z
Umur : 72 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Alamat : Pajanglor, Ambarawa
Pendidikan : SMP
Tanggal Masuk Panti Werdha : 17 Maret 2010
Tanggal Pengkajian : 12 November 2012
2. Status Kesehatan (Saat ini)
a. Palliative :
Klien mengatakan nyeri dirasakan jika tidur berlebihan atau terkadang jika sedang
mengerjakan sesuatu seperti menyuci. Untuk mengurangi nyeri nya klien tidur, setelah
bangun tidur, nyeri kadang masih dirasakan klien dan kadang hilang.
b. Quality :
Klien mengatakan nyeri seperti berdenyut-denyut. Klien mengatakan terkadang tidak
tahan dengan nyeri yang dirasakannya.
c. Region :
Klien mengatakan nyeri dirasakan di kepala, sambil menunjukkan bagian kepalanya.
d. Severity :
Klien mengatakan nyeri mengganggu klien untuk beraktivitas karena merasa pusing,
gemetar. Klien tampak tiduran saja di kamarnya, dan melakukan aktivitas minimal. Saat
ditunjukkan angka 1-10 klien mengatakan skala nyeri berada pada angka 6, nyeri sedang.
16
e. Timing :
Klien mengatakan nyeri dirasakan ± 2 minggu yang lalu, nyeri hilang timbul dan
perlahan-lahan.
3. Riwayat Kesehatan Dulu
a. Penyakit :
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi, dan pernah dirawat di rumah
sakit selama seminggu karena jatuh dari sepeda. Telinganya mengeluarkan darah terus
menerus, tetapi klien tidak merasakan sakit di bagian telinganya.
b. Alergi :
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan, minuman atau obat-
obatan.
c. Kebiasaan :
Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum alkohol atau minum obat tidur dan tidak
mengonsumsi kopi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan :
: Laki –laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
17
Klien mengatakan kedua orang tuanya meninggal karena sudah tua, dan klien memiliki 10
saudara kandung. 7 orang meninggal sewaktu masih kecil karena sakit, klien mengatakan
lupa penyebab saudara kandungnya meninggal, karena sudah lama. Klien merupakan istri
kedua dari suami nya dan tidak memiliki anak. Dari istri pertama, suami klien mempunyai 5
orang anak. Suami klien telah meninggal, klien mengatakan suaminya tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi atau diabetes mellitus, suami klien meninggal
tiba-tiba saat istirahat, setelah bekerja disawah.
5. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien dapat berinteraksi dengan baik dan
koheren dalam pembicaraan.
b. Tanda-tanda vital
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 ºc
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
c. Integumen
1) Inspeksi
Kulit klien hangat, tampak sedikit kering dan sudah mengkerut, berwarna kecoklatan,
tidak terdapat lesi, tidak terdapat massa atau benjolan,
2) Palpasi
Kulit klien sudah tidak elastis, terdapat pembengkakan di kaki sebelah kanan klien
d. Kepala
Bentuk kepala klien bulat, tidak ada lesi di kulit kepala, penyebaran rambut klien tidak
merata, rambut klien lurus dan berminyak, sebagian berwarna putih.
e. Mata
Kedua mata klien lengkap dan simetris, sclera anikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak
mengalami strabismus, saat dilakukan pengkajian klien dapat membaca tulisan dengan
jarak ± 20 cm, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
18
f. Telinga
Terdapat serumen di telinga klien, telinga di sebelah kiri tidak dapat mendengarkan lagi
karena klien pernah jatuh dan telinganya mengeluarkan darah.
g. Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir kering, jumlah gigi klien tidak lengkap, terdapat karies, tidak terdapat
pembengkakan gusi, perdarahan dan stomatitis.
h. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, tidak terdapat
peningkatan tekanan vena jugularis
i. Payudara
Tidak terdapat masalah pada payudara klien.
j. Sistem Pernapasan
1) Inspeksi :
Tulang hidung dan posisi septum nasal simetris kiri dan kanan, frekuensi pernapasan
(RR) 20 x/menit, irama pernapasan reguler, klien tidak menggunakan pernapasan
cuping hidung, dan tidak ada retraksi dinding dada.
2) Palpasi
Pengembangan dada simetris antara kiri dan kanan, klien mengatakan tidak terdapat
nyeri saat bernapas
3) Perkusi
Bunyi paru resonan
4) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler, tidak ada suara nafas wheezing dan ronchi.
k. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpasi
Nadi 76 x/menit, capillary refill selama 2 detik
2) Perkusi
Perkusi jantung terdengar pekak.
3) Auskultasi
19
Tekanan darah 140/90 mmHg, bunyi jantung lub dub dengan irama reguler, tidak
terdapat bunyi jantung tambahan murmur, gallop.
l. Sistem Gastrointestinal
1) Inspeksi
Tidak tampak benjolan atau massa di abdomen klien,
2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak terdapat asites dan hepatomegali.
3) Auskultasi
Bising usus 12 x/menit
m. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan masih dapat mengontrol keinginan untuk BAK dan tidak pernah
ngompol dan memakai pampers. Ny.Z BAK dengan frekuensi tidak tentu, ± 4-5 kali
dalam sehari, Klien bangun pada malam hari untuk BAK 1-2 kali, klien mengatakan tidak
mengalami kesulitan untuk memulai mengeluarkan urine, tidak merasakan sakit atau
tidak nyaman dan tidak merasakan nyeri, terbakar saat BAK, dan tidak terdapat darah
dalam urine/hematuria. Tidak terdapat inkontinensia urine, Klien mengatakan BAB 1
x/hari, tidak tentu waktunya.
n. Sistem Genetoreproduksi
Klien telah mengalami menopouse, klien mengatakan riwayat menstruasi lancar, dengan
siklus 28-30 hari, klien mengatakan tidak memiliki anak dan tidak pernah hamil atau
keguguran.
o. Sistem Muskuloskletal
Klien mengatakan menggunakan tongkat untuk membantu berjalan jarak yang jauh. Kaki
sebelah kanan klien mengalami pembengkakan, tidak merasakan nyeri tekan pada kaki
yang mengalami pembengkakan, dan tidak terdapat edema. Klien mengatakan nyeri jika
merubah posisi dari duduk kemudian berdiri, dan jika berjalan terkadang merasa nyeri.
Untuk menguranginya klien berjalan perlahan-lahan dan berhenti sebentar saat berjalan,
atau memijat-mijat. Klien mengatakan nyeri dirasakan seperti ngilu, Kedua lutut klien
terasa nyeri, klien mengatakan nyeri mengganggu aktivitas klien, karena kakinya nyeri
aktivitas yang dilakukan klien terbatas, skala nyeri 3, nyeri sedang. Nyeri dirasakan
hilang timbul, dan perlahan-lahan. Klien mengatakan sudah lama merasakan nyeri, dan
20
lupa sejak kapan, namun klien mengatakan sekitar lebih dari 1 tahun. Klien mengatakan
tidak mampu untuk berdiri terlalu lama. Klien tampak berjalan perlahan-lahan, dengan
langkah kecil, pada saat berjalan badan klien mengayun ke samping. Klien mengatakan
pernah jatuh beberapa kali di wisma, saat mencuci dan berjalan di ruang tengah. Namun
klien mengatakan sudah lupa berapa kali jatuh. Tidak terdapat fraktur dan kontraktur,
terdapat lordosis pada tulang punggung klien.
Kekuatan otot :
4 4
4 4
p. Sistem Saraf Pusat
GCS : M : 6 V : 5 E : 4
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat kejang, tidak pernah jatuh dengan kepala
terbentur.
1) Fungsi motorik
Cara berjalan : Klien berjalan dengan pelan dan dapat berjalan
tanpa bantuan dengan jarak yang dekat.
Test jari hidung : Klien dapat menyentuh hidung
Pronasi dan Supinasi test : Klien mampu membalikkan tangan
2) Fungsi Sensorik
Test tajam tumpul : Klien dapat membedakan benda tajam dan
tumpul
Test panas dingin : Klien dapat membedakan panas dan dingin
q. Sistem Endokrin
Ny.Z mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit tiroid/gondok.
6. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
a. Psikososial
Sosialisasi klien dengan penghuni yang lain baik, klien bersikap baik dan ramah terhadap
sesama penghuni, klien mengatakan harapan untuk kedepannya adalah agar sesama
21
penghuni wisma tetap baik dan klien merasa senang karena memiliki banyak teman di
panti sosial.
b. Identifikasi masalah emosional
Tidak terdapat masalah emosional pada klien
c. Spiritual
Klien menganut agama islam, kegiatan ibadah klien tetap dilaksanakan seperti shalat 5
waktu dan mengikuti bimbingan rohani dipanti sosial setiap seminggu sekali. Klien
meyakini bahwa kematian seseorang sudah ada yang mengatur , harapan klien tetap
hidup dengan senang dan bahagia dan banyak keluarga yang menjenguknya.
7. Pengkajian depresi
a. Inventaris Depresi Beck
Kesedihan : saya tidak merasa sedih
Pesimisme : saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
Rasa kegagalan : saya tidak merasa gagal
Ketidakpuasan : saya tidak merasa tidak puas
Rasa bersalah : saya tidak merasa benar-benar bersalah
Tidak menyukai diri sendiri : saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
Membahayakan diri sendiri : saya tidak punya pikiran yang membahayakan diri
sendiri
Menarik diri dari sosial : saya tidak kehilangan minat pada orang lain
Keragu-raguan : saya berusaha mengambil keputusan
Perubahan gambaran diri : saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
sebelumnya
Kesulitan diri : saya dapat bekerja sebaik mungkin
Keletihan : saya tidak lebih lelah dari biasanya
Anoreksia : Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
Penilaian : 2 = Tidak Ada Depresi
22
b. Skala Depresi Geriatrik (Yessavage)
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ? Ya
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan anda ?
Tidak
Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? Tidak
Apakah anda sering merasa bosan ? Tidak
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat ? Ya
Apakah anda takut seusatu yang buruk akan terjadi pada anda ? Tidak
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda ? Ya
Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? Tidak
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar dan mengerjakan
sesuatu yang baru ? Ya
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding
kebanyakan orang ? Ya
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
Apakah anda merasa tidak berharga ? Tidak
Apakah anda merasa penuh semangat ? Ya
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? Tidak
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaannya daripada anda ? Tidak
Penilaian : 2
23
8. Fungsional Klien
a. KATZ indeks :
Skore Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
satu dari fungsi tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C,D,E atau F.
Skore :
B : Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali dalam hal
Berpindah
24
b. Indeks ADL`s Barthel
No Kriteria Dengan
Bantuan
Mandiri Keterangan
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x sehari
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi, sayur dan lauk
pauk
2. Minum 5 10 Frekuensi : 6-7 gelas /hari
Jumlah : 1000-1500 cc
Jenis : air putih dan teh
3. Berpindah dari kursi roda ke
tempat tidur, sebaliknya
5-10 15 Mandiri
4. Personal toilet (cuci muka,
menyisir rambut, gosok gigi)
0 5 Frekuensi : 2 x/hari
5. Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
5 10 Mandiri
6. Mandi 5 15 Mandiri
7. Jalan di permukaan datar 0 5 Dengan bantuan
8. Naik turun tangga 5 10 Dengan bantuan
9. Mengenakan pakaian 5 10 Mandiri
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : padat, berwarna
coklat
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10 Frekuensi : 4-5 kali/hari
Warna : kuning jernih
12. Olahraga/Latihan 5 10 Frekuensi : 1 x/hari
Jenis : senam pagi
13. Rekreasi/pemanfaatan waktu luang 5 10 Jenis : ngobrol-ngobrol,
keterampilan.
Skor Total 125
Keterangan : Ketergantungan sebagian
25
9. Pengkajian Status Mental Gerontik
1. Short Postable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No. Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa umur anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapa presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapa nama ibu anda?
10. Kurangi 3 dari 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara berurutan
6 4 Jumlah
Interpretasi Hasil :
1) Salah 0-3 = Fungsi intelektual tubuh
2) Salah 4-5 = Kerusakan intelektual ringan
3) Salah 6-8 = Kerusakan intelektual sedang
4) Salah 9-10 = Kerusakan intelektual berat
2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini Mental
Status Exam)
26
No. Aspek
Kognitif
Nilai
Maksimal
Nilai Klien Kriteria
1. Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun
b. Musim
c. Tanggal
d. Hari
e. Bulan
Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
a. Negara Indonesia
b. Propinsi DIY
c. Kota Yogyakarta
d. PSTW Budi Luhur
e. Wisma Bougenville
2. Registrasi 3 2 Pemeriksa mengatakan nama 3
objek selama 1 detik kemudian klien
mengulang nama objek tersebut :
Kursi, meja, buku
3. Perhatian &
Kalkulasi
5 5 Minta klien untuk memulai dari
angka 100 kemudian dikurangi 7
sampai 5 tahap
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
4. Mengingat 3 2 Minta klien untuk menyebutkan
atau mengulang ketiga objek pada
no.2
27
a. kursi
b. meja
c. buku
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu dan
tanyakan nama pada klien
a. Lemari
b. Tempat tidur
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut:
a. Ambil kertas di tangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai 1)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien menulis satu
kalimat dan menyalin gambar:
a. Tulis satu kalimat
b. Menyalin gambar
Total Nilai 24
Interpretasi hasil :
Nilai >23 = aspek kognitif dari fungsi mental baik
10. Pengkajian Skala Risiko Dekubitus
1. Pengkajian skala risiko dekubitus menurut Braden
Persepsi Sensori 1 2 3 4
28
Terbatas Penuh Sangat Terbatas Agak Terbatas Tidak Terbatas
Kelembaban 1
Lembab Konstan
2
Sangat Lembab
3
Kadang Lembab
4
Jarang Lembab
Aktivitas 1
Di tempat tidur
2
Di kursi
3
Kadang berjalan
4
Jalan keluar ruang
Mobilisasi 1
Imobil
2
Sangat terbatas
3
Kadang terbatas
4
Tidak terbatas
Nutrisi 1
Sangat jelas
2
Tidak adekuat
3
Adekuat
4
Sempurna
Gesekan dan
Cubitan
1
Masalah
2
Masalah
potensial
3
Tidak ada
masalah
Total
Score :
20
Interpretasi : Tidak mempunyai risiko terjadi dekubitus
2. Pengkajian skala risiko dekubitus menurut Norton
Kondisi Fisik 1
Sangat buruk
2
Buruk
3
Sedang
4
Baik
Kesadaran 1
Soporus
2
Delirium
3
Apatis
4
CM
Aktivitas 1
Hanya Tidur
2
Hanya Duduk
3
Dengan Bantuan
4
Mandiri
Mobilitas 1
Tidak Bisa
Bergerak
2
Sangat Terbatas
3
Sedikit
Terbatas
4
Bebas
Inkontinensia 1
Selalu
2
Sering
3
Kadang
4
Tidak ada
Total Score 18
Interpretasi : Tidak ada terjadi risiko dekubitus
11. Pengkajian Risiko jatuh
1. Postural Hipotensi
29
Tidur : 140/90 mmHg
Duduk : 140/90 mmHg
Berdiri : 130/90 mmHg
2. Fungsional Reach (FR) Test
Klien mampu berdiri condong selama satu menit dengan jarak 7 inchi
3. The Timed Up And Go (TUG) Test
Klien mampu berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah, kembali ke kursi, mengangkat satu
kaki setinggi langkah dan duduk kembali
Ukuran waktu dalam detik : 23 detik : variable mobility
4. Faktor risiko jatuh akibat mobilisasi
Keterangan Kriteria Skore
Usia 60-70 tahun
> 70 tahun 1
Status mental *
Bingung terus menerus
Kadang kadang bingung
Penurunan tingkat kooperatif
Riwayat jatuh dalam
1 bulan
1-2 kali 1
Berulang
Pakai kateter/ ostomi
Kebutuhan eliminasi dibantu
Incontinensia / urgensi
Gangguan penglihatan *
Mobilisasi
Tidur berbaring di tempat tidur/ duduk dikursi
Gaya berjalan, melangkah lebar
Kehilangan keseimbangan berdiri atau berjalan *
Penurunan koordinasi otot
Kesukaran berjalan, sempoyongan
Menggunakan alat bantu : kruk;walker 1
Obat berisikoMenggunakan 1 obat
Menggunakan 2 atau lebih
30
Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk/dirujuk
2 hari pembedahan atau melahirkan
Persiapan alatIV line
Therapy anti embolitik
Total Score 3
ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
31
1. Data Subyektif :
a. Palliative :
Klien mengatakan nyeri dirasakan
jika tidur berlebihan atau terkadang
jika sedang mengerjakan sesuatu
seperti menyuci. Untuk mengurangi
nyerinya klien tidur, setelah bangun
tidur, nyeri kadang masih dirasakan
klien dan kadang hilang.
b. Quality :
Klien mengatakan nyeri seperti
berdenyut-denyut. Klien mengatakan
terkadang tidak tahan dengan nyeri
yang dirasakannya.
c. Region :
Klien mengatakan nyeri dirasakan di
kepala.
d. Severity :
Klien mengatakan nyeri
mengganggu klien untuk beraktivitas
karena merasa pusing, gemetar. Saat
ditunjukkan angka 1-10 klien
mengatakan skala nyeri berada pada
angka 6, nyeri sedang.
e. Timing :
Klien mengatakan nyeri dirasakan ±
2 minggu yang lalu, nyeri hilang
timbul dan perlahan-lahan.
Data obyektif :
a. Klien menunjukkan bagian
Proses penyakit Nyeri kronik
32
kepalanya yang sakit
b. Klien tampak tiduran saja di kamar
dan jarang melakukan aktivitas
c. Klien tampak meringis
d. TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36,6 ºc
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
2 Data Subyektif :
a. Palliative :
Klien mengatakan nyeri jika
merubah posisi dari duduk kemudian
berdiri, dan jika berjalan terkadang
merasa nyeri. Untuk menguranginya
klien berjalan perlahan-lahan dan
berhenti sebentar saat berjalan, atau
memijat-mijat.
b. Quality :
Klien mengatakan nyeri dirasakan
seperti ngilu
c. Region
Kedua lutut klien terasa nyeri
d. Severity
Klien mengatakan nyeri
mengganggu aktivitas klien, karena
kakinya nyeri aktivitas yang
dilakukan klien terbatas, skala nyeri
3, nyeri sedang.
e. Time
Nyeri dirasakan hilang timbul, dan
Nyeri sendi Hambatan mobilitas
fisik : Tingkat 1
33
perlahan-lahan. Klien mengatakan
sudah lama merasakan nyeri, dan
lupa sejak kapan, namun klien
mengatakan sekitar lebih dari 1
tahun.
f. Klien mengatakan menggunakan
tongkat untuk membantu berjalan
jarak yang jauh
Data obyektif :
a. Indeks KATZ : Kemandirian dalam
semua aktivitas hidup sehari-hari,
kecuali dalam hal berpindah
b. Indeks ADL`s barther :
ketergantungan sebagian
c. Klien menggunakan tongkat untuk
berjalan
d. Klien berjalan perlahan-lahan
dengan langkah kecil, pada saat
berjalan badan klien mengayun ke
samping.
e. Kaki sebelah kanan klien mengalami
pembengkakan, tidak merasakan
nyeri tekan pada kaki yang
mengalami pembengkakan.
f. Kekuatan otot
4 4
4 4
3 Data subyektif :
a. Klien mengatakan pernah jatuh
Penggunaan alat bantu Risiko Jatuh
34
beberapa kali di wisma, saat
mencuci dan berjalan di ruang
tengah. Namun klien mengatakan
sudah lupa frekuensi jatuhnya
b. Klien mengatakan tidak mampu
berdiri terlalu lama
Data obyektif :
a. Klien menggunakan tongkat untuk
berjalan
b. Fungsional Reach (FR) Test
Klien mampu berdiri condong
selama satu menit dengan jarak 7
inchi
c. The Timed Up And Go (TUG) Test
Ukuran waktu dalam detik : 23 detik
: variable mobility
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan proses penyakit
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sendi
3. Risiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu
35
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri berhubungan dengan
proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, diharapkan
klien mampu mengendalikan nyeri, yang
dibuktikan dengan :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri. Skala nyeri 3-
4
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
TD : 130/80 mmHg-140/90 mmHg
Nadi : 60-80 x/menit
RR : 15-20 x/menit
Suhu : 36 ºC-37,5ºC
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
d. Kurangi faktor presipitasi nyeri
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
g. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
h. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
36
obat
b. Kaji riwayat alergi
c. Monitor vital sign
2 Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan nyeri
sendi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam, diharapkan klien dapat memperlihatkan
mobilitas yang dibuktikan dengan :
a. Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara
benar dengan pengawasan
b. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi
jika diperlukan
c. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri dengan alat bantu
a. Kaji kebutuhan terhadap bantuan
pelayanan kesehatan
b. Kaji kekuatan otot
c. Bantu pasien dalam proses berpindah
d. Berikan penguatan positif selama
aktivitas
e. Ajarkan ROM aktif
f. Fasilitasi pelatihan fisik secara rutin
untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot
3 Risiko jatuh berhubungan
dengan penggunaan alat
bantu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam, diharapkan risiko jatuh akan menurun
atau terbatas, yang dibuktikan dengan :
a. Menciptakan lingkungan yang aman
b. Mengidentifikasi resiko yang meningkatkan
kerentanan terhadap terjatuh
c. Menghindari cedera fisik akibat jatuh
a. Identifikasi karakteristik lingkungan
yang dapat meningkatkan potensi jatuh
b. Pantau cara berjalan, keseimbangan,
dan tingkat keletihan pada saat
ambulasi
c. Bantu klien saat ambulasi secara aman,
dengan atau tanpa alat bantu
d. Sediakan alat bantu untuk berjalan
e. Singkirkan bahaya lingkungan
37
f. Tidak membuat perubahan yang tidak
perlu pada lingkungan fisik
g. Kaji kemampuan penglihatan
38
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/
Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi Evaluasi Paraf
1 Selasa,
13-11-2012
08.00
08.10
08.15
08.20
08.30
10.00
Nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit
a. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b. Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
c. Membantu mengontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
d. Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi nafas dalam dan
relaksasi
e. Menganjurkan klien untuk istirahat
f. Memonitor vital sign
S :
Klien mengatakan masih merasakan nyeri
di kepala, nyeri hilang timbul, nyeri
dirasakan seperti berdenyut-denyut, dengan
skala nyeri 5, nyeri sedang.
O :
Klien tampak istirahat saja di kamar, klien
dapat memperagakan teknik
nonfarmakologi yang diajarkan dengan
nafas dalam dan relaksasi. TD : 130/90
mmHg, Nadi : 78x/menit, RR : 18x/menit
A :
Masalah nyeri teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan :
a. Kaji nyeri secara komprehensif
39
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Pantau efektivitas manajemen nyeri
yang telah diajarkan
d. Monitor vital sign
Selasa,
13-11-2012
07.10
10.30
10.40
13.00
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
sendi
a. Memfasilitasi klien untuk latihan
fisik seperti senam secara rutin
b. Mengkaji kebutuhan terhadap
bantuan pelayanan kesehatan
c. Mengkaji kekuatan otot
d. Mengajarkan ROM aktif
e. Membantu pasien dalam proses
berpindah
f. Memberikan reinforcement positif
selama klien melakukan kegiatan
S :
Klien mengatakan masih merasakan nyeri
di kedua lutut, sehingga sulit berjalan tanpa
tongkat untuk jarak yang jauh.
O :
Klien tampak menggunakan alat bantu
berjalan, saat berjalan klien berhenti
sebentar karena merasakan ngilu di kedua
kaki. Kekuatan otot :
4 4
4 4
A :
Masalah teratasi sebagian
40
P :
Intervensi dilanjutkan :
a. Kaji kebutuhan terhadap bantuan
pelayanan kesehatan
b. Bantu pasien dalam proses berpindah
c. Fasilitasi klien untuk latihan fisik
Selasa,
13-11-2012
07.15
07.30
09.00
09.05
09.10
Risiko jatuh
berhubungan
dengan
peggunaan alat
bantu
a. Mengidentifikasi karakteristik
lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
b. Memantau cara berjalan,
keseimbangan, dan tingkat
keletihan pada saat ambulasi
c. Membantu klien saat ambulasi
secara aman, dengan atau tanpa
alat bantu
d. Menyediakan alat bantu untuk
berjalan
e. Menyingkirkan bahaya lingkungan
f. Tidak membuat perubahan yang
tidak perlu pada lingkungan fisik
g. Mengkaji kemampuan penglihatan
klien
S :
Klien mengatakan memerlukan bantuan
untuk berjalan
O :
Lingkungan di wisma lantai tidak licin,
tidak terdapat benda-benda yang dapat
menyebabkan klien terjatuh, cara berjalan
klien perlahan-lahan dengan langkah kecil,
badan terayun saat melangkah. Penglihatan
klien masih baik
A :
Masalah teratasi sebagian
41
P :
Intervensi dilanjutkan
1. Bantu klien secara aman saat ambulasi,
dengan atau tanpa alat bantu
2. Sediakan alat bantu berjalan didekat
klien
3. Singkirkan bahaya lingkungan
2 Rabu
14-11-2012
07.45
07.50
08.00
08.30
09.00
Nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit
a. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b. Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
c. Memantau efektivitas dari
manajemen nyeri dengan teknik
relaksasi dan nafas dalam
d. Membantu klien untuk lebih
berfokus pada aktivitas, bukan
pada rasa nyeri dan tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan
berinteraksi dengan klien.
e. Memonitor vital sign
S :
Klien mengatakan masih merasakan nyeri
di kepala seperti berdenyut-denyut, dengan
skala nyeri 5, nyeri sedang. Klien
mengatakan telah memperagakan nafas
dalam untuk mengurangi nyeri.
O :
Klien tampak meringis dan menunjukkan
lokasi nyeri, klien mau berinteraksi dengan
mahasiswa sebagai pengalihan dari rasa
nyeri nya.
TD : 140/80 mmHg, Nadi : 76 x/menit, RR
: 20 x/menit
42
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
1. Kaji nyeri yang dirasakan klien
2. Observasi respon nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Pantau efektivitas dari teknik
nonfarmakologis
Rabu
14-11-2012
07.00
07.30
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
sendi
a. Memfasilitasi pelatihan fisik secara
rutin untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot seperti
senam pagi
b. Membantu pasien dalam proses
berpindah
c. Memotivasi klien untuk melakukan
ROM aktif
d. Memberikan pujian selama
aktivitas
S :
Klien mengatakan terkadang masih
merasakan nyeri di kedua kakinya, klien
mengatakan masih mampu untuk
mengikuti senam pagi
O :
Klien masih menggunakan tongkat saat
berjalan keluar wisma, klien mengikuti
kegiatan rutin senam pagi untuk melatih
fisik. Klien memperagakan ROM aktif
43
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
1. Bantu klien dalam proses berpindah
2. Fasilitasi pelatihan fisik secara rutin
seperti senam pagi untuk
mempertahankan dan meningkatkan
kekuatan otot
Rabu
14-11-2012
07.35
11.00
Risiko jatuh
berhubungan
dengan
penggunaan
alat bantu
a. Membantu klien saat ambulasi
secara aman, dengan atau tanpa
alat bantu
b. Menyediakan alat bantu untuk
berjalan
c. Menyingkirkan bahaya lingkungan
d. Tidak membuat perubahan yang
tidak perlu pada lingkungan fisik
S :
Klien mengatakan berjalan perlahan-lahan
karena menghindarkan dari jatuh dan tidak
dapat berjalan cepat karena kakinya sakit
O :
Klien masih menggunakan alat bantu
berjalan, cara berjalan klien perlahan-lahan
dan langkah kecil. Lingkungan di wisma
tidak berpotensi menimbulkan jatuh
44
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan :
a. Bantu klien saat ambulasi secara aman,
dengan atau tanpa alat bantu
b. Sediakan alat bantu untuk berjalan
didekat klien
c. Singkirkan bahaya lingkungan
d. Tidak membuat perubahan yang tidak
perlu pada lingkungan fisik
3 Kamis,
15-11-2012
07.45
07.50
08.00
08.10
Nyeri
berhubungan
dengan proses
penyakit
a. Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b. Mengobservasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
c. Memantau efektivitas dari
manajemen nyeri dengan teknik
relaksasi dan nafas dalam
d. Mengajarkan klien teknik
S :
Klien mengatakan nyeri di kepala sedikit
berkurang, skala nyeri 4, nyeri sedang.
Nyeri dirasakan berdenyut-denyut, klien
mengatakan tetap mencoba teknik nafas
dalam.
O :
Klien tampak mengikuti dan
memperagakan teknik nonfarmakologi
45
08.40
09.00
nonfarmakologis Reframing
e. Membantu klien untuk lebih
berfokus pada aktivitas, bukan
pada rasa nyeri dan tidak nyaman
dengan melakukan pengalihan
berinteraksi dengan klien.
f. Memonitor vital sign
yang diajarkan, klien tampak tetap
mengikuti aktivitas rutin yang ada di panti.
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 82 x/menit, RR
: 20 x/menit
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan
a. Kaji nyeri secara komprehensif
b. Observasi respon nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Pantau efektivitas dari teknik
nonfarmakologis yang telah diajarkan
d. Monitor vital sign
Kamis,
15-11-2012
08.00
Hambatan
mobilitas fisik
berhubungan
dengan nyeri
sendi
a. Membantu pasien dalam proses
berpindah
b. Memotivasi klien untuk melakukan
ROM aktif
c. Memberikan pujian selama
aktivitas
S :
Klien mengatakan jarang melakukan ROM
aktif karena sudah senam pagi, klien
mengatakan masih memerlukan tongkat
untuk berjalan keluar wisma. Nyeri pada
kaki dirasakan berkurang
46
07.00 d. Memfasilitasi pelatihan fisik secara
rutin untuk mempertahankan atau
meningkatkan kekuatan otot seperti
senam pagi
O :
Klien tampak mengikuti senam pagi, klien
mengikuti mahasiswa untuk melakukan
ROM aktif, cara berjalan perlahan-lahan
dengan langkah kecil, badan diayunkan
saat berjalan.
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan :
a. Bantu pasien dalam proses berpindah
b. Motivasi klien untuk melakukan ROM
aktif
c. Fasilitasi pelatihan fisik secara rutin
Kamis,
15-11-2012
07.45
09.00
Risiko jatuh
berhubungan
dengan
penggunaan
alat bantu
a. Membantu klien saat ambulasi
secara aman, dengan atau tanpa
alat bantu
b. Menyediakan alat bantu untuk
berjalan
S :
Klien mengatakan berjalan tidak
mengalami jatuh lagi dalam seminggu
terakhir, klien mengatakan masih mampu
berjalan perlahan-lahan untuk jarak yang
47
10.45 c. Menyingkirkan bahaya lingkungan
d. Tidak membuat perubahan yang
tidak perlu pada lingkungan fisik
dekat, seperti di dalam ruang wisma.
O :
Klien masih menggunakan tongkat. Klien
tampak tidak terjatuh selama berjalan.
Lingkungan di wisma tidak berpotensi
menimbulkan jatuh, lantai tidak licin
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan :
e. Bantu klien saat ambulasi secara aman,
dengan atau tanpa alat bantu
f. Sediakan alat bantu untuk berjalan
didekat klien
g. Singkirkan bahaya lingkungan
48
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 November 2012 dan asuhan
keperawatan yang dilakukan selama tiga hari dapat diambil diagnosa keperawatan
adalah nyeri kronis b.d proses penyakit, hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, resiko
jatuh b.d riwayat jatuh. Nyeri pada klien sering hilang timbul dan tidak mengalami
perubahan dan walaupun sudah dilakukan intervensi pada pasien. Hambatan mobilitas
fisik pada klien disebabkan karena kaki klien terasa nyeri dan tidak kuat untuk
berjalan jauh sehingga memakai tongkat. Intervensi yang sudah dilakukan pada klien
adalah mengkaji kebutuhan sehari-hari dan perlu dibantu. Selama dilakukan asuhan
keperawatan klien tidak pernah jatuh akan tetapi sebelumnya klien sering terjatuh.
Adapun intervensi yang dilakukan adalah memanipulasi lingkungan dengan cara
menghindari benda-benda yang dapat membahayakan klien dan menimbulkan resiko
jatuh.
B. PEMBAHASAN
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Nugroho, 2000). Tanda dan gejala pada hipertensi menurut ( Edward K
Chung, 1995) sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Hipertensi dikenal sebagai heterogeneouse group of disease, yang dapat menyerang
siapa saja dari berbagai kelompok umur, kelompok usia lanlut merupakan kelompok
usia yang paling rentan terkena penyakit hipertensi , serta sosial ekonomi.
Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi, dan
globalisasi memunculkan sejumlah faktor resiko yang dapat meningkatkan angka
kesakitan hipertensi (Fadilah Supari, S. 2007).
50
Seseorang akan melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi oleh variabel
demografi (pendidikan, pengetahuan, umur dan pekerjaan) dari individu serta
petunjuk untuk berperilaku (cues to action) yang diduga tepat untuk memulai proses
perilaku, yang berasal dari informasi atau nasehat mengenai permasalahan kesehatan
tentang hipertensi. Perilaku kesehatan seseorang bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak (behavioritention), dukungan
sosial dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya (social supporf), adanya akses
pelayanan kesehatan (accesebility of health care), otonomi pribadi orang yang
bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
serta situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation). (Notoatmodjo.S,
2003).
Jatuh biasanya dianggap sebagai konsekuensi alami menjadi tua dan sering kali
dialami oleh para lansia. Kenyataannya, pengalaman jatuh dapat menyebabkan
imobilisasi dan para lansia takut kejadian ini terulang kembali (Watson, 2003).
Berbagai faktor faktor instrinsik yang berpengaruh terhadap munculnya risiko jatuh
pada lansia adalah yaitu gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,
kekakuan sendi. Faktor ekstrinsik yang berasal dari luar atau lingkungan adalah lantai
yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena
cahaya yang kurang tenang dan sebagainya.
Dampak yang ditimbulkan akibat jatuh adalah berbagai jenis cidera, kerusakan
fisik dan psikologis. Konsekuensi lain dari jatuh yaitu hilangnya kemandirian dan
pengendalian, merasa kehilangan, merasa rapuh, perhatian tentang kematian dan takut
menjadi beban keluarga dan teman-teman. Kondisi tersebut merupkan masalah yang
membuat lansia merasa takut jatuh sehingga para lansia dan keluarganya berupaya
agar dapat mengatasinya (Setianto, 2004). Risiko jatuh pada lanjut usia dapat
dikurangi tidak hanya dengan perawatan saja namun juga perlu mengidentifikasi
faktor risiko terjadinya jatuh meliputi faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Penilaian
keseimbangan serta mengatasi faktor lingkungan diberikan latihan fleksibilitas
gerakan koordinasi keseimbangan yang kemudian dapat meminimalkan risiko jatuh
pada lansia (Suprajitno, 2004).
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat diambil
kesimpulan nyeri klien sering hilang timbul, klien masih mengalami hambatan
dalam mobiliasi sehari-hari dan perlu dibantu dan klien kemungkinan mengalami
resiko jatuh karena aktivitas sehari-hari menggunakan alat bantu yaitu tongkat.
B. SARAN
Perlu dilakukan pemeriksaan sesering mungkin untuk mengetahui kondisi klien
dan melakukan tindakan kuratif secara tepat. Pemantauan klien sesering mungkin
dan memanipulasi lingkungan yang dapat menyebabkan klien terjatuh.
52
DAPTAR PUSTAKA
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Fadilah Supari. 2007. Prevalensi Hipertensi di lndonesia 17 – 21. http:// www.madinask.com.
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Purwati, Selimar, Rahayu S. 2002. Perencanaan Menu Untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya
Setianto. Budhi. 2004. Lansia. http//suara karya.com. diakses tanggal 20 November 2012
Smeltzer,S.C & Bare,B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Watson, R. 2003. Perawatan Pada Lansia. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Edy Soesanto. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Lansia Hipertensi Dalam Mengendalikan Kesehatannya Di Puskesmas Mranggen Demak. Jurnal Keperawatan Fikkes, Volume 3, No.2, September 2010, 98-108.
Adin Mu’afiro.2010. Upaya Pencegahan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Kelurahan Kemayoran Surabaya . Vol. III No. 2 Agustus 2010
www.dinsos.pemda-diy.go.id
53