asuhan keperawatan dermatitis

69
KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang diampu oleh: Nieniek Ritianingsih, M. Kep. Sp. MB Camalia S Sahat, M. Kep. Sp. MB Farial Nurhayati, M. Kep. Susmadi, M. Kep Ida Farida, M. Kes. Disusun oleh: Farisa Noviyanti (P173203130) Maulida Nur Ayami (P17320313001) Rosalina (P17320313058) Siti Nurobianti (P17320313005) II-A

Upload: siti-nurobianti

Post on 21-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Asuhan keperawatan pada klien dermatitis

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Dermatitis

KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan

Medikal Bedah III yang diampu oleh:

Nieniek Ritianingsih, M. Kep. Sp. MB

Camalia S Sahat, M. Kep. Sp. MB

Farial Nurhayati, M. Kep.

Susmadi, M. Kep

Ida Farida, M. Kes.

Disusun oleh:

Farisa Noviyanti (P173203130)

Maulida Nur Ayami (P17320313001)

Rosalina (P17320313058)

Siti Nurobianti (P17320313005)

II-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRRODI KEPERAWATAN BOGOR

2015

Page 2: Asuhan Keperawatan Dermatitis

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik,

serta petunjuk-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Integumen Akibat Proses :

Dermatitis” .

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penyusun

2. Bapak Susmadi M.Kep sebagai ketua Program Studi Keperawatan Bogor

Politeknik Kesehatan Bandung

3. Ibu Nieniek Ritianingsih, M.Kep. S.MB sebagai penanggungjawab mata

kuliah KMB III

4. Ibu Farial Nurhayati, M.Kep sebagai pembimbing mata kuliah KMB III

5. Rekan-rekan sejawat Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan

Bogor

Penyusun tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa

kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan

yang tidak disadari oleh penyusun, maka dari itu penyusun mohon maaf apabila

terdapat kesalahan.

Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini

dapat menjadi lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Bogor, Maret 2015

Penyusun

Page 3: Asuhan Keperawatan Dermatitis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Tujuan.............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3

A. Anatom Sistem Integumen.............................................................3

1. Kulit............................................................................................3

2. Bagian Kulit................................................................................6

B. Fisiologi Sistem Integumen............................................................8

1. Fungsi Kulit................................................................................8

2. Fisiologi Indra Peraba...............................................................10

C. Dermatitis.....................................................................................17

1. Definisi.....................................................................................17

2. Kelasifikasi Dermatitis.............................................................17

3. Etiologi.....................................................................................19

4. Patofisiologi..............................................................................20

5. Pathway Dermatitis...................................................................23

6. Manifestasi klinik.....................................................................24

7. Pemeriksaan penunjang............................................................24

8. Komplikasi................................................................................25

9. Penataklaksanaan......................................................................25

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS........................30

A. Pengkajian....................................................................................30

B. Diagnosa Keperawatan.................................................................33

C. Rencana Keperawatan..................................................................34

D. Evaluasi........................................................................................40

BAB IV PENUTUP...............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

Page 4: Asuhan Keperawatan Dermatitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh

manusia, yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh,

luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat,

diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. Apabila kulit kita

mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari sistem kerja lapisan

kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek.

Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan.

Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena

kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi.

Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-

bahan kimia, sering kali dermatitis terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung

dengan perhiasan logam biasanya emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak

dan kuningan. Apabila mengalami kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk

berkonsultasi pada dokter, apakah yang terjadi pada kulit teridentifikasi

dermatitis.

Jika teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus ketehui adalah

penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan menghindari penyebab dari iritasi

dan alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan.

Sebab menggaruk tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan

memperparah rasa ketidaknyamanan. Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit

lebih rentan terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya. Biasanya rasa gatal

timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan pelembab untuk

mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga akan membantu

mengurangi rasa gatal.

Asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis dapat dilakukan dengan

proses pendekatan asuhan keperawatan. Pengkajian keperawatan pada kulit

merupakan hal yang terpenting untuk mengetahui jenis dermatitis yang diderita.

Page 5: Asuhan Keperawatan Dermatitis

2

B. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran

tentang penyakit dermatitis dan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode pendekatan proses asuhan keperawatan.

Page 6: Asuhan Keperawatan Dermatitis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatom Sistem Integumen

1. Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan

melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat

dan kelenjar mukosa. Lapisan kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis.

a) Epidermis

Epidermis adalah jaringan kulit paling atas terdiri dari stratum korneum, stratum

lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum/stratum akantosum,

stratumstratum basal/germinativum.

Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah

mati) dan mengandung zat kretin.

Page 7: Asuhan Keperawatan Dermatitis

4

Stratum lusidium, sel berbentuk pipih, banyak sel yang kehilangan intin, dan

butir-butir sel menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat

pada telapak tangan dan kaki. Dalam lapisan terlihat seuatu pita bening, batas –

batas sel sudah tidak begitu terlihat.

Stratum granulosum, terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Dalam sel-sel

tersebut terdapat 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma

terd2apat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam

pembentukan keratin.

Stratum spinosum/stratum

akantosum, lapisan ini merupakan

lapisan yang paling tebal dan

dapat mencapai 0,2 mm terdiri

dari 5-8 lapisan. Sel-selnya

disebut spinosum karena jika kita

lihat di bawah mikroskop sel-

selnya terdiri dari sel yang

bentuknya polygonal (banyak

sudut) dan mempunyai tanduk

(spina) disebut akantosum karena

sel-selnya berduri. Spina atau

tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut intercellular bridges

atau jembatan interseluler.

Stratum basal/germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di

bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel diatasnya dan merupakan

sel-sel induk. Bentuknya silindris dengan inti yang lonjong didalamnya terdapat

butir-butir halus yang disebut butir melanin warna. Sel-sel basalis dengan membren

basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis.

b) Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Dermis terdiri dari dua lapisan :

lapisan bagian atas pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis

(stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian

Page 8: Asuhan Keperawatan Dermatitis

5

bawahnya sampai ke subkutis. Pars papilaris dan pars retikularis terdiri dari

jaringan ikat longgar yan tersusun dari serabut-serabut : serabut kolagen, serabut

elastis, dan serabut retikulus.

Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang

berbeda untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis, memberikan

kelenturan pada kulit, dana retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan

folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.

c) Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan

ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat

dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan

lemak ini disebut penipulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap

tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).

Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan

trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk

mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.

Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.

d) Pembuluh Darah dan Syaraf

Pembuluh Darah

Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu : a)

anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum

papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap

papilla kori , b) anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman

ini terdapat antara korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang

pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.

Dalam hal ini percabgangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang

terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi

pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman

pembuluh darah balik yang ke dalam. Peredaran darah dalam kulit adalah penting

sekali. Oleh karena diperkirakan ½ dari darah yang beredar melalui kulit.

Disamping itu, pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit atau melebar

Page 9: Asuhan Keperawatan Dermatitis

6

oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri dan emosi,

penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflex.

Persyarafan kulit

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf

spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan

saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan

sel-sel otot yang terdapat pada sulit. Sedangkan saraf sensorik

berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau

kulit. Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membentuk

bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan. Ujung-

ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri

banyak terdapat di epidermis. Di sini ujung-ujung sarafnya

mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu

organ.

2. Bagian Kulit

a) Rambut

Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut

di dalam epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis

sebelah atas, dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh.

Akar berada di dalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian

sebelah luar disebutbatang rambut. Pada folikel rambut terdapat

otot polos kecil sebagai penegak rambut.

Rambut terdiri dari :

a. Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot.

b. Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis.

c. Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh.

d. Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak).

Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit,

banyak sedikitnya lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin.

Page 10: Asuhan Keperawatan Dermatitis

7

Banyak sedikitnya melanin dipengaruhi oleh rasa atau suku

bangsa, hormone, dan pengaruh sinar ultraviolet dan inframerah.

b) Kuku

Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah,

tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit.

Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yang

banyak. Bagian proksinal terletakdalam lipatan kulit merupakan

awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit

dengan kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atasmerupakan

bagian yang bebas. Bagian dari kuku terdiri dari ujung kuku atas

ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar, dan

akar kuku (radiks).

c) Kelenjar Kulit

Kelenjar kulit mempunyai lobules yang bergulung-gulung

dengan saluran keluar lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan

berbagai zat dari badan (kelenjar keringat). Kulit mempunyai daya

regenerasi yang besar. Setelah kulit terluka, sel-sel dalam dermis

melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami

regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan

ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut. Pada

mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah

kapiler akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang

terlihat melalui epitel.

Manifestasi ketuaan kulit meliputi kulit tampak lebih tipis

karena perubahan dalam komposisi kimia zat dasar jaringan ikat.

Karena kekurangan cairan dan hilangnya elastisitas pada serat-

serat elastic dermis dan subkutis akibat lipatan kulit yang

ditimbulkan dengan menarik jaringan di bawahnya, lambat laun

menghilang dan akan timbul bintik pigmentasi yang tidak

beraturan.

Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada

saluran folikel rambut untuk melumasi rambut dan kulit yang

Page 11: Asuhan Keperawatan Dermatitis

8

berdekatan. Kelenjar kantongnya dalam kulit, bentuknya seperti

botol dan bermuara dalam folikel rambut. Paling banyak terdapat

pada kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga tidak

terdapat pada telapak kaki dan telapat tangan. Ada dua kelenjar

yang terdapat pada kulit yaitu kelenjar keringat yang

menghasilkan kelenjar sudorivera dan kelenjar yang menghasilkan

kelenjar sebasea. Kelenjar terdiri dari badan kelenjar, saluran

kelenjar, dan muara kelenjar.

Kelenjar keringat adalah alat utama untuk mengendalikan suhu

tubuh, berkurang pada waktu iklim dingin dan meningkat pada

waktu suhu panas. Sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah

pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam

yang dikeluarkan melalui difusi secara sederhana, ± 500 cc/hari.

Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu:

1. Kelenjar ekrin yang berbentuk kecil, terdapat di bagian dangkal

dermis dengan sekret yang encer. Kelenjar ini lagsung bermuara

dipermukaan kulit, terbanyak terdapat di bagian dahi, tangan,

kaki, dan aksila.

2. Kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan

sekretnya lebih kental. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf

adrenergic, terdapat di aksila, aerola mamae, pubis, labia minora,

dan saluran telinga luar (FKUI,2001)

B. Fisiologi Sistem Integumen

1. Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fugsi yang sangat penting

selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:

a. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap

gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan,

tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi

(lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi,

Page 12: Asuhan Keperawatan Dermatitis

9

sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri

dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan

kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai

pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan

dalam melindungi kulit terhadap sinar mataharidengan

mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).

Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat

stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat

kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit

yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan

keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan

sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara Ph 5-6,5. Ini

merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel

kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

b. Fungsi absorbsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap larutan

dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguapkan lebih

mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan

absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,

kelembapan, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung

melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau

melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel

epidermis.

c. Fugsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil

meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena

adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat

pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh

yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih

rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial

kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit

menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar

Page 13: Asuhan Keperawatan Dermatitis

10

keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan

tubuh) dan vasokontriksi (pembuluh darah mengerut, kulit

menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan

panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).Kulit melakukan peran ini

dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan

pembuluh darah kulit. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf

simpatis (asetilkolin).

d. Funsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang

tidak berguna lagi atau zat sisa metabolism dalam tubuh

berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang

diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena

lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini

menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi

kering.

e. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik

di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas

diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin

diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla

dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh

epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di

daerah yang erotik.

f. Fungsi pembentukan pigmen sel, pembentuk pigmen

(melanosit) terletak pada lapisan basal. Melanosit membentuk

warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan

Cara pelepasan panas dari kulit

1. Penguapan dengan banyaknya darah mengalir melalui

kapiler kulit

2. Pancaran panas dari udara sekitarnya

3. Panas dialirkan ke benda yang disentuh seperti pakaian

4. Pengaliran udara panas

Page 14: Asuhan Keperawatan Dermatitis

11

bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari

memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui

tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa

oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh

pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb

dan karoten.

g. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel basal yang

mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berpindah

ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke

atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel

granulosum. Semakin lama intinya menghilangdan keratinosit

ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus

menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan

degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira

14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi

secara mekanis-fisiologik.

h. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi

kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi

kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses

tersebut.

2. Fisiologi Indra Peraba

Rasa sentuhan disebkan rangsangan pada ujung saraf yang di

kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Panas,

dingin, dan sakit ditimbukan karena tekanan yang dalam dan rasa

yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan tulang.

Pancaindra peraba terdapat pada kulit. Di samping itu juga

sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh. Kulit menutupi dan

berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga

dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf

Page 15: Asuhan Keperawatan Dermatitis

12

peraba yang menerima rangsangan dari luar dan diteruskan ke

pusat saraf di otak.

Fungsi kulit

1. Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia, dan termis

karena epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar

memberiperlindungan terhadap kulit

2. Perlindungan terhadap patogen

3. Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi

darah

4. Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar

5. Alat indra melalui persarafan sensorik dan tekanan

temperatur dan nyeri

6. Sebagai alat rangsangan rasa yang datang dari luar yang di

bawa oleh saraf sensorik dan motorik ke otak

Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit.

Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia.

Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit,

kemudian sensasi raba, dingin dan panas. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat

sangat banyak terletak pada kulit dibawah lapisan mukosa di sekitar sendi, pleura,

endokardium, peritonium dan lain-lain.

Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit

berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, sakit) semua

perasaan ini berlainan. Didalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat

perabaan yang sensitif terhadap dindin dan sakit.

a) Modalitas Rasa Kulit

Rasa mekanik, suhu tubuh, dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain.

Reseptornya tergabung dalam satu atau dua organ tertentu. Masing-masing reseptor

modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir di seluruh

bagian tubuh. Serat eferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar

Page 16: Asuhan Keperawatan Dermatitis

13

pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf pusat. Dengan demikian modalitas rasa

ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.

Rasa Mekanik

Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa

raba, rasa getar dan rasa geli yang berbeda dis etiap bagian tubuh tertentu. Dengan

menggunakan aestosiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka terhadap

rangsang.

1) Ambang diskriminasi spasial (ADS) merupakan kemampuan sesorang

membedakan dua titik yang berdekatan sebagai dua titik yang terpisah yaitu

ambang diskriminasi spasial suksesif dan ambang diskriminasi spasial simultan.

ADS suksesif lebih kecil dibandingkan dengan ADS simultan. Hal ini

disebabkan karena ADS suksesif yang dihantarkan oleh saraf yang sama

sedangkan ADS simultan dihantarkan oleh dua saraf yang hubungannya dengan

korteks sensori melalui serat yang berbeda.

2) Reseptor rasa tekan merupakan reseptor yang beradaptasi lambat/tidak

beradaptasi sama sekali dan frekuensi impulsnya berbanding langsung dengan

kuat rangsang. Fungsi reseptor ini dapat dikaitkan dengan pengindraan bagian

kulit yang dipindahkan. Reseptor ini juga meingindra lama perangsangan karena

sifatnya tidak beradaptasi.

3) Reseptor raba merupakan pengindra kecepatan atau merupakan reseptor akar

rambut. Bila rambut pada punggung tangan diraba akan timbul rasa raba hanya

kalo rambut itu bergerak. Intensitas rasa yang timbul oleh gerakan rambut tadi

berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut.

4) Reseptor getar merupakan pengindraan percepatan. Rangsangan berbentuk

gelombang siku yang kuatnya sama dan beberapa kali lebih kuat dari rangsangan

ambang. Sama-sama menghasilkan satu impuls saja dan reseptor ini sangat cepat

beradaptasi. Reseptor getar ini merupakan reseptor percepatan struktur reseptor

yang mempunyai sifat-sifat yangs esuai dengan badan pacini.

5) Reseptor Geli. Di indra melalui ujung saraf bebas merupakan ujung saraf

pengindra. Ambang rangsang hanya dapat mengetahui ada rangsang untuk

reseptor. Rangsangan mekanik ringan yang bergerak seperti gerakan serangga

kecil di kulit. Gatal ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah yang

Page 17: Asuhan Keperawatan Dermatitis

14

berulang pada serabut-serabut saraf kulit dengan rangsangan yang lemah yang

dihasilkan oleh suatu gerak pada kulit. Distribusi rasa gatal terjadi pada kulit,

mata, membran mukosa tertentu yang pada kulit intensitas gatalnya bisa

menimbulkan rasa nyeri dan rasa ini bisa terjadi secara berulang-ulang.

Rasa Suhu

Rasa suhu mempunyai submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor

dingin atau panas berfungsi mengindrai rasa dingin atau rasa panas dan refleks

pengaturan suhu tubuh. Reseptro ini dibantu oleh reseptor yang terdapat didalam

sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa

kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan

hantaran rasa panas. Dengan anstesi blok rasa dingin atau panas dapat di blok

sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan rasa panas dapat dipisah.

1) Rasa suhu kulit yang tetap (rasa suhu statik). Bila seorang berendam diair hangat

maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama kelamaan

rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kaualu ia keluar dari air dan masuk kembali

maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh

beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini

hanya terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan

dirasakan bila suhu berada diatas 30 derajat celcius dan rasa dingin dirasakan

pada suhu 17 derajat celcius.

2) Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa uhu dinamik) . pada pengindraan suhu kulit

yang berubah terdapat tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan

perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar terhadap rangsangan suhu. Pada

suhu kulit yang rendah , ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin

rendah. Bila suhu meningkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa

dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh tehadap timbulnya

rasa panas atau dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh

pada rasa timbulnya panas atau dingin.

3) Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka

terhadap rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu.

Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba

atau tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan rasa panas. Klulit wajah

Page 18: Asuhan Keperawatan Dermatitis

15

daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin

paling tinggi. Sifat reseptor suhu :

Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya

bergantung pada suhu kulit itu sendiri.

Pada penurunan atau peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi

impuls.

Tidak peka terhadap rangsangan lain.

Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap

rangsang suhu di kulit

Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen hanya mensarafi

satu atau beberapa titik rasa suhu saja.

Rasa Prosiosepsi

Berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam. Reseptor tidak

terdapat pada kulit tetapi dibagian yang lebih dalam yaitu dalam otot, tendo dan

sendi. Informasi propiosepsi dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom dorsal

masuk ke cerebelum. Sebagian berjalan ke laminikus medial dan talamus ke

korteks. Impuls berasal dari komparan otot, organ sensori didalam, dan sekitar

sendi. Neuron dalam korteks sensori berespons terhadap gerakan-gerakan tertentu.

Terdapat tiga submodlitas yaitu :

a. Rasa gatal menghindari posisi bagian-bagian tubuh didalam ruangan atau posisi

ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang berdekatan. Rasa in i sedikit

sekali bahkan mungkin tidak berdaptasi.

b. Rasa gerak mengindrai gerak pada setiap sendi. Beberapa besar perubahan sudut

dan kecepatan gerak pada sendi yang bergerak.

c. Rasa kekuatan atau tahanan yang dikerahakan dialami oleh gerak otot itu.

Reseptor untuk rasa propiosepsi ini adalah kumparan otot dan alat tendo goldi

yang terdapat dalam kapsul sendi.

Dalam kehidupan sehari-hari alat indra ini tidak bekerja sendiri-sendiri. Indra ini

bekerja secara terpadu dalam mengindrai suatu benda. Rasa raba, rasa suhu, dan rasa

prosiosepsi, semuanya berperan untuk berfungsinya alat-alat indra ini dengan baik

dan hanya diperlukan sistem saraf pusat.

Page 19: Asuhan Keperawatan Dermatitis

16

Rasa Nyeri

Rasa nyeri ditimbulkan oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini tertama

berfunsi untuk perlindungan, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang

terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas somatik dan nyeri visera.

Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. Zat

kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya asetil kolin,

serotonin, histamin yang juga menimbulkan rasa gatal).

Pada otot jangutng yang mengalami iskemia, nosiseptor akan terangsang

menimbulkan rasa nyeri yang disebut angina fektoris. Alat dalam yang

mengandung reseptor nyeri (misalnya : usus , ureter dan empedu). Reseptor nyeri

peka terhadap rangsangan yang kuat sehingga terjadi nyeri visera yang disebut

kolik.

1) Nyeri Proyeksi

Nyeri timbul bila rangsangan bukan pada reseptornya tetapi pada serat saraf

disalah satu tempat pada perjalanan sarafnya. Nyerinya bukan pada tempat

rangsangan tapi pada proyeksi perifer (ujung) serat saraf yang bersangkutan.

2) Nyeri Alih

Nyeri alih terjadi bila rangsang rasa nyeri alat dalam. Serat saraf yang

terangsanag dialat dalam dan serat saraf dari kulit satu segmen dengan alat

dalam – sama-sama bersinaps pada satu neuron yang sama menimbulkan eksitasi

(rangsangan) sehingga impuls diteruskan ke susunan saraf pusat (SSP). Oleh

SSP rasa nyeri yang timbul di interpretasikan datang dari kulit.

3) Hiperalgesia

Salah satu bentuk nyeri khusus yang dialami oleh penderita yang kulitnya

terkena rangsangan noniseftif. Misalnya , terik matahari dan luka bakar. Bagian

yang luka mengalami fasodilatasi dan rasa nyeri. Lama kelmaan bagian yang

nyeri akan menjadi lebih peka terhadap rangsangan mekanik. Kemungkinan rasa

nyeri ditimbulkan oleh zat kimia yang dilepas oleh jaringan yang rusak,

fasodilatasi dapat berlangsung sampai beberapa hari.

4) Hipalgesia

Page 20: Asuhan Keperawatan Dermatitis

17

Hipalgesia adalah menurunnya rasa nyeri atau analgesia karena kerusakan saraf

atau tindakan anlgesia dengan obat atau tusuk jarum. Hal ini biasanya disertai

dengan hilangnya modalitas rasa (anastesia).

5) Nyeri Kronis

Suatu perubahan pada sistem saraf pusat dalam pengolahan yang belu diketahui

penyebabnya. Salah satu organ tubuh yang diamputasi dapat mengalami rasa

nyeri yang diarasakan seperti berasal dari bagian tubuh yang telah dibuang. Rasa

nyeri ini sukar diobati dan timbul karena gangguan sentral yang prosesnya

belum dapat diterangkan.

6) Rasa Gatal

Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi

perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin

kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila

rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat

hilang. Bila pada jaras spinotalamik yang sedang dialami rasa gatal. Rasa nyeri

dengan rasa tertentu jika rasa gatal sama dengan rasa titik nyeri. Reseptor gatal

terletak pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih

dalam dari kulit

b) Sirkulasi Kulit

Jumlah panas yang hilang dari tubuh dalam batas-batas yang luas diatur oleh

perubahan jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Aliran darah akan

perangsangan persyarafan anastomosa yang berhubungan antara arteri dan fenolus.

Aliran darah akibat respon perangsangan dapat bervariasi sebab darah dapat dilangsir

melalui anastomosa. Kapiler subdermal dan pleksus vena dari reservoar darah yang

terpenting pada kulit tempat reaksi pembuluh darah.

c) Reaksi Putih

Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan menjadi

pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler

dan darah mengalir keluar dari kapiler , respons ini tampak kira-kira 15 detik.

d) Tripel Respons

Page 21: Asuhan Keperawatan Dermatitis

18

Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang rucning, sebagian reaksi

putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik

kemerahan disekitar luka disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons

langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan lokal disebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denervasi

karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.

e) Hiperemia Aktif

Heperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatu daerah yang

dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh

darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah

yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan

dipengaruhi oleh zat kimia.

C. Dermatitis

1. Definisi

Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang

menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga

akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk

sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan

menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil

dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan

Hepplewhite, 2005)

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon

terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan

keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang

mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,

terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal

pada kulit (Widhya, 2011).

Page 22: Asuhan Keperawatan Dermatitis

19

Kesimpulan dari pengertian diatas adalah dermatitis atau eksim adalah

peradangan pada kulit bai pada lapisan epidermis maupun dermis. Dermatitis

disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen, menimbulkan kelainan klinis pada

kulit seperti eritema, edema, papul, skauma, dengan rasa gatal pada kulit yang

mengalami peradangan tersebut.

2. Kelasifikasi Dermatitis

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi

dan gejala berbeda:

a) Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang

disebabkan oleh bahan/substansi yang

menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)

Dermatitis yang muncul dipicu

alergen (penyebab alergi) tertentu seperti

racun yang terdapat pada tanaman

merambat atau detergen. Indikasi dan

gejala antara kulit memerah dan gatal.

Jika memburuk, penderita akan

mengalami bentol-bentol yang

meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada

kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih

lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau

rumput.

b) Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis,

gatal, sirkumstrip, ditandai

dengan kulit tebal dan garis kulit

tampak lebih menonjol

(likenifikasi) menyerupai kulit

batang kayu, akibat garukan

Page 23: Asuhan Keperawatan Dermatitis

20

atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi

Djuanda,2005)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan

dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah

pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu

kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan

kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

c) Seborrheich Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin;

melepuhnya sisi-sisi dari hidung,

antara kedua alis, belakang telinga

serta dada bagian atas. Dermatitis

ini seringkali diakibatkan faktor

keturunan, muncul saat kondisi

mental dalam keadaan stres atau

orang yang menderita penyakit saraf

seperti Parkinson.

d) Statis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat

insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)

tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)

Yang muncul dengan adanya varises,

menyebabkan pergelangan kaki dan tulang

kering berubah warna menjadi memerah atau

coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul

ketika adanya akumulasi cairan di bawah

jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain

pada kaki juga menjadi penyebab.

e) Atopic Dermatitis

Page 24: Asuhan Keperawatan Dermatitis

21

Merupakan keadaan peradangan kulit

kronis dan resitif, disertai gatal yang

umumnya sering terjadi selama masa bayi

dan anak-anaka, sering berhubungan

dengan peningkatan kadar IgE dalam

serum dan riwayat atopi pada keluarga

atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau

asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami

ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)

Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-

pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya

muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota

keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah

atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

3. Etiologi

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia

(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme

(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis

atopik.(Adhi Djuanda,2005)

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat

menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab

berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan

eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita

mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.

Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah,

berisi cairan dan terasa panas saat disentuh.

4. Patofisiologi

Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang

disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan

merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan

Page 25: Asuhan Keperawatan Dermatitis

22

tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan

komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka

fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan

prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan

transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik

neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,

prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan

menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen

dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan

keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis

kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase

sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat

akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,

sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak

berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan

oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang

menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :

a. Fase Sensitisasi

Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi

sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang

disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama

18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh

sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein

karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak

pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR

(Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).

Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus

regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of

Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek

HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan

protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,

Page 26: Asuhan Keperawatan Dermatitis

23

misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut

terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen

(antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan

IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.

Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me

mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan

akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses

ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada

kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai

resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.

b. Fase elisitasi

Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen

yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen

dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk

mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1

dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular

adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta

sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk

melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.

Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula

yang akan tampak sebagai dermatitis.

Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme

yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel

Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2)

oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan

produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel

mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi

setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8

(+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T

terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.

Page 27: Asuhan Keperawatan Dermatitis

Gangguan rasa nyaman

Dermatitis

Faktor dari dalam (endogen)

Mikroorganisme (bakteri dan jamur)

Fisik ( sinar dan suhu)

Iritan primer

Mengiritasi kulit

Peradangan kulit (lesi)

Resiko infeksi Nyeri akut

Kerusakan integritas kulit

Dermatitis atopik

Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam

serum

Asma bronchial rhinitis dan alergik

Ketidak efektifan pola nafas

Faktor yang berhubungan:Genetik Lingkungan FarmakologikImunologik

Gangguan citra tubuh

Faktor dari luar (eksogen)

Dermatitis kontak (sabun , detergen, zat kimia)

Allergen sensitizen

Sel langerhans dan makrofag

Sel T

Sensitisasi sel T oleh saluran limfe

Reaksi hipersensitifitas IV

Kurang pengetahuan

24

5. Pathway Dermatitis

Page 28: Asuhan Keperawatan Dermatitis

25

6. Manifestasi klinik

Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau

pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas

kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau

beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang

longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi

biasanya terdiri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber

dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang

kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai

infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung

mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti

dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi

deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan

sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

7. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,

globulin

Urin : pemerikasaan histopatologi

Penunjang (pemeriksaan Histopatologi) Pemeriksaan ini tidak memberi

gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya dapat juga

terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada

dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau

bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi

perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut

dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis

kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan,

tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler,

Page 29: Asuhan Keperawatan Dermatitis

26

pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis

secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik

antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan ultra struktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti

dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak

sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran

sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans

menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa

antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya

di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah

bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai

gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler

awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil

menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.

8. Komplikasi

a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus

c. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi

d. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

9. Penataklaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan

menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan

tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.

a) Pencegahan

Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan

dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya

penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan

mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.

b) Pengobatan

1) Pengobatan topikal

Page 30: Asuhan Keperawatan Dermatitis

27

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan

dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering

berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif.

Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum

(pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila

kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di

dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus

ringan. Jenis-jenisnya adalah :

- Kortikosteroid

Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian

topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik.

Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin

disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian

steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel

Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga

menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T

dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam

proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat

diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara

pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan

penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup

dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya

efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.

- Radiasi ultraviolet

Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui

sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel

Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari

sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di

kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-

DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-

psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis.

Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,

Page 31: Asuhan Keperawatan Dermatitis

28

menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi

mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui

mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans

akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB

juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.

- Siklosporin A

Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas

kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek

minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di

epidermis atau dermis.

- Antibiotika dan antimikotika

Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E.

koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan

antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam

bentuk topikal.

- Imunosupresif

Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan

SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui

penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya

terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan

tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981

merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi.

Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-

propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-

valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan

adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan

penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.

2) Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga

pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya

adalah :

Page 32: Asuhan Keperawatan Dermatitis

29

- Antihistamin

Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada

yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi

ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat

pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.

- Kortikosteroid

Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau

intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih

mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam

waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada

penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama

pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia

hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit,

mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat

pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.

- Siklosporin

Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan

menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi

aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi

ICAM-1.

- Pentoksifilin

Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1

pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki

efek menghambat peradangan.

- FK 506 (Trakolimus)

Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat

sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel

mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.

- Ca++ antagonis

Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin

dan amilorid.

- Derivat vitamin D3

Page 33: Asuhan Keperawatan Dermatitis

30

Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r

yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah

kalsitriol.

- SDZ ASM 981

Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat

juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada

siklosporin

Page 34: Asuhan Keperawatan Dermatitis

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

A. Pengkajian

Pengakajian adalah tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Cara

mengumpulkan data dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien

maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

lainnya. Dari pengkajian ini perawat dapat menentukan masalah keperawatan yang

dialami oleh klien. Selanjutnya dapat dicari solusi/alternatif penyelesaian masalah

tersebut.

Tujuan pengkajian kulit pada klien dermatitis adalah untuk mengetahui kondisi

kulit. Oleh karena itu, perlu diuraikan keluhan umum dan riwayat ruam kulit yang

khas. Hal ini dilakukan untuk menegakan diagnosis. Pusatkan perhatian anda pada

sejumlah ciri fisik yang dapat membantu anda dalam memahami sifat dasar

penyakit tersebut.

Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui

perkembangan penyakit, karena pada beberapa kasus, terjadi ruam yang cepat.

Anamnesis/ wawancara yang dilakukan meliputi hal berikut:

1. Biodata

Tanyakan nama, umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi), jenis

kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit dermatitis dapat terjadi kerena

faktor pekerjaan (Alergi))

2. Keluhan utama

Alasan yang sering membawa klien penderita dermatitis adalah timbulnya

ruam, lesi, atau vesikel pada kulitnya dengan rasa gatal, panas, dan nyeri.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Dalam mengkaji riwayat kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan

untuk menanyakan keluhan klien.

P: Provocative/paliatif (pencetus)

- Apa penyebab rasa gatal?

- Apa yang memeperingan dan memperberat rasa gatal?

Q: Quality/quantity (Kualitas)

31

Page 35: Asuhan Keperawatan Dermatitis

32

- Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut? (seperti membakar, hilang timbul,

atau bercampur nyeri.

R: Region (lokasi)

- Rasa gatal itu terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sambai batas

mana?

T: Timing (waktu)

- Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau sewaktu

waktu? Bagaimana perubahan lesi tersebut sejak timbul pertama kali hingga

saat dikaji?

4. Riwayat kesehatan dahulu

Untuk informasi mengenai riwayat kesehatan dahulu klien, dapat diajukan

pertanyaan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya pernah

mengalami penyakit kulit yang sama, penyakit pencernaan atau pernapasan, riwayat

alergi yang dimiliki, dan lain-lain

5. Riwayat kesehatan keluarga

Dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang menderita gangguan

kulit yang sama dengan klien, kapan gangguan tersebut mulai terjadi, dan adakah

keluarga yang mempunyai riwayat alergi (pada obat, makanan, maupun zat kimia

lainnya)

6. Riwayat pengobatan atau terpaparnya zat

Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi sebelum pergi ke

rumah sakit, atau pernahkah klien terpapar zat kimia. Apakah klien mengubah

kebiasaannya? Seperti memakai sabun mandi baru, sabun cuci baru. Kosmetik baru,

atau bahkan minyak wangi baru karena hal ini dapat menyebabkan dermatitis apa

bila produk baru tersebut tidak cocok dengan keadaan kulit klien.

7. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari

Pola istirahat dan tidur yang buruk dapat menyebabkan kulit kusam dan kering.

Lingkungan kerja klienpun harus dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak

dengan bahan-bahan iritan. Di samping itu, perlu juga dikaji bagaimana gaya hidup

klien, olahraga atau rekreasi, serta bagaimana pola kesehatan diri klien.

8. Riwayat psikososial

Page 36: Asuhan Keperawatan Dermatitis

33

Stress yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan. Dengan adanya

masalah kulit yang timbul seperti ruam, vesikel, dan lesi dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan konsep diri. Perawat perlu menjalin hubungan yang harmonis

agar klien percaya kepada klien. Bila telah terjalin rasa saling percaya, maka

perawat dapat mengajukan pertanyaan yang mendalam. Misalnya, dengan adanya

masalah kulit seperti dermatitis ini apakah mempengaruhi pandangan klien

terhadap tubuhnya? Apakah mempengaruhi peran klien dalam masyarakat? Dan

bagaimana perasaan klien/keluarga dengan adanya gangguan kulit tersebut.

9. Pemeriksaan Kulit

Teknik pemeriksaan fisik kulit dapat dilakukan dengan metode inspeksi dan

palpasi. Kulit harus dikaji secara keseluruhan. Biasanya dermatitis terjadi pada

daerah-daerah tertentu seperti tangan, kaki, punggung, wajah, leher, lipatan paha,

ketiah dan lain-lain, hal ini menandakan bahwa daerah yang mengalami peradangan

mepunyai keistimewaan daerah kulit tersebut.

Inspeksi : Lakukan pemeriksaan secara sepintas, perhatikan bagian kulit yang

mengalami peradangan, biasanya terdapat ruam, vasikel, dan kemerahan. Perawat

perlu memahami mengenai ruam primer atau sekunder.

Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, bentuk macula, papula,

plak, nodula, vesikula, bula, pustule, urtika, dan tumor.

Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion,

ekskoriasio, dan parut.

Palpasi : Biasanya daerah kulit yang mengalami radang akan terasa lebih hangat

daripada kulit yang tidak terdapat peradangan, turgor kulit buruk karena biasanya

klien mengalami dehidrasi, tekstur kulit teraba kasar karena terdapat vesikel yang

menggembung yang berisi ait, dan apabila di pegang klien akan meringis kesakitan.

Page 37: Asuhan Keperawatan Dermatitis

34

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada klien dermatitis adalah:

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi

Diagnosa ini ditegakkan menjadi prioritas karena jika tidak ditangani, akan

memperluas kerusakan jaringan kulit klien yang akan mengakibatkan

perubahan pada turgor kulit, perubahan status cairan klien.

2. Risiko Ketidakefektifan pola napas, jalan napas terganggu akibat spasme otot-

otot pernapasan, kerusakan neurologis.

Diagnosa ini ditegakan menjadi prioritas kedua dan masih dikatakan resiko

karena hal ini tidak terjadi pada semua jenis penyakit dermatitis, namun

semua penyakit dermatitis memiliki risiko terjadinya spasme otot yang

menyebabkan pola nafas tidak efektif. Berbeda dengan dermatitis

jenisatopik, diagnose ini akan menjadi prioritas utama.

3. Gangguan rasa naman : nyeri (gatal) berhubungan dengan Agen injuri atau

allergen.

Alasan diagnosa ini di tegakkan ketiga karena bila tidak ditangani bisa

berpengaruh pada pola istirahat tidur klien, perubahan kognitif verbal dan

perubahan nafsu makan pada klien hal ini akan memperburuk proses

penyembuhan penyakit dermatitis tersebut.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan

diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan.

Alasan diagnose ini ditegakan ke empat karena klien yang mengalami

masalah seperti ini akan menarik diri, merasa malu, tidak berterus terang,

dan stress terhadap penyakitnya, hal ini tentu saja akan berpengaruh bagi

kondisi kesehatannya dan motivasi untuk sembuh menjadi berkurang.

5. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi,bercak-bercak merah

Alasan risiko infeksi ditegakan karena lesi, vasikel, atau ruam tersebut

beresiko menimbulkan resiko infeksi yang lebih parah dan menyebabkan

komplikasi. Kulit yang rusak akibat dermatitis apabila kurang mendaptkan

perawatan dan digaruk akan menimbulkan infeksi pada kulit tersebut.

6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya

informasi

Page 38: Asuhan Keperawatan Dermatitis

35

Kurang pengetahuan kami ambil karena biasanya klien jarang mengetahui

atau kurang peduli mengenai penyebab terjadi dermatitis tersebut. Serta

keluarga atau klien kurang mengetahui cara pencegahan dan penanganan

yang baik apabila terjadi dermatitis.

Page 39: Asuhan Keperawatan Dermatitis

36

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi

1.

2.

Kerusakan integritas kulit

Definisi : perubahan atau gangguan

epidermis dan dermis

Batasan karakterisrik:

1. Kerusakan lapisan kulit (dermis)

2. Gangguan permukaan kulit

(epidermis)

3. Invasi struktur tubuh

Risiko ketidakefektifan pola nafas,

jalan nafas

Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang

Tujuan : memperbaiki jaringan kulit dan

membrane mukosa

Kriteria hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,

pigmentasi)

2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukan pemahaman dalam proses

perbaikan kulit dan mencegah terjadinya

cedera berulang.

5. Mampu melindungi kulit dan

mempertahankan kelembapan kulit dan

perawatan alami

Tujuan : Pola napas efektif

Kriteria hasil :

1. Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis

Menejemen kenyamanan

Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar

Hindari kerutan pada tempat tidur

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

Monitor kulit akan kemerahan

Oleskan lotion gatal

Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Observasi tanda-tanda hopoventilasi

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor kualitas dari nadi

Page 40: Asuhan Keperawatan Dermatitis

37

tidak memberi ventilasi.

Batasan karakteristik :

1. Perubahan kedalaman pernafasan

2. Perubahan ekskursi dada

3. Dispneu

4. Pernapasan cuping hidung

5. Pernafasan bibir

6. Takipneu

7. Penggunaan otot aksesorius untuk

bernafas

dan dyspneu (mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien

tidak merasa tercekik, irama nafas,

frekuensi pernafasan dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas abnormal.

3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi, pernafasan)

Monitor frekuensi dan irama pernapasan

Monitor suara paru dan pola pernapasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

Buka jalan nafas

Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi

Auskultasi suara napas, catat adanya suara

tambahan/abnormal

Atur peralatan oksigenasi

Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi

3Gangguan rasa nyaman : Nyeri

Definisi : merasa kurang senang lega,

dan sempurna dalam dimensi fisik,

psikospiritual, lingkungan dan sosial

Nyeri :

Nyeri adalah suatu sensori yang

tidak menyenngkan dari satu

pengalaman emosional yang

disertai kerusakan jaringan secara

Tujuan : Klien merasa nyaman

Kriteria hasil :

1. Klien mampu melakukan manajemen nyeri,

rasa gatal, dan panas

2. Status kenyamanan meningkat

3. Kualitas tidur dan istirahat adekuat

Gunakan pendekatan yang menyanangkan

Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi

dan distraksi

Jaga kebersihan kulit klien

Oleskan baby oil atau lotion anti gatal agar

berkurang dan kelembapan kulit terjaga

Berikan lingkungan yang tenang dan bersih agar

klien dapat beristirahat dan tidur

Page 41: Asuhan Keperawatan Dermatitis

38

actual/potensial.

Batasan Karakteristik :

1. Gejala terkait penyakit

2. Melaporkan perasaan yang tidak

nyaman

3. Melaporkan rasa gatal dan nyeri

4. Melaporkan rasa panas dan

terbakar

5. Gelisah dan terlihat meringis

6. Gangguan pola tidur

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

untuk mengurangi rasa nyeri

4Gangguan citra tubuh

Definisi : konfusi dalam gambaran

mental tentang diri – fisik individu

Batasan karakteristik :

1. Perilaku mengenali tubuh individu

2. Perilaku menghindari tubuh

individu

3. Respon nonverbal terhadap

Tujuan : Klien merasa nyaman

Kriteria hasil :

1. Klien mampu melakukan manajemen

nyeri, rasa gatal, dan panas

2. Status kenyamanan meningkat

3. Kualitas tidur dan istirahat adekuat

Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien

terhadap tubuhnya

Monitor frekuensi mengkritik dirinya

Jelaskan pengobatan, kemajuan, dan prognosis

penyakit

Dorong klien mengungkapkan perasaannya

Dorong klien untuk dapat bersosialisasi dengan

individu dan lingkungannya

Page 42: Asuhan Keperawatan Dermatitis

39

perubahan aktual pada tubuh

4. Perubahan dalam keterlibatan

sosial

5. Secara sengaja menyembunyikan

bagian tubuh

6. Ketakutan terhadap reaksi orang

lain

5.Risiko infeksi

Definisi : peningkatan resiko terserang

organisme patogenetik

Faktor risiko :

1. Pertahanan tubuh primer yang

tidak adekuat (misalnya, integritas

kulit tidak utuh, jaringan yang

mengalami trauma)

Tujuan : Tidak terjadi komplikasi

Kriteria hasil klien dapat :

1. Tetap bebas dari infeksi

2. Hasil pengukuran tanda vital dalam batas

normal.

- RR :16-20 x/menit

- N : 70-82 x/menit

- T : 37,5 C

- TD : 120/85 mmHg

3. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)

4.  Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal Leuksosit darah : 5000-10.000/mm3

Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam

melakukan tindakan pada pasien

Ukur tanda vital tiap 4-6 jam

Observasi adanya tanda-tanda infeksi

Batasi jumlah pengunjung

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

TKTP

Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan

bantuan pada klien

Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat

antibiotik

Page 43: Asuhan Keperawatan Dermatitis

40

5. Mengungkapakn tindakan perawatan kulit

yang meingktakan kebersihan dan

mencegah kerusakan.

6. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi

untuk dilaporkan.

7. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan

kulit ( mis : penggantian balutan, mandi ).

6. Kurang pengetahuan

Definisi : Suatu keadaan dimana

seorang individu atau kelompok

mengalami defisiensi pengetahuan

kognitif atau keterampilan-

keterampilan psikomotor berkenaan

dengan kondisi atau rencana

pengobatan.

Batasan karakteristik :

1. memverbalisasikan adanya masalah,

ketidakakuratan mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai.

Tujuan

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan

Teaching : disease Process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan

pasien tentang proses penyakit yang spesifik

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana

hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit

Identifikasi kemungkinan penyebab

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan

pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Ajarkan klien cara memekai obat topical dengan baik

Page 44: Asuhan Keperawatan Dermatitis

41

2. Mengekspresikan suatu

ketidakakuratan persepsi status

kesehatan.

3. Melakukan dengan tidak tepat

perilaku kesehatan yang dianjurkan

atau yang diinginkan.

lainnya dan benar

Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,

Page 45: Asuhan Keperawatan Dermatitis

42

D. Evaluasi

Evalusi dilakukan untuk menilai keefektifan atau keberhasilan rencana

keperawatan yang telah diimplementasikan kepada klien. Evaluasi klien dilihat dari

tujuan pencapaian serta criteria hasil yang telah dibuat di rencana asuhan keperawatan.

1. DX 1 : Integritas kulit dan membrane mukosa membaik

- Integritas kulit dan membrane mukosa klien membaik

- Tidak ada lesi, tidak ada rasa nyeri, tidak ada ruam, turgor kulit < 3 detik

- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cedera berulang.

- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan

perawatan alami

2. DX 2: Pola Nafas efektif

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah 120/85mmHg, nadi

60-100x/menit, pernafasan 16-20x/menit)

- Tidak ada cuping hidung, tidak ada penggunaan otot bantu

3. DX 3:. Rasa nyaman terpenuhi

- Tidak adanya rasa nyeri, gatal, panas

- Kualitas tidur dan istirahat adekuat

4. DX 4: Klien menerima perubahan tubuh yang dialaminya dan kepercayaan diri

klien meningkat.

- Menunjukan rasa percaya diri dan mampu menerima keadaan atau perubahan

tubuhnya

- Menunjukan hubungan sosial yang baik dengan lingkungan

5. DX 5: tidak terjadi atau terdapat tanda-tanda infeksi

- Menunjukan tidak adanya tanda tanda infeksi S:37,70C. leukosit 5000-

10.000 mm3

- Melakukan mandi dan pembersihan kulitnya serta tidak mengaruk.

7. DX 6: pengetahuan klien bertambah

Menjelaskan pengertian mengenai penyakitnya

Mengetahui prognosis penyakit tersebut

Menjelaskan cara mengatasi atau menghindari penyakit tersebut kambuh

atau terulang kembali

Page 46: Asuhan Keperawatan Dermatitis

43

Mengetahui cara memakai obat topical yang baik dan benar

Page 47: Asuhan Keperawatan Dermatitis

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang

mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,

terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal

pada kulit (Widhya, 2011).Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-

masing memiliki indikasi dan gejala berbeda. Penyebab dermatitis dapat berasal

dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, dan

semen), bahan fisik (contoh: sinar dan suhu), mikro-organisme (bakteri seperti

staphylococcus aureus koagulase-positif dan jamur); dapat pula dari dalam

(endogen), misalnya dermatitis atopik.

Asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis dapat dilakukan dengan

proses pendekatan asuhan keperawatan, dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Pengkajian

keperawatan pada kulit merupakan hal yang terpenting untuk mengetahui jenis

dermatitis yang diderita. Pengkajian berfokus pada kulit dan diagnose keperawatan

yang pertamakali muncul adalah kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan

kekeringan pada kulit. Intervensi dapat dilakukan dengan dengan menggunakan

teknik Menejemen kenyamanan seperti: anjurkan klien untuk menggunakan

pakaian longgar, hindari kerutan pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering, monitor kulit akan kemerahan, oleskan lotion gatal, dan

memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. Evaluasi dapat dilakukan dengan

cara menilai respon klien terhadap intervensi yang telah dilakukan.

44

Page 48: Asuhan Keperawatan Dermatitis

DAFTAR PUSTAKA

Barakbah, Jusuf. dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, Surabaya: Airlangga

University Press.

Dwi Raharyani, Loetfia. 2006. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien Gangguan

Sistem Integumen, Jakarta: EGC.

NANDA, 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Huda Nurharif, Amin, Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC, Yogyakarta: Media

action Publishing.

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner Suddarth/Brunner

Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.).

ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC.

Kowalak, dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa: dr. Andry Hartono. Jakarta:

EGC.

45