asp - auditor internal pemerintahan

19
LEMBAGA AUDIT INTERNAL SEKTOR PUBLIK Audit internal dilakukan oleh auditor intern, yaitu adalah suatu fungsi penilai independen yang didirikan di dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas auditan. Auditor intern bekerja di suatu organisasi untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen organisasi. Auditor intern biasanya melaporkan hasil audit kepada komite audit atau dewan komisaris. Sementara audit keuangan dilaksanakan oleh auditor independen yang mempunyai sertifikat akuntan yang merupakan auditor ekstern. Audit internal melaksanakan audit ketaatan dan operasional untuk organisasinya. Audit internal mengukur tingkat ketaatan setiap lini organisasi dengan kebijakan dan peraturan organisasi. Selain itu, auditor internal juga melaksanakan audit operasional seperti penilaian sistem komputer akuntansi. Pengendalian Intern Pemerintah Aparat pengendalian intern pemerintah terdiri dari BPKP, Itjen Departemen/Unit Pengawasan LPND, Satuan Pengawasan Intern

Upload: evanaja

Post on 19-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASP - Auditor internal pemerintahan

TRANSCRIPT

Page 1: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

LEMBAGA AUDIT INTERNAL SEKTOR PUBLIK

Audit internal dilakukan oleh auditor intern, yaitu adalah suatu fungsi penilai independen yang

didirikan di dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas auditan. Auditor

intern bekerja di suatu organisasi untuk melakukan audit bagi kepentingan manajemen

organisasi. Auditor intern biasanya melaporkan hasil audit kepada komite audit atau dewan

komisaris. Sementara audit keuangan dilaksanakan oleh auditor independen yang mempunyai

sertifikat akuntan yang merupakan auditor ekstern. Audit internal melaksanakan audit ketaatan

dan operasional untuk organisasinya. Audit internal mengukur tingkat ketaatan setiap lini

organisasi dengan kebijakan dan peraturan organisasi. Selain itu, auditor internal juga

melaksanakan audit operasional seperti penilaian sistem komputer akuntansi.

Pengendalian Intern Pemerintah

Aparat pengendalian intern pemerintah terdiri dari BPKP, Itjen Departemen/Unit Pengawasan

LPND, Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD. Tujuan pengawasan APIP adalah mendukung

kelancaran dan ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan sedangkan ruang

lingkup pemeriksaannya adalah pemeriksaan operasional dan pemeriksaan komprehensif.

Disamping itu berdasarkan Inpres No. 15 tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengawasan, pada semua satuan organisasi pemerintahan termasuk proyek pembangunan di

lingkungan departemen/LPND diciptakan pengawasan atasan langsung/pengawasan melekat.

1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Page 2: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

BPKP dibentuk berdasarkan Keppres No. 31 tahun 1983, pada saat itu BPKP merupakan

peningkatan fungsi pengawasan yang sebelumnya dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Pengawasan Keuangan Negara, Departemen Keuangan. Berdasarkan Keputusan Kepala BPKP

No Kep- 06.00.00-080/K/2001 tentang Struktur Organisasi dan Tatakerja BPKP, BPKP

berkedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung

kepada presiden. Disamping itu terdapat peraturan baru berkenaan dengan BPKP yaitu Keppres

No 42 tahun 2002. Dalam melaksanakan tugasnya BPKP menyelenggarakan fungsi:

1). Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengawasan keuangan dan

pembangunan.

2). Perumusan pelaksanaan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan.

3). Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPKP.

4). Pemantauan, pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan keuangan

dan pembangunan.

5). Penyelenggaraan, pembinaan, dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan

umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

persandingan, perlengkapan, dan rumah tangga.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut BPKP mempunyai kewenangan:

1). Penyusunan rencana nasional secara makro dibidang pengawasan keuangan dan

pembangunan.

2). Perumusan kebijakan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan untuk mendukung

pembangunan secara makro.

Page 3: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

3). Penetapan sistim informasi dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan.

4). Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian

pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi dibidang pengawasan keuangan dan

pembangunan.

5). Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/ahli

serta persyaratan jabatan dibidang pengawasan keuangan dan pembangunan.

6). Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam pasal 71 Keppres No. 42 tahun 2002 dinyatakan bahwa BPKP melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan anggaran negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Disamping itu juga menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai pelaksanaan

APBN.

BPKP juga mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas operasi

berbagai program pemerintah dan BUMN. Salah satu contohnya adalah evaluasi pelaksanaan

komputerisasi di dalam suatu unit pemerintahan. Dalam hal ini para auditor dapat meninjau dan

menganalisis segala aspek sistem komputerisasi tersebut, tetapi penekanan utamanya adalahpada

penilaian terhadap kekayaan peralatan, efeisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan keluaran,

serta hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan pelayanan yang sama dengan biaya

yang lebih rendah. Disamping itu terdapat juga audit ketaatan terhadap UU Perpajakan juga

dilakukan oleh auditor pemerintah di kantor-kantor Pelayanan/Pemeriksaan Pajak; demikian juga

audit yang dilakukan oleh auditor Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk tujuan (investigatif)

tertentu.

Page 4: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

2. Inspektorat Jenderal (Itjend) Departemen/Unit Pengawasan LPND

Itjen Dep./Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dibentuk

berdasarkan Keppres RI No 44 dan 45 tahun 1974. Keppres tersebut telah dicabut dengan

Keppres No 177 tahun 2000 dan Keppres No 173 tahun 2000 yang mengatur organisasi dan

tatakerja Itjen Dep./UP. LPND. Ketentuan perundang-undangan lain yang mengatur tugas Itjen

adalah Inpres No 15 tahun 1983 dan Keppres No 42 tahun 2002. Berdasarkan KMK No

2/KMK/2001 tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen Keuangan, Inspektorat Jenderal

bertugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan Departemen Keuangan terhadap

pelaksanaan tugas semua unsur berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan

peraturan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya Itjen menyelenggarakan

fungsi:

1). Penyiapan, perumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan.

2). Pemeriksan, pengujian, penilaian dan pengusutan terhadap kebenaran pelaksanaan tugas,

pengaduan, penyimpangan, dan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan unsur-unsur

Departemen.

3). Pembinaan dan pengembangan sistem dan prosedur serta teknis pelaksanaan pengawasan.

4). Penyampaian hasil pengawasan, pemantauan, dan penilaian penyelesaian tindak lanjut hasil

pengawasan.

5). Pelaksanaan urusan administrasi Itjen.

Dalam pengawasan APBN, pasal 70 Keppres No 42 tahun 2002 menyatakan bahwa Itjen

Departemen/Unit Pengawasan LPND melakukan pengawasan atas pelaksanaan anggaran negara

Page 5: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

yang dilakukan oleh kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam lingkungan

departemen/lembaga yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil

pemeriksaan Itjen/UP. LPND tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga yang

membawahkan proyek yang bersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada Kepala BPKP.

3. Badan Pengawasan Daerah

Sejalan dengan UU No. 32 tentang Pemerintah Daerah, paragraf 9 tentang Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD; maka dalam Pasal 184 ayat (1) disebutkan bahwa Kepala daerah

menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD

berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6

(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Namun demikian, dalam rangka pembinaan dan

pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah, maka akan senantiasa diadakan kegiatan

pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah; dan pengawasan terhadap

peraturan daerah dan peraturan kepala daerah. Pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan

oleh aparat pengawas intern Pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan Pasal 222 UU tentang Pemerintah Daerah maka telah diatur bahwa:

1). Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah secara nasional

dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri.

2). Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud

untuk kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Gubernur.

3). Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan desa dikoordinasikan oleh

Bupati/Walikota.

Page 6: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

4). Bupati dan walikota dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dapat

melimpahkannya kepada camat.

Atas dasar ketentuan di atas lah maka aparat pengawasan intern Pemerintah di suatu Daerah

(provinsi, kabupaten/kota) dilakukan oleh Badan Pengawasan.

4. Satuan Pengawasan Intern

BUMN dan BUMD merupakan perusahaan Negara dan daerah yang melayani masyarakat.

Dalam BUMN dan BUMD pun diperlukan juga pengawasan terhadap pengalokasian dana yang

telah diberikan oleh pemerintah pusat dan daerah agar lebih transparan. Sama seperti sektor

swasta maka manajemen perlu mendelegasikan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya kepada

pihak lain yaitu auditor internal yang berada di badan SPI (Satuan Pengawas Intern). Dalam

Tugiman (2000:9), menyatakan bahwa:

Pembentukan audit internal di Indonesia, khusunya BUMN dan BUMD, diatur

berdasarkan PP No. 3 tahun 1983 untuk persero dan PP No. 13 tahun 1998 untuk Perum dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1984 untuk BUMD yang intinya sebagai berikut:

1. Satuan pengawas intern bertugas membantu direktur utama dalam mengadakan penilaian atas

sistem pengendalian, pengelolaan (manajemen), dan pelaksanaannya pada badan usaha yang

bersangkutan dan memberikan saran-saran perbaikan.

2. Pimpinan BUMN dan BUMD menggunakan pendapat dan saran-saran dari satuan pengawas

intern sebagai bahan untuk melaksanakan penyempurnaan pengelolaan (manajemen) perusahaan

yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 7: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

Tanggung jawab atas pengelolaan BUMN dan BUMD bukan hanya terhadap pemerintah

akan tetapi kepada masyarakat Indonesia pada umumnya. Keberadaan auditor internal di divisi

SPI ini seharusnya dapat membantu manajemen dalam mempertanggungjawabkan

pengelolaannya dalam fungsi pengawasannya, sayangnya BUMN dan BUMD pun belum lepas

dari beberapa kasus yang secara tidak langsung dapat merugikan Negara. Padahal BUMN dan

BUMD ini sangat penting untuk hajat hidup orang banyak, namun dengan adanya beberapa

kasus dalam BUMN dan BUMD, membuat masyarakat mempertanyakan mengenai pengelolaan

atas asset yang seharusnya dikelola sebaik mungkin.

Ruang Lingkup Aparat Pengawas Intern Pemerintah

BPKP dalam pengawasan pelaksanaan APBN merupakan koordinator pengawasan Aparat

Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan pengawasan,

pelaporan hasil pengawasan dan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. BPKP dari segi

pemerintah merupakan aparat pengawasan intern sedangkan dari sudut departemen/lembaga

merupakan pengawas ekstern. Perbedaan lingkupnya adalah bila BPKP mengawasi seluruh

pelaksanaan APBN sedangkan Itjen departemen hanya mengawasi departemen yang

bersangkutan. Selain itu pengawasan BPKP diarahkan untuk akuntabilitas Depertemen/LPND,

penilaian tentang hasil program, penilaian tentang isu nasional yang berwawasan makro dan

strategis. Sedangkan pengawasan Itjen Dep./UP. LPND diarahkan untuk akuntabilitas program

pembangunan unit eselon I dan unit vertikalnya serta akuntabilitas program pembangunan

departemen, serta penilaian atas pelayanan aparatur pemerintah.

BPKP sebagai koordinator Aparat Pengawasan Intern telah menerbitkan Standar Audit Aparat

Pengawasan Fungsional Pemerintah dan berlaku dan harus ditaati oleh seluruh APFP. Standar

tersebut bertujuan untuk menjamin mutu koordinasi, perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,

Page 8: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

pemeriksaan dan mendorong efektivitas tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan. Dibidang

perencanaan pengawasan untuk mencegah tumpang tindih koordinasi perlu dilakukan melalui

mekanisme Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang penyusunannya dilakukan secara

bilateral antar masing-masing Itjen Dep./UP. LPND dan BPKP. Laporan disampaikan kepada

menteri yang bersangkutan dengan tembusan kepada pejabat eselon I dari objek pemeriksaan.

Tembusan laporan hasil pemeriksaan BPKP ditujukan kepada BPK, sedangkan laporan hasil

pemeriksaan itjen Dep./UP. LPND disampaikan kepada Menteri dengan tembusan kepada eselon

I yang diperiksa dan BPKP.

Manfaat Pengendalian Aparat Pengawas Fungsional

Pengendalian yang dilakukan oleh aparat pengawas fungsional pada dasarnya diterapkan agar

supaya pemerintah terkait memperoleh gambaran mengenai:

• intensitas pelaksanaan pengawasan atas pelaksanaan APBN.

• hasil pengawasan dan pelaksanaan APBN itu sendiri.

• sasaran pemeriksan dan kasus-kasus yang terjadi pada objek pemeriksaan.

• perkembangan tindak lanjut hasil pengawasan.

Tindak Lanjut Hasil Pengendalian

Pemeriksaan yang dilakukan aparat pengawas fungsional bertujuan untuk menilai kesesuaian

pelaksanaan APBN dengan ketentuan yang berlaku, tujuan yang direncanakan, dan

memperhatikan prinsip efisiensi dalam pencapaian tujuan. Hasil pemeriksaan yang berisi

penyimpangan ditindaklanjuti berupa tindakan admistratif kepegawaian berupa pengenaan

hukuman disiplin, tuntutan perdata, pengaduan tindak pidana serta penyempurnaan dalam

Page 9: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

pelaksanaan waskat yang terdiri atas persiapan pelaksanaan waskat meliputi pemahaman tentang

waskat itu sendiri dan menciptakan sarana waskat (Struktur organisasi, kebijakan pelaksanaan,

rencana kerja, prosedur kerja, pencatatan dan pelaporan serta pembinaan personel). Tahap

berikutnya adalah pelaksanaan waskat yang terdiri dari pemantauan yaitu tindakan untuk

mengikuti pelaksanaan kegiatan, pemeriksaan yaitu mengumpulkan dan mencari fakta yang

berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kegiatan berupa

perbandingan antara hasil kegiatan dan standar rencana norma serta menemukan faktor

penyimpangan dari rencana. Tahap terakhir tindak lanjut adalah untuk menyelesaikan masalah

yang telah diidentifikasi dalam pelaksanaan waskat.

Dalam audit kinerja, yang dicari auditor adalah permasalahan dan ketika ditemukan, auditor akan

menelusuri penyebabnya. Dalam audit keuangan, yang menjadi pusat perhatian adalah angka-

angka, dalam audit kinerja auditor lebih banyak berurusan dengan manusia. Bila dibandingkan

dengan audit keuangan yang fokusnya lebih sempit pada persyaratan-persyaratan dan ekspektasi-

ekspektasi yang khusus, audit kinerja lebih luas dan lebih memerlukan ruang yang luas untuk

pertimbangan- pertimbangan dan interpretasi. Dalam audit kinerja, survei awal harus dilakukan

lebih rinci bila dibandingkan dengan audit keuangan sebelum dapat menyusun rencana audit. Hal

ini disebabkan oleh kebebasan dalam memilih subyek audit (auditor dapat memilih institusi,

program, kegiatan atau aspek tertentu operasi secara spesifik) dan digabungkan dengan cakupan

dan ruang yang luas untuk pertimbangan dan interpretasi. Menurut Draft Standar Pemeriksaan

Keuangan Negara BPK Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan Keuangan Paragraf 5.5, dalam

suatu audit keuangan, perencanaan auditnya harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

PERENCANAAN PENUGASAN AUDIT

Page 10: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

1. Masalah yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dan sektor dari organisasi publik dan

bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat usaha entitas untuk organisasi binis. 2.

Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut. 3. Metode yang digunakan oleh entitas

tersebut dalam mengolah informasi akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi

jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi. 4. Tingkat risiko pengendalian yang

direncanakan. 5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan pemeriksaan. 6.

Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian. 7. Kondisi yang mungkin

memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian pemeriksaan, seperti risiko kekeliruan atau

kecurangan yang material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan

istimewa. 8. Sifat laporan hasil pemeriksaan yang diharapkan akan diserahkan.

Sementara itu, dalam merencanakan suatu audit kinerja, beberapa hal yang harus dilakukan oleh

auditor, seperti yang tertera dalam paragraf 7.8 Standar Pekerjaan Lapangan Pemeriksaan

Kinerja, sebagai berikut:

1. Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna laporan hasil

pemeriksaan. 2. Memperoleh pemahaman mengenai program yang diperiksa. 3.

Mempertimbangkan pengendalian intern. 4. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi

terjadinya penyimpangan- penyimpangan dari ketentuan dan peraturan perundang-undangan,

ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian, kecurangan (fraud) dan ketidakpatutan (abuse). 5.

Mengidentifikasi kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang harus diperiksa. 6.

Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari pemeriksaan

terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan sekarang. Pemeriksa harus menentukan

apakah manajemen sudah memperbaiki kondisi yang menyebabkan temuan tersebut dan sudah

melaksanakan rekomendasinya. 7. Mengidentifikasi submer data potensial yang mungkin dapat

Page 11: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

digunakan untuk mempertimbangkan validitas dan keandalan data tersebut, termasuk data yang

dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa, data yang diperoleh pemeriksa, atau data yang

disediakan pihak ketiga.

PERENCANAAN AUDIT

8. Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemerksa lain atau ahli lainnya dapat digunakan untuk

mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. 9. Menyediakan pegawai atau staf

yang cukup dan sumber daya lain untuk melaksanakan pemeriksaan. 10. Mengomunikasikan

informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi umum lainnya yang berkaitan dengan

rencana dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-pihak lain yang

terkait. 11. Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis.

Standards for the Professional Practice of Internal Auditing dari Institute of Internal Auditor

menyatakan hal-hal yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan audit, yaitu:

1. Tujuan-tujuan dari aktivitas-aktivitas yang diperiksa dan berbagai cara yang digunakan oleh

aktivitas untuk mengendalikan kinerjanya. 2. Risiko-risiko yang signifikan terhadap aktivitas

tersebut, tujuan- tujuannya, sumber dayanya, kegiatannya dan cara-cara yang digunakan untuk

membuat pengaruh potensial dari risiko terjaga pada tingkat yang dapat diterima. 3. Kecukupan

dan efektivitas manajemen risiko aktivitas dan sistem pengendalian dibandingkan dengan

kerangka kerja pengendalian yang relevan. 4. Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat

perbaikan secara signifikan terhadap manajemen risiko dan sistem pengendalian dari aktivitas.

Perencaaan audit keuangan secara umum terdiri atas tujuh bagian utama yakni:

Page 12: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

1. Persiapan perencanaan audit 2. Penetapan tujuan audit 3. Pemahaman atas entitas yang diaudit

4. Melakukan prosedur analitis awal 5. Menentukan materialitas, dan menetapkan risiko audit

yang dapat diterima dan risiko bawaan 6. Memahami struktur pengendalian intern dan

menetapkan risiko pengendalian 7. Mengembangkan rencana audit dan program audit

menyeluruh

PERENCANAAN PENUGASAN AUDIT

Perencanaan audit kinerja sedikit berbeda dari perencanaan audit keuangan karena pada audit

kinerja, auditor harus lebih banyak memahami masalah dan program secara rinci sebagai akibat

dari luasnya cakupan untuk pertimbangan dan interpretasi permasalahan. Pada umumnya, ada

delapan bagian utama dalam perencanaan audit kinerja:

1. Mengumpulkan informasi tentang entitas audit dalam rangka memperoleh pengetahuan

tentang auditan dan masalah-masalah yang dihadapinya. 2. Menetapkan tujuan dan cakupan

audit. 3. Melakukan analisis awal untuk menentukan pendekatan yang akan diadopsi dan sifat

dan luasnya prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kemudian. 4. Menandai permasalahan-

permasalahan khusus yang telah diketahui selama perencanaan audit. 5. Menyiapkan suatu

anggaran dan jadwal untuk audit. 6. Mengidentifikasi kebutuhan staf dan tim audit. 7.

Mendiskusikan dengan entitas yang diaudit mengenai cakupan dan tujuan-tujuan audit.

Selain langkah-langkah perencanaan di atas, auditor dalam merencanakan audit kinerja harus

mempertimbangkan:

n Penentuan relevansi dan kesesuaian kriteria audit. n Penentuan pendekatan yang efektif dan

efisien dalam melakukan suatu audit. n Perencanaan pengunaan tenaga ahli. n Selalu

Page 13: ASP - Auditor Internal Pemerintahan

memperhatikan kebutuhan pengguna laporan audit. n Menelaah temuan-temuan dan

rekomendasi-rekomendasi dari audit yang terdahulu dan mendokumentasikan rencana audi