asuhan keperawatan dermatitis
DESCRIPTION
Asuhan keperawatan pada klien dermatitisTRANSCRIPT
KONSEP PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DERMATITIS
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III yang diampu oleh:
Nieniek Ritianingsih, M. Kep. Sp. MB
Camalia S Sahat, M. Kep. Sp. MB
Farial Nurhayati, M. Kep.
Susmadi, M. Kep
Ida Farida, M. Kes.
Disusun oleh:
Farisa Noviyanti (P173203130)
Maulida Nur Ayami (P17320313001)
Rosalina (P17320313058)
Siti Nurobianti (P17320313005)
II-A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PRRODI KEPERAWATAN BOGOR
2015
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta petunjuk-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Integumen Akibat Proses :
Dermatitis” .
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penyusun
2. Bapak Susmadi M.Kep sebagai ketua Program Studi Keperawatan Bogor
Politeknik Kesehatan Bandung
3. Ibu Nieniek Ritianingsih, M.Kep. S.MB sebagai penanggungjawab mata
kuliah KMB III
4. Ibu Farial Nurhayati, M.Kep sebagai pembimbing mata kuliah KMB III
5. Rekan-rekan sejawat Poltekkes Kemenkes Bandung Prodi Keperawatan
Bogor
Penyusun tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa
kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan
yang tidak disadari oleh penyusun, maka dari itu penyusun mohon maaf apabila
terdapat kesalahan.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Bogor, Maret 2015
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
A. Anatom Sistem Integumen.............................................................3
1. Kulit............................................................................................3
2. Bagian Kulit................................................................................6
B. Fisiologi Sistem Integumen............................................................8
1. Fungsi Kulit................................................................................8
2. Fisiologi Indra Peraba...............................................................10
C. Dermatitis.....................................................................................17
1. Definisi.....................................................................................17
2. Kelasifikasi Dermatitis.............................................................17
3. Etiologi.....................................................................................19
4. Patofisiologi..............................................................................20
5. Pathway Dermatitis...................................................................23
6. Manifestasi klinik.....................................................................24
7. Pemeriksaan penunjang............................................................24
8. Komplikasi................................................................................25
9. Penataklaksanaan......................................................................25
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS........................30
A. Pengkajian....................................................................................30
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................33
C. Rencana Keperawatan..................................................................34
D. Evaluasi........................................................................................40
BAB IV PENUTUP...............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh
manusia, yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh,
luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat,
diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. Apabila kulit kita
mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari sistem kerja lapisan
kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek.
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan.
Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena
kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi.
Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-
bahan kimia, sering kali dermatitis terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung
dengan perhiasan logam biasanya emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak
dan kuningan. Apabila mengalami kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk
berkonsultasi pada dokter, apakah yang terjadi pada kulit teridentifikasi
dermatitis.
Jika teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus ketehui adalah
penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan menghindari penyebab dari iritasi
dan alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan.
Sebab menggaruk tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan
memperparah rasa ketidaknyamanan. Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit
lebih rentan terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya. Biasanya rasa gatal
timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan pelembab untuk
mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga akan membantu
mengurangi rasa gatal.
Asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis dapat dilakukan dengan
proses pendekatan asuhan keperawatan. Pengkajian keperawatan pada kulit
merupakan hal yang terpenting untuk mengetahui jenis dermatitis yang diderita.
2
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
tentang penyakit dermatitis dan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode pendekatan proses asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatom Sistem Integumen
1. Kulit
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat
dan kelenjar mukosa. Lapisan kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis.
a) Epidermis
Epidermis adalah jaringan kulit paling atas terdiri dari stratum korneum, stratum
lusidium, stratum granulosum, stratum spinosum/stratum akantosum,
stratumstratum basal/germinativum.
Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel (inti selnya sudah
mati) dan mengandung zat kretin.
4
Stratum lusidium, sel berbentuk pipih, banyak sel yang kehilangan intin, dan
butir-butir sel menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat
pada telapak tangan dan kaki. Dalam lapisan terlihat seuatu pita bening, batas –
batas sel sudah tidak begitu terlihat.
Stratum granulosum, terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Dalam sel-sel
tersebut terdapat 3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma
terd2apat butir – butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam
pembentukan keratin.
Stratum spinosum/stratum
akantosum, lapisan ini merupakan
lapisan yang paling tebal dan
dapat mencapai 0,2 mm terdiri
dari 5-8 lapisan. Sel-selnya
disebut spinosum karena jika kita
lihat di bawah mikroskop sel-
selnya terdiri dari sel yang
bentuknya polygonal (banyak
sudut) dan mempunyai tanduk
(spina) disebut akantosum karena
sel-selnya berduri. Spina atau
tanduk tersebut adalah hubungan antara sel yang lain disebut intercellular bridges
atau jembatan interseluler.
Stratum basal/germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel diatasnya dan merupakan
sel-sel induk. Bentuknya silindris dengan inti yang lonjong didalamnya terdapat
butir-butir halus yang disebut butir melanin warna. Sel-sel basalis dengan membren
basalis merupakan batas terbawah dari epidermis dengan dermis.
b) Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Dermis terdiri dari dua lapisan :
lapisan bagian atas pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis
(stratum retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian
5
bawahnya sampai ke subkutis. Pars papilaris dan pars retikularis terdiri dari
jaringan ikat longgar yan tersusun dari serabut-serabut : serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut retikulus.
Serabut ini saling beranyaman dan masing-masing mempunyai tugas yang
berbeda untuk memberikan kekuatan kepada kulit, serabut elastis, memberikan
kelenturan pada kulit, dana retikulus, terdapat terutama di sekitar kelenjar dan
folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alai tersebut.
c) Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan
ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak ke pinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan
lemak ini disebut penipulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap
tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama (berlainan).
Guna penikulus adiposus adalah sebagai shock breaker atau pegas bila tekanan
trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh.
Di bawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
d) Pembuluh Darah dan Syaraf
Pembuluh Darah
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu : a)
anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, anyaman ini terdapat antara stratum
papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap-tiap
papilla kori , b) anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman
ini terdapat antara korium dan subkutis. Anyaman ini memberikan cabang-cabang
pembuluh nadi kea lat-alat tambahan yang terdapat di korium.
Dalam hal ini percabgangan juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang
terdapat pada lapisan subkutis. Cabang-cabang ini kemudian akan menjadi
pembuluh darah balik/vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman
pembuluh darah balik yang ke dalam. Peredaran darah dalam kulit adalah penting
sekali. Oleh karena diperkirakan ½ dari darah yang beredar melalui kulit.
Disamping itu, pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit atau melebar
6
oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri dan emosi,
penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflex.
Persyarafan kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf
spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan
saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan
sel-sel otot yang terdapat pada sulit. Sedangkan saraf sensorik
berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau
kulit. Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membentuk
bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan. Ujung-
ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri
banyak terdapat di epidermis. Di sini ujung-ujung sarafnya
mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu
organ.
2. Bagian Kulit
a) Rambut
Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut
di dalam epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis
sebelah atas, dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh.
Akar berada di dalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian
sebelah luar disebutbatang rambut. Pada folikel rambut terdapat
otot polos kecil sebagai penegak rambut.
Rambut terdiri dari :
a. Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot.
b. Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis.
c. Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh.
d. Rambut seksual di pubis dan aksila (ketiak).
Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit,
banyak sedikitnya lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin.
7
Banyak sedikitnya melanin dipengaruhi oleh rasa atau suku
bangsa, hormone, dan pengaruh sinar ultraviolet dan inframerah.
b) Kuku
Kuku adalah sel epidermis kulit-kulit yang telah berubah,
tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit.
Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yang
banyak. Bagian proksinal terletakdalam lipatan kulit merupakan
awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit
dengan kuat terikat dalam palung kulit dan bagian atasmerupakan
bagian yang bebas. Bagian dari kuku terdiri dari ujung kuku atas
ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar, dan
akar kuku (radiks).
c) Kelenjar Kulit
Kelenjar kulit mempunyai lobules yang bergulung-gulung
dengan saluran keluar lurus merupakan jalan untuk mengeluarkan
berbagai zat dari badan (kelenjar keringat). Kulit mempunyai daya
regenerasi yang besar. Setelah kulit terluka, sel-sel dalam dermis
melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami
regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan
ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut. Pada
mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah
kapiler akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang
terlihat melalui epitel.
Manifestasi ketuaan kulit meliputi kulit tampak lebih tipis
karena perubahan dalam komposisi kimia zat dasar jaringan ikat.
Karena kekurangan cairan dan hilangnya elastisitas pada serat-
serat elastic dermis dan subkutis akibat lipatan kulit yang
ditimbulkan dengan menarik jaringan di bawahnya, lambat laun
menghilang dan akan timbul bintik pigmentasi yang tidak
beraturan.
Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada
saluran folikel rambut untuk melumasi rambut dan kulit yang
8
berdekatan. Kelenjar kantongnya dalam kulit, bentuknya seperti
botol dan bermuara dalam folikel rambut. Paling banyak terdapat
pada kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga tidak
terdapat pada telapak kaki dan telapat tangan. Ada dua kelenjar
yang terdapat pada kulit yaitu kelenjar keringat yang
menghasilkan kelenjar sudorivera dan kelenjar yang menghasilkan
kelenjar sebasea. Kelenjar terdiri dari badan kelenjar, saluran
kelenjar, dan muara kelenjar.
Kelenjar keringat adalah alat utama untuk mengendalikan suhu
tubuh, berkurang pada waktu iklim dingin dan meningkat pada
waktu suhu panas. Sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah
pengendalian saraf simpatis. Keringat berisi air dan sedikit garam
yang dikeluarkan melalui difusi secara sederhana, ± 500 cc/hari.
Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu:
1. Kelenjar ekrin yang berbentuk kecil, terdapat di bagian dangkal
dermis dengan sekret yang encer. Kelenjar ini lagsung bermuara
dipermukaan kulit, terbanyak terdapat di bagian dahi, tangan,
kaki, dan aksila.
2. Kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan
sekretnya lebih kental. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf
adrenergic, terdapat di aksila, aerola mamae, pubis, labia minora,
dan saluran telinga luar (FKUI,2001)
B. Fisiologi Sistem Integumen
1. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fugsi yang sangat penting
selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
a. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap
gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan,
tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi
(lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi,
9
sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri
dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan
kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan
dalam melindungi kulit terhadap sinar mataharidengan
mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat
stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit
yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan
keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara Ph 5-6,5. Ini
merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel
kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
b. Fungsi absorbsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap larutan
dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguapkan lebih
mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan
kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembapan, dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah di antara sel, menembus sel-sel epidermis, atau
melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel
epidermis.
c. Fugsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil
meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat
pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh
yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih
rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial
kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit
menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar
10
keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh) dan vasokontriksi (pembuluh darah mengerut, kulit
menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan
panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).Kulit melakukan peran ini
dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan
pembuluh darah kulit. Tonus vascular dipengaruhi oleh saraf
simpatis (asetilkolin).
d. Funsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang
tidak berguna lagi atau zat sisa metabolism dalam tubuh
berupa NaCl, urea, asam urat, dan ammonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini
menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
kering.
e. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik
di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas
diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papilla
dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh
epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik.
f. Fungsi pembentukan pigmen sel, pembentuk pigmen
(melanosit) terletak pada lapisan basal. Melanosit membentuk
warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan
Cara pelepasan panas dari kulit
1. Penguapan dengan banyaknya darah mengalir melalui
kapiler kulit
2. Pancaran panas dari udara sekitarnya
3. Panas dialirkan ke benda yang disentuh seperti pakaian
4. Pengaliran udara panas
11
bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari
memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa
oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh
pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb
dan karoten.
g. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel basal yang
mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berpindah
ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke
atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Semakin lama intinya menghilangdan keratinosit
ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus
menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan
degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira
14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis-fisiologik.
h. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses
tersebut.
2. Fisiologi Indra Peraba
Rasa sentuhan disebkan rangsangan pada ujung saraf yang di
kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang. Panas,
dingin, dan sakit ditimbukan karena tekanan yang dalam dan rasa
yang berat dari suatu benda misalnya mengenai otot dan tulang.
Pancaindra peraba terdapat pada kulit. Di samping itu juga
sebagai pelepas panas yang ada pada tubuh. Kulit menutupi dan
berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga
dan lubang-lubang. Kulit mempunyai banyak ujung-ujung saraf
12
peraba yang menerima rangsangan dari luar dan diteruskan ke
pusat saraf di otak.
Fungsi kulit
1. Melindungi tubuh terhadap luka, mekanis, kimia, dan termis
karena epitelnya dengan bantuan sekret kelenjar
memberiperlindungan terhadap kulit
2. Perlindungan terhadap patogen
3. Mempertahankan suhu tubuh dengan pertolongan sirkulasi
darah
4. Mengatur keseimbangan cairan melalui sirkulasi kelenjar
5. Alat indra melalui persarafan sensorik dan tekanan
temperatur dan nyeri
6. Sebagai alat rangsangan rasa yang datang dari luar yang di
bawa oleh saraf sensorik dan motorik ke otak
Sensasi kulit terdiri dari rasa, raba, tekanan, panas, dingin dan rasa sakit.
Reseptor-reseptor tersebar luas pada lapisan epitel dan jaringan ikat tubuh manusia.
Reseptor masing-masing berbeda-beda, yang terbanyak adalah reseptor rasa sakit,
kemudian sensasi raba, dingin dan panas. Reseptor yang terletak pada jaringan ikat
sangat banyak terletak pada kulit dibawah lapisan mukosa di sekitar sendi, pleura,
endokardium, peritonium dan lain-lain.
Rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit
berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, sakit) semua
perasaan ini berlainan. Didalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu yaitu tempat
perabaan yang sensitif terhadap dindin dan sakit.
a) Modalitas Rasa Kulit
Rasa mekanik, suhu tubuh, dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain.
Reseptornya tergabung dalam satu atau dua organ tertentu. Masing-masing reseptor
modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir di seluruh
bagian tubuh. Serat eferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar
13
pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf pusat. Dengan demikian modalitas rasa
ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.
Rasa Mekanik
Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa
raba, rasa getar dan rasa geli yang berbeda dis etiap bagian tubuh tertentu. Dengan
menggunakan aestosiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka terhadap
rangsang.
1) Ambang diskriminasi spasial (ADS) merupakan kemampuan sesorang
membedakan dua titik yang berdekatan sebagai dua titik yang terpisah yaitu
ambang diskriminasi spasial suksesif dan ambang diskriminasi spasial simultan.
ADS suksesif lebih kecil dibandingkan dengan ADS simultan. Hal ini
disebabkan karena ADS suksesif yang dihantarkan oleh saraf yang sama
sedangkan ADS simultan dihantarkan oleh dua saraf yang hubungannya dengan
korteks sensori melalui serat yang berbeda.
2) Reseptor rasa tekan merupakan reseptor yang beradaptasi lambat/tidak
beradaptasi sama sekali dan frekuensi impulsnya berbanding langsung dengan
kuat rangsang. Fungsi reseptor ini dapat dikaitkan dengan pengindraan bagian
kulit yang dipindahkan. Reseptor ini juga meingindra lama perangsangan karena
sifatnya tidak beradaptasi.
3) Reseptor raba merupakan pengindra kecepatan atau merupakan reseptor akar
rambut. Bila rambut pada punggung tangan diraba akan timbul rasa raba hanya
kalo rambut itu bergerak. Intensitas rasa yang timbul oleh gerakan rambut tadi
berbanding langsung dengan kecepatan gerak rambut.
4) Reseptor getar merupakan pengindraan percepatan. Rangsangan berbentuk
gelombang siku yang kuatnya sama dan beberapa kali lebih kuat dari rangsangan
ambang. Sama-sama menghasilkan satu impuls saja dan reseptor ini sangat cepat
beradaptasi. Reseptor getar ini merupakan reseptor percepatan struktur reseptor
yang mempunyai sifat-sifat yangs esuai dengan badan pacini.
5) Reseptor Geli. Di indra melalui ujung saraf bebas merupakan ujung saraf
pengindra. Ambang rangsang hanya dapat mengetahui ada rangsang untuk
reseptor. Rangsangan mekanik ringan yang bergerak seperti gerakan serangga
kecil di kulit. Gatal ditimbulkan oleh rangsangan frekuensi rendah yang
14
berulang pada serabut-serabut saraf kulit dengan rangsangan yang lemah yang
dihasilkan oleh suatu gerak pada kulit. Distribusi rasa gatal terjadi pada kulit,
mata, membran mukosa tertentu yang pada kulit intensitas gatalnya bisa
menimbulkan rasa nyeri dan rasa ini bisa terjadi secara berulang-ulang.
Rasa Suhu
Rasa suhu mempunyai submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor
dingin atau panas berfungsi mengindrai rasa dingin atau rasa panas dan refleks
pengaturan suhu tubuh. Reseptro ini dibantu oleh reseptor yang terdapat didalam
sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa
kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan
hantaran rasa panas. Dengan anstesi blok rasa dingin atau panas dapat di blok
sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan rasa panas dapat dipisah.
1) Rasa suhu kulit yang tetap (rasa suhu statik). Bila seorang berendam diair hangat
maka mula-mula rasa hangat akan dialami oleh orang tersebut. Lama kelamaan
rasa hangat tidak lagi dirasakan dan kaualu ia keluar dari air dan masuk kembali
maka ia akan merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh
beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh ini
hanya terjadi pada suhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap akan
dirasakan bila suhu berada diatas 30 derajat celcius dan rasa dingin dirasakan
pada suhu 17 derajat celcius.
2) Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa uhu dinamik) . pada pengindraan suhu kulit
yang berubah terdapat tiga parameter tertentu. Suhu awal kulit, kecepatan
perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar terhadap rangsangan suhu. Pada
suhu kulit yang rendah , ambang rasa hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin
rendah. Bila suhu meningkat ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa
dingin meningkat. Kecepatan perubahan suhu berpengaruh tehadap timbulnya
rasa panas atau dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh
pada rasa timbulnya panas atau dingin.
3) Titik rasa dingin dan panas. Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka
terhadap rangsangan dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu.
Kepadatan titik-titik rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba
atau tekan. Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan rasa panas. Klulit wajah
15
daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan titik-titik rasa dingin
paling tinggi. Sifat reseptor suhu :
Selalu mengeluarkan impuls pada suhu kulit yang konstan frekuensinya
bergantung pada suhu kulit itu sendiri.
Pada penurunan atau peningkatan suhu akan terjadi perubahan frekuensi
impuls.
Tidak peka terhadap rangsangan lain.
Ambang rangsang sesuai dengan kepekaan rasa suhu manusia terhadap
rangsang suhu di kulit
Mempunyai daerah reseptif yang sempit, setiap serat eferen hanya mensarafi
satu atau beberapa titik rasa suhu saja.
Rasa Prosiosepsi
Berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam. Reseptor tidak
terdapat pada kulit tetapi dibagian yang lebih dalam yaitu dalam otot, tendo dan
sendi. Informasi propiosepsi dihantarkan ke medula spinalis melalui kolom dorsal
masuk ke cerebelum. Sebagian berjalan ke laminikus medial dan talamus ke
korteks. Impuls berasal dari komparan otot, organ sensori didalam, dan sekitar
sendi. Neuron dalam korteks sensori berespons terhadap gerakan-gerakan tertentu.
Terdapat tiga submodlitas yaitu :
a. Rasa gatal menghindari posisi bagian-bagian tubuh didalam ruangan atau posisi
ruas sendi tubuh yang satu dengan ruas sendi yang berdekatan. Rasa in i sedikit
sekali bahkan mungkin tidak berdaptasi.
b. Rasa gerak mengindrai gerak pada setiap sendi. Beberapa besar perubahan sudut
dan kecepatan gerak pada sendi yang bergerak.
c. Rasa kekuatan atau tahanan yang dikerahakan dialami oleh gerak otot itu.
Reseptor untuk rasa propiosepsi ini adalah kumparan otot dan alat tendo goldi
yang terdapat dalam kapsul sendi.
Dalam kehidupan sehari-hari alat indra ini tidak bekerja sendiri-sendiri. Indra ini
bekerja secara terpadu dalam mengindrai suatu benda. Rasa raba, rasa suhu, dan rasa
prosiosepsi, semuanya berperan untuk berfungsinya alat-alat indra ini dengan baik
dan hanya diperlukan sistem saraf pusat.
16
Rasa Nyeri
Rasa nyeri ditimbulkan oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini tertama
berfunsi untuk perlindungan, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang
terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas somatik dan nyeri visera.
Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. Zat
kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya asetil kolin,
serotonin, histamin yang juga menimbulkan rasa gatal).
Pada otot jangutng yang mengalami iskemia, nosiseptor akan terangsang
menimbulkan rasa nyeri yang disebut angina fektoris. Alat dalam yang
mengandung reseptor nyeri (misalnya : usus , ureter dan empedu). Reseptor nyeri
peka terhadap rangsangan yang kuat sehingga terjadi nyeri visera yang disebut
kolik.
1) Nyeri Proyeksi
Nyeri timbul bila rangsangan bukan pada reseptornya tetapi pada serat saraf
disalah satu tempat pada perjalanan sarafnya. Nyerinya bukan pada tempat
rangsangan tapi pada proyeksi perifer (ujung) serat saraf yang bersangkutan.
2) Nyeri Alih
Nyeri alih terjadi bila rangsang rasa nyeri alat dalam. Serat saraf yang
terangsanag dialat dalam dan serat saraf dari kulit satu segmen dengan alat
dalam – sama-sama bersinaps pada satu neuron yang sama menimbulkan eksitasi
(rangsangan) sehingga impuls diteruskan ke susunan saraf pusat (SSP). Oleh
SSP rasa nyeri yang timbul di interpretasikan datang dari kulit.
3) Hiperalgesia
Salah satu bentuk nyeri khusus yang dialami oleh penderita yang kulitnya
terkena rangsangan noniseftif. Misalnya , terik matahari dan luka bakar. Bagian
yang luka mengalami fasodilatasi dan rasa nyeri. Lama kelmaan bagian yang
nyeri akan menjadi lebih peka terhadap rangsangan mekanik. Kemungkinan rasa
nyeri ditimbulkan oleh zat kimia yang dilepas oleh jaringan yang rusak,
fasodilatasi dapat berlangsung sampai beberapa hari.
4) Hipalgesia
17
Hipalgesia adalah menurunnya rasa nyeri atau analgesia karena kerusakan saraf
atau tindakan anlgesia dengan obat atau tusuk jarum. Hal ini biasanya disertai
dengan hilangnya modalitas rasa (anastesia).
5) Nyeri Kronis
Suatu perubahan pada sistem saraf pusat dalam pengolahan yang belu diketahui
penyebabnya. Salah satu organ tubuh yang diamputasi dapat mengalami rasa
nyeri yang diarasakan seperti berasal dari bagian tubuh yang telah dibuang. Rasa
nyeri ini sukar diobati dan timbul karena gangguan sentral yang prosesnya
belum dapat diterangkan.
6) Rasa Gatal
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi
perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin
kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila
rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat
hilang. Bila pada jaras spinotalamik yang sedang dialami rasa gatal. Rasa nyeri
dengan rasa tertentu jika rasa gatal sama dengan rasa titik nyeri. Reseptor gatal
terletak pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih
dalam dari kulit
b) Sirkulasi Kulit
Jumlah panas yang hilang dari tubuh dalam batas-batas yang luas diatur oleh
perubahan jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Aliran darah akan
perangsangan persyarafan anastomosa yang berhubungan antara arteri dan fenolus.
Aliran darah akibat respon perangsangan dapat bervariasi sebab darah dapat dilangsir
melalui anastomosa. Kapiler subdermal dan pleksus vena dari reservoar darah yang
terpenting pada kulit tempat reaksi pembuluh darah.
c) Reaksi Putih
Bila ujung suatu objek ditekan perlahan-lahan pada kulit, garis tekanan menjadi
pucat (reaksi putih). Rangsangan mekanik menimbulkan konstriksi sfingter kapiler
dan darah mengalir keluar dari kapiler , respons ini tampak kira-kira 15 detik.
d) Tripel Respons
18
Bila kulit ditekan lebih keras lagi dengan alat yang rucning, sebagian reaksi
putih terdapat kemerahan. Pada tempat tersebut diikuti pembengkakan, bintik
kemerahan disekitar luka disebabkan dilatasi kapiler merupakan suatu respons
langsung dari kapiler terhadap tekanan. Pembengkakan lokal disebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan venolus. Kemerahan karena dilatasi arteriola dan denervasi
karena hambatan saraf menimbulkan rasa nyeri.
e) Hiperemia Aktif
Heperemia aktif yaitu kelainan jumlah darah dalam suatu daerah yang
dihidupkan kembali setelah periode penyumbatan atau tekanan. Respons pembuluh
darah yang terjadi pada organ dalam kulit darah mengalir dalam pembuluh darah
yang melebar membuat kulit menjadi sangat merah karena efek lokal hipoksia dan
dipengaruhi oleh zat kimia.
C. Dermatitis
1. Definisi
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga
akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk
sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan
menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil
dari Bahasa Yunani yang berarti 'mendidih atau mengalir keluar (Mitchell dan
Hepplewhite, 2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan
keluhan gatal) (Adhi Juanda,2005).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).
19
Kesimpulan dari pengertian diatas adalah dermatitis atau eksim adalah
peradangan pada kulit bai pada lapisan epidermis maupun dermis. Dermatitis
disebabkan oleh faktor eksogen atau endogen, menimbulkan kelainan klinis pada
kulit seperti eritema, edema, papul, skauma, dengan rasa gatal pada kulit yang
mengalami peradangan tersebut.
2. Kelasifikasi Dermatitis
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala berbeda:
a) Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu
alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada tanaman
merambat atau detergen. Indikasi dan
gejala antara kulit memerah dan gatal.
Jika memburuk, penderita akan
mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada
kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih
lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau
rumput.
b) Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis,
gatal, sirkumstrip, ditandai
dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol
(likenifikasi) menyerupai kulit
batang kayu, akibat garukan
20
atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi
Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan
dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu
kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c) Seborrheich Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin;
melepuhnya sisi-sisi dari hidung,
antara kedua alis, belakang telinga
serta dada bagian atas. Dermatitis
ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi
mental dalam keadaan stres atau
orang yang menderita penyakit saraf
seperti Parkinson.
d) Statis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat
insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)
tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau
coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul
ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain
pada kaki juga menjadi penyebab.
e) Atopic Dermatitis
21
Merupakan keadaan peradangan kulit
kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi
dan anak-anaka, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga
atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau
asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-
pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota
keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah
atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
3. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita
mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.
Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah,
berisi cairan dan terasa panas saat disentuh.
4. Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
22
tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen
dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak
berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan
oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang
disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama
18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh
sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein
karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak
pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR
(Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus
regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan
protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
23
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut
terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen
(antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan
IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.
Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me
mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan
akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses
ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada
kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai
resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen
yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen
dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk
mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1
dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular
adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta
sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk
melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula
yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme
yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel
Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2)
oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan
produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel
mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi
setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8
(+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T
terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
Gangguan rasa nyaman
Dermatitis
Faktor dari dalam (endogen)
Mikroorganisme (bakteri dan jamur)
Fisik ( sinar dan suhu)
Iritan primer
Mengiritasi kulit
Peradangan kulit (lesi)
Resiko infeksi Nyeri akut
Kerusakan integritas kulit
Dermatitis atopik
Berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum
Asma bronchial rhinitis dan alergik
Ketidak efektifan pola nafas
Faktor yang berhubungan:Genetik Lingkungan FarmakologikImunologik
Gangguan citra tubuh
Faktor dari luar (eksogen)
Dermatitis kontak (sabun , detergen, zat kimia)
Allergen sensitizen
Sel langerhans dan makrofag
Sel T
Sensitisasi sel T oleh saluran limfe
Reaksi hipersensitifitas IV
Kurang pengetahuan
24
5. Pathway Dermatitis
25
6. Manifestasi klinik
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
7. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
Urin : pemerikasaan histopatologi
Penunjang (pemeriksaan Histopatologi) Pemeriksaan ini tidak memberi
gambaran khas untuk diagnostik karena gambaran histopatologiknya dapat juga
terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada
dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terbentuknya vesikel atau
bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan infiltrasi
perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut
dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis
kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan,
tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler,
26
pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis
secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik
antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultra struktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen, seperti
dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak
sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran
sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans
menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa
antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya
di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah
bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai
gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler
awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil
menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
8. Komplikasi
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
c. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
d. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
9. Penataklaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan
menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan
tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
a) Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan
dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.
b) Pengobatan
1) Pengobatan topikal
27
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan
dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering
berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif.
Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum
(pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila
kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di
dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus
ringan. Jenis-jenisnya adalah :
- Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik.
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin
disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian
steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel
Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam
proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat
diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan
penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup
dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
- Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui
sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel
Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari
sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan ultraviolet di
kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-
DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-
psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis.
Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
28
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi
mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui
mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans
akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB
juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
- Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek
minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di
epidermis atau dermis.
- Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E.
koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan
antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam
bentuk topikal.
- Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan
SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui
penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya
terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan
tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981
merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi.
Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-
propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-
valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan
penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
2) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga
pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya
adalah :
29
- Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada
yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi
ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat
pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
- Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau
intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih
mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam
waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada
penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia
hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit,
mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat
pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
- Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan
menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi
aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi
ICAM-1.
- Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1
pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki
efek menghambat peradangan.
- FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat
sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel
mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
- Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin
dan amilorid.
- Derivat vitamin D3
30
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r
yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah
kalsitriol.
- SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat
juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada
siklosporin
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS
A. Pengkajian
Pengakajian adalah tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Cara
mengumpulkan data dapat melalui anamnesis atau wawancara (terhadap klien
maupun keluarga), observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Dari pengkajian ini perawat dapat menentukan masalah keperawatan yang
dialami oleh klien. Selanjutnya dapat dicari solusi/alternatif penyelesaian masalah
tersebut.
Tujuan pengkajian kulit pada klien dermatitis adalah untuk mengetahui kondisi
kulit. Oleh karena itu, perlu diuraikan keluhan umum dan riwayat ruam kulit yang
khas. Hal ini dilakukan untuk menegakan diagnosis. Pusatkan perhatian anda pada
sejumlah ciri fisik yang dapat membantu anda dalam memahami sifat dasar
penyakit tersebut.
Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui
perkembangan penyakit, karena pada beberapa kasus, terjadi ruam yang cepat.
Anamnesis/ wawancara yang dilakukan meliputi hal berikut:
1. Biodata
Tanyakan nama, umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi), jenis
kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit dermatitis dapat terjadi kerena
faktor pekerjaan (Alergi))
2. Keluhan utama
Alasan yang sering membawa klien penderita dermatitis adalah timbulnya
ruam, lesi, atau vesikel pada kulitnya dengan rasa gatal, panas, dan nyeri.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji riwayat kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan
untuk menanyakan keluhan klien.
P: Provocative/paliatif (pencetus)
- Apa penyebab rasa gatal?
- Apa yang memeperingan dan memperberat rasa gatal?
Q: Quality/quantity (Kualitas)
31
32
- Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut? (seperti membakar, hilang timbul,
atau bercampur nyeri.
R: Region (lokasi)
- Rasa gatal itu terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sambai batas
mana?
T: Timing (waktu)
- Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau sewaktu
waktu? Bagaimana perubahan lesi tersebut sejak timbul pertama kali hingga
saat dikaji?
4. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk informasi mengenai riwayat kesehatan dahulu klien, dapat diajukan
pertanyaan tentang masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya pernah
mengalami penyakit kulit yang sama, penyakit pencernaan atau pernapasan, riwayat
alergi yang dimiliki, dan lain-lain
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang menderita gangguan
kulit yang sama dengan klien, kapan gangguan tersebut mulai terjadi, dan adakah
keluarga yang mempunyai riwayat alergi (pada obat, makanan, maupun zat kimia
lainnya)
6. Riwayat pengobatan atau terpaparnya zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi sebelum pergi ke
rumah sakit, atau pernahkah klien terpapar zat kimia. Apakah klien mengubah
kebiasaannya? Seperti memakai sabun mandi baru, sabun cuci baru. Kosmetik baru,
atau bahkan minyak wangi baru karena hal ini dapat menyebabkan dermatitis apa
bila produk baru tersebut tidak cocok dengan keadaan kulit klien.
7. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur yang buruk dapat menyebabkan kulit kusam dan kering.
Lingkungan kerja klienpun harus dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak
dengan bahan-bahan iritan. Di samping itu, perlu juga dikaji bagaimana gaya hidup
klien, olahraga atau rekreasi, serta bagaimana pola kesehatan diri klien.
8. Riwayat psikososial
33
Stress yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan. Dengan adanya
masalah kulit yang timbul seperti ruam, vesikel, dan lesi dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan konsep diri. Perawat perlu menjalin hubungan yang harmonis
agar klien percaya kepada klien. Bila telah terjalin rasa saling percaya, maka
perawat dapat mengajukan pertanyaan yang mendalam. Misalnya, dengan adanya
masalah kulit seperti dermatitis ini apakah mempengaruhi pandangan klien
terhadap tubuhnya? Apakah mempengaruhi peran klien dalam masyarakat? Dan
bagaimana perasaan klien/keluarga dengan adanya gangguan kulit tersebut.
9. Pemeriksaan Kulit
Teknik pemeriksaan fisik kulit dapat dilakukan dengan metode inspeksi dan
palpasi. Kulit harus dikaji secara keseluruhan. Biasanya dermatitis terjadi pada
daerah-daerah tertentu seperti tangan, kaki, punggung, wajah, leher, lipatan paha,
ketiah dan lain-lain, hal ini menandakan bahwa daerah yang mengalami peradangan
mepunyai keistimewaan daerah kulit tersebut.
Inspeksi : Lakukan pemeriksaan secara sepintas, perhatikan bagian kulit yang
mengalami peradangan, biasanya terdapat ruam, vasikel, dan kemerahan. Perawat
perlu memahami mengenai ruam primer atau sekunder.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, bentuk macula, papula,
plak, nodula, vesikula, bula, pustule, urtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion,
ekskoriasio, dan parut.
Palpasi : Biasanya daerah kulit yang mengalami radang akan terasa lebih hangat
daripada kulit yang tidak terdapat peradangan, turgor kulit buruk karena biasanya
klien mengalami dehidrasi, tekstur kulit teraba kasar karena terdapat vesikel yang
menggembung yang berisi ait, dan apabila di pegang klien akan meringis kesakitan.
34
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada klien dermatitis adalah:
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi inflamasi
Diagnosa ini ditegakkan menjadi prioritas karena jika tidak ditangani, akan
memperluas kerusakan jaringan kulit klien yang akan mengakibatkan
perubahan pada turgor kulit, perubahan status cairan klien.
2. Risiko Ketidakefektifan pola napas, jalan napas terganggu akibat spasme otot-
otot pernapasan, kerusakan neurologis.
Diagnosa ini ditegakan menjadi prioritas kedua dan masih dikatakan resiko
karena hal ini tidak terjadi pada semua jenis penyakit dermatitis, namun
semua penyakit dermatitis memiliki risiko terjadinya spasme otot yang
menyebabkan pola nafas tidak efektif. Berbeda dengan dermatitis
jenisatopik, diagnose ini akan menjadi prioritas utama.
3. Gangguan rasa naman : nyeri (gatal) berhubungan dengan Agen injuri atau
allergen.
Alasan diagnosa ini di tegakkan ketiga karena bila tidak ditangani bisa
berpengaruh pada pola istirahat tidur klien, perubahan kognitif verbal dan
perubahan nafsu makan pada klien hal ini akan memperburuk proses
penyembuhan penyakit dermatitis tersebut.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadap penampakan
diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan.
Alasan diagnose ini ditegakan ke empat karena klien yang mengalami
masalah seperti ini akan menarik diri, merasa malu, tidak berterus terang,
dan stress terhadap penyakitnya, hal ini tentu saja akan berpengaruh bagi
kondisi kesehatannya dan motivasi untuk sembuh menjadi berkurang.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan lesi,bercak-bercak merah
Alasan risiko infeksi ditegakan karena lesi, vasikel, atau ruam tersebut
beresiko menimbulkan resiko infeksi yang lebih parah dan menyebabkan
komplikasi. Kulit yang rusak akibat dermatitis apabila kurang mendaptkan
perawatan dan digaruk akan menimbulkan infeksi pada kulit tersebut.
6. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya
informasi
35
Kurang pengetahuan kami ambil karena biasanya klien jarang mengetahui
atau kurang peduli mengenai penyebab terjadi dermatitis tersebut. Serta
keluarga atau klien kurang mengetahui cara pencegahan dan penanganan
yang baik apabila terjadi dermatitis.
36
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi
1.
2.
Kerusakan integritas kulit
Definisi : perubahan atau gangguan
epidermis dan dermis
Batasan karakterisrik:
1. Kerusakan lapisan kulit (dermis)
2. Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
3. Invasi struktur tubuh
Risiko ketidakefektifan pola nafas,
jalan nafas
Definisi : inspirasi atau ekspirasi yang
Tujuan : memperbaiki jaringan kulit dan
membrane mukosa
Kriteria hasil :
1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami
Tujuan : Pola napas efektif
Kriteria hasil :
1. Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
Menejemen kenyamanan
Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Monitor kulit akan kemerahan
Oleskan lotion gatal
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Observasi tanda-tanda hopoventilasi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor kualitas dari nadi
37
tidak memberi ventilasi.
Batasan karakteristik :
1. Perubahan kedalaman pernafasan
2. Perubahan ekskursi dada
3. Dispneu
4. Pernapasan cuping hidung
5. Pernafasan bibir
6. Takipneu
7. Penggunaan otot aksesorius untuk
bernafas
dan dyspneu (mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal.
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan)
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru dan pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Buka jalan nafas
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan/abnormal
Atur peralatan oksigenasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
3Gangguan rasa nyaman : Nyeri
Definisi : merasa kurang senang lega,
dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
Nyeri :
Nyeri adalah suatu sensori yang
tidak menyenngkan dari satu
pengalaman emosional yang
disertai kerusakan jaringan secara
Tujuan : Klien merasa nyaman
Kriteria hasil :
1. Klien mampu melakukan manajemen nyeri,
rasa gatal, dan panas
2. Status kenyamanan meningkat
3. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
Gunakan pendekatan yang menyanangkan
Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian
Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
dan distraksi
Jaga kebersihan kulit klien
Oleskan baby oil atau lotion anti gatal agar
berkurang dan kelembapan kulit terjaga
Berikan lingkungan yang tenang dan bersih agar
klien dapat beristirahat dan tidur
38
actual/potensial.
Batasan Karakteristik :
1. Gejala terkait penyakit
2. Melaporkan perasaan yang tidak
nyaman
3. Melaporkan rasa gatal dan nyeri
4. Melaporkan rasa panas dan
terbakar
5. Gelisah dan terlihat meringis
6. Gangguan pola tidur
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
untuk mengurangi rasa nyeri
4Gangguan citra tubuh
Definisi : konfusi dalam gambaran
mental tentang diri – fisik individu
Batasan karakteristik :
1. Perilaku mengenali tubuh individu
2. Perilaku menghindari tubuh
individu
3. Respon nonverbal terhadap
Tujuan : Klien merasa nyaman
Kriteria hasil :
1. Klien mampu melakukan manajemen
nyeri, rasa gatal, dan panas
2. Status kenyamanan meningkat
3. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien
terhadap tubuhnya
Monitor frekuensi mengkritik dirinya
Jelaskan pengobatan, kemajuan, dan prognosis
penyakit
Dorong klien mengungkapkan perasaannya
Dorong klien untuk dapat bersosialisasi dengan
individu dan lingkungannya
39
perubahan aktual pada tubuh
4. Perubahan dalam keterlibatan
sosial
5. Secara sengaja menyembunyikan
bagian tubuh
6. Ketakutan terhadap reaksi orang
lain
5.Risiko infeksi
Definisi : peningkatan resiko terserang
organisme patogenetik
Faktor risiko :
1. Pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat (misalnya, integritas
kulit tidak utuh, jaringan yang
mengalami trauma)
Tujuan : Tidak terjadi komplikasi
Kriteria hasil klien dapat :
1. Tetap bebas dari infeksi
2. Hasil pengukuran tanda vital dalam batas
normal.
- RR :16-20 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- T : 37,5 C
- TD : 120/85 mmHg
3. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
4. Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal Leuksosit darah : 5000-10.000/mm3
Lakukan teknik aseptic dan antiseptic dalam
melakukan tindakan pada pasien
Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
Observasi adanya tanda-tanda infeksi
Batasi jumlah pengunjung
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
TKTP
Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan
bantuan pada klien
Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat
antibiotik
40
5. Mengungkapakn tindakan perawatan kulit
yang meingktakan kebersihan dan
mencegah kerusakan.
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
untuk dilaporkan.
7. Berpartisipasi dalam tindakan perawatan
kulit ( mis : penggantian balutan, mandi ).
6. Kurang pengetahuan
Definisi : Suatu keadaan dimana
seorang individu atau kelompok
mengalami defisiensi pengetahuan
kognitif atau keterampilan-
keterampilan psikomotor berkenaan
dengan kondisi atau rencana
pengobatan.
Batasan karakteristik :
1. memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Tujuan
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
Teaching : disease Process
Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit
Identifikasi kemungkinan penyebab
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Ajarkan klien cara memekai obat topical dengan baik
41
2. Mengekspresikan suatu
ketidakakuratan persepsi status
kesehatan.
3. Melakukan dengan tidak tepat
perilaku kesehatan yang dianjurkan
atau yang diinginkan.
lainnya dan benar
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan,
42
D. Evaluasi
Evalusi dilakukan untuk menilai keefektifan atau keberhasilan rencana
keperawatan yang telah diimplementasikan kepada klien. Evaluasi klien dilihat dari
tujuan pencapaian serta criteria hasil yang telah dibuat di rencana asuhan keperawatan.
1. DX 1 : Integritas kulit dan membrane mukosa membaik
- Integritas kulit dan membrane mukosa klien membaik
- Tidak ada lesi, tidak ada rasa nyeri, tidak ada ruam, turgor kulit < 3 detik
- Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan
perawatan alami
2. DX 2: Pola Nafas efektif
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah 120/85mmHg, nadi
60-100x/menit, pernafasan 16-20x/menit)
- Tidak ada cuping hidung, tidak ada penggunaan otot bantu
3. DX 3:. Rasa nyaman terpenuhi
- Tidak adanya rasa nyeri, gatal, panas
- Kualitas tidur dan istirahat adekuat
4. DX 4: Klien menerima perubahan tubuh yang dialaminya dan kepercayaan diri
klien meningkat.
- Menunjukan rasa percaya diri dan mampu menerima keadaan atau perubahan
tubuhnya
- Menunjukan hubungan sosial yang baik dengan lingkungan
5. DX 5: tidak terjadi atau terdapat tanda-tanda infeksi
- Menunjukan tidak adanya tanda tanda infeksi S:37,70C. leukosit 5000-
10.000 mm3
- Melakukan mandi dan pembersihan kulitnya serta tidak mengaruk.
7. DX 6: pengetahuan klien bertambah
Menjelaskan pengertian mengenai penyakitnya
Mengetahui prognosis penyakit tersebut
Menjelaskan cara mengatasi atau menghindari penyakit tersebut kambuh
atau terulang kembali
43
Mengetahui cara memakai obat topical yang baik dan benar
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala berbeda. Penyebab dermatitis dapat berasal
dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, dan
semen), bahan fisik (contoh: sinar dan suhu), mikro-organisme (bakteri seperti
staphylococcus aureus koagulase-positif dan jamur); dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopik.
Asuhan keperawatan pada klien dengan dermatitis dapat dilakukan dengan
proses pendekatan asuhan keperawatan, dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Pengkajian
keperawatan pada kulit merupakan hal yang terpenting untuk mengetahui jenis
dermatitis yang diderita. Pengkajian berfokus pada kulit dan diagnose keperawatan
yang pertamakali muncul adalah kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
kekeringan pada kulit. Intervensi dapat dilakukan dengan dengan menggunakan
teknik Menejemen kenyamanan seperti: anjurkan klien untuk menggunakan
pakaian longgar, hindari kerutan pada tempat tidur, jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering, monitor kulit akan kemerahan, oleskan lotion gatal, dan
memandikan pasien dengan sabun dan air hangat. Evaluasi dapat dilakukan dengan
cara menilai respon klien terhadap intervensi yang telah dilakukan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Barakbah, Jusuf. dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, Surabaya: Airlangga
University Press.
Dwi Raharyani, Loetfia. 2006. Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen, Jakarta: EGC.
NANDA, 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Huda Nurharif, Amin, Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC, Yogyakarta: Media
action Publishing.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner Suddarth/Brunner
Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.).
ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC.
Kowalak, dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa: dr. Andry Hartono. Jakarta:
EGC.
45