aspek hukum.doc

27
Kata pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Aspek Hukum Inform Concent”.Makalah ini berisikan tentang inform concent atau yang lebih khususnya membahas penerapan komunikasi antara dokter dan pasien, Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Aspek Hukum Inform Concent. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Pangkep,03 Januari 2013 Penyusun

Upload: evelinaadeliayunus

Post on 04-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: aspek hukum.doc

Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya

berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada

waktunya yang berjudul “Aspek Hukum Inform Concent”.Makalah ini

berisikan tentang inform concent atau yang lebih khususnya

membahas penerapan komunikasi antara dokter dan pasien,

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita

semua tentang Aspek Hukum Inform Concent.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal

sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha

kita. Amin.

Pangkep,03 Januari 2013

Penyusun

Page 2: aspek hukum.doc

Bab IPendahuluan

Informed Consent” terdiri dari dua kata yaitu “informed” yang

berarti telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan

“consent” yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi

“informed consent” mengandung pengertian suatu persetujuan

yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian

“informed consent” dapat didefinisikan sebagai persetujuan yang

diberikan oleh pasien dan atau keluarganya atas dasar penjelasan

mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap dirinya

serta resiko yang berkaitan dengannya.

Menurut D. Veronika Komalawati, SH , “informed consent”

dirumuskan sebagai “suatu kesepakatan/persetujuan pasien atas

upaya medis yang akan dilakukan dokter terhadap dirinya setelah

memperoleh informasi dari dokter mengenai upaya medis yang

dapat dilakukan untuk menolong dirinya disertai informasi

mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

Di Indonesia perkembangan “informed consent” secara yuridis

formal, ditandai dengan munculnya pernyataan Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) tentang “informed consent” melalui SK PB-IDI No.

319/PB/A.4/88 pada tahun 1988. Kemudian dipertegas lagi dengan

PerMenKes No. 585 tahun 1989 tentang “Persetujuan Tindakan

Medik atau Informed Consent”. Hal ini tidak berarti para dokter dan

tenaga kesehatan di Indonesia tidak mengenal dan melaksanakan

“informed consent” karena jauh sebelum itu telah ada kebiasaan

pada pelaksanaan operatif, dokter selalu meminta persetujuan

tertulis dari pihak pasien atau keluarganya sebelum tindakan

operasi itu dilakukan.

Page 3: aspek hukum.doc

             Hak asasi manusia untuk hidup sehat yang dicanangkan

oleh masyarakat internasional sudah tumbuh menjadi tekad bangsa-

bangsa di Dunia untuk meyelengarakan kehidupan manusia yang

sejahtera, oleh karena itu istilah keseahtan harus diartikan “

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social

yang memungkinkan setiap orang hidup proaktif secara social dan

ekonomi.

             Tuntutan hak asasi manusia dibidang kesehatan mengubah

kedudukan pasien (patient rights) yang semula bersifat asimetris

karena kecendrungan professional yang mengutamakan efesiensi

professional, pasien dianggap orang sakit tanpa diperhitungkan

dalam arti dilupakan kedudukanya sebagai manusia yang

mempunyai hak asasi kesehatannya, sementara Menurut

pandangan paternalistik, hubungan anatara dokter dengan pasien,

dimana dokter berperan sebagai orang tua dari pasien dan

keluarga, segala informasi, keputusan, dan tindakan medis terhadap

pasien sepenuhnya ditangan dokter.

Hal ini berkaitan juga kecendrungan penayalahgunaan profesi

kesehatan yang didorong oleh kepentingan sumber mencari nafkah

melalui ilmu pengetahuan kesehatan yang cendrung mengorbankan

nilai-nilai etika menyimpang dari dalil hipokrates bahwa ilmu

kedokteran adalah ilmu yang mulia, yang seharusnya kelompok

professional altrustik untuk mementingkan kesejahteraan orang lain

ditas kepentingannya sendiri.  .

            Pelaksanaan  informed concent wajib hukumnya bagi dokter

dan perawat, jika kewajiban informed concent ini diabaikan akan

dapat merugikan salah satu pihak, baik dokter maupun pasien, apa

bila pasien tidak puas dengan informasi yang diterima tentang

barbagai aspek penyakit mereka, atau dokter menganggap

informed concent merupakan suatu tugas yang dianggap sukar

untuk dikerjakan, maka akan mengakibatkan terjadinya tuntutan

hukum, terhadap dokter selaku penyelenggara pelayanan

kesehatan.

Page 4: aspek hukum.doc

Bab IIPembahasan

1) pengertian informed concent

            Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan

komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien dan

bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak

akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek

hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, atau

perjanjian yang bersifat khusus, karena dalam pelayanan

kesehatan, dokter tidak bisa menjanjikan sesuatu dalam upaya

penyembuhan seseorang, akan tetapi seorang dokter akan selalu

berupaya semaksimal mungkin menurut standar pelayanan dan

keilmuan tertinggi yang dimiliki oleh dokter tersebut dalam upaya

penyembuhan dan penyelamatan nyawa seseorang, karena setiap

tindak dalam pelayanan kesehatan mengandung resiko, maka dari

itu informed concent lebih cendrung kearah persetujuan sepihak

atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

Informed concent terdidri atas dua suku kata yaitu informed

dan concent, informed bearti telah diberitahukan, telah disampaikan

atau telah diinformasikan sedangkan concent bearti persetujuan,

dengan demikian informed concent dalam profesi kedokteran

adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga pasien

terhadap pelayanan kesehatan yang akan dijalani oleh seorang

Page 5: aspek hukum.doc

pasien, setelah pasien tersebut mendapatkan informasi

( penjelasan) yang lengakap dari dokter yang akan melakukan

tindakan tersebut.

2) Aspek Hukum Inform Concent

Dalam hubungan hukum, pelaksana dan pengguna jasa

tindakan medis (dokter, dan pasien) bertindak sebagai “subyek

hukum ” yakni orang yang mempunyai hak dan kewajiban,

sedangkan “jasa tindakan medis” sebagai “obyek hukum” yakni

sesuatu yang bernilai dan bermanfaat bagi orang sebagai subyek

hukum, dan akan terjadi perbuatan hukum yaitu perbuatan yang

akibatnya diatur oleh hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja

maupun oleh dua pihak.

Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa

tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik

Kedokteran Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat

melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum

pidana maupun hukum administrasi, sepanjang hal itu dapat

diterapkan.

Pada pelaksanaan tindakan medis, masalah etik dan hukum

perdata, tolok ukur yang digunakan adalah “kesalahan kecil” (culpa

levis), sehingga jika terjadi kesalahan kecil dalam tindakan medis

yang merugikan pasien, maka sudah dapat dimintakan

pertanggungjawabannya secara hukum. Hal ini disebabkan pada

hukum perdata secara umum berlaku adagium “barang siapa

merugikan orang lain harus memberikan ganti rugi”.

Sedangkan pada masalah hukum pidana, tolok ukur yang

dipergunakan adalah “kesalahan berat” (culpa lata). Oleh karena itu

adanya kesalahan kecil (ringan) pada pelaksanaan tindakan medis

belum dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk menjatuhkan sanksi

pidana.

Page 6: aspek hukum.doc

Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh

pelaksana jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan

dari pihak pengguna jasa tindakan medis (pasien), sedangkan

pasien dalam keadaan sadar penuh dan mampu memberikan

persetujuan, maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat

dipersalahkan dan digugat telah melakukan suatu perbuatan

melawan hukum (onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365

Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). Hal ini karena

pasien mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga dokter dan harus

menghormatinya;

Aspek Hukum Pidana, “informed consent” mutlak harus dipenuhi

dengan adanya pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) tentang penganiayaan. Suatu tindakan invasive (misalnya

pembedahan, tindakan radiology invasive) yang dilakukan

pelaksana jasa tindakan medis tanpa adanya izin dari pihak pasien,

maka pelaksana jasa tindakan medis dapat dituntut telah

melakukan tindak pidana penganiayaan yaitu telah melakukan

pelanggaran terhadap Pasal 351 KUHP.

Sebagai salah satu pelaksana jasa tindakan medis dokter harus

menyadari bahwa “informed consent” benar-benar dapat menjamin

terlaksananya hubungan hukum antara pihak pasien dengan dokter,

atas dasar saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing

pihak yang seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan. Masih

banyak seluk beluk dari informed consent ini sifatnya relative,

misalnya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu inforamsi

sudah atau belum cukup diberikan oleh dokter. Hal tersebut sulit

untuk ditetapkan secara pasti dan dasar teoritis-yuridisnya juga

belum mantap, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih

mendalam lagi terhadap masalah hukum yang berkenaan dengan

informed consent ini.

Page 7: aspek hukum.doc

3) Tujuan Inform Concent

Tujuan dari informed concent adalah agar pasien

mendapatkan informasi yang cukup untuk dapat mengambil

keputusan atas tindakan medis yang akan dijalani, kecuali jika

penyampaian informasi akan mempengaruhi psikis pasien, atau

pasien sendiri yang meminta dokter untuk tidak menyampaikan

informasi kepadanya. Dengan demikian dalam menyampaikan

informasi seorang dokter diharapkan tidak mengurangi materi

informasi sesuai dengan kebutuhan pasien serta tidak memaksa

pasien untuk segera memberikan keputusan setelah pasien

mendapatkan informasi.

Dalam penyampaian informasi ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yang dikenal dengan istilah 4 W, yaitu:

1.        What     : apa? ( yang perlu disampaikan )

2.        When    : kapan? ( disampaikan )

3.        Who      : siapa? ( yang harus menyampaikan )

4.        Which   : yang mana? ( yang perlu disampaikan )

1)        Apa yang perlu disampaikan.

Penjelasan yang harus disampaikan kepada pasien ruang

lingkupnya cukup luas, penjelasan tersebut kemungkinan berbeda

bagi setiap individu, tergantung dari kondisi dan tindakan medis

yang akan dijalani dalam rangka tanggung jawab moril terhadap

pasien (Puoernomo B)  Petugas kesehatan perlu memilih yang

terbaik dalam menyampaikan informasi, tanpa ada keterangan yang

disimpan atau terlupakan, tanpa mengabaikan keadaan psikis,

mental, sikap dari akibat ketakutan, serta kegoncangan jiwa pasien.

Pada dasarnya penjelasan dokter tersebut meliputi diagnose

penyakit, pemeriksaan, terapi, resiko, alternative, serta prognosis.

a)        Diagnosa penyakit

Page 8: aspek hukum.doc

Seorang dokter harus menjelaskan keadaan yang abnormal dari

tubuh pasien yang ditemui, sehingga diharapkan pasien mengetahui

tentang kondisi abnormal tersebut, baik diminta maupun tidak.

b)        Pemeriksaan

Pasien berhak untuk menolak atau melanjutkan pemeriksaan serta

mengetahui hasil pemeriksaan dan tujuan pemeriksaan agar tidak

terjadi kesalahpahaman antara pasien dan dokternya, misalnya

pemeriksaan terhadap tumor, dokter harus menjelaskan tujuan

pemeriksaan pap smear, dan seandainya setelah dilakukan

pemeriksaan ternyata ditemukan keganasan pada tumor tersebut,

maka dokter harus menjelaskan kepada pasien dan untuk

keputusan selanjutnya diserahkan kepada pasien tersebut.

c)        Pengobatan

Suatu pemulihan kesehatan yang diselenggarakan untuk

mengembalikan status kesehatan, dan mengembalikan fungsi

badan akibat cacat atau menghilangkan kecacatan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan sesuai dengan ilmu yang dimiliki serta

memiliki kewenangan untuk melakukan pengobatan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

d)       Resiko

Setiap tindakan medis memiliki resiko. Resiko yang mungkin terjadi

dalam melakukan pengobatan dan tindakan medis harus

disampaikan disertai dengan upaya antisipasi yang dilakukan oleh

dokter untuk menghindari terjadinya hal tersebut, seperti alergi,

idiosinkrotik,( kepekaan abnormal terhadap obat,protein atau zat-

zat lain berdasarkan kelainan genetika)  bahkan mungkin kematian,

yang selama ini jarang diungkapkan oleh dokter.

e)        Alternatif tindakan medis

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses

diagnosis dan terapi, dimana setiap proses harus dijelaskan apa

prosedur, manfaat, kerugian, dan efek yang mungkin dapat timbul

dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh pengobatan

Page 9: aspek hukum.doc

terhadap penyakit hipertiroidisme, pengobatan untuk penyakit ini

terdapat 3 pilihan, dengan obat, iodium radioaktif, subtotal

tireidektomi, dokter harus menjelaskan masing-masing pengobatan

tersebut, dengan menyebutkan kerugian dan komplikasi yang

mungkin dapat terjadi.

f)         Prognosis

Pasien berhak mengetahui tingkat keberhasilan dari suatu tindakan

medis, meskipun kondisi ini tidak bisa dipastikan, namun

berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh

seorang dokter, prediksi tindakan medis yang akan dijalani oleh

seorang pasien harus dijelaskan, komplikasi yang akan terjadi,

ketidaknyamanan, biaya dan resiko dari setiap pilihan, termasuk

tidak mendapatkan pengobatan atau tindakan. Pasien juga berhak

mengetahui apa yang diharapkan dan apa yang bakalan terjadi

sehubungan dengan tindakan tersebut, semua ini berdasarkan

kejadian dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang medis

2)          Kapan disampaikan

Usahakan penyampaian informasi kepada pasien tidak terlalu

lama jaraknya antara awal pemeriksaan sampai keputusan tindakan

medik, karena kondisi seperti ini akan menimbulkan suatu

pertanyan dan persoalan bagi pasien jika penyampaian informasi

dengan tindakan medik memakan waktu yang cukup lama dan

kondisi ini juga akan berpengaruh terhadap penyakit dan tindakan

medis yang akan dilakukan

3)        Siapa yang harus menyampaikan

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 585 Tahun 1989 Pasal

6, dijelaskan untuk tindakan bedah dan tindakan invatif lain harus

disampaikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan dan tenaga

paramedic (bidan, perawat) yang terlibat dalam tindakan tersebut.

Dan jika dalam keadaan tertentu dokter tersebut tidak ada maka

informasi harus diberikan oleh dokter lain dengan pengetahuan atau

Page 10: aspek hukum.doc

petunjuk yang bertanggungjawab. Asas untuk memperoleh

informasi dalam pengadaan persetujuan tindakan medik menjadi

unsur penting untuk menentukan tanggung jawab jika timbul eror

yang tidak diinginkan oleh dokter atau pihak yang bersangkutan

 

4)        Yang mana yang akan diinformasikan

Mengenai informasi mana yang akan dijelaskan, seorang

medis harus menginformasikan seluruhnya tentang keadaan dan

kondisi pasien dan tidak ada hal-hal yang dirahasiakan, kecuali

dokter menilai dan pasien menolak untuk disampaikan informasi

tentang penyakitnya, yang akan dapat mempengaruhi kondisi

kesehatan pasien tersebut, maka informasi dapat disampaikan

kepada keluarga pasien. Sesuai dengan keputusan Menteri

Kesehatan No 585 Tahun 1989, meskipun penyampaian informasi

merupakan hal yang terpenting dalam informed concent yang harus

disampaikan kepada pasien, namun dalam kondisi tertentu

penyampaian informasi tidak berlaku, seperti keadaan emergensi.

Dalam kondisi seperti ini informasi mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan tindakan medis tidak perlu disampaikan,

mengingat kondisi pasien yang tidak sadar dan tidak bisa

memberikan persetujuan, dan hal yang terpenting adalah

penyelamatan nyawa pasien, maka dalam kondisi seperti ini tidak

praktis lagi untuk menunda tindakan atau mempermasalahkan

informed consent, tindakan penyelamatan pasien merupakan hal

yang terpenting, karena di khawatirkan jika terlambat dilakukan

tindakan pasien akan celaka, ketentuan ini tercantum dalam

Permenkes No 585 Tahun 1989 Pasal 11 yang berbunyi, dalam hal

pasien yang tidak sadar atau pingsan serta tidak didampingi oleh

keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat

dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera, untuk

kepentingannya tidak perlu minta persetujuan dari siapapun.

Page 11: aspek hukum.doc

4) Informed consent sebagai perlindungan hukum profesi

kesehatan kesehatan

            Profesi kesehatan merupakan profesi yang memberikan

pelayanan kesehatan pada masyarakat, dan pelayanan kesehatan

tersebut ada kalanya tidak memuasakan dalam arti kegagalan

diagnosis maupun therapeutic. Dalam hal pelayanan kesehatan hal

pelayanan kesehatan diperlukan perlindungan hukum bagi’ Health

provider” dan health receiver” untuk mewujudkan “ hukum untuk

kesejahteraan social” sesuai dengan perkembangan zaman era

peningkatan masyarakat yang beradap.

            Perlindungan hukum bagi provider diperlukan atisipasi untuk

meningkatkan kesadaran hukum yang berhubungan dengan jasa

pelayanan kesehatan serta kesadaran pula melakukan tugas sesuai

dengan standard profesi yang berlaku, salah satunya adalah

pelaksanaan informed          

Consent dan rekam medic. Sebaliknya kesadaran hukum bagi

reciever diperlukan antisipasi untuk memenuhi hukum yang

menjamin kepentinganya tanpa mengorbankan profesi tertentu

dengan memperhatiakan asas proposional dan asas utilitas dari

perkembangan hukum yang dinamis.

            Pemenuhan hak asasi manusia merupakan dasar utama

pengadaan informed consent dalam rangka pelayanan kesehatan

untuk kemanusiaan, serta bertujuan untuk melindungi pasien dari

segala tindakan medic dan perlindungan tenaga kesehatan

terutama dokter terhadap terjadinya akibat yang tak terduga serta

dianggap merugikan pihak lain.

Dalam rangka penyelengaraan pelayanan kesehatan sealin

bersifat azasi kemanusiaan  dan azasi pemeliharaan kesehatan juga

diharapakan terlaksana hubungan yang lancar antara pasien denga

tenaga kesehatan, akan tetapi bisa menimbulkan masalah bila

terbentur antara 2 dilema prisip yaitu prisip memberikan kebaikan

kepada pasien yang bertolak dari sudut pandang “ nilai etika” dan

Page 12: aspek hukum.doc

ilmu kesehatan berdasarka pengetahuan, pengalamam, dan

ketrampilan dokter dan perawat , kontra dengan prinsip

menghormati hak menentukan hak menentukan diri sendiri dari

sudut pandang pasien.   

Memberikan penjelasan kepada pasien dalam rangka

memperoleh ijin persetujuan pasien untuk melakukan tindakan

medic , kadang kala terdapat pertimbangan demi maksud

memepringan penderitaan pasien atau demi maksud tidak

menakutkan perasaan pasien untuk ytidak menjadi goncang,

sehingga penjelasan yang tidak lengkap keran ada bagian yang

sengaja disimpan untuk menghindari akibat buruk kepada pasien,

suatu dari penjelasan yang tidak lengkap ini biasanya dalam kasus

yang terjadi terdapat” resiko besar” sebelumnya tidak terduga lebih

dahulu yang disebabkan oleh rasa tanggung jawab etika kedokteran

untuk memperlakukan hal yang terabaik terhadap pasien.

Setelah seorang dokter memiliki izin untuk  menjalankan

praktik, muncul .hubungan hukum.dalam rangka pelaksanaan

praktik kedokteran yang masing-masing pihak (pasien dan dokter)

memiliki otonomi kebebasan, hak dan kewajiban) dalam menjalin

komunikasi dan interaksi dua arah. Hukum memberikan

perlindungan kepada kedua belah pihak  melalui perangkat hukum

yang disebut informed consent. Objek, dalam hubungan hukum

tersebut adalah pelayanan kesehatan kepada pasien.Dikaitkan

dengan UUPK, perangkat hukum informed consent tersebut

diarahkan untuk:

a. Menghormati harkat dan martabat pasien melalui pemberian

informasi dan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan

b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

c. Menumbuhkan sikap positif dan iktikad baik,serta profesionalisme

pada peran dokter (dan dokter gigi) mengingat pentingnya harkat

dan martabat pasien

d. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar

dan persyaratan yang berlaku.

Page 13: aspek hukum.doc

 Dalam palayanan kesehatan hal yang harus diutamakan dalam

hubungan ini adalah terbentuknya saling percaya dalam usaha

membangun kesederajatan di antara kedua belah pihak. Hak

individu di bidang kesehatan bertumpu pada lima prinsip, yaitu:

1.      Hak menentukan diri sendiri” the right to self determination”

2.      Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan atau” the right to helt it

care”

3.      Hak untuk memperileh informasai secara terbuka atau” the right to

information”

4.      Hak asasi manusia “ the right to protection of privacy”

5.      Hak untuk pendapat dokter kedua  “ the right to second

opini”( Poernomo.B)

Hak  tersebut berorientasi pada nilai sosial dan berorientasi pada

ciri atau karakteristik individual. Hak dan kewajiban yang timbul

dalam hubungan pasien dengan dokter (dan dokter gigi) meliputi

penyampaian informasi dan penentuan tindakan. Pasien wajib

memberikan informasi yang berkaitan dengan keluhannya dan

berhak menerima informasi yang cukup dari dokter/dokter gigi

(right to information), selanjutnya pasien berhak mengambil

keputusan untuk dirinya sendiri (right to self determination). Dokter

berhak mendapatkan informasi yang cukup dari pasien dan wajib

memberikan informasi yang cukup pula sehubungan dengan kondisi

ataupun akibat yang akan terjadi. Selanjutnya dokter berhak

mengusulkan yang terbaik sesuai kemampuan dan penilaian

profesionalnya (ability and judgement) dan berhak menolak bila

permintaan pasien dirasa tidak sesuai dengan norma, etika serta

kemampuan profesionalnya.Selain hal di atas, dokter wajib

melakukan pencatatan (rekam medik) dengan baik dan benar.

Secara tegas  didalam UUPK telah mengatur materi muatan tentang

informed consent:

A. Prinsip otoritas pasien, diwujudkan dengan pengaturan

bahwasanya setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi harus

mendapat persetujuan. Persetujuan pasien baru dapat diberikan

Page 14: aspek hukum.doc

setelah menerima informasi dan memahami segala sesuatu yang

menyangkut tindakan tersebut.UUPK Pasal 45

C. Prinsip pencatatan (rekam medik)26 yang wajib dibuat oleh

dokter. Beberapa literature menyatakan bahwa rekam medik

mempunyai nilai Administration, Legal, Finance,

Research,Education, dan Documentation (ALFRED).Dalam hukum

acara perdata maupun pidana dikenal: alat bukti dengan tulisan,

bertolak dari hal tersebut maka, selama ini rekam medic sebagai

catatan yang dibuat dokter (dan dokter gigi) dianggap dapat

digunakan sebagai: alat bukti dengan tulisan, meskipun di dalam

perkembangan selanjutnya, pendapat tersebut masih mungkin

ditinjau kembali. Rekam medic bukan alat bukti menurut undang-

undang,meskipun dapat digunakan sebagai petunjuk pembuktian

sepanjang dilakukan dengan benar sesuai ketentuan yang berlaku.

B.p

            Hubungan antara dokter-pasien dalam pelaksanaan

informed consent diatur dengan peraturan-peraturan tertentu agar

terjadi keharmonisan dalam pelaksanaannya. Seperti diketahui

hubungan tanpa peraturan akan menyebabkan ketidakharmonisan

dan kesimpangsiuran. Namun demikian hubungan antara dokter

dan pasien tetap berdasar pada kepercayaan terhadap kemampuan

dokter untuk berupaya semaksimal mungkin membantu

menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita pasien. Tanpa

adanya kepercayaan maka upaya penyembuhan dari dokter akan

kurang efektif. Untuk itu dokter dituntut melaksanakan hubungan

yang setara dengan dasar kepercayaan sebagai kewajiban

profesinya

Hubungan antara dokter dengan pasien yang seimbang atau

setara dalam ilmu hukum disebut hubungan kontraktual. Hubungan

kontraktual atau kontrak terapeutik terjadi karena para pihak, yaitu

dokter dan pasien masing-masing diyakini mempunyai kebebasan

dan mempunyai kedudukan yang setara. Kedua belah pihak lalu

mengadakan suatu perikatan atau perjanjian di mana masing-

Page 15: aspek hukum.doc

masing pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya satu

terhadap yang lain.Peranan tersebut berupa hak dan

kewajiban.Hubungan karena kontrak atau kontrak terapeutik

dimulai dengan tanya jawab (anamnesis) antara dokter dengan

pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik. Kadang-kadang

dokter membutuhkan pemeriksaan diagnostik untuk menunjang dan

membantu menegakkan diagnosisnya yang antara lain berupa

pemeriksaan radiologi atau pemeriksaan laboratorium, sebelum

akhirnya dokter menegakkan suatu diagnosis. Sebagaimana telah

dikemukakan, tindakan medic mengharuskan adanya persetujuan

dari pasien informed consent yang dapat berupa tertulis dan lisan.

Informed consent di Indonesia diatur secara Lex Spesialis

melalui aturan-aturan yang mengatur secara khusus mengenai

informed consent. Secara   operasional informed concent diatur oleh

Permenkes RI Nomor 585/MENKES/Per/IX/1989 tanggal 2 Desember

1989. Yang dirinci lebih lanjut dalam SK Yan Dik No. HK.

00.06.6.5.1866 Tahun 1999 tentang Pedoman Persetujuan Tindakan

Medis. Selain itu pengaturan informed concent juga bisa didapat

dalam UU Praktek Kedokteran Nomor 29 Tahun 2004.

Menurut UU Praktek Kedokteran No 29 Tahun 2004 Pasal 39,

praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan kesepakatan

antara dokter dengan pasien; Pasal 45 yaitu (1) setiap tindakan

harus mendapat persetujuan pasien (2) persetujuan dimaksud

setelah pasien mendapat penjelasan lengkap (3) penjelasannya

mencakup: diagnosis, tujuan, alternatif, resiko, komplikasi dan

prognosis (4) persetujuan secara tertulis maupun lisan; Pasal 52

yaitu (a) pasien berhak mendapatkan penjelasan lengkap tentang

tindakan medis (b) meminta pendapat (c) menolak tindakan medis.

Komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan sesuatu

yang sangat penting dan wajib. Kewajiban ini dikaitkan dengan

upaya maksimal yang dilakukan dokter dalam pengobatan

pasiennya. Keberhasilan dari upaya tersebut dianggap tergantung

dari keberhasilan seorang dokter untuk mendapatkan informasi

Page 16: aspek hukum.doc

yang lengkap tentang riwayat penyakit pasien dan penyampaian

informasi mengenai penatalaksanaan pengobatan yang diberikan

dokter. Melihat pentingnya komunikasi timbal balik yang berisi

informasi ini, maka secara jelas dan tegas diatur

dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran Paragraf 2, Pasal 45 ayat (2), (3), Paragraf 6, Pasal 50

huruf (c), Paragraf 7, Pasal 52 huruf (a), (b), dan Pasal 53 huruf (a).

Paragraf 6 dan 7 dalam Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik  Kedokteran secara jelas menyebutkan mengenai

hak dan kewajiban dokter dan hak dan kewajiban pasien yang di

antaranya memberikan penjelasan dan mendapatkan informasi. Hak

pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari

hak dasar individual dalam bidang kesehatan (The Right of Self

Determination).

Meskipun sebenarnya sama fundamentalnya, hak atas

pelayanan kesehatan sering dianggap lebih mendasar. Dalam

hubungan dokter-pasien, secara relatif pasien berada dalam posisi

yang lebih lemah. Kekurangmampuan pasien untuk membela

kepentingannya yang dalam hal ini disebabkan ketidaktahuan

pasien pada masalah pengobatan, dalam situasi pelayanan

kesehatan menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk

mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi tindakan

atau perlakuan dari para profesional kesehatan. Berdasarkan hak

dasar manusia yang melandasi transaksi terapeutik

(penyembuhan), setiap pasien bukan hanya mempunyai kebebasan

untuk menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya atau

tubuhnya, tetapi ia juga terlebih dahulu berhak untuk mengetahui

hal-hal mengenai dirinya. Pasien perlu diberi tahu tentang

penyakitnya dan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan

dokter terhadap tubuhnya untuk menolong dirinya serta segala

risiko yang mungkin timbul kemudian.

Page 17: aspek hukum.doc

 Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai

perjanjian antara dua pihak, atau perjanjian yang bersifat khusus,

karena dalam pelayanan kesehatan, dokter tidak bisa menjanjikan

sesuatu dalam upaya penyembuhan seseorang, akan tetapi seorang

dokter akan selalu berupaya semaksimal mungkin menurut standar

pelayanan dan keilmuan tertinggi yang dimiliki oleh dokter tersebut

dalam upaya penyembuhan dan penyelamatan nyawa seseorang,

karena setiap tindakan dalam pelayanan kesehatan mengandung

resiko, maka dari itu informed concent lebih cendrung kearah

persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.

Bab III

Penutup

1) Kesimpulan

Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum

dari segala tindakan medis yang dilakukan tanpa

sepengetahuannya, maupun tindakan pelaksana jasa tindakan

medis yang sewenang-wenang, tindakan malpraktek yang

bertentangan dengan hak asasi pasien dan standar profesi medis,

serta penyalahgunaan alat canggih yang memerlukan biaya tinggi

Page 18: aspek hukum.doc

atau “over utilization” yang sebenarnya tidak perlu dan tidak ada

alasan medisnya;

Dalam inform concent ada beberapa hal yang harus di

perhatikan, antara lain :

1.        What     : apa? ( yang perlu disampaikan )

2.        When    : kapan? ( disampaikan )

3.        Who      : siapa? ( yang harus menyampaikan )

4.        Which   : yang mana? ( yang perlu disampaikan)

2) Saran

Saran saya agar dalam pelayanan kesehatan, baik tenaga medis

maupun tenaga non medis diharapkan agar lebih memperhatikan

dalam memberikan informasi, khususnya “inform concent” yang

baik dan jelas.

Daftar pustaka

http://drg-ezwandra.blogspot.com/2011/10/informed-consent-

sebagai-perlindungan.html diakses pada tanggal 03 Januari 2013

Guwandi,J, Informed Consent,Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.2004Guwandi, J, Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.1994Hanafiah,j,M.,Amir,A,1997,Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi 3, EGC, Bandung

Page 19: aspek hukum.doc

_______,2006, Kumpulan lengkap perundangan Hak Asasi Manusia, pustaka yustisia,Yogyakarta.Sampurno.s Health and Human righth otonomi pasien dan Informed Consent, prosiding seminar dan lokakarya,IDI Jakarta  2003

Daftar isi

Daftar isi …………………………………………………………………..….…. i

Kata pengantar …………………………………………...……………..

……... ii

Page 20: aspek hukum.doc

Bab I Pendahuluan ………………..…………………………….……………...

3

Bab II Pembahasan ……………….……………………….…………………….

5

Pengertian inform concent ……………………....………….……..…..

5

Aspek Hukum Inform concent …………………………………....……

5

Tujuan Inform Concent …………………………………..……….……

7

Informed consent sebagai perlindungan hukum profesi

kesehatan.... 11

Bab III Penutup …………………………………………….......…...……..……

13

Kesimpulan ………………………………………………………..……..

13

Saran …………………………………………………………..………….

13

Daftar Pustaka ……………………………………………………..

……………. 14

Page 21: aspek hukum.doc

Tugas mata kuliah : “HUKUM DAN ETIKA RUMAH

SAKIT”

Disusun oleh :

Nama : Kurnia Sri Rahayu

Nim : 2011 08 583

Program Pasca Sarjana Megister Management

Universitas Muhammadiyah Makassar

2013