aspek non fisik

9
Aspek Non Fisik 1. Aspek Politik Ditinjau dari aspek politik, terdapat 3 kebijakan dan strategi pelaksanaan perumahan permukiman yang bersifat structural serta diharapkan dapat berlaku secara nasional, diantaranya berkaitan dengan kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman. Salah satu rumusan strategi kebijakan yaitu Penyusunan,pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan Bumi Batara Gowa telah membangun kawasan sesuai dengan Perda Kabupaten Gowa yang telah ditentukan, usaha pemenuhan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan bermasyarakat telah dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai dengan Kebijakan Dinas PU mengenai perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan Bumi Batara Gowa merupakan salah seorang calon Bupati Kabupaten Gowa yang sudah lama ditauladani oleh masyarakat setempat yaitu Ibu Tenri Olle, dalam pembangunannya, pengendalian pemanfaatan ruang perumahan dan permukiman sesuai dengan rencana dan rancangan kawasan perumahan dan permukiman, serta program-program pemanfaatan ruangnya. Untuk

Upload: syarifah-nuzul

Post on 30-Jan-2016

272 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

aspek non fisik

TRANSCRIPT

Page 1: Aspek Non Fisik

Aspek Non Fisik

1. Aspek Politik

Ditinjau dari aspek politik, terdapat 3 kebijakan dan strategi pelaksanaan

perumahan permukiman yang bersifat structural serta diharapkan dapat

berlaku secara nasional, diantaranya berkaitan dengan kelembagaan,

pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman.

Salah satu rumusan strategi kebijakan yaitu Penyusunan,pengembangan dan

sosialisasi berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam

penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan

Bumi Batara Gowa telah membangun kawasan sesuai dengan Perda

Kabupaten Gowa yang telah ditentukan, usaha pemenuhan sarana dan

prasarana yang dapat mendukung kegiatan bermasyarakat telah dilakukan

dengan baik. Hal ini sesuai dengan Kebijakan Dinas PU mengenai

perumahan dan permukiman. Penyelenggara Perumahan Bumi Batara Gowa

merupakan salah seorang calon Bupati Kabupaten Gowa yang sudah lama

ditauladani oleh masyarakat setempat yaitu Ibu Tenri Olle, dalam

pembangunannya, pengendalian pemanfaatan ruang perumahan dan

permukiman sesuai dengan rencana dan rancangan kawasan perumahan

dan permukiman, serta program-program pemanfaatan ruangnya. Untuk

mengaktualisasikan pelaksanaan misi pemberdayaan, di Perumahan Bumi

Batara Gowa terdapat ketua RW yang bernama Kamaruddin Timong Dg. Roa

dan ketua RT Bapak M. Nur Zakaria sebagai pelaksana prinsip tata

pemerintahan di tingkat lingkungan yang baik untuk mengatur sosial

kependudukan warga yang tinggal di Perumahan Bumi Batara Gowa.

Pemilihan ketua RW dan ketua RT dilakukan secara demokrasi oleh warga

setempat, yaitu melalui pemungutan suara di Masjid. Pembahasan di atas

merupakan hasil wawancara oleh Pak Agung yang sudah 2 tahun bertempat

tinggal di Perumahan Bumi Batara Gowa RW 3 RT 2. Hal ini membuktikan

Page 2: Aspek Non Fisik

bahwa pembangunan Perumahan Bumi Batara Gowa memiliki sistem

penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat

sebagai pelaku utama.

2. Aspek Ekonomi

Kondisi perekonomian masyarakat di Perumahan Bumi Batara Gowa dapat

ditinjau dari beberapa hal, yaitu mata pencaharian, pendapatan, dan usaha

rumah tangga (UBR). Mata pencaharian warga yang tinggal di perumahan ini

diantaranya PNS, Polisi, Tentara, dokter, dan wiraswasta. Warga yang

bekerja sebagai PNS rata-rata merupakan guru dan dosen pengajar di

beberapa sekolah serta universitas yang ada di Kabupaten Gowa maupun

Kota Makassar. PNS merupakan mata pencaharian warga yang paling

mendominasi di Perumahan Bumi Batara Gowa dengan presentase 80%-

90%, pernyataan ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Pak Yaya yang

sudah 15 tahun bertempat tinggal diperumahan ini. Mengetahui mata

pencaharian di Perumahan Bumi Batara Gowa memiliki jadwal yang padat

dan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dibandingkan di

rumah, hal ini menyebabkan kondisi lingkungan di Perumahan Bumi Batara

Gowa sepi pada pagi hari dan siang hari, namun ramai pada sore hari karena

banyak anak-anak yang bermain disekitar lapangan beserta warga yang

sudah pulang kantor menyempatkan diri untuk bercengkrama dengan

tetangga. Jika ditinjau dari aspek pendapatan, warga Perumahan Bumi

Batara Gowa yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS rata-rata merupakan

golongan IV ke atas yang berpendapatan > Rp.5.000.000 perbulan,

begitupun dengan warga yang bekerja sebagai polisi, dokter, dan wiraswasta,

dari pendapatan tersebut, dapat diketahui bahwa warga yang tinggal di

Perumahan ini termasuk dalam tingkat ekonomi menengah ke atas, hal ini

dapat dibuktikan dengan warga yang menghuni rumah di Perumahan Bumi

Batara Gowa seharga Rp.270.000.000. Warga yang termasuk dalam

Page 3: Aspek Non Fisik

golongan sejahterah tentu mampu memenuhi kebutuhan primer, sekunder,

dan tersier, salah satu kebutuhan tersier adalah kendaraan pribadi seperti

mobil, terdapat beberapa rumah yang memiliki KDB > 60%, sehingga tidak

ada ruang untuk parkir kendaraan, hal ini membuat warga menggunakan

parkir on street yang berakibat pada jalur pejalan.

Jenis usaha rumah tangga yang ada di Perumahan Bumi Batara Gowa yaitu

warung-warung kecil yang menjual keperluan sehari-hari, namun barang-

barang yang dijual tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan warga yang

tinggal di perumahan ini, sehingga masih banyak warga yang lebih memilih

membeli di luar, apalagi terdapat pasar yang tidak jauh dari Bumi Batara

Gowa.

(Warung) (Parkir on street)

3. Aspek Sosial Kemasyarakatan

Dalam suatu kawasan permukiman dan perumahan terdapat tempat untuk

melakukan kegiatan bermasyarakat, seperti pemilihan ketua RT/RW,

olahraga, rapat warga,dan lain-lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut tentunya

dapat diketahui interaksi sosial yang terjalin antar warga, Menurut Pak Bahar

salah satu narasumber yang sudah 10 tahun bertempat tinggal di Bumi

Batara Gowa, mengatakan bahwa, interaksi sosial masyarakat disini sejak

dulu sudah terjalin dengan baik antar warga, tiap satu kali dalam 2 minggu

Page 4: Aspek Non Fisik

kami melakukan gotong royong untuk membersihkan masjid, selokan, dan

jalan. Selain itu, jika ada pengumuman di masjid, warga kompleks dengan

cepat berkumpul di masjid, dan juga gerbang perumahan Bumi Batara Gowa

merupakan hasil gotong royong masyarakat, baik dari tenaga maupun materi.

Dari pernyataan yang diberikan Pak Agung dapat diketahui terdapat

hubungan yang begitu erat antar masyarakat, hal ini didukung oleh tingkat

pendidikan masyarakat S1, S2, bahkan lebih sehingga dalam menyikapi

suatu masalah, masyarakat mampu menyelesaikan dengan cara

bermusyawarah dan akan lebih menghargai perbedaan. Selain itu, mata

pencaharian masyarakat yang relatif sebagai PNS, pada hari libur warga bisa

memanfaatkan waktu dengan bergotong royong membersihkan kompleks,

dengan kerja sama yang begitu baik, bersama-sama warga mampu

memperbaiki gerbang yang ada didepan kompleks, penyelesaian gerbang

tersebut berasal dari swadaya masyarakat. Melanjutkan wawancara dengan

Pak Agung, beliau mengatakan bahwa akhir-akhir ini, hubungan antar warga

sedikit terganggu akibat perbedaan pendapat mengenai pemilihan calon

bupati Kabupaten Gowa, yang mereka dukung, kini terdapat sekat-sekat

diantara setiap pendukung calon bupati masing-masing, hal ini membuat Pak

Agung resah karena dalam waktu yang lama interaksi sosial di Bumi Batara

Gowa begitu baik. Hal ini diharapkan pada saat pemilihan Bupati Kabupaten

Gowa telah selesai, hubungan antar warga bisa membaik kembali.

(Kondisi Lingkungan pada siang hari)

Page 5: Aspek Non Fisik

(Gerbang Bumi Batara Gowa)

7. Aspek Budaya

Dalam suatu kawasan permukiman terdapat berbagai ragam suku, budaya,

dan adat istiadat yang dimiliki setiap warga, namun hal ini tidak menghalangi

warga untuk berbaur satu sama lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan

salah satu narasumber yaitu Pak Yaya, terdapat tiga suka yang terdapat di

perumahan ini, yaitu Bugis, Makassar, dan Toraja, dan warga yang tinggal di

Bumi Batara Gowa didominasi oleh muslim. Berdasarkan pernyataan

tersebut dapat diketahui bahwa walaupun warga yang bertempat tinggal di

perumahan ini berbeda-beda, mereka tetap saling menghargai baik suku

maupun kepercayaan, Hal ini dibuktikan dengan kegiatan gotong royong tiap

satu kali dalam dua minggu dilakukan, dalam kegiatan gotong royong

tersebut, baik warga muslim dan warga lainnya membuat jalan di depan

masjid. Budaya gotong royong yang dilakukan masyarakat merupakan suatu

usaha pelengkapan prasarana perumahan. Perkembangan di sepanjang

jalan malino juga berpengaruh adanya migrasi dari berbagai daerah, warga

baru yang bertempat tinggal di Bumi Batara Gowa tentu masih perlu

beradaptasi dengan daerah baru pula, menurut istri dari Pak Agung, warga

baru yang tinggal di perumahan ini kurang aktif jika ada kegiatan seperti

gotong royong. Hal ini yang nantinya akan menimbulkan sekat-sekat kembali

antar warga.

Page 6: Aspek Non Fisik

8. Aspek Psikologis

Lingkungan kawasan perumahan dan permukiman akan berpengaruh pada

aspek Psikologis masyarakat yang tinggal di tempat tersebut. Aspek

psikologis ditinjau dari rasa aman, rasa tentram, rasa senang, rasa takut, dan

rasa gelisah. Di Perumahan Bumi Batara Gowa warga mengalami rasa takut

dan gelisah/was-was terhadap keamanan lingkungan tempat tinggal mereka,

karena tidak terdapat permbatas gerbang depan dan gerbang belakang yang

berupa pagar untuk membatasi perumahan mereka, sehingga akan memicu

adanya orang asing yang masuk, belum lagi pedagang yang dengan bebas

masuk untuk berjualan pada siang hari akan membuat warga gelisah.

Menurut Pak Agung, pengadaan penjaga untuk perumahan ini pernah

dilakukan, namun masih tetap saja ada yang kehilangan dan kini sudah

ditiadakan. Inisiatif warga untuk melakukan ronda malam dianggap tidak

efektif karena hanya beberapa yang berkontribusi. Aspek psikologis yang

dirasakan warga Perumahan Bumi Batara Gowa merupakan akibat dari

kurangnya sarana keamanan seperti pos penjagaan sehingga dapat

mengurangi kekhawatiran warga terhadap lingkungan tinggal mereka.