asuhan kebidanan ibu hamil patologis

46
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS PADA NY.W UMUR 30 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU 5 HARI LETAK SUNGSANG DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD MARGONO SOEKARJO Disusun Oleh: 1. Ina Maghfiroh ( 0911030020 ) 2. Irhami Hasna Saifiya A. ( 0911030035 ) 3. Sherly Nur Ekawati ( 0911030041 )

Upload: uzumaki-naruna

Post on 25-Jul-2015

669 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Hal ini merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa. Frekuensi letak lintang di Indonesia dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong. Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan haruslah mengetahui seluk beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat mendeteksi lebih dini jika terjadi kelainan letak lintang.Untuk itulah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus asuhan kebidanan ibu hamil patologis pada Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur kehamilan 35 minggu 5 hari letak lintang dengan plasenta previa totalis di Ruang Poli Kebidanan RSUD Margono Soekarjo.

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS PADA NY.W

UMUR 30 TAHUN G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU 5 HARI

LETAK SUNGSANG DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS

DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD MARGONO SOEKARJO

Disusun Oleh:

1. Ina Maghfiroh ( 0911030020 )

2. Irhami Hasna Saifiya A. ( 0911030035 )

3. Sherly Nur Ekawati ( 0911030041 )

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D.III

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

PURWOKERTO

2012

Page 2: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada

sisi yang lain. Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang

dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Hal ini

merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko

kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.

Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini

dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada

kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi. Pemeriksaan USG

juga bermanfaat dalam menegakkan adanya plasenta previa. Frekuensi

letak lintang di Indonesia dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%.

Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena

yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan

kelainan yang menyebabkan presentasi bokong. Pada penelitian yang

dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak

lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto

Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan

Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %.

Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat

menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri,

perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa

terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.

Sehingga dengan adanya insidensi letak lintang yang cukup tinggi

sebagai tanaga kesehatan khususnya bidan haruslah mengetahui seluk

beluk dari letak lintang tersebut sehingga dapat mendeteksi lebih dini jika

terjadi kelainan letak lintang.

Untuk itulah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus asuhan

kebidanan ibu hamil patologis pada Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur

kehamilan 35 minggu 5 hari letak lintang dengan plasenta previa totalis di

Ruang Poli Kebidanan RSUD Margono Soekarjo.

Page 3: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil

rumusan masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan ibu hamil patologis

pada Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur kehamilan 35 minggu 5 hari letak

lintang dengan plasenta previa totalis di Ruang Poli Kebidanan RSUD

Margono Soekarjo.”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan

kebidanan ibu hamil pada Ny. W umur 30 tahun G3P1A1 umur

kehamilan 35 minggu 5 hari letak lintang dengan plasenta previa di

Ruang Poli Kebidanan RSUD Margono Soekarjo.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien ibu hamil patologis letak

lintang.

b. Melakukan interpretasi data.

c. Menetapkan diagnosa potensial.

d. Melakukan antisipasi segera berdasarkan diagnosa potensial yang

ditemukan.

e. Melakukan perencanaan sesuai advice dokter.

f. Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan serotinus.

g. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.

h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan

management varney

Page 4: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

1. Letak Lintang

Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di

dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong

pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih

tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu

atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan

(dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di bawah

(dorsoinferior).

2. Plasenta Previa

Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi

pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga

menutupi seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) atau

sebagian menutupi jalan lahir.

Menurut beberapa ahli berpendapat bahwa :

a. Plasenta previa totalis : seluruh ostium ditutupi plasenta

b. Plasenta previa partialis : sebagian ditutupi plasenta

c. Plasenta letak rendah : tepi plasenta berada 3-4 cm diatas

pinggir pembukaan, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.

B. Klasifikasi

1. Letak Lintang

Letak lintang dapat dibagi berdasarkan atas :

a. Letak kepala

1) Kepala anak bisa disebelah kiri ibu

2) Kepala anak bisa disebelah kanan ibu

b. Letak punggung

1) Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-

anterior

2) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut

dorso-posterior

Page 5: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

3) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-

superior

4) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-

inferior

Akan tetapi namun harus dikemukakan satu faktor yang

terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin

untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan

dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita

grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.

2. Plasenta Previa

Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama

mengenai berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena itu

pembagian tidak didasarkan pada keadaan anatomi, melainkan

pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi

akan berubah setiap saat. Misalkan, pada pembukaan yang

masih kecil, seluruh pembukaan ditutupi jaringan Placenta

(Placenta Previa Totalis), namun pada pembukaan yang lebih

besar, keadaan ini akan menjadi Placenta Previa Lateralis. Ada

juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan diagnosa

adalah sewaktu moment opname yaitu tatkala penderita

diperiksa.

Menurut de Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5cm :

a. Placenta Previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-

5cm teraba Placenta menutupi seluruh ostium.

b. Placenta Previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm

sebagian   pembukaan ditutupi oleh Placenta, dibagi :

1) Placenta Previa lateralis posterior : bila sebagian  

menutupi ostium bagian belakang.

2) Placenta Previa lateralis anterior  : bila menutupi ostium

bagian depan.

3) Placenta Previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya

pinggir ostium yang ditutupi Placenta.

Page 6: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

Menurut penulis buku-buku Amerika Serikat :

a.   Plasenta Previa totalis : seluruh ostium ditutupi Plasenta.

b.   Plasenta Previa partialis : sebagian ditutupi Placenta. 

Placenta letak rendah (low-lying) : tepi bawah placenta 

berada  3-4 cm dari oui (orifisium urethra externa), pada

pemeriksaan dalam tidak teraba.

C. Etiologi

1. Etiologi letak lintang

Penyebab paling sering adalah kelemahan otot uterus dan

abdomen. Kelainan letak paling sering terjadi pada wanita paritas

tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya

letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beberapa

faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu : kehamilan

ganda, polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis,

fibroid uterus yang besar.

2. Etiologi plasenta previa

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui , adapun macam-

macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.

- Endometrium yang inferior

- Chorion leave yang peristen

- Korpus luteum yang bereaksi lambat.

Faktor-faktor etiologi

- Umur dan paritas

Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering dari pada umur

bawah 25 tahun.

Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.

Plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas

kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah

pada usia muda dimana endometrium masih belum matang

(inferior).

- Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda

- Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas

operasi, kuretase, manual palasenta.

Page 7: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

- Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

- Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

- Kadang-kadang pada malnutrisi.

D. Diagnose

1. Letak lintang

Mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus terlihat

melebar, lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen, dengan TFU

rendah. Palpasi akan teraba kepala janin pada salah satu sisi dan

bokong pada sisi yang lain tetapi tidak ada bagian presentasi yang

berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong ditemukan

disalah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk

memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab akan

tetapi Pada pemeriksaan dalam jika ketuban belum pecah, umumnya

masih sukar untuk menentukan dengan pasti diagnosis letak lintang.

Hanya kita harus memfokuskan bahwa dapat dirasakan rongga

panggul masih kosong , atau dalam waktu his, tidak teraba dengan

nyata bagian-bagian kecil dari janin yang terdapat diatas pintu atas

panggul.

Diagnosis akan lebih pasti jika pembukaan sudah cukup luas.

Dalam pemeriksaan kita harus berusaha dengan periksa dalam yang

dilakukan tidak malah memecahkan ketuban. Ini berhubungan dengan

kemungkinan apakah kita masih dapat merubah letak anak menjadi

letak kepala, yaitu dengan versi luar.

Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan sudah lebih luas, maka

barulah periksa dalam memberi kenyataan yang cukup dan diagnosis

menjadi lebih mudah. Jika mungkin, supaya jelas, periksa dalam

dilakukan dengan 4 jari atau tangan seluruhnya. Dengan demikian bisa

diketahui dengan pasti bagian-bagian tubuh anak yang dapat diraba.

Bagian tubuh anak yang jelas diraba ialah dimana terdapat tulang keras

dan berhubung dengan ini sebagai pokok diagnosis letak lintang, ialah

jika dapat diraba tulang-tulang iga, lebih nyata lagi jika disamping itu

dapat diraba tulang belikat (scapula) yang berbentuk segitiga, atau

tulang scapula.

Page 8: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

Pada letak lintang seringkali terjadi dengan tangan letak

terkemuka, artinya tangan sudah turun terlebih dahulu dan dapat diraba

di dalam vagina, atau selurh lengan sudah menumbung dan kelihatan

tangan di luar vulva. Tangan harus dibedakan dengan kaki, yaitu jika

kaki akan teraba tulang kalkaneus, dan jari-jari lebih pendek dan rapat,

bahkan hampir sama panjang. Berbeda dengan tangan yang lebih

jarang dan jari-jari berbeda panjangnya. Jika betul tangan , untuk

membedakannya tangan kanan atau kiri, dapat dilakukan dengan

menjabat tangan tersebut. Jika cocok dalam berjabat tangan kanan,

maka tangan yang menumbung itu adalah tangan kanan.

2. Plasenta previa

- Anamnesis, gejala pertama yang membawa pasien ke RS ialah

perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau kehamilan

lanjut.

- Sifat darah tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang penyebabnya

karena ada plasenta dan pembuluh darah yang robek karena

terbentuknya SBR terbukannya ostium atau manipulasi

intravaginal atau rectal.

- Inspeksi, dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam

- Palpasi abdomen, janin sering belum cukup bulan, kesalahan letak

janin, bagian terbawah janin belum turun

- Inspekulo, dengan speculum dapat dilihat dari mana asal

perdarahan, apakah dari uterus, servik, vagina, varises pecah.

- Pemeriksaan radio-isotop, usg, pemeriksaan dalam.

E. Proses Persalinan

Setelah ketuban pecah, jika persalinan berlanjut, bahu janin akan

dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering

menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan oleh tepi

atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong

pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan

terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi

dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan

tersebut. Setelah beberapa saat, akan terbentuk cincin retraksi yang

semakin lama semakin meninggi dan semakin nyata. Keadaan ini

Page 9: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat ditangani dengan

benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik ibu maupun

bayi dapat meninggal.

Bila janin amat kecil (biasanya kurang dari 800 gram) dan panggul

sangat lebar, persalinan spontan dapat terjadi meskipun kelainan

tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala terdorong ke

abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi

bagian yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala dan dada

kemudian melewati rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat

dikeluarkan dalam keadaan terlipat (conduplicati corpore)

F. Mekanisme Persalinan Pada Letak Lintang

Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas

panggung tidak tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak

memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah lebih dulu pecah

sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban

pecah, maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga

persalinan berlangsung lebih lama.

His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan

kontraksi yang semakin kuat, maka anak makin terdorong ke bawah.

Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok sedikit, terutama pada

bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun

disebabkan karena biasnaya ketuban sudah lekas pecah dan karena

tak ada lagi air ketuban, maka dinding uterus lebih menekan anak di

dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang lebih rendah akan

masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak.

Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup,

maka tali pusat seringkali menumbung, dan ini akan memperburuk

keadaan janin.

PERSALINAN PERVAGINAM PADA LETAK LINTANG

Letak lintang kasep terjadi bukanlah karena lamanya persalinan,

namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada letak

Page 10: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena

kompresi pada tali pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera

organ dalam karena tubuh anak terkompresi dan membengkok.

Gambar 1. Letak lintang Kasep dengan lengan menumbung

Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri

yang sangat berbahaya pada bagi ibu.

Kadangkala dalam letak lintang anak dapat dilahirkan secara

pervaginam, ini dapat terjadi pada anak yang kecil (preterm), atau pada

anak yang telah mati. Pada anak yang normal dan hidup, hal ini sama

sekali tidak diharapkan Evolutio Spontanea. Karena tenaga his dan

tenaga mengejan, maka bahu anak turun dan masuk ke dalam rongga

panggul, sedangkan kepala tertekan dan tinggal di atas. Pada suatu

waktu, bahu itu lahir di bawah simfisis, dan sekarang dengan bahu itu

sebagai hipomoklion, lahirlah berturut turut bagian atas badan, yaitu

samping dada diikuti oleh perut, bokong, kaki dan kepala cara ini

disebut cara DOUGLAS.

Page 11: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

 

Gambar 2. Evolutio Spontanea cara Douglas

Ada keadaan dimana bahu dan kepala anak tertekan dan tinggal di

atas pintu atas panggul. Yang tertekuk adalah punggung dan pinggang.

Dengan demikian maka pada suatu ketika bokong sama tingginya

dengan bahu dan selanjutnya lahir lebih dahulu bokong, dan kaki,

dilanjutkan dengan badan dan kepala. Cara ini disebut cara DENMAN

Gambar 3. Evolutio Spontanea Cara Denman Conduplicatio

Corpore.

Hal ini berlaku terutama pada panggul luar dan anak yang kecil, yaitu

kepala anak tidak tertahan di atas, sehingga kepala dan perut sama-

sama turun ke dalam rongga panggul dan dengan keadaan terlipat

Page 12: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

lahirlah kepala dan perut, dilanjutkan dengan bokong dan kaki.

Gambar 4. Conduplicatio corpora 

G. Komplikasi

1. Letak lintang

merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat

menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi

akan bertambah berat jika kasus letak lintang telambat didiagnosa.

Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi, pireksia, sepsis, perdarahan

antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri, kerusakan organ

abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi

prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus

umbilikus, maserasi, asfiksia hingga kematian janin .

2. Plasenta previa

- Prolaps talipusat, plasenta

- Robekan jalan lahir karena tindakan

- Perdarahan post partum

- Infeksi, bayi premature dan mati.

Page 13: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

H. Penatalaksanaan

 Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,

sebaiknya diusahakan menjadi presentasi kepala dengan versi luar.

Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada

atau tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul, atau plasenta

previa, sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar

berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin

memutar kembali, ibu dianjurkan menggunakan korset dan dilakukan

pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai letak janin. Ibu

diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan,

sehingga apabila terjadi perubahan letak, segera dapat ditentukan

prognosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan, masih

dapat diusahakan mengubah letak lintang janin menjadi presentasi

kepala asalkan pembukaan masih kurang dari 4 cm dan ketuban belum

pecah. Pada primigravida, jika versi luar tidak berhasil sebaiknya

segera dilakukan seksio sesaria. Sikap ini berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahu tidak dapat melakukan dilatasi pada serviks dengan baik,

sehingga pada primigravida kala I menjadi lama dan

pembukaan serviks sukar menjadi lengkap

2. Karena tidak ada bagian besar janin yang menahan tekanan

intra-uterin pada waktu his, maka lebih sering terjadi ketuban

pecah sebelum pembukaan serviks sempurna dan dapat

mengakibatkan terjadinya prolapsus funikuli

3. Pada primigravida versi ekstraksi sulit dilakukan.

Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara bergantung

kepada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetri yang bersangkutan

baik, tidak didapat kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa besar,

dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan lengkap untuk

melakukan versi ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan

supaya ketuban tetap utuh dan melarang ibu meneran atau bangun.

Page 14: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat

prolapsus funikuli, harus segera dilakukan seksio sesaria. Jika ketuban

pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung tekanan

dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi

ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesaria. Dalam hal

ini, persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui

apakah pembukaan terjadi dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi

dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar, apabila setelah bayi

pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada

letak lintang kasep, Berhubung adanya bahaya ruptur uteri letak lintang

kasep merupakan kontraindikasi mutlak melakukan versi ekstraksi. Bila

janin masih hidup hendaknya dilakukan seksio sesaria dengan segera.

Versi dalam merupakan alternatif lain pada kasus letak lintang.

Versi dalam merupakan metode dimana salah satu tangan penolong

masuk melalui serviks yang telah membuka dan menarik salah satu

atau kedua tungkai janin ke arah bawah. Umumnya versi dalam

dilakukan pada kasus janin letak lintang yang telah meninggal di dalam

kandungan dengan pembukaan serviks lengkap. Namun, dalam

keadaan tertentu, misalnya pada daerah-daerah terpencil, jika dilakukan

oleh penolong yang kompeten dan berpengalaman, versi dalam dapat

dilakukan untuk kasus janin letak lintang yang masih hidup untuk

mengurangi risiko kematian ibu akibat ruptur uteri. Namun, pada kasus

letak lintang dengan ruptur uteri mengancam, korioamnionitis dan risiko

perdarahan akibat manipulasi uterus, maka pilihan utama tetaplah

seksio sesar.

I. Penatalaksanaan Letak Lintang Saat Hamil

1. Letak lintang

Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat

dianjurkan untuk dilakukan knee chest position sampai usia

kehamilan >36 minggu.Setelah itu jika masih dalam letak lintang,

maka dapat dilakukan versi luar jika syarat memenuhi.

SaatPersalinan Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam

Page 15: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

pertolongan persalinan pada letak lintang, yaitu ketuban dan

pembukaan. Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih

kecil (<4cm), dapat dicoba untuk dilakukan versi luar hingga

menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong. Jika versi luar

gagal dan tidak terjadi komplikasi maka dapat ditunggu sampai

pembukaan lengkap.

Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak

dianjurkan. Dalam hal ini ketuban harus dijaga jangan sampai

pecah dan ibu diminta berbaring miring dan dilarang mengejan.

Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap, ketuban

dipecahkan dan dilakukan versi ekstraksi. Jika ketuban sudah

pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea

adalah jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan

dapat ditunggu sampai lengkap dan dilakukan versi ekstraksi,

namun mungkin hal ini tidak relevan lagi pada masa sekarang. Jika

pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah

terjadi letak lintang kasep atau belum. Jika sudah terjadi letak

lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan mencoba

mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi,

maka dapat ditegakkan diagnosis letak lintang kasep.

Penatalaksanaanya adalah dengan melihat anak hidup atau sudah

mati. Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio

sesarea. Namun jika anak mati, dapat dipertimbangkan untuk

dilakukan embriotomi. Jika belum terjadi letak lintang kasep,

maka dapat dicoba untuk dilakukan versi ekstraksi vacuum.

2. Plasenta previa

- Untuk menghindari perdarahan yang banyak, maka pada plasenta

previa setralis dengan janin hidup atau meninggal, tindakan yang

paling baik adalah seksio sesar.

- Walaupun tidak pernah dikerjakan lagi, namun untuk diketahui

pada janin mati, didaerah pedesaan dapat dilakukan

penembuasan plasenta kemudian dilakukan willet gauss versi

Braxton hicks untuk melahirkan janin.

Page 16: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

J. Prognosis

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala,

tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, misalnya

panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa, masih tetap dapat

menimbulkan kelainan pada persalinan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kematian ibu dan janin pada letak lintang, disamping

kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering

akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi

untuk mengeluarkan janin.

Prognosis pada kehamilan letak lintang sangat dipengaruhi oleh

riwayat pemeriksaan kehamilan, kecepatan penegakkan diagnosa dan

sarana-prasarana kesehatan yang ada. Semakin lambat diagnosa letak

lintang ditegakkan, maka kemungkinan bayi akan tetap berada dalam

posisi lintang pada saat persalinan akan semakin besar. Sebagai

perbandingan jika diagnosa dibuat pada UK 20-25 minggu, ± 2,6 % akan

tetap pada posisi lintang dan jika diagnosa dibuat pada UK 36-40 minggu,

± 11,8 % akan tetap pada posisi lintang.

 

 

 

 

 

Page 17: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS

PADA NY.W G3P1A1 UMUR KEHAMILAN 35 MINGGU 5 HARI

LETAK SUNGSANG DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS

DI RUANG POLI KEBIDANAN RSMS

Tanggal Masuk : 30 April 2012 Jam : 10.25 WIB

Tanggal Pengkajian : 30 April 2012 Jam : 10.28 WIB

No. Register : 75-00-63

Tempat : Ruang Poli Kebidanan RSMS

I. PENGKAJIAN

A. Subyektif

1. Identitas Klien

Nama ibu

Umur

Agama

Suku/bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

:

:

:

:

:

:

:

Ny. W

30 tahun

Islam

Jawa / Indonesia

SMA

IRT

Paguyangan

Rt1/4

Nama ibu

Umur

Agama

Suku/bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

:

:

:

:

:

:

:

Tn. K

35 tahun

Islam

Jawa / Indonesia

SMA

Swasta

Paguyangan

Rt1/4

2. Alasan datang :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

3. Keluhan utama :

Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu mengeluarkan darah segar

dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut kenceng-

kenceng tidak teratur pukul 23.00 WIB tanggal 29 April 2012.

Ibu mengatakan tidak ada riwayat trauma seperti jatuh, dan

riwayat post coitus disangkal.

4. Riwayat Kesehatan :

a. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita atau mempunyai

gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM, hipertensi, kanker) ,

penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal, liver), penyakit

Page 18: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS), penyakit infeksi

kelamin (TORCH, bakteri vaginosis) dan tidak pernah menjalani

operasi apapun.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita atau mempunyai

gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM, hipertensi, kanker) ,

penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal, liver), penyakit

menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS).

c. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

atau mempunyai gejala-gejala penyakit menurun (asma, DM,

hipertensi, kanker), penyakit menahun (stroke, jantung, ginjal,

liver), penyakit menular (TBC, malaria, hepatitis B, HIV/AIDS),

penyakit jiwa, maupun riwayat keturunan kembar.

5. Riwayat Obstetri

a. Riwayat haid

1) Menarche : 13 tahun

2) Siklus : 30 hari teratur

3) Lamanya : 7 hari

4) Banyaknya : 2 hari pertama ganti pembalut 3

kali sehari, 5 hari selanjutnya ganti pembalut 2 kali

sehari.

5) Sifat darah : cair terdapat gumpalan atau lendir

merah.

6) Dismenorhea : sebelum dan hari pertama

menstruasi.

7) Fluor albus : ada pada sebelum dan sesudah

menstruasi.

8) HPHT : 3 September 2011

9) HPL : 10 Juni 2012

Page 19: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Hamil

ke

Usia

keha-

milan

Jenis

Partus

Pen

o-

long

Penyu-

lit

BBL/PB Jenis

Kelamin

Nifas Keada-

an anak

Ket

1 38

ming-

gu

Nor-

mal

Bi-

dan

Tidak

Ada

tidak

terdapat

kecacatan

/ 3,5 kg

Laki-laki normal sehat 12

tahun

2 24

ming-

gu

Kuret Dok-

ter

obs-

gin

IUFD - - - - Ibu tidak

merasa

gerakan

janin

setelah

beper-

gian

keluar

kota.

3 Hamil

ini

- - - - - - - Belum

melahir-

kan

c. Riwayat kehamilan sekarang

1) G3, P1, A1

2) Frekuensi ANC TM I

a) ANC di bidan BPS, 3 kali

b) PP test +, tgl 25 Oktober 2010

c) Keluhan / masalah = mual

d) Obat / suplementasi = Vit B6, kalk

e) Imunisasi = tidak

f) Nasehat/ pendkes yang didapat = bidan

menganjurkan untuk sering makan dengan porsi

kecil.

3) TM II

a) Pergerakan janin dirasakan pertama kali pada

kehamilan umur 20 minggu .

b) Keluhan / masalah = merasakan sering BAK,kram

otot dan cepat lelah,

Page 20: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

c) Obat / suplementasi = Fe dan suplemen

kalsium/magnesium.

d) Nasehat/ pendkes yang didapat = dianjurkan untuk

sering istirahat,mengurut daerah betis,dan latihan

relaksasi dan pernafasan serta diet seimbang dan

cukup memenuhi kebutuhan

4) TM III

a) Ibu merasakan pergerakan janin lebih dari 10 kali

dalam sehari.

b) Keluhan / masalah = keluar darah dari jalan lahir

dan perut kenceng-kenceng tidak teratur.

c) Obat / suplementasi = Amox, As.Mef, Vit BC, Vit C,

SF.

d) Nasehat/ pendkes yang didapat = istirahat total,

kontrol 1 minggu sekali atau bila ada keluhan.

5) Riwayat perkawinan

1. Status perkawinan : menikah di KUA 2 kali

2. Usia kawin : 16 th pada pernikahan pertama

28 th pada pernikahan kedua

3. Lama perkawinan : 14 th pada pernikahan pertama

2 th pada pernikahan kedua

6) Riwayat KB

1. Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : suntik 3 bulan

2. Lamanya penggunaan : 6 th

3. Keluhan / masalah : tidak ada keluhan

4. Rencana KB selanjutnya : suntik

7) Pola kebutuhan sehari – hari

No. Pola Sebelum hamil Selama hamil

a. Nutrisi

1. Makan :

a. Frekuensi makan

b. Jenis makanan

c. Pantangan makan

3x sehari

Sayur–sayuran,

nasi, lauk-pauk

Tidak ada

3x sehari

Nasi,sayur-

sayuran ,lauk pauk.

Tidak ada pantangan

Page 21: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

2. Minum :

a. Frekuensi

b. Jenis minuman

pantangan

5 gelas sehari

Air putih

7-8 gelas sehari

Air putih dan jus,susu

b. Eliminasi

1. BAB

a. Frekuensi

b. Konsistensi

c. Keluhan

2. BAK

a. Frekuensi

b. Konsistensi

c. Keluhan

1x sehari

Teratur

Tidak ada

3x sehari

Teratur

Tidak ada keluhan

2 hari 1x

Teratur

konstipasi

7 X sehari

Menjadi sering kencing

Tidak ada keluhan

c. Aktivitas

1. Mobilisasi

2. Aktivitas sehari-

hari

3. Olah raga

4. Keluhan

dilakukan sendiri

Sebagai ibu rumah

tangga

tidak melakukan

olah raga

tidak ada keluhan

Dibantu keluarga

Sebagai ibu rumah

tangga

Senam hamil

Sering lelah

d. Istirahat

1. Tidur siang

2. Tidur malam

3. Keluhan

Jarang-jarang

7-8 jam/hari

Tidak ada

1-2 jam/hari

7-8 jam/hari

sulit tidur

e. Personal hygiene

1. Frekuensi mandi

2. Gosok gigi

3. Ganti pakaian

4. Keramas

5. Pola seksual

2X sehari

2X sehari

2X sehari

2 hari sekali

1 minggu 3 X

2X sehari

2X sehari

2X sehari

2 hari sekali

Berusaha untuk

mengurangi

f. Psikososial,kultural,spiritu

al

Page 22: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

1. Psikososial

a. Respon ibu dan

keluarga dalam

penerimaan

terhadap

kehamilan

b. Dukungan

keluarga

terhadap

kehamilan

c. Hubungan

dengan suami

2. Kultural

a. Pantangan/

adat isti

adat,kebiasaan

yang

berhubungan

dengan

kehamilan

b. Pengambilan

keputusan

dalam keluarga

c. Kebiasaan

hidup merokok

dan minum –

minuman keras

3. Spiritual

a. Ketaatan dalam

menjalankan

ibadah

b. Aktivitas

keagamaan

Baik

Baik

Baik

Tidak ada

Suami

Tidak ada

Baik

Sholat, Mengaji

Baik

Baik

Baik

Mitoni

Suami

Tidak ada

Baik

Sholat, Mengaji

g. Data pengetahuan ibu

Pengetahuan ibu tentang Ibu mengetahui Ibu mengetahui tentang

Page 23: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

seputar kehamilan dan

permasalahannya

tentang seputar

kehamilan

seputar kehamilan

h. Lingkungan yang

berpengaruh

a. Kondisi tempat

tinggal ibu

b. Hewan peliharaan

c. Kondisi MCK

Baik

Tidak punya

Baik

Baik

Tidak punya

Baik

II. DATA OBYEKTIF

1. Keadaan umum : Baik

2. Tingkat kesadaran : komposmentis

3. Tanda Vital

a. TD : 110/70 mmHg

b. Nadi : 80 / menit

c. Suhu : 36,5°C / menit

d. RR : 22 / menit

4. Berat Badan sekarang : 67 kg, BB sebelum hamil : 59 kg

5. Tinggi Badan : 161 cm

6. Lila : 23,5 cm

7. Status present

a) Kulit kepala : bersih

b) Rambut : warna hitam, tidak rontok, distribusi merata

c) Muka : tidak pucat, dan tidak ada oedema

d) Mata : konjuntiva kemerahan, sklera putih,

simetris

e) Mulut : bibir tidak sumbing, tidak ada oedema

gusi, gigi utuh

f) Telinga : simetris, tidak ada serumen

g) Hidung : bersih, tidak ada benjolan

h) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,

kelenjar limfe, dan tidak ada pelebaran vena jugularis

i) Dada & axilla : tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada

pembesaran kelenjar limfe .

Page 24: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

j) Abdomen : membuncit dan melebar kesamping, tidak

ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran hati,

pembesaran limpa.

k) Genitalia : tidak ada oedema, tidak ada varices

vagina, dan ada pengeluaran per vaginam.

l) Ekstremitas : pada ekstremitas atas dan bawah, tidak

terdapat oedema dan warna kuku merah muda, bereaksi pada

saat dilakukan reflek patela (positif).

8. Status Obstetrikus

1. Inspeksi muka : terdapat chloasma gravidarum dan tidak

ada oedema.

2. Dada :

Mamae membesar

Areola hiperpigmentasi

Puting susu menonjol

Kelenjar montgomeri terlihat jelas

Keluar kolostrum

3. Abdomen

Membuncit dan melebar kesamping,

Ada linea nigra

Ada striae gravidarum

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong.

Leopold II : teraba bagian bulat keras di sebelah kiri

teraba bagian besar lunak di sebelah kanan.

Leopold III : teraba kosong

Leopold IV : tidak dilakukan

TBJ : 2564 gram (USG)

Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di

bagian perut kiri.

4. Genitalia : vulva/vagina  terlihat perdarahan pervaginam flek,

Vaginal toucher tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak

dilakukan.

Page 25: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

9. Pemeriksaan penunjang

USG (tanggal 30 April 2012)

- Tampak janin tunggal intra uteri

- Kepala dikiri atas, punggung dibelakang bawah melintang,

- UK : 35 minggu 5 hari, TBJ : 2564 gr, HPL : 1/6/2012

- Gerakan janin pada saat diperiksa kurang aktif, tidak tampak

kelainan kongenital primer janin. HR 142 BPM, reguler.

- Plasenta implantasi pada dinding posterior, bagian terbawah

melewati OUI (plasenta previa totalis), struktur tampak

kalsifikasi gr 3.

- Air ketuban banyak cukup.

Laborat

Darah lengkap : Hitung jenis:

Darah Hb : 11 gr Basofil : 0,1

Hematokrit : L 33 Eosinofil : 2,5

Eritrosit : L 3-6 Batang : 0,00

Trombosit : 197.000 Segmen : 69,8

MCV : 93 Limfosit : 19,9

MCH : 31 Monosit : 7,7

MCHC : 33,3 PT : 11,6

RDW : 13,3 APTT :29,4

MPV : 11,2

III. INTERPRETASI DATA

A. Diagnosa

Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 umur kehamilan 35 minggu 5 hari

janin tunggal hidup intra uteri letak lintang dengan plasenta previa.

Data Dasar :

a. Dasar Subjektif :

Ny.W menyatakan,umur 30 tahun, umur kehamilan 35 minggu 5

hari dengan nama suami Tn.K umur 35 tahun. Mengeluh keluar

darah segar dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut

kenceng-kenceng tidak teratur sejak pukul 23.00 tanggal 29 april

2012.

Page 26: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

b. Dasar Objektif :

1. Keadaan umum : Baik

2. Tingkat kesadaran : Komposmentis

3. Tanda Vital

a. TD : 110/70 mmHg

b. Nadi : 80 / menit

c. Suhu : 36,5°C / menit

d. RR : 22 / menit

4. Status obstretikus

a. Inspeksi muka : terdapat chloasma gravidarum dan tidak ada

oedema.

b. Dada :

Mamae membesar

Areola hiperpigmentasi

Puting susu menonjol

Kelenjar montgomeri terlihat jelas

Keluar kolostrum

c. Abdomen

Membuncit dan melebar kesamping,

Ada linea nigra

Ada striae gravidarum

Palpasi

Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong.

Leopold II : teraba bagian bulat keras di sebelah kiri

teraba bagian besar lunak di sebelah kanan.

Leopold III : teraba kosong

Leopold IV : tidak dilakukan

TBJ : 2564 gram (USG)

Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di

bagian perut kiri.

d. Genitalia : vulva/vagina  terlihat perdarahan pervaginam flek,

Vaginal toucher tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak

dilakukan.

Page 27: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

B. Masalah

- Ibu merasa cemas karena umur kehamilan ibu masih 8 bulan.

- Ibu merasa kurang nyaman karena perutnya kenceng.

C. Kebutuhan

KIE tentang tindakan yang akan dilakukan pada ibu tentang :

a. Tanda Bahaya Kehamilan

b. P4K (Persiapan persalinan dan pencegahan Komplikasi).

c. Mengatasi rasa ketidaknyamanan karena kenceng pada perut.

d. Hadirkan suami/ keluarga untuk selalu mendampingi ibu.

IV. DIAGNOSA POTENSIAL

a. Bayi : Fetal Distress, IUFD

b. Ibu : Syok Hipovolemik

Antisipasi : Persalinan SC

V. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI DAN KONSULTASI

Kolaborasi dengan Dokter SpOG.

Advice yang diberikan berupa :

1. Pemberian Amox 3 x 500gr, As. Mef 3 x 500 gr

Vit. BC, Vit C, SF 1x1

2. Bed rest total

VI. PERENCANAAN

1. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Beri ibu KIE tentang Tanda Bahaya Kehamilan.

3. Beri ibu KIE tentang P4K.

4. Motivasi ibu untuk persalinan SC.

5. Anjurkan ibu untuk istirahat total (mondok).

VII. PELAKSANAAN :

1) Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hamil ibu letaknya

lintang dan plasenta berada di jalan lahir.

Page 28: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

2) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yang

dialaminya yaitu bercak darah yang timbul akibat letak plasenta

berada dijalan lahir.

3) Memberitahu ibu tentang Persiapan persalinan dan pencegahan

komplikasi, meliputi taksiran persalinan, Penolon persalinan,

Tempat persalinan, Calon pendonor darah, biaya persalinan, dan

transportasi untuk persiapan merujuk.

4) Memotivasi ibu untuk mempersiapkan persalinan secara SC.

5) Menganjurkan ibu untuk istirahat total (mondok)

VIII. EVALUASI

1) Ibu tahu hasil pemeriksaan.

2) Ibu tahu tentang tanda bahay kehamilan yang dialaminya.

3) Ibu tahu tentang persiapan persalinan.

4) Ibu berunding dengan keluarga untuk persiapan persalinan SC.

5) Ibu bersedia istirahat total (mondok).

Page 29: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan kasus dari Ny. W diperoleh data bahwa pasien

datang ingin memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan hamil 8 bulan, ibu

mengeluarkan darah segar dari jalan lahir setengah softek penuh dan perut

kenceng-kenceng tidak teratur pukul 23.00 WIB tanggal 29 April 2012. Ibu

mengatakan tidak ada riwayat trauma seperti jatuh, dan riwayat post coitus

disangkal.

Dari pemeriksaan fisik dan data obyektif didapat hasil keadaan umum :

baik, tingkat kesadaran : Komposmentis, tanda vital TD : 110/70 mmHg, Nadi:

80x / menit, Suhu : 36,5°C / menit, RR : 22 / menit. Inspeksi muka : terdapat

chloasma gravidarum dan tidak ada oedema. Abdomen membuncit dan melebar

kesamping, ada linea nigra dan striae gravidarum. Hasil palpasi : Leopold I : TFU

3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong, Leopold II : teraba bagian bulat keras

di sebelah kiri, teraba bagian besar lunak di sebelah kanan, Leopold III : teraba

kosong, Leopold IV : tidak dilakukan, TBJ : 2564 gram (USG), Auskultasi DJJ :

142 X/menit; dengan punctum maximum : di bagian perut kiri, Genitalia :

vulva/vagina  terlihat perdarahan pervaginam flek, Vaginal toucher tidak

dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak dilakukan.

Menurut Wiknjosastro (2009), Letak lintang adalah suatu keadaan

dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu

sedangkan bokong pada sisi yang lain. Adapun untuk menegakkan diagnosis

dalam kehamilan dari bentuk uterus terlihat melebar, lebih menonjol ke salah

satu bagian abdomen, dengan TFU rendah. Palpasi akan teraba kepala janin

pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain tetapi tidak ada bagian

presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin atau bokong

ditemukan disalah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan untuk

memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan penyebab akan tetapi

pada pemeriksaan dalam jika ketuban belum pecah, umumnya masih sukar

untuk menentukan dengan pasti diagnosis letak lintang. Hanya kita harus

memfokuskan bahwa dapat dirasakan rongga panggul masih kosong , atau

dalam waktu his, tidak teraba dengan nyata bagian-bagian kecil dari janin yang

terdapat diatas pintu atas panggul.

Page 30: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

Menurut Wiknjosastro (2009), untuk menentukan diagnosa plasenta

previa , gejala pertama yang membawa pasien ke RS ialah perdarahan pada

kehamilan setelah 28 minggu atau kehamilan lanjut. Sifat darah tanpa sebab,

tanpa nyeri dan berulang penyebabnya karena ada plasenta dan pembuluh

darah yang robek karena terbentuknya SBR terbukannya ostium atau manipulasi

intravaginal atau rectal. Inspeksi, dapat dilihat perdarahan yang keluar

pervaginam. Palpasi abdomen, janin sering belum cukup bulan, kesalahan letak

janin, bagian terbawah janin belum turun. Inspekulo, dengan speculum dapat

dilihat dari mana asal perdarahan, apakah dari uterus, servik, vagina, varises

pecah. Pemeriksaan radio-isotop, usg, pemeriksaan dalam.

Adapun penyebab kelainan letak paling sering terjadi pada wanita

paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang mendukung terjadinya letak

lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada beberapa faktor yang

mendukung terjadinya letak lintang yaitu : kehamilan ganda, polihidramnion,

abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang besar.

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui , adapun macam-

macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.

1. Umur dan paritas

Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering dari pada umur

bawah 25 tahun.

Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.

Plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas

kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah

pada usia muda dimana endometrium masih belum matang

(inferior).

- Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda

- Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas

operasi, kuretase, manual palasenta.

- Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi.

- Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.

- Kadang-kadang pada malnutrisi.

Page 31: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

Penilaian klinik

Pada pasien Ny. W faktor yang menyebabkan tejadinya kehamilan letak

lintang ini bisa disebabkan karena adalanya plasenta previa totalis. Dan yang

menyebabkan terjadinya plasenta previa totalis diantranya faktor riwayat

kuretase yang menyebabkan endometrium cacat terdapat bekas persalinan

berulang.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara teori dan kasus

terdapat kesamaan yaitu dilakukannnya pemeriksaan laboratorium seperti

pemeriksaan darah, dan pemeriksaan USG .

INTERPRETASI DATA

Interpretasi data pada kasus adalah Ny.W umur 30 tahun G3P1A1 hamil

35 minggu 5 hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak lintang dengan plasenta

previa totalis. Interpretasi data tersebut ditunjang oleh data subyektif dan obyektif

dari pasien yang mengarah pemerikasaan palpasi abdomen teraba pada :

Leopold I : TFU 3 jari di atas pusat, teraba bagian kosong, Leopold II : teraba

bagian bulat keras di sebelah kiri, teraba bagian besar lunak di sebelah kanan,

Leopold III : teraba kosong, Leopold IV : tidak dilakukan, TBJ : 2564 gram (USG),

Auskultasi DJJ : 142 X/menit; dengan punctum maximum : di bagian perut kiri,

Genitalia : vulva/vagina  terlihat perdarahan pervaginam flek, Vaginal toucher

tidak dilakukan, Pemeriksaan Inspekulo tidak dilakukan.

DIAGNOSA POTENSIAL

Diagnosa potensial yang dapat terjadi dalam kehamilan pada bayi bisa

terjadi kegawatan pada janin (Fetal Distress), IUFD, sedagkan pada ibu

mengalami syok hipovolemik.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI DAN KONSULTASI.

Penanganan kebutuhan segera ada jika sebelumnya terdapat diagnosa

potensial.

Dalam hal ini terjadi kesesuain antara teori dan praktek, Menurut Saifudin

(2002), penangan pada kehamilan letak lintang yaitu  sebaiknya diusahakan

menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Sebelum melakukan versi luar

Page 32: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

harus dilakukan pemeriksaan teliti ada atau tidaknya panggul sempit, tumor

dalam panggul, atau plasenta previa, sebab dapat membahayakan janin dan

meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali. Pada kasus

ini tidak dilakukan versi luar karena adanya plasenta previa totalis

PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

Secara umum penanganan pada Ny.W sama antara teori dengan praktek.

Prinsip penanganan pada kehamilan letak lintang dengan plasenta previa totalis

adalah ibu diharuskan masuk rumah sakit lebih dini pada permulaan persalinan

untuk istirahat total dan pemantauan intensif, dan persalinan ibu sebaiknya

dilakukan seksio sesaria.

Page 33: Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, H. (Ed.). (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Cunningham, G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap III, L., Hauth,

J. C., & Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (21 ed., Vol.

1). Jakarta: EGC.

Admin. (2008). Kehamilan Dengan Letak Lintang. Retrieved Mei

2009, from Seputar Kedokteran Dan Linux:

http://medlinux.blogspot.com/2009/02/kehamilan-dengan-

letaklintang.html

Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi

FK UNPAD Bandung.

Mochtar, D. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis

Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta

: EGC. 1998; Hal. 366-372

Idmgarut. (2009, Januari). Case Report: Letak Lintang. Retrieved

Mei 2009, from http://idmgarut.wordpress.com