asuhan keperawatan anak dhf dan thypoid

46
MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DAN THYPOID” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak II. Dosen Pembimbing Nurul Aini, M.Kep. Disusun Oleh : Kelompok 17 Deshy Lia S. (09060035) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: zhezhe

Post on 31-Jul-2015

599 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II

“ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF) DAN THYPOID”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak II.

Dosen Pembimbing Nurul Aini, M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 17

Deshy Lia S. (09060035)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

Page 2: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam,atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini penulis buat dengan tujuan

memenuhi tugas Keperawatan Anak II.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Nurul Aini,M.Kep dan tim selaku dosen pembimbing mata kuliah.

2.Teman – teman dan berbagai pihak yang telah membantu terselasaikannya makalah ini.

Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini , para pembaca dapat memahami dan

mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat di aplikasikan untuk

mengembangkan kompetensi dalam bidang keperawatan. Penulis juga menyadari sepenuhnya

bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu penulis membuka diri

menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

Page 3: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Masalah

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengertian Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.2 Etiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.3 Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.4 Tanda dan Gejala Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.5 Diagnosa Banding Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.6 Pemeriksaan penunjang Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.7 Komplikasi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.8 Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.9 Pencegahan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.10 Dampak Hospitalisasi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

2.11 Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid

Page 4: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika,

Amerika latin, Karibia, dan Oceania, termasuk Indonesia penyakit yang masih tergolong

endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyakit infeksi

yang ditularkan melalui makanan dan minuman ini, disebabkan oleh kuman S. typhi.

Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per

tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian.

Di Indonesia kasus demam tifoid telah tercantum dalam Undang-undang nomor 6

Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang

mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.

Di Indonesia insidens penyakit tersebut tergolong masih tinggi. Penyakit tersebut diduga

erat hubungannya dengan hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan

yang jelek (misalnya penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah

dan kotoran manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan

minuman yang belum sempurna), serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau oleh

sebagian besar masyarakat.

Di Indonesia, prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun.

Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi proses tumbuh kembang,produktivitas

kerja, prestasi kerja atau belajar, karena bila penderita terkena npenyakit ini setidaknya

akan mengurangi jam kerja antara 4-6 minggu, terlebih bila disertai dengan komplikasi

intestinal (perdarahan intestinal, perforasi usus) atau komplikasi ekstra intestinal

(komplikasi hematologik, hepatitis tifosa, pankreatitis tifosa, miokarditis, tifoid toksik).

Tata laksana pada demam tifoid yang masih sering digunakan adalah istirahat, perawatan,

diet, terapi penunjang, serta pemberian antibiotik.

1.2 Rumusan Masalah.

Page 5: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

1.2.1 Pengertian Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.2 Bagaimana Etiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.4 Apa saja Tanda dan Gejala Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.5 Apa saja Diagnosa Banding Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.7 Apa saja Komplikasi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.8 Bagaimana Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.9 Bagaiman Pencegahan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.10 Apa Dampak Hospitalisasi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.2.11 Bagaimana Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid ?

1.3 Tujuan Masalah.

1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.2 Untuk Mengetahui Etiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.3 Untuk Mengetahui Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.4 Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.5 Untuk Mengetahui Diagnosa Banding Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.6 Untuk Mengetahui Pemeriksaan penunjang Dengue Haemoragic Fever dan

Thypoid.

1.3.7 Untuk Mengetahui Komplikasi Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.8 Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.9 Untuk Mengetahui Pencegahan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

1.3.10 Untuk Mengetahui Dampak Hospitalisasi Dengue Haemoragic Fever dan

Thypoid.

1.3.11 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever dan Thypoid.

Page 6: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

2.1.1 Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF).

1. DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh

penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie

Effendy, 1995)

2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan

masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)

(Seoparman, 1990).

3. DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa

nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat

menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

2.1.2 Pengertian Typhoid.

1. Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

2. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman

salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini

adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).

Page 7: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

3. Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga

paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis

(.Seoparman, 1996).

4. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat

difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

5. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit

kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari

limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

6. Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala

sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.

Penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid

adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A.

B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

2.2 ETIOLOGI.

2.2.1 Etiologi Dengue Haemoragic Fever.

Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4

serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia

ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun

1953 – 1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap

inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Keempat

serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan

serotif yang paling banyak. Dengue merupakan serotype yang paling banyak

beredar.

Page 8: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

2.2.2 Etiologi Typhoid.

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh

demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi

antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono,

dan dkk. 2001)

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A,

S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997). Ada dua sumber

penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan

carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus

mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

2.3 PATOFISIOLOGI.

2.3.1 Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever.

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma

ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam

tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik

merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin

terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali)

dan pembesaran limpa (Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler

mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,

dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya

kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk

patokan pemberian cairan intravena.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan

ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga

peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang

diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah

trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian

cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah

terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan

Page 9: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat

mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan

atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik

asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan

hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,

trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan

tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran

pencernaan dan jaringan adrenal.

2.3.2 Patofisiologi Thypoid.

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.Masa inkubasi

demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)

bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita

tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke

makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak

sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang

sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi)

yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang

dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus

(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella

thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,

dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan oleh orang yang sehat.

Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci

tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang

yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian

kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus

halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini

kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke

Page 10: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk

limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh

endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses

inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan

endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada

jaringan yang meradang.

2.4 TANDA DAN GEJALA.

2.4.1 Tanda dan Gejala Dengue Haemoragic Fever.

DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi

menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet ,

trombositopenia dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat la.

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah

rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-

tanda dini renjatan).

4. Derajat IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat

diukur.

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa

inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari. Gejala klinik timbul secara

mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang

muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah

supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot

perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi,

fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal.

Page 11: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6

– 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang

berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula besar

yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak

petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke

seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat

menghilang, bekas bekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan

menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat

menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan mulai

pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis,

epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah

menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah,

ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil

dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang.

Ada pendapat juga yang mengatakan :

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.

2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,

hematoma.

4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

6. Sakit kepala.

7. Pembengkakan sekitar mata.

8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah

menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah).

2.4.2 Tanda dan Gejala Thypoid.

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari.

a. Minggu I

Page 12: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.

Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan

mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang

khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,

penurunan kesadaran.

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi

dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak

lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih,

terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu

pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya

seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu

badan yang meningkat.

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa

demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa

disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak

kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih

kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001).

Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan

gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi

bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

Gambaran klinik tifus abdominalis

a. Keluhan:

Nyeri kepala (frontal) .

Kurang enak di perut.

Nyeri tulang, persendian, dan Otot

Berak-berak

Muntah

b. Gejala:

Demam 

Page 13: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Nyeri tekan perut 

Bronkitis 

Toksik 

Letargik 

Lidah tifus (“kotor”) 

(Sjamsuhidayat,1998)

2.5 DIAGNOSA BANDING.

2.5.1 Diagnosa Banding Dengue Hemmoragic Fever.

Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

1. Demam Chikunguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas

400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

2. Demam Tyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif,

adanya leukopenia, limfositosis relatif.

3. Anemia Aplastik.

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut,

demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan

pansitopenia.

4. Purpura Trombositopenia Idiopati (ITP).

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang,

tidak terjadi hemokonsentrasi.

2.5.1 Diagnosis Banding Thypoid.

1. Demam Berdarah.

Demam terus menerus 2-7 hari, disertai tanda perdarahan seperti: petekie

(bintik merah pada kulit), epistaksis (mimisan), atau berak darah (melena).

Hasil pemeriksaan laboratorium: jumlah trombosit menurun

(trombositopenia), kadar hematokrit meningkat (hemokonsentrasi), hasil tes

serologis positif antigen virus dengue.

2. Demam Chikungunya.

Page 14: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Demam dirasakan 3-5 hari, dengan keluhan nyeri otot, sakit kepala seperti rasa

tegang, Dengan pemeriksaan serologis (tes darah) akan diketahui antigen

penyebabnya dari strain golongan virus chikungunya.

3. Demam Influenza.

Biasanya diawali keluhan pilek, batuk, demam 1-2 hari, sakit kepala, dan

gangguan saluran pernafasan lainnya seperti sesak nafas, hidung tersumbat,

sakit menelan. Dari hasil pemeriksaan darah hanya ada sedikit peningkatan

jumlah leukosit (sel darah putih), kriteris darah lengkap lainnya umumnya

dalam batas normal.

4. Demam Malaria.

Perasaan demam dialami 2-7 hari berturut-turut, disertai keluhan nyeri kepala,

otot-otot, seluruh badan, menggigil dan berkeringat dingin. Pemeriksaan darah

lengkap khususnya tes darah tepi menunjukkan hasil positif terhadap salah

satu parasit plasmodium yang menginfeksi.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG.

2.6.1 Pemeriksaan Penunjang Pada Dengue Haemoragic Fever.

a. Laboratorium.

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang

dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih

dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen. Pada pasien dengan 2

atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi

tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik

terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena

berkurangnyam limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.

a. Darah

Trombosit menurun.

HB meningkat lebih 20 %

HT meningkat lebih 20 %

Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

Page 15: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Protein darah rendah

Ureum PH bisa meningkat

NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

c. Rontgen thorax : Efusi pleura.

d. Uji test tourniket (+)

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang Pada Thypoid.

Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan

laboratorium, yang terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit.

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada

sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang

terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh

karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam

typhoid.

b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT.

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah.

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium.

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan

yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada

saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

Page 16: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.

Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau.

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.

d. Pengobatan Dengan Obat Anti Mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan

hasil biakan mungkin negatif.

d. Uji Widal.

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).

Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien

dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen

yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita

typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin

yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

typhoid.

Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :

Page 17: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

a. Faktor yang berhubungan dengan klien :

1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan

antibodi.

2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru

dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan

mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

3. Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat

menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan

antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma

lanjut.

4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan

obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

5. Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat

tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi

karena supresi sistem retikuloendotelial.

6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi

dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat

meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan

sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-

lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H

pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai

diagnostik.

7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella

sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal

yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer

aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi

dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang

pernah tertular salmonella di masa lalu.

b. Faktor-faktor Teknis.

1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat

mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi

Page 18: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi

aglutinasi pada spesies yang lain.

2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan

mempengaruhi hasil uji widal.

Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada

penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi

antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi

dari strain lain.

2.7 KOMPLIKASI.

2.7.1 Komplikasi Dengue Haemoragic Fever.

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

2.7.2 Komplikasi Thypoid.

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,

bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000).Perforasi usus

terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid.

Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya

didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut

jantung. Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali

sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis,

endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes

normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita

hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)

Komplikasi Thypoid antara lain terdiri dari :

A. Komplikasi intestinal.

1. Perdarahan usus

2. Perporasi usus.

3. Ilius paralitik.

Page 19: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

B. Komplikasi extra intestinal

1. Komplikasi kardiovaskuler

Kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

tromboplebitis.

2. Komplikasi darah.

Anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

3. Komplikasi paru .

Pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu.

Hepatitis, kolesistitis.

5. Komplikasi ginjal.

Glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6. Komplikasi pada tulang.

Osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7. Komplikasi neuropsikiatrik.

Delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma

Guillain bare dan sidroma katatonia.

2.8 PENATALAKSANAAN.

2.8.1 Penatalaksaan Pada Dengue Haemoragic Fever.

1. Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup

dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang

paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan

cairan yang paling sering digunakan.

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika

kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

Page 20: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

i. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

j. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan

tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

k. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif

dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila

tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau

dekstran sebanyak 20 – 30 ml/kg BB.

Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit

dipertahankan 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah

teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan

sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg

BB/jam.

Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal

yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika

ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang

dengan penurunan Hb yang mencolok.

Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1½-2

liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan

orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila :

1) Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum

sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.

2) Hematokrit yang cenderung mengikat.

2.8.2 Penatalaksaan Pada Thypoid.

1. Perawatan

Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya

tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.

2. Diet

Page 21: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.

Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam

selama 7 hari.

3. Pengobatan.

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat

diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas.

2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg

sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim).

4.  Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2

minggu.

5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,

diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari.

6. Golongan Fluorokuinolon

Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu

seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena

telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur

darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).

2.9 PENCEGAHAN PENYAKIT.

2.9.1 Pencegahan Dengue Haemoragic Fever

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

Page 22: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

1) Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah

dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya

kasus DHF.

2) Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada

tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia

sembuh secara spontan.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di

sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi

penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

1. Menggunakan insektisida.

Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah

dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan

temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara

penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara

penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam

sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air

bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %

per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida

Caranya adalah :

1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air

minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 –

10 hari).

2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.

3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan

benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.

2.8.2 Pencegahan Thypoid.

A. Usaha Terhadap Lingkungan hidup.

1. Penyediaan air bersih terpenuhi

2. Pembuangan kotoran manusia baik BAK maupun BAB yang hygiene.

Page 23: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

3. Pemberantasan lalat

4. Pengawasan terhadap rumah – rumah penjual makanan

B. Usaha Terhadap Manusia

1. Dengan menjaga kebersihan makanan/minuman dan mencuci tangan

sebelum makan

2. Tidak makan dan jajan di sembarang tempat. Pilihlah rumah makan dan

tempat jajan yang menjaga dan mengutamakan kebersihan karena

penyebaran demam typhoid melalui makanan dan tangan yang tercemar

oleh bakteri ini.

3. Vaksinasi demam Thypoid.

4. Pendidikan kesehatan pada masyarakat berupa personal hygiene.

2.10 DAMPAK HOSPITALISASI.

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan

stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak

dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Penyebab anak stress meliputi ;

a. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran

b. Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri.

c. Lingkungan asing.

Kebiasaan sehari-hari berubah.

d. Pemberian obat kimia.

e. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun).

1. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya.

2. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri.

3. Selalu ingin tahu alasan tindakan

4. Berusaha independen dan produktif.

f. Reaksi orang tua.

1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,

pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak.

Page 24: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak

familiernya peraturan Rumah sakit.

2.11 ASUHAN KEPERAWATAN

2.11.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan

data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian

pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara,

pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :

Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk

memenuhi kebutuhan pasien.

Kaji riwayat keperawatan.

Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual,

muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-

tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan

lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan

kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan yang Muncul

1. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan ,

muntah dan demam.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

Intervensi

a. Diagnosa 1. :

Page 25: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan ,

muntah dan demam.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi.

Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

Kaji KU dan kondisi pasien

Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

Observasi tanda-tanda dehidrasi.

Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus.

Balance cairan (input dan out put cairan).

Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi

minum banyak.

Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien

yang basah oleh keringat.

b. Diagnosa 2. :

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan : Hipertermi dapat teratasi.

Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal.

Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh.

Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak.

Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat.

Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat

menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang

lebih 1500 – 2000 cc per hari.

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat

penurun panas.

c. Diagnosa 3. :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual,muntah, tidak ada nafsu makan.

Page 26: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi :

Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

Timbang berat badan klien tiap hari.

Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi

sedikit tapi sering.

Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual.

Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan

palpasi).

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti

emetik.

Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

2.11.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TYPHOID.

1. Pengkajian.

a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,

sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat

muncul.

b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya.

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.

d. Riwayat Psikososial.

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih).

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

e. Pola Fungsi kesehatan.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Page 27: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

usus halus.

3. Pola istirahat dan tidur.

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien

merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.

f. Pemeriksaan Fisik.

Kesadaran dan keadaan umum pasien.

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis

- coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki.

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari

keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari

kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi,

auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB

untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan

gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan

nutrisi yang dibutuhkan.

2. Masalah Keperawatan yang Muncul.

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.

2. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang

informasi.

3. Intervensi.

1. Diagnosa 1. :

Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria Hasil : derajat suhu tubuh menurun.

Intervensi :

Observasi suhu tubuh klien.

Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.

Page 28: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila,

lipat paha, temporal bila terjadi panas.

Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat

menyerap keringat seperti katun.

Rasional : menjaga kebersihan badan

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.

Rasional : menurunkan panas dengan obat.

2. Diagnosa 2. :

Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi.

Kriteria Hasil : Intake Nutrisi Meningkat.

Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien.

Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan,

keteraturan waktu makan.

Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai.

Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan

menghindari pemberian makan yang tidak disukai.

Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.

Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

Timbang berat badan tiap hari.

Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat

badan.

Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan

makan.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet.

Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan

makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Page 29: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

3. Diagnosa 3. :

Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan

kurang informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat.

Kriteria Hasil : Keluarga mendapatkan informasi yang akurat dari

petugas kesehatan.

Intervensi :

Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang

penyakitnya.

Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang

penyakitnya.

Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan

pasien.

Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan

dan pencegahan penyakit typhoid.

Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila

ada yang belum dimengerti.

Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan

keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.

Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat.

Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam

kesembuhan sakitnya.

DATAR PUSTAKA

Page 30: Asuhan Keperawatan Anak Dhf Dan Thypoid

1. Sunaryo, Soemarno. 1998. Demam Berdarah Pada Anak. UI : Jakarta.

2. Effendy, Christantie. 1995. Perawatan Pasien DHF. EGC : Jakarta.

3. Hendarwanto. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. FKUI : Jakarta.

4. Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. EGC : Jakarta.

5. http://www.pediatrik.com

6. Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever (DHF/DBD) (Askep Dengue

Haemoragic Fever (DHF/DBD)) askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-

keperawatan-kebidanan.co.cc.

7. http://askep-askeb-kita.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-dengue-

haemoragic.html

8. Asuhan Keperawatan Typhoid (Askep Typhoid) askep-askeb-kita.blogspot.com |

asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc.

9. BERI-BERI.com: ASKEP ANAK DENGAN THYPOID 

10. http://4skripsi.blogspot.com/2011/03/askep-dhf_22.html

11. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2113506-

demam-thypoid-tifus/#ixzz1p5heYqjm