asuhan keperawatan klien dengan epilepsi
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EPILEPSI
Epilepsi
Bahasa yunani “epilepsia’= serangan.
gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi
Status epileptikus
bangkitan epilepsi yang berlangsung terus menerus selama lebih dari tiga puluh menit tanpa diselingi oleh masa sadar
merupakan keadaan darurat medis.
Pengkajian
Kesan umum Kesadaran Metode AVPU Alert (A) : Klien tidak berespon
terhadap lingkungan sekelilingnya. Respon velbal (V) : klien tidak berespon
terhadap pertanyaan perawat. Respon nyeri (P) : klien tidak berespon
terhadap respon nyeri. Tidak berespon (U) : klien tidak berespon
terhadap stimulus verbal dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya
Pengkajian primer
pengkajian cepat (30 detik) untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual dari kondisi life treatening (mengancam kehidupan).
Pengkajian berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal memungkinkan.
Airway & C-spine control
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal : Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas Distres pernafasan Adanya kemungkinan fraktur cervical
fase iktal: biasanya ditemukan klien mengatupkan giginya sehingga menghalangi jalan napas, klien menggigit lidah, mulut berbusa
fase posiktal: biasanya ditemukan perlukaan pada lidah dan gusi akibat gigitan tersebut.
Breathing
Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis.
Pada fase post iktal, klien mengalami apnea
Circulation : Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi
dan sianosis, klien biasanya dalam keadaan tidak sadar.
Disability Klien bisa sadar atau tidak tergantung
pada jenis serangan atau karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang
Exposure Pakaian klien di buka untuk melakukan
pemeriksaan thoraks, apakah ada cedera tambahan akibat kejang
Pengkajian sekunder
Identitas klien Keluhan utama Riwayat penyakit Riwayat kejang Pemeriksaan fisik
Diagnosa Keperawatan1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler, peningkatan sekresi mucus
2. Resiko tinggi injuri b.d perubahann kesadaran , kerusakan kognitif,selama kejang atau kerusakan perlindungan diri.
3. Gangguan harga diri/identitas pribadi berhubungan dengan stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tidak terkontrol ditandai dengan pengungkapan tentang perubahan gaya hidup, takut penolakan; perasaan negative tentang tubuh
4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses perjalanan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
Dx.Kep 1…..Intervensi
Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu/gigi palsu
Letakkan klien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang
Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada, dan abdomen
Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikasi
Lakukan penghisapan sesuai indikasi Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual sesuai
kebutuhan pada fase posiktal Siapkan/bantu melakukan intubasi jika ada indikasi.
Dx.Kep 2
Kaji karakteristik kejang Jauhkan pasien dari benda benda
tajam / membahayakan bagi pasien Masukkan spatel lidah/jalan napas
buatan atau gulungan benda lunak sesuai indikas
Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang
Dx.Kep 3 Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostic, persepsi
diri terrhadap penanganan yang dilakukannya Anjurkan untuk mengungkapkan/ mengekspresikan
perasaannya Identifikasi/antisipasi kemungkinan reaksi orang pada
keadaan penyakitnya. Anjurkan klien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Gali bersama pasien mengenai keberhasilan yang telah diperoleh atau yang akan dicapai selanjutnya dan kekuatan yang dimilikinya
Tentukan sikap/kecakapan orang terdekat. Bantu menyadari perasaan tersebut adalah normal, sedangkan merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya
Tekankan pentingnya orang terdekat untuk tetap dalam keadaan tenang selama kejang
Dx.Kep 4
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien
Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penyuluhan
Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti
Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien
Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan.
Disamping itu evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.
Pada kasus epilepsi evaluasi dilakukan atas tindakan yang dilakukan sesuai dengan diagnosa dan tujuan yang sudah ditetapkan
Semoga Bermanfaat
Seorang wanita, 50 tahun datang dalam keadaan penurunan kesadaran dengan dengan keluhan kejang sejak kurang lebih 3 hari SMRS. Kejang seluruh badan disertai busa, setelah kejang pasien tertidur kemudian sadar. Kejang berlangsung tiap 15 menit lamanya kira-kira 1 menit. Pasien tidak demam, batuk, pilek, mual, muntah disangkal. Pasien mempunyai riwayat pengobatan untuk epilepsi, namun sejak 1 bulan yang lalu pasien tidak periksa dan tidak mengkonsumsi obat, 5 hari SMRS pasien mengkonsumsi 1 jenis obat yang dibeli sendiri. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak 7 tahun yang lalu, riwayat tumor, hipertensi, diabetes melitus, stroke, trauma kepala disangkal. Pasien pernah mondok 2 kali dengan keluhan serupa. Riwayat epilepsi dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapat kesadaran somnolen dengan tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 76 x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit dan suhu 36,50C. Pada pemeriksaan saraf kranialis tidak ditemukan adanya kelainan. Untuk kekuatan otot dengan nilai 5 baik pada ekstrimitas superior maupun inferior. Tidak ditemukan adanya refleks patologis. Tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan penunjang berupa darah rutin.