askep sg
TRANSCRIPT
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Adanya kelemahan dan paralisis secara simetris yang biasanya dimulai dari
ekstremitas bagian bawah dan selanjutnya berkembang dengan cepat kearah
atas.Hilangnya kontrol motorik halus tangan
Tanda : Klemahan otot, paralisis flaksid ( simetris)
Cara berjalan tidak mantap
b. SIRKULASI
Tanda : Perubhan tekanan darah ( hipertensi/hipotensi )
Disritmia, takikardia/bradikardia
Wajah kemerahan, diaforesis
c. INTEGRITAS/EGO
Gejala : Perasaan cemas dan terlalu berkonsentrasi pada masalah yang dihadapi.
Tanda : Tampak takut dan binggung
d. ELIMINASI
Gejala : Adanya perubahan pola eliminasi
Tanda : Kelemahan otot-otot abomen.
Hilangnya sensasi anal ( anus ) atau berkemih dan refleks sfingter.
e. MAKANAN DAN CAIRAN
Gejala : Kesulitan dalam mengunyah dan menelan
Tanda : Gangguan pada refleks menelan
f. NEUROSENSORI
Gejala : Kebas kesemutan yang dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan selanjutnya terus
naik
Perubhan rasa terhadap posisi tubuh, vibrasi, sensasi nyeri, sensasi suhu.
Perubahan ketajaman penglihatan.
Tanda : Hilangnya/ menurunnya refleks tenon dalam.
Hilangnya tonus otot, adanya masalah keseimbangan.
Adanya kelemahan pada otot-otot wajah, terjadi ptosis kelopak mata- ( keterlibatan saraf
kranial)
Kehilangan kemampuan untuk berbicara
g. NYERI/KENYAMANAN
Gejala : Nyeri tekan pada otot; seperti terbakar , sakit, nyeri ( terutama pada bahu,pelvis,
pinggang , punggung dan bokong ) Hipersensitif terhadap sentuhan.
h. PERNAPASAN
Gejala : Kesulitan dalam bernapas, napas pendek.
Tanda : Pernapasan perut, mengunakan otot bantu napas, apnea penurunan/ hilangnya
bunyi napas.
Menurunnya kapasitas vital paru
Pucat/sianosis
Gangguan refleks menelan/batuk
i. KEAMANAN
Gejala : Infeksi virus nonspesifik ( seperti; infeksi saluran pernapasan atas ) kira-kira 2
minggu sebelum munculnya tanda serangan.
Adanya riwayat terkena herper zoster, sitomegalovirus
Tanda : Suhu tubuh berfluktuasi ( sangat tergantung pada suhu lingkungan
Penurunan kekuatan/tonus otot, paralisis atau parastesia.
j. INTERAKSI SOSIAL
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk berbicara/berkomunikasi.
2. Pemeriksaan Sistem Syaraf Kranial
Syaraf kranial Fungsi Hasil
I (Olfaktorius) Sensasi bau Normal
II ( Optikus) Pengelihatan Dengan Snelen: buram
nervus III, IV, VI
(Oculomotorius, Trochlear
dan Abducens)
Gerakan mata, konstriksi
pupil, otot siliaris
Noemal
V ( Trigeminal) Sensasi Wajah, reflek Kornea,
Mengunuyah
Sensasi wajah: Nampak kaku
Kornea: Normal
Mengunyah : agak kaku
VII Vestibokokulear Keseimbangan dan
pendengaran
Pendengeran: Normal
Keseimbangan: tidak bisa
berdiri
IX Glosofaringeus Rasa kecap Kemempuan menggerakan
lidah kaku, namun masih bisa
merasakan rasa asin, manis,
pait
X( vagus) Konstraksi Faring, vita suata Klien mengatakan ada
hambatan untuk menelan.
XI (Aksesorius) Gerekan Otot Streno Merasa seperti susah
menggerakan
XII (Hipohlosus) Gerakan lidaj kaku
3. Perhitungan Pemeriksaan reflek
Reflek Nilai Normal Hasil
Bisep +2 +1
Trisep +2 +1
Brakhialis +2 +1
Patella +2 0
Angkle +2 0
Konstraksi Abdominal +2 +1
Babinski +2 0
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Normal Hasil Keterangan
Lumba Pungsi Peningkatan protein
>430 Mg/L
Terjadinya lisis
myelin di otak
EMG hilangnya H-refleks,
CMAP sensorik
dengan amplitudo
rendah atau hilang
dan F-wave yang
abnorma
Penemuan
elektrodiagnostik
yang cenderung
kearah GBS
EKG kelainan pada T-wave,
depresi ST,
melebarnya QRS dan
berbagai gangguan
pada ritme jantung
Kelainan hantaran
syaraf ke jantung,
karena hilangnya
mielin
2. Clusterring Data
DS DO
Klien mengatakan :
bangun tidur dipagi hari mengeluh
tidak bisa berjalan
sangat aktif baik dalam pekerjaaannya,
olah raga lari pagi, berkebun,
mengendarai kendaraan dan merawat
dirinya
Sebelumnya klien mengalami diare-
diare 2 hari dan demam kira-kira 1
minggu sebelumnya
Klien terlihat :
bertambah buruk,
tidak mampu menelan air liurnya,
kelemahan pada kedua ekstremitas
atasnya dan
akhirnya menggunakan alat bantu
pernafasan (ventilator) dan
kemungkinan dipasang tracheostomi
Hasil Lumbal punctie pada cairan
serebrospinal ditemukan protein tinggi
sangat aktif baik dalam pekerjaaannya
Dia belum pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya
Tn Kanto usia 45 tahun
Sesak dalam bernapas
dan tekanan meningkat,
leukositosis.
TD: 160/90 mmHg
N: 90x/mnt
RR: 40x/menit
suhu 37,8oC
Berat Badan : 48 kg
TB : 167 cm
Analisa Data
Problem Etiologi Symtomp
Pola nafas tidak efektif Berhubungan dengan paralisis
otot pernafasan
Ditandai dengan
DS :
klien mengatakn Sesak
dalam bernapas
DO :
menggunakan alat
bantu pernafasan
(ventilator)
TD: 160/90 mmHg
N: 90x/mnt
RR: 40x/menit
suhu 37,8oC
Gangguan kerusakan mobilitas
fisik
Berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler
Ditandai dengan
DS :
Klien mengatakan
bangun tidur dipagi
hari mengeluh tidak
bisa berjalan
Klien merasa baal
DO :
Klien terlihat
bertambah buruk
kelemahan pada kedua
ekstremitas atasnya
Perubahan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan
Berhubungan dengan
kerusakan otat vagus
Ds :
Klien mengatakan :
susah untuk menelan
tidak nafsu makan
krena susah untuk
menelan
Do:
Klien terlihat
tidak mampu menelan
air liurnya
tidak menghabiskan
makan krena susah
untuk menelan
BB : 48
TB : 167
Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak
efektif
Berhubungan
dengan paralisis
otot pernafasan
Ditandai dengan
DS :
klien
mengatakn
Sesak dalam
bernapas
DO :
menggunaka
n alat bantu
pernafasan
(ventilator)
TD: 160/90
mmHg
N: 90x/mnt
RR:
40x/menit
suhu 37,8oC
Tujuan :
setelah 1x24
jam dilakukan
tindakan fugsi
pernafasan
adekuat sesuai
dengan
kebutuhan
individu.
KH :
Tak ada tanda
distress
Pernafasan
RR : 20x/mnt
GDA dalam
batas normal.
Mandiri :
Pantau frekuensi,
kedalaman dan
kesimetrisan
pernafasan. Catat
peningkatan kerja
nafas dan
observasi warna
kulit dan
membran mukosa.
Kaji adanya
perubahan sensasi
terutama adanya
penurunan respon
pada daerah
lengan atas/ bahu.
Peningkatan
distress
pernafasan
menandakan
adanya kelelahan
pada otot
pernafasan atau
paralisis yang
mungkin
memerlukan
sokongan dari
ventilasi
mekanik.
Penurunan
sensasi seringkali
(walaupun tidak
selalu) mengarah
pada kelemahan
motorik yang
mempengaruhi
otot intercostal.
Oleh karena itu
tangan/ lengan
yang terkena
seringkali
Catat adanya
kelelahan
pernafasan selama
berbicara (kalau
pasien masih
dapat berbicara)
Tinggikan kepala
tempat tidur atau
letakkan pasien
pada posisi duduk
bersandar.
Kolaborasi :
Berikan obat/
bantu dengan
tindakan
pembersihan
mengarah pada
masalah gaagal
nafas.
Merupakan
indikator yang
baik terhadap
gangguan fungsi
pernafasan atau
menurunnya
kapasitas vital
Meningkatkan
ekspansi paru
dan usaha batuk,
menurunkan
kerja pernafasan
dan membatasi
terjadinya risiko
aspirasi secret
Memperbaiki
ventilasi dan
menurunksn
atelektasis
pernafasan,
seperti latihan
pernafasan,
perfusi dada,
vibrasi, dan
drainase postural.
Kaji susunan
ventilator secra
rutin dan
yakinkan sesuai
indikasi
observasi
persentasi
konsentrasi
oksigen ,
yakinkan
bahwa aliran
olsigen tepat ,
awasi analisa
dengan
memobilisasi
sekret dan
meningkatkan
ekspansi alveoli
paru.
Mengontrol
/menyusun alat
sehubungan
dengan penyakit
utama pasien dan
hasil
pemeriksaan
diagnostik untuk
mempertahankan
parameter dalam
batas benar
Nilai untuk
mempertahankan
persentase
oksigen yang
dapat diterima
dan saturasi
untuk kondisi
pasien ( 21%
2.
Gangguan
kerusakan mobilitas
fisik Berhubungan
dengan kerusakan
neuromuskuler
Ditandai dengan
DS :
Klien
mengatakan
bangun tidur
dipagi hari
mengeluh
tidak bisa
Tujuan :
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama 3x24
jam kerusakan
mobilitas fisik
dapat
berkurang
KH :
oksigen atau
lakukan analisa
oksigen
periodic
Mandiri :
Kaji kekuatan
motorik /
kemampuan
secara
fungsional
dengan
menggunakan
skala 0-5.
Berikan posisi
sampai 100% ) .
Karena mesin
tidak selalu
akurat, analiser
oksigen dapat
digunakan untuk
memastikan
apakah pasien
menerima
konsentrasi
oksigen yang
diinginkan
Menentukan
perkembangan/
munculnya
kembali tanda
yang
menghambat
tercapainya
tujuan / harapan
pasien
Menurunkan
berjalan
Klien
merasa baal
DO :
Klien
terlihat
bertambah
buruk
kelemahan
pada kedua
ekstremitas
atasnya
tidak
mampu
menelan air
liurnya
- Klien dapat
mempertaha
nkan
kekuatan
otot sup 2/2,
inf 2/2
- Tidak ada
laporan
atrofi otot
dan atau
trombosis
vena.
- Pergerakan
miring kiri-
kanan
dengan
dibantu.
pasien yang
menimbulkan
rasa nyaman .
Lakukan
perubahan
posisi dengan
jadwal yang
teratur sesuai
kebutuhan
secara
individual
Sokong
ekstrimitas dan
persendian
dengan bantal
Lakkukan
latihan rentang
gerak pasif .
Hindari latihan
aktif selama
fase akut
Koordinasikan
kelelahan ,
meningkatkan
relaksasi .
Menurunkan
resiko terjadinya
iskemia /
kerusakan pada
kulit
Mempertahankan
ekstrimitas dalam
posisi fisiologis ,
mencegah
kontraktur
Menstimulasi
sirkulasi.,
meningkatkan
tonus otot dan
meningkatkan
mobilisasi sendi
Penggunaan otot
asuhan yang
diberikan dan
periode
istirahat tanpa
gangguan
Anjurkan
untuk
melakukan
latihan yang
terus
dikembangkan
dan bergantung
pada toleransi
secara
individual
Kolaborasi :
Konfirmasikan
dengan / rujuk
kebagian terapi
fisik / terapi
secara berlebihan
dapat
meningkatkan
waktu yang
diperlukan untuk
remielinisasi ,
arenanya dapat
memperpanjang
waktu untuk
penyembuhan
Kegiatan latihan
pada bagian
tubuh yang
terkena yang
ditingkatkan
secara bertahap /
terprogram ,
meningkatkan
fungsi organ
secara normal
dan memiliki
efek psikologis
yang positif
Bermanfaat
dalam
menciptakan
kekuatan otot
okupasi secara
individual
/latihan
terkondisi dan
program latihan
berjalan dan
mengidentifikasi
alat bantu untuk
mempertahankan
mobilisasi dan
kemandirian
dalam melakukan
aktivitas sehari-
hari
3 Nutrisi perubahan:
Kurang dari
kebutuhan b.d
kerusakan otat
vagus
Tujuan :
Setelah
dilakukan
intervensi
selama 3x24
jam
kekurangan
nutrisi tidak
terjadi.
KH :
Menunjukan
berat badan
stabil,
normalisasi
nilai-nilai lab,
Kaji
kemampuan
mengunyah,
menelan, batuk
pada keadaan
teratur
Auskultasi
bising Usus
Catat masukan
kalori tiap hari
Kelemahan otot
yang hipotensi
menunjukan
kebutuhan akan
penggunaan
NGT
Perubahan
pungsi lambung
dapat terjadi
akibat paralisis
Mengidentifikasi
kekurangan
makanan dan
kebutuhannya
tidak Tanda-
tanda mal
nutrisi Timbang BB
tiap hari
Kolaborasi
Berikan
makanan
TKTP
Pasang
pertahankan
selang NG.
berikan
makanan
enteral
Mengkaji
keefektipan
aturan diet
Makanan
suplementasi
dapat
meningkatkan
pemasukan
nutrisi
Diaberikan jika
pasien tidak bisa
menelan