sg oktober-november 2011
DESCRIPTION
PerpustakaanTRANSCRIPT
Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Jendela
“Wujud Persaudaraan”. Kegiatan Perpustakaan Keliling di Tenda Pengungsi Merapi (2010) ... (dok. Perpustakaan Keliling)
1. Dirjen pajak Fuad Rahmany, Alasan diadakan SENSUS PAJAK karena Indonesia yang besar jumlah penduduknya, ternyata penerimaan negaranya hanya didukung 486 ribu perusahaan dan 8,5 juta orang yang bayar Pajak
Rakyat akan bayar pajak kalau tidak dikorup…
2. Gatot S Dewobroto; “Penyedotan Pulsa melalui SMS oleh Konten terindikasi diketahui oleh Operator”
Lagi-lagi Rakyat yang yang menjadi korban…..!!!!!
3. Warga DKI Rentan Sakit Jiwa (Kompas, 6-10-2011)
Gawat nih…..berarti termasuk para elite yang berdomisili di DKI….?
Daftar Isi :
1
Diterbitkan oleh: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten MagelangRedaksi menerima sumbangan tulisan berupa artikel, esei, feature, karya ilmiah, paparan data, reportase hasil penelitian maupun hasil wawancara dan kritik. Artikel disajikan secara teknis dengan bahasa dan penulisan sederhana yang relevan untuk peningkatan pelayanan dan informasi di Kabupaten Magelang. Artikel diketik dengan format Ms. Word, 12 point, 1 ½ spasi, minimal dua halaman folio atau 3.500 karakter dikirim dalam bentuk keping CD atau flashdisk dengan melampirkan nomor HP/telepon. Alamat Redaksi : DINAS KOMINFO Kabupaten Magelang Jl. Letnan Tukiyat Kota Mungkid Telp (0293) 788346 - 788181 Psw 551 Kontak Person: Donny Eggers, 081 328 714 036 (SMS) E-mail : [email protected]. Facebook: facebook.com/Suara GemilangSetiap karya/artikel yang dimuat akan diberikan pengganti ongkos kirim.
2 Karikatur
3 Dari Redaksi
4 Laporan Utama
REVITALISASI PERPUSTAKAAN
• JENDELA DUNIA
• INFORMASI DAN INFORMATION LITERACY
• PUSAKA DIBALIK PUSTAKA
SUMPAH PEMUDA, MILIK SIAPA ?
36 Milangkori Sampul Belakang :Calon Haji dari Kabupaten Magelang sedang melakukan Manasik Haji (Foto dok. Humas Protokol)
30 Kolom
17 Refleksi
22 Wisata dan Budaya
TIDAK SEKADAR ‘MELEK’ HURUF
26 Ekonomi & Bisnis
18 Kesehatan?KALI BERSIH DAN BUDAYA (TIDAK)
KORUPSI
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Sampul Depan :Suasana pengunjung Perpustakaan Keliling. (Foto: dok. Suara Gemilang)
10 Laporan Khusus• LOYALITAS PELANGGAN PERPUSTAKAAN
• GRATIS JADI ANGGOTA PERPUSTAKAAN
• PERPUSTAKAAN KELILING
?PROSES KREATIF PENCIPTAAN SENI TARI
?CANDI NGAWEN IV
?PENGEMBANGAN RUMAH KOMPOS
?KENDALIKAN OPT DENGAN PESTISIDA ORGANIK
?TABUNGAN PERUMAHAN PNS (TAPERUM)?KOTA KAREMAN
?MENIKMATI ENSIKLOPEDI RASA BRITANNICA
?WAKIL PRESIDEN KUNJUNGI DSN PIYUNGAN, TERTOSARI SAWANGAN
?ROAD-SHOW WISATA REMAJA JAVA PROMO
?TAMAN REKREASI KALIBENING ?PELEPASAN 1.332 CALON HAJI
?PUISI TERPANJANG DI BOROBUDUR
20 Pendidikan?MAMPUKAH SEKOLAH MENDIDIK ANTI
KORUPSI ?
PRA PIALA DUNIA 2014Menuju
Karikatur
2 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
3
Ketangguhan sebuah bangsa sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya budaya baca masyarakatnya. Dengan membaca
orang akan tahu segala hal. Dalam kontek ini kita patut
prihatin, karena seperti dilansir oleh Taufik Ismail, Indonesia
termasuk bangsa dengan minat baca yang rendah di antara
bangsa-bangsa di dunia. Kondisi ini menjadi tantangan
tersendiri dalam proses peningkatan minat baca karena
bangsa kita bangsa yang lebih familiar dengan budaya tutur.
Dari beberapa poin di atas diharapkan nantinya bisa tercipta
kebiasaan membaca di masyarakat sehingga tercipta suatu
kondisi masyarakat pembelajar sepanjang hayat (long life
education).
Salah satu pondasi penting pendukung pembangunan budaya
baca adalah keberadaan perpustakaan. Saat ini keberadaan
perpustakaan menjadi begitu penting seiring dengan
pemberlakuan Undang-undang no 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan. Undang-undang ini menjadi payung hukum bagi
segala aktifitas kinerja perpustakaan dan seluruh elemen
pendukung kegiatannya, meliputi pustakawan, gedung,
koleksi, dan pemustaka. Sebagaimana diamanatkan oleh
undang-undang no 43 tahun 2007, dalam pasal 3 dikatakan
bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk
meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Bertolak dari fungsi perpustakaan tersebut tentunya sebuah
tantangan bagi pengelola perpustakaan untuk menciptakan
sebuah perpustakaan yang bisa menjadi tempat menggali ilmu
sekaligus tempat rekreasi yang menyenangkan sehingga
Dari RedaksiDari Redaksi
Revitalisasi Perpustakaan
Penanggung Jawab: Bupati Magelang, Wakil Penanggung Jawab I: Wakil Bupati, Wakil Penanggung Jawab II: Sekretaris Daerah, Wakil Penanggung Jawab III: Asisten Administrasi Umum, Ketua Tim: Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Pemimpin Redaksi: M. Ali Faiq, S.IP, M.Si., Sekretaris: Bambang Sutoro,SH., Penanggung Jawab Teknis: Donny Eggers, Anggota: Drs. Djanu Trepsilo, MM., Suherman, Haryadi, Staf Ahli: Zanuar Efendi.SIP, Drs. Anang Kusbandianto, Ir. Soekam Parwadi, Amat Sukandar, Staf Teknis: Supriyanto, Safi’i, ISSN: 1858-0033
terwujud masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Begitu pun
seba l iknya , akan menjad i sebuah kondis i yang
memprihatinkan, apabila keberadaan undang-undang
tersebut tidak bisa membuat kinerja perpustakaan lebih
maksimal karena sepi pemustaka. Dengan kata lain,
perpustakaan jangan hanya menjadi sebuah gudang buku yang
statis dan kurang menarik perhatian pemustakanya.
Mengelola perpustakaan juga perlu didukung dengan promosi
dengan strategi yang khusus dan terencana. Agar tujuan
promosi tercapai, misalnya perlu dilakukan penggunaan
media, baik media elektronik maupun media cetak. Tentu saja
pesan yang harus disesuaikan dengan pesan yang hendak
disampaikan supaya pesan mudah dimengerti oleh masyarakat
yang pada akhirnya bisa memancing masyarakat untuk
mengenal lebih jauh perpustakaan. Dan tentunya apabila
masyarakat sudah mengenal perpustakaan, secara lambat laun
akan tumbuh kecintaan masyarakat terhadap perpustakaan.
Dalam edisi Oktober majalah Suara Gemilang inilah, tema
perpustakaan diangkat sebagai topik Laporan Utama.
Kabupaten Magelang yang memiliki gedung perpustakaan
yang cukup representatif yang ada di Kecamatan Muntilan
dan didukung dengan gedung perpustakaan bantu yang ada
di Kota Mungkid dan Kecamatan Grabag, tentunya memiliki
potensi yang baik untuk memberikan subsidi informasi dan
pengetahuan lewat buku. Jangan lupa dengan membangun
budaya baca buku, maka kita akan menguasai dunia dan
tidak akan tertinggal dalam pergaulan dunia. Mari kita
laksanakan bersama.
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
4
JENDELA DUNIA
etika masih kanak kanak kita di ajari oleh orang tua dan
guru belajar menulis dan membaca. Seiring per-Ktumbuhan kita, setelah pandai menulis dan membaca,
yang kita tulis dan kita bacapun terbatas. Semakin besar dan
dewasa kita, yang kita tulis dan kita baca seharusnya semakin
banyak dan tak terbatas.
Namun, minat baca dan tulis kita tidak serta merta seperti
itu. Tentunya hal itu dipengaruhi berbagai faktor; diantaranya
yang paling dominan adalah minat kemauan melatih
ketrampilan yang telah dimiliki dan tekad untuk menyerap Ilmu
melalui kegiatan baca dan tulis, disamping yang paling pokok
dan dijadikan alasan ketika orang dihadapkan dengan urusan
perut, bekerja mencari nafkah sehingga tidak sempat
membaca apalagi menulis.
Di sinilah kemudian peran dan fungsi pendidik menjadi
sangat strategis, kepada merekalah teletak kunci pintu gerbang
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam Undang
Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 Tahun 2003,
menjelaskan tujuan penyelenggaraan pendidikan, yaitu,
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Bahkan dalam Pasal 4 ayat (5) disebutkan; pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi warga masyarakat.
Ketrampilan membaca, menulis dan berhitung tidak akan
berarti tanpa sarana pendukung proses belajar mengajar, yaitu
diantaranya BUKU. Buku akan sangat bernilai dan penting
artinya manakala buku itu berisikan informasi tentang
pengetahuan. Seseorang tidak akan menjadi pintar, cerdas
atau trampil tanpa pengetahuan. Sehingga bisa dikatakan
bahwa ”Buku adalah jendela dunia,” melalui buku pembaca
dapat melihat dunia dan alam semesta.
Buku sarat dengan ilmu dan pengetahuan. Buku juga akan
membawa pembacanya kepada pengembaraan imajinasi yang
pada akhirnya akan menumbuhkan inovasi dan kreativitas
untuk menemukan ilmu dan pengetahuan baru. ”Buku adalah
guru yang paling bijaksana,” buku akan patuh dan menuruti
apa saja kemauan pembacanya, buku tidak pernah mengeluh
walaupun sepanjang hari dia harus memberi ilmu dan
pengetahuan pembacanya.
Pada peradaban dunia modern dewasa ini, dimana
teknologi komunikasi dan informasi menjadi sangat dominan
dan sangat berpengaruh pada peri kehidupan manusia, buku
tidak lalu ditinggalkan. Memang dengan keberadaan
teknologi, manusia yang menginginkan informasi atau
berkomunikasi tinggal KLIK....!!! lewat internet mereka bisa
dengan mudah mendapatkan akses informasi yang
dikehendaki.
Melalui teknologi, informasi menjadi cepat didapat.
Bahkan ada pepatah; ”siapa yang mampu menguasai
informasi, dialah yang akan menguasai dunia.” Melalui
komunikasi dan Informasi manusia bisa mendapatkan Ilmu,
pengetahuan dan teknologi. Dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi manusia akan menguasai manusia yang lain.
Dengan Komunikasi dan Informasi dunia menyatu tanpa
sekat, sehingga terjadilah globalisasi pada semua sektor
kehidupan dan budaya bangsa bangsa. Mereka yang unggul di
kedua bidang tersebut akan keluar sebagai pemenang global.
Bahkan peran buku dan bahkan perpustakaanpun telah
diambil alih oleh media on line ini.
Peranan buku tidak pernah akan bisa tergantikan dengan
internet, walaupun mungkin internet lebih menjanjikan, lebih
mudah, cepat dan murah. Tetapi buku memiliki ke-khasannya
tersendiri.
Agar buku-buku tersebut bisa memberi manfaat yang
optimal dan semua orang yang menginginkan bisa
mendapatkanya dengan mudah dan murah, maka perlu
dikelola dan dipelihara dengan baik. Untuk itu dibutuhkan
peran sebuah institusi Perpustakan. Walaupun sejarah telah
memberi pelajaran yang berarti tentang kegagalan sebuah
organisasi Perpustakaan.
Memang tidak mudah mengoperasionalkan Perpustakaan,
banyak perpustakan yang harus gulung tikar karena banyaknya
masalah dan kendala yang harus dihadapi. Untuk melanggeng-
kan operasional sebuah perpustakaan perlu kompentensi dan
profesionalisme tinggi karena yang lebih dominan muncul
justru masalah dan kendala dari luar organisasi, yakni di satu
sisi tuntutan publik akan pelayanan profesional, di sisi lain
adalah minat baca di kalangan masyarakat masih mem-
prihatinkan. Membaca buku belum menjadi kebutuhan,
masyarakat lebih senang memperoleh informasi melalui
tayangan televisi maupun siaran radio.
Untuk melayani dan memenuhi kebutuhan informasi
masyarakat dewasa ini, tak bisa lepas dari perkembangan
teknologi informasi. Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
informasi menuntut lebih cepat, mudah dan murah. Memang
idealnya di sebuah perpustaan juga tersedia fasilitas internet,
padahal kemampuan Perpustakaan masih terbatas.
Laporan Utama
Oleh : Donny Eggers
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
5
Laporan Utama
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
INFORMASI DAN INFORMATION LITERACY
DALAM KONTEKS PERPUSTAKAAN
nformasi berkembang sangat cepat dan pesat. Per-
kembangan informasi tidak datang dengan tiba-tiba tetapi Imelalui proses atau estafet, dari generasi ke generasi, baik
berjalan secara evolusi ataupun revolusi. Pada abad XXI (abad
milenium) masyarakat mulai memasuki Era Informasi yaitu
ditandai dengan perkembangan dan persebaran informasi
yang begitu cepat dan deras.
Produksi informasi dalam hitungan detik dan dalam skala
mega byte dan giga byte melalui berbagai media, baik printed
matter (buku, majalah, koran , buletin, dll), recorded matter
(kaset, film, compact disc, piringan hitam, film strip, dll) dan
digital matter (e-journal, e-books, wikimedia encylopedia, dll).
Sementara penyebaran (desimination) informasinyapun juga
melalui berbagai media seperti: radio, televisi, jaringan
intranet, internet, dll.
Era Globalisasi yaitu ditandai dengan teratasinya kendala
jarak (borderless) dan waktu (timeless), dimana dalam waktu
yang sama atau hampir bersamaan kejadian di suatu tempat
dapat diketahui oleh orang yang berada dibelahan dunia lain.
Era Keterbukaan Informasi (information tranparency)
yaitu bahwa dalam banyak hal di dalam kehidupan ini segala
sesuatu yang baru segera dapat diketahui oleh “semua” orang.
Era ketergantungan artinya bahwa tidak ada satu
negarapun di dunia ini yang bisa berdiri sendiri dan mandiri
dalam mencukupi kebutuhan informasi rakyat dan bangsanya
sendiri.
Era Keterhubungan (interconnections) diartikan bahwa
antara satu organisasi/wilayah/negara dengan yang lainnya
terjadi suatu hubungan sehingga tidak ada negara yang benar-
benar mengisolasi diri.
Dengan adanya era informasi, globalisasi, keterbukaan,
ketergantungan dan keterhubungan tersebut membawa
dampak dan konsekuensi yang sangat signifikan terhadap
peradaban masyarakat. Dalam kehidupan yang serba modern
dan serba cepat, semua orang membutuhkan informasi
sebagai sesuatau yang sangat penting dan strategis.
Namun demikian, tanpa ketersediaan informasi yang baik
dan benar, informasi akan menjadikan permasalahan sendiri
untuk masyarakat. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah
ketersediaan dan kemudahan akses untuk mendapatkan
informasi itu sendiri, karena dalam hal-hal tertentu masyarakat
akan menjadi tersisih dan terbelakang dibandingkan dengan
masyarakat yang mudah dalam memperoleh akses informasi.
Dari urian diatas dapat kita lihat bahwa informasi dapat
memberikan dua pilihan yang berbeda, yaitu : informasi dapat
memberikan dampak positif dan dampak negatif. Selanjutnya,
sebagai bagian dari masyarakat (information user / patron )
bagaimana cara dan upaya kita untuk menyikapi berbagai
informasi yang ada sehingga dapat bermanfaat, berdayaguna
dan berhasilguna untuk mewujudkan kehidupan yang baik,
maju dan sejahtera.
Pengertian Informasi Menurut Eastabrook, Leigh Informasi adalah suatu
rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa
putusan-putusan yang dibuat seseorang (Yusup, 2009 : 11).
Oleh : Wahyu Puji *)
Ledakan (explosive) information tidak dapat dielakan lagi, dimana hampir setiap detik dan jengkal tanah dalam kehidupan sehari-hari selalu dipenuhi dengan informasi. Masyarakat baik yang di kota, desa bahkan sampai yang paling pelosok sudah bisa mendapatkan berbagai informasi yang berkembang. Hal tersebut dikarenakan banyaknya dan mudahnya akses informasi untuk masyarakat dan adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat, baik melalui media cetak, terekam/elektronik, jaringan online.Perkembangan informasi memberikan dua pilihan yang sulit, di dalam kehidupan sosial masyarakat yaitu : apakah menguntungkan? atau bahkan sebaliknya memberikan kerugian untuk masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut,melalui artikel ini sedikit memberikan gambaran tentang apa itu informasi, karakteristik informasi yang baik, melek informasi/keberaksaraan informasi/literasi informasi (information literacy) dan bagaimana cara kita sebagai pengguna maupun penyedia informasi (librarian) dalam menyikapi berbagai informasi yang ada sehingga diharapkan dengan memanfaatkan informasi secara baik dan benar dapat meningkatkan berbagai aspek kehidupan yang ada di dalam masyarakat.Kata Kunci : Informasi, literasi, sosial, globalisasi
6
Laporan Utama
Dalam dunia Teknologi komputer, Informasi adalah bentuk
data yang telah diolah sehingga menjadi bahan yang berguna
untuk pengambilan keputusan (Kadir, 2003 : 3).
Saracevic berpendapat bahwa ilmu informasi berurusan
dengan tiga pengertian informasi, yaitu pengertian informasi
secara sempit sebagai serangkaian sinyal atau pesan-pesan
yang diperlukan dalam pegambilan keputusan, terlepas dari
atau sedikit sekali berkaitan dengan proses kognitif, pengertian
informasi secara luas dikaitkan dengan proses kognitif dan
kemampuan memahami pada diri manusia dan pengertian
informasi secara paling luas (broadest sense) tidak hanya
dikaitkan dengan pesan (pengertian sempit) atau proses
kognitif (pengertian luas) semata, melainkan juga dengan
konteks sosialnya, berupa situasi, persoalan, kaitan tugas, dan
sebagainya.
Informasi sangat bergam, baik dalam jenis, tingkatan
maupun bentuknya sehingga fungsinya pun beragam sesuai
dengan manfaatnya bagi setiap orang yang kebutuhannya
berbeda-beda. Dalam organisasi, fungsi informasi juga akan
disesuaikan dengan jenis organisasi yang bersangkutan.
Pembatasan pengertian informasi secara umum yang berlaku
menyeluruh memang sulit karena informasi sendiri mem-
punyai aspek yang sangat kontekstual dan mempunyai arti bagi
seseorang. Suatu rekaman fenomena, ucapan seorang
pembesar negara juga termasuk dalam konsep informasi.
Secara umum alur korelasi data, informasi dan pengetahuan
sebagai berikut :
Perpustakaan tidak hanya menyimpan buku atau bahan
perpustakaan tetapi menyimpan informasi. Menurut pakar
Sosiologi Indonesia Prof. Selo Sumardjan (1989) informasi
dalam bahan pustaka dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:
(a).consumtive information adalah informasi yang berguna
secara komsumtif yang dapat dinikmati secara langsung oleh
pengguna karena sifat informasi yang terkandung dalam
informasi itu sendiri;
(b).capital information adalah informasi yang diperlukan
untuk proses produksi untuk menyiapkan sesuatu hasil.
Informasi ini masih berupa bahan baku yang memerlukan
pengolahan (Hermawan : 2006.
Karateristik InformasiSecara umum informasi memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
Data yang telah diolah, menjadi bentuk yang lebih berguna dan
lebih berarti bagi yang menerima dan menggambarkan suatu
kejadian-kejadian dan kesatuan nyata digunakan untuk
mengambil keputusan. Dari berbagai informasi yang ada saat
ini, baik dari segi jenis, sifat, bentuk maka sebagai user/petugas
penyedia informasi/pustakawan harus pandai dalam me-
nyikapi dan memilih/memfilter informasi yang baik, benar,
komprehensif, tepat dan cepat.
Berkenaan dengan hal tersebut, menurut repository Dr. dr.
H. Boy S Sabarguna, MARS menyatakan bahwa ciri–ciri
informasi yang baik, didasarkan pada sudut pandang
penggunaan dan pemanfaatan informasinya antara lain :
1. Berorientasi pada kegiatan, bukan hanya angka yang tidak
ada artinya;
2. Sesuai target kinerja, bukan hanya gambar saja yang tidak
relevan;
3. Diperoleh dengan biaya yang sepadan dalam arti cost
efective, maka penggunaan informasi akan jelas berguna
dan bermanfaat.
Sedangkan menurut sudut pandang isi informasinya, ciri
informasi yang baik yaitu :
1. Relevansi (Informasi sesuai/relevan dengan tujuan &
fungsi dari pemanfaatan informasi yang dibutuhkan);
2. Sensitif (peka terhadap perubahan informasi yg telah ada);
3. Tidak bias (informasi harus terpusat tidak menimbulkan
multi tafsir);
4. Tepat waktu (informasi sesuai dengan kondisi waktu yang
sesuai);
5. Lengkap (meberikan penjelasan yang komplit/kompre-
hensif).
Cara menyikapi informasi secara cerdasLedakan informasi tidak dapat dielakkan. informasi
menyebar luas seantero dunia. Hal ini diakibatkan dari terus
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. ada
berbagai dampak yang ditimbulkannya, baik dampak positif
maupun negatif. Dalam kehidupan sehari-hari, informasi yang
bernuansa negatif lebih banyak terakses dari pada informasi
yang positif (data Smog).
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
DATA / PERISTIWA /FENOMENA
DIOLAH / DILIHAT /DIREKAM
DIBERITAKAN /DIPUBLIKASIKAN /
DIKEMAS
MANFAATUNTUK
ORANG LAINI N F O R M A S I
KUMPULAN INFORMASIP E N G E T A H U A N
7
Laporan Utama
Oleh karena itu perlu pengetahuan dan ketrampilan dalam
menyikapi ledakan informasi yaitu dengan cara :
1. Menjadi orang yang melek informasi dan teknologi;
2. Menguasai ketrampilan menganalisa dan memanfaatkan
informasi;
3. Meningkat kecerdasan logis, rasional, intelektual,
emosional dan spiritual;
4. Pemberian dan penerimaan informasi harus disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan dan umur pemakainya.
Dalam kaitannya dengan perpustakaan sebagai salah satu
lembaga penyedia informasi maka untuk menyikapi arus
informasi, pustakawan harus mampu :
1. Survei kebutuhan pemakai, yaitu lebih berorientasi kepada
pemakai (user oriented) sehingga informasi yang diadakan
relevan dengan kebutuhan pemakai;
2. Mencari informasi, yaitu dapat dilakukan dengan melihat
katalog penerbit, penelusuran internet, penyalur buku,
datang ke toko buku untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
3. Menyeleksi informasi, yaitu menyeleksi informasi apakah
sesuai kebutuhan pemakai/tidak ?;
4. Informastion Acquitition, yaitu pengadaan informasi
dengan menyesuaikan alokasi anggaran yang telah
ditetapkan;
5. Menciptakan sistem temu kembali informasi, yaitu
meliputi proses pengolahan dan OPAC;
6. Mengemas informasi, yaitu mengemas informasi di
perpustakaan dengan baik dan menarik;
7. Menjalin kerjasama dengan penyedia informasi, yaitu
penerbit, penyalur buku, dan toko buku serta stake holder
lainnya guna pemenuhan kebutuhan informasi
8. Kerjasama antarperpustakaan, yaitu untuk mengantisipasi
keterbatasan informasi yang dimiliki perpustakaan serta
penghematan dana. Kerja sama bisa meliputi penelusuran
informasi bersama secara online sampai dengan inter
library loan.
9. Kaitannya dengan konsep library 2.0., Pustakawan harus
memiliki kemampuan :
a) Proaktif / Komunikatif untuk share informasi dengan
pemustaka;
b) Melek teknologi dengan berbagai fasilitas jejaring sosial
yang ada di internet (Twitter, Facebook, Blog, dan lain-
lain);
c) Memberikan Pencintraan yang positif, dengan ber-
kontribusi memberikan informasi yang baik, benar,
tepat, cepat dan bermanfaat untuk pemustaka;
d) Mengetahui etika berkomunikasi dan berinteraktif, baik
di dunia nyata maupun didunia maya dengan
memperhatikan UU TI dan Cyber Law
Dari berbagai pembahasan dan uraian tersebut di atas,
maka dari sudut pandang pengguna informasi, perlu ke-
mampuan literasi informasi (information literacy) / melek
informasi dan melek teknologi (technology literacy) untuk
menyikapi ledakan informasi yang selalu berkembang dinamis.
Dari sudut pandang penyedia informasi atau perpustakaan
dapat dilakukan dengan mulai memberikan informasi yang
berbasis pada kebutuhan pemustaka (user oriented). Dalam
hal ini, perpustakaan harus mampu memberikan informasi
yang baik, benar, tepat cepat, berhasil dan berdaya guna untuk
pemustaka.
Karena ruh dari sebuah perpustakaan adalah informasi
maka, kedepan perpustakaan berperan lebih aktif dalam
penyediaan informasi. Hal ini sesuai dengan fungsi per-
pustakaan sebagai sumber informasi (Information Provider),
artinya perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan
pengguna jasa layanan perpustakaan.
Di dalam Undang - Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan, disebutkan juga bahwa dalam penyelenggaraan
perpustakaan dalam kaitannya pemberian layanan kepada
pemustaka dilakukan dengan teknologi informasi. Hal ini
berdampak pada peningkatan kemampuan pustakawan
dalam pengoptimalan pemanfaatan sumber-sumber informasi
elektronik.
Pustakawan sebagai penyedia, pengolah dan penyaring
informasi yang beragam harus mampu menyediakan,
mengolah dan menyaring informasi sehingga bermanfaat dan
sesuai dengan kebutuhan pemustaka. Pemberian pelayanan
informasi dilakukan baik diminta maupun tidak diminta. Hal
terakhir ini dilakukan bila perpustakaan mengangggap infor-
masi yang tersedia sesuai dengan minat dan keperluan
pengguna (Suwarno: 2007, 13).
Paradigma perpustakaan yang mempunyai prinsip non-
profit secara bertahap perlu diubah menjadi profit. Hanya saja
kualitas layanan juga harus menjadi prioritas utama.
Perpustakaan perlu menjalin komunikasi yang baik dengan
stake holders untuk bisa menyikapi informasi yang ada hingga
dapat memberikan layanan yang berkualitas. Ketrampilan
untuk mencari, ketrampilan untuk menemukan kembali,
ketrampilan untuk menganalisa dan memanfaatkan informasi
perlu ditanamkan sejak dini.
Dengan berbagai ketrampilan tersebut diatas, maka
diharapkan dengan informasi yang benar dan tepat maka
masyarakat Indonesia akan menjadi manusia yang cerdas
secara intelektual (IQ),e mosional (EQ) dan spiritualnya (SQ).
*)Pustakawan Kab. Magelang
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
8
Laporan Utama
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
PUSAKA DI BALIK PUSTAKA
usaka bisa diartikan sebagai senjata. Masyarakat Jawa
memaknai pusaka lebih dari sekedar wujud fisik Psebagai piandel atau sipat kandel, artinya sebagai
tameng ataupun pelindung diri dari segala marabahaya. Jadi
pusaka tidak saja hanya bermakna sebagai alat untuk
bertempur apalagi membinasakan lawan, tetapi sebagai hal
yang dapat menambah rasa percaya diri, kemantapan hati,
serta keyakinan tekad yang bulat di dalam melakukan suatu
hal.
Pusaka menjadi sebuah sarana untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Oleh sebab itu, pusaka memiliki
muatan makna magis, sakti, dan tentu saja keramat.
Menapaki abad modern dengan gelombang globalisasi
dewasa ini, manusia dituntut untuk menghadapi persaingan
hidup yang semakin ketat. Perang yang terjadi tidak lagi
bersifat fisik dengan adu kecanggihan senjata semata. Perang
modern lebih berdimensi perang pikiran. Persaingan antar
manusia, bahkan antar bangsa, dengan mengandalkan
keunggulan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Bangsa yang unggul di kedua bidang tersebut akan keluar
sebagai pemenang global. Adapun bangsa yang kalah dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akan terpuruk
menjadi bangsa yang tertinggal, bahkan tertindas. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah pusaka di jaman perang
modern.
Di sinilah kemudian peran pendidikan menjadi sangat
strategis dan menentukan sebagai pintu gerbang penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana dirumuskan
melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan penyelenggaraan pendidikan
adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Lebih jauh dalam Pasal 4 ayat (5) menyebutkan bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi warga masyarakat.
Tulisan ini lebih difokuskan untuk membahas tentang budaya
membaca.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, wajib memberi-
kan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggara-
nya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Berkaitan dengan layanan dan kemudahan untuk
mengembangkan budaya membaca, maka ketersediaan buku
atau pustaka sebagai bahan bacaan mutlak sangat diperlukan.
Buku adalah jendela dunia. Melalui buku, berbagai ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi dapat dipelajari dan
dikuasai. Buku adalah sumber mata air ilmu pengetahuan.
Di abad pertengahan, tatkala Eropa tenggelam dalam
kelamnya jaman kegelapan, masyarakat muslim menguak tabir
ilmu pengetahuan dan menjadi pemimpin dunia, sehingga
mampu mencapai jaman keemasan yang gemilang. Jika kita
menoleh kepada tokoh semacam Ibnu Sina, Al Khawarismi,
Ibnu Kaldun, hingga Jalaluddin Rummi, semua merupakan
tokoh yang memiliki tradisi literasi atau membaca yang kuat.
Mereka benar-benar merupakan tokoh muslim yang sangat
paham akan makna perintah iqro' sebagaimana wahyu yang
pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
sehingga mereka mengamalkan tradisi membaca dengan
sangat istikomah.
Dalam perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, para
tokoh ilmuan dan penemu berbagai teknologi mutakhir, sebut
saja diantaranya James Watt, Thomas Alva Edison, Alexander
Graham Bell, Ernest Rutterford, hingga Neils Bohr dan Albert
Einstein adalah para kutu buku. Demikian halnya para tokoh
sejarah dan panggung politik, seperti Mahatma Gandhi,
Mustafa Kemal Ataturk, Lenin, Stalin, Hitler, hingga Mao Che
Dong juga para penggila buku.
Tak ketinggalan para tokoh pergerakan dan pendiri bangsa
Indonesia juga penggelut buku yang sejati. Tengoklah Kartini,
dr. Wahidin Sudirohusodo, HOS Tjokroaminoto, Ki Hajar
Dewantara, Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir, Tan Malaka,
semuanya pelahap literatur ilmu pengetahuan.
Dari petikan penggalan pengalaman sejarah, kita sangat
yakin bahwa minat baca sangat menentukan kemajuan ilmu
Oleh : Sang Nananging Jagad *)
9
Laporan Utama
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh sebuah bangsa.
Bangsa dengan budaya literasi dan minat baca yang tinggi
adalah bangsa yang memiliki peradaban tinggi sehingga
unggul dalam berbagai bidang kehidupan. Membaca sangat
penting untuk ditanamkan semenjak usia dini kepada anak-
anak kita.
Penelitian yang dilakukan oleh Wigfield dan Guthrie
bahkan menyimpulkan bahwa anak usia sekolah dasar yang
memiliki minat baca tinggi akan berprestasi tinggi di bangku
sekolah. Sebaliknya anak yang memiliki minat baca rendah,
atau tidak terbiasa dengan tradisi membaca, akan memiliki
prestasi akademis yang rendah pula.
Melalui bacaan yang dibaca, seseorang akan memiliki
wawasan dan pandangan yang luas tentang berbagai hal.
Secara tidak langsung membaca juga mengajarkan sikap kritis,
analitis, sistematis, dinamis, dialogis, dan dialektis. Dari sikap
yang tertanam kemudian akan berlanjut kepada pola berpikir,
bertutur, bertindak, bekerja dan beraktivitas yang dilandasi
ilmu dan pengetahuan yang memadai. Hal ini terus berlanjut
terhadap pembentukan kepribadian manusia yang berkualitas
dan unggul dalam setiap bidang kehidupan.
Keberadaan buku tidak lepas dari perpustakaan. Per-
pustakaan merupakan gudang tempat berbagai bahan bacaan,
khususnya buku bersemayam. Ketersediaan sarana dan
prasarana perpustakaan yang memadai akan sangat men-
dorong minat baca masyarakat secara umum. Pemerintah
pusat maupun daerah, melalui berbagai alokasi anggaran
harus terus serius menangani perpustakaan dalam hal
ketersediaan literatur dan penanganan perpustakaan yang
profesional.
Perpustakaan umum ataupun daerah harus meningkatkan
pelayanan, bahkan jika perlu harus melakukan jemput bola
dengan armada perpustakaan keliling. Tidak cukup hanya
sampai pada soal pelayanan, namun para pustakawan juga
harus menyusun berbagai program untuk menanamkan dan
meningkatkan minat baca.
Keberadaan perpustakaan sekolah, perpustakaan masjid,
perpustakaan warga, ormas, hingga komunitas harus
mendapatkan perhatian dari dinas-dinas yang terkait.
Ketidakcukupan koleksi buku pada suatu perpustakaan
hendaknya bisa ditutup dengan kerja sama lintas perpustaka-
an. Akan sangat baik apabila perpustakaan dengan skala besar
dapat mendukung keberadaan perpustakaan atau taman
bacaan yang kecil dengan meminjamkan koleksi bahan bacaan
dalam jangka waktu yang relatif panjang, katakanlah tiap dua
atau tiga bulan.
Dengan demikian, perpustakaan kecil dapat meminjam
bahan bacaan untuk kemudian dipinjamkan lagi kepada
masyarakat yang lebih luas. Kerja sama ini akan sangat
menguntungkan kedua belah pihak. Jangkauan pelayanan
perpustakaan keliling yang tidak dapat mencapai daerah
terpencil dalam periode waktu yang rutin, dapat disambung
oleh perpustakaan lokal setempat. Di sisi lain, keterbatasan
koleksi bahan bacaan di perpustakaan kecil dapat diatasi
dengan pinjaman dari perpustakaan daerah.
Segala sarana prasarana, konsep, dan program dalam
rangka meningkatkan pelayanan terhadap akses buku akan
sama sekali tidak berarti bila gayung tidak bersambut oleh
antusiasme dan minat masyarakat untuk membudayakan
tradisi membaca. Kesadaran bahwa pusaka di jaman modern
adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang tersimpan di
dalam pustaka, diharapkan dapat mendorong masyarakat
untuk bersemangat melakukan proses pembelajaran hidup
sepanjang hayat.
Pencanangan bulan September sebagai Bulan Membaca
dan penetapan tanggal 14 September sebagai Hari Kunjungan
Perpustakaan diharapkan dapat mendorong peningkatan
minat baca.
Ingat, hanya bangsa yang melek ilmu pengetahuan dan
teknologi akan mencapai keunggulan dalam persaingan global,
sehingga kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dapat diraih
bersama-sama. Bacalah! Bacalah atas nama Tuhanmu.
*)Dewan Sesepuh Komunitas Blogger Pendekar Tidar
10
Laporan Khusus
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
huge Liang, Sang Penasehat Militer & Ahli Strategi dari
Negeri Shu di jaman Tiga Kerajaan di daratan Tiongkok Zpernah mengungkapkan, “Kenalilah rakyatmu, engkau
akan memperoleh dukungan.” Bila saja kita memodifikasinya,
maka ungkapannya bisa menjadi “Kenalilah pelangganmu,
engkau akan memperoleh kesetiaan.”
Ya, benar kesetiaan atau. loyalitas pelanggan dalam dunia
yang penuh persaingan ini, merupakan barang langka yang
banyak dicari dan didamba, baik oleh organisasi yang profit
oriented maupun nonprofit oriented. Hal ini tak lain, karena
loyalitas merupakan 'bahan bakar” kehidupan organisasi.
Dengan loyalitas tinggi yang dimiliki pelanggan, berarti
keberadaan organisasi makin stabil, berpeluang besar bisa
berkembang dan menang dalam kompetisi.
Begitu juga bagi perpustakaan daerah sebagai unit
pelayanan masyarakat, membutuhkan loyalitas pelanggan.
Lalu siapakah sebenarnya yang menjadi pelanggannya dan
faktor apa saja yang meningkatkan loyalitas mereka?
EsensiSejarah telah banyak memberikan pelajaran yang sangat
berarti mengenai kegagalan sebuah organisasi yang tidak tahu
siapa sesungguhnya pelanggan mereka dan apa kemauan
mereka, akhirnya gulung tikar, dipaksa untuk menghentikan
operasinya. Hal ini, mestinya juga mulai dipikirkan oleh kita
semua selaku pemangku kepentingan atas kelanggengan
operasional perpustakaan daerah.
Perpustakaan makin jarang, keanggotaannya makin
berkurang, kemana lagi bahtera perpusatakaan akan
berlabuh? Selama ini kiprah perpustakaan daerah dalam
melayani dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat,
memang tak terbantahkan. Hanya saja perubahan jaman, tak
bisa dihindarkan, perkembangan teknologi informasi,
mengubah situasi.
Kini masyarakat tak terlalu mengandalkan perpustakaan
dalam pemenuhan kebutuhan informasi. Ada alternative
pilihan yang cukup menawan, tersedia warnet, cafenet, free
hotspot area ataupun pojok ruang kerja kita. Pendeknya, di
manapun kita berada, internet relatif merupakan pilihan
pertamanya.
Melihat kenyataan ini, akankah pelanggan perpustakaan
akan tetap memiliki loyalitas? Dengan setia mengunjungi
untuk sekadar membaca atau meminjam buku di per-
pustakaan.
Padahal kita ingat, keberadaan sebuah unit pelayanan
seperti perpustakaan, pada dasarnya sangat ditentukan oleh
ada tidaknya pelanggan. Unit pelayanan ada, karena ada
pelanggan yang membutuhkannya.
Karena itu, langkah awal untuk mereduksi kondisi terburuk
semacam itu, kini sudah waktunya perpustakan kembali
meredifinisikan siapakah sesungguhnya pelanggannya? Bila
bisa digambarkan secara lebih konkret, maka perlu pula di-
lakukan deskripsi tentang keinginan mereka. Dengan
demikian, perpustakaan akan tahu secara persis jenis infor-
masi yang mereka butuhkan dan bagaimana cara memenuhi-
nya.
Lebih lanjut, bila kebutuhan pelanggan terpenuhi,
kepuasan pelanggan tentunya bukan barang langka lagi.
Akhirnya loyalitas yakni kemauan terus-menerus memperoleh
layanan perpustakaan pun bisa dicapai.
IdentifikasiSecara umum, bila kita bertanya siapa yang dilayani
perpustakan. Dengan simple kita akan menjawab, ”masya-
rakat.” Akan tetapi, ketika ditanya masyarakat yang mana?
Seringkali pula kita dengan enteng menjawab, ”Pokoknya yang
mau datang atau pinjam buku ke perpustakaan.”
Sungguh, tak terlalu salah dengan jawaban itu. Hanya saja,
bila ingin jawaban yang lebih spesifik, tentu saja kita layak
melakukan figurasi secara lebih detil dan komprehensip.
Misalnya kita bisa melakukan pemilahan berdasarkan
kelompok umur, status pendidikan, jenis pekerjaan, domisili
pelanggan dan lainnya.
Dari sana sesungguhnya, mulai tergambar kondisi yang
lebih realistis dari pelanggan kita. Hasil figurasi tersebut bisa
dipakai pijakan misalnya tentang tren kebutuhan jenis buku
yang diminati, jam operasional yang paling adaptif bagi
pelanggan perpustakaan, ataupun kebijakan khusus yang layak
ditempuh dalam masalah peminjaman buku.
Lebih jauh, dalam upaya melakukan pengambaran tentang
eksistensi pelanggan, maka kita layak untuk mencermati
tentang konsep Tangga Loyalitas yang pernah diintrodusir oleh
Muraray Raphel dan Neil Raphel. Konsep ini pada dasarnya
membagi masyarakat menjadi beberapa tingkatan / golongan
terkait kedekatan hubungan dengan organisasi. Dari level
terdasar, terdapat prospek hingga level teratas adalah advokat
yang secara sukarela, kesadaran sendiri mengajak orang lain
untuk menjadi pelanggan.
Bila secara relatif, kita mencoba menerapkan konsep
tangga loyalitas tersebut dalam konteks layanan perpustakan,
LOYALITAS PELANGGANPERPUSTAKAAN DAERAH
Oleh : Yudianto *)
11
Laporan Khusus
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
maka pemilahannya sebagai berikut:
? Dari masyarakat di wilayah kabupaten atau kota, ada
berapa orang yang mengetahui keberadaan perpustakaan
(prospek).
? Dari sejumlah yang mengetahui keberadaan perpustakan,
beberapa orang pernah berkunjung sekali ke perpustakaan
(shopper).
? Dari sejumlah yang pernah berkunjung, beberapa orang
berkunjung lagi atau mendaftar jadi anggota (customer).
? Dari sejumlah anggota, ada beberapa yang memper-
panjang masa keanggotaan (klien).
? Dari anggota yang memperpanjang masa keanggotaannya,
ada beberapa yang memberitahu, memotivasi dan mengajak
orang orang lain untuk berkunjung ke perpustakaan dan
menjadi anggota (advocate).
Dengan mengetahui siapa sesungguhnya pelanggan kita,
berarti mulai bisa dipikirkan bentuk komunikasi yang paling
cocok bagi salah satu golongan pelanggan. Seringkali,
komunikasi dengan golongan pelanggan yang berbeda,
menuntut teknik dan media komunikasi yang berbeda pula.
Karena itulah, layak dipikirkan secara masak-masak, agar
komunikasi berjalan optimal.
Bila komunikasi berjalan efektif, maka kita akan lebih
mudah mengetahui kemauan mereka. Tentu saja, pola
komunikasinya memakai dua arah, sehingga memungkinkan
terjadinya pemberian respon.
Berikutnya, kita akan memformulasikan kemauan
pelanggan itu dalam koridor system pelayanan perpustakaan.
Andai ada kesenjangan, antara kemauan pelanggan dengan
koridor pelaksanaan, layak dicarikan solusi. Berbagai prosedur
yang birokratik, tak suportif kepentingan pelanggan dan tak
memiliki nilai guna objektif, layak ditinjau ulang. Bila perlu,
prosedur tersebut direvisi ataupun diganti.
Dalam fase ini, berarti kita telah melangkah pada upaya
untuk lebih memastikan adanya kepuasan di kalangan
pelanggan. Dari berbagai kepuasan yang telah tercipta, akan
berbuah loyalitas pelanggan.
Landasan Dalam kondisi normal, hanya pelanggan yang merasa
puaslah akan tetap memakai layanan perpustakaan. Dengan
kata lain, kepuasan pelanggan menjadi syarat utama
munculnya loyalitas di kalangan pelanggan.
Toh demikian, bila kondisi tak normal -- tak ada subtitusi
atau kompetitor – pelanggan yang tak puaspun tetap akan
memakai layanan perpustakaan. Hanya saja loyalitas tersebut
sifatnya semu. Sewaktu-waktu ada pesaing, biasanya secepat
mungkin pelanggan akan kabur.
Beberapa faktor yang bisa menjadi landasan terbangun dan
meningkatnya loyalitas pelanggan terhadap layanan per-
pustakaan. Antara lain:
1. Koleksi relatif lengkap, aktual dan sesuai dengan
kebutuhan. Masalah kelengkapan dan aktualitas koleksi
seringkali berpengaruh besar terhadap kepuasan pelanggan,
Seringkali ini adalah salah satu modal utama untuk menarik
minat calon pelanggan.
2. Tidak terlalu birokratis dalam memberikan layanan.
Bila ada prosedur yang cenderung birokratis, maka layak untuk
dihilangkan.Misalnya saja, bila ada ketentuan yang
menyatakan bahwa untuk jadi anggota perpustakaan harus
minta tanda tangan kepala desa setempat atau pimpinan
tempat seseorang bekerja, . Ketentuan birokratis semacam itu
seringkali tidak memberikan manfaat apapun, hanya sekedar
formalitas. Mestinya tidak dipakai lagi, karena tidak sesuai lagi
dengan semangat kepraktisan prosedur. Untuk menjadi
anggota perpustakaan, bukankah cukup melampirkan saja
copy KTP dalam pengisian formulirnya.
3. Lain lagi persoalannya, kalau yang ingin jadi anggota
adalah anak sekolah yang belum dewasa. Ada pantasnya bila
harus disertai ijin dari orang tua / wali.
4. Keramah-tamahan pelayanan. Masalah ini sangat
penting mengingat, setiap orang ingin tetap di hargai harkat
dan martabatnya. Walaupun layanan perpustakaan relatif
tidak berbayar, keramahtamahan tetap diperlukan.
Pengunjung pun cukup peka apakah mereka dilayani dengan
penuh keramahtamahan atau tidak. Misalnya saat ada petugas
perpustakaan yang saat dimintai tolong dalam pencarian
sebuah buku, cara memberikan informasi menunjukkan
keengganan dengan mimik yang kurang ramah alias ngembang
kacang.
5. Fasilitas ruangan yang nyaman. Tanpa terpasang AC
pun, kenyamanan ruangan bisa terwujud, asal ada sirkulasi
udara yang memadai sehingga suasana tidak gerah.
Kenyamanan di ruangan penting, paling tidak untuk
memperbesar tingkat kebetahan pelanggan untuk berlama-
lama menikmati koleksi pustaka di ruang baca, misalnya.
AkhirnyaUnit kerja pelayanan masyarakat seperti perpustakaan
daerah, layak mencermati
dan mengidentifikasi pe-
langgannya secara akurat,
sehingga mampu mem-
berikan layanan terbaik-
nya. Dengan layanan itu
diharapkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan sekali-
gus bisa didapatkan.
*)Direktur Polibisnis WAH & Ketua
Studi Perkotaan
12
Laporan Khusus
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Tape ketan rasanya manis, jadi anggota perpustakaan... gratis
Naik dokar ke muntilan, mau pintar ya ke perpustakaan
ujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan Tbangsa, maka bidang pendidikan memperoleh per-
hatian pemerintah yang tinggi. Namun selama ini perhatian
dibidang pendidikan masih sebatas pada pendidikan formal
semata, pendidikan masih diartikan sebagai bentuk sekolah.
Pendidikan masih dimaknai sebagai bentuk belajar yang
dikemas dalam format kelembagaan, baik itu pendidikan
formal seperti sekolah dari Pendidikan Anak Usia Dini, SD, SLTP,
SLTA maupun Perguruan Tinggi dan pendidikan informal
seperti Sanggar Belajar maupun Kursus-kursus.
Namun sebenarnya pendidikan masih cukup luas cakupan
maknanya, tidak hanya pendidikan formal dan informal saja
namun juga terdapat pendidikan non formal. Masih terdapat
lembaga lain diluar sekolah dan kursus-kursus yang juga
melaksanakan fungsi pendidikan yaitu perpustakaan, dimana
sesuai dengan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan disebutkan bahwa Perpustakaan berfungsi
sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi,
dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdaya-
an bangsa. Sedangkan tujuan dibentuknya perpustakaan
adalah untuk memberikan layanan kepada pemustaka,
meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas
wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Guna memberikan layanan kepada masyarakat yang
membutuhkan informasi dibidang ilmu pengetahuan dan
tehnologi, Pemerintah Kabupaten Magelang membentuk
lembaga perpustakaan umum kabupaten, yang berdiri sejak
tahun 1988, di Muntilan. Saat ini sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Magelang Nomor 30 Tanggal 31
Desember 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran
Daerah Kabupaten Magelang Tahun 2008 Nomor 30),
Perpustakaan Umum Kabupaten berada dibawah naungan
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang.
Perpustakaan Umum Kabupaten Magelang terus
dikembangkan sejalan dengan motto Kabupaen Magelang
yaitu “GEMAH RIPAH IMAN CEMERLANG“ dan Visi
Pembangunan Kabupaten Magelang tahun 2009 – 2014 adalah
“TERWUJUDNYA KABUPATEN MAGELANG YANG LEBIH
SEJAHTERA, MAJU DAN AMANAH“ yang selanjutnya disingkat
SEMANAH.
Dengan Misi antara lain Mewujudkan peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia dan kehidupan beragama, Membangun
perekonomian daerah berbasis potensi lokal yang berdaya
saing, Meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana
daerah, Memanfaatkan dan mengelola Sumber Daya Alam
berbasis kelestarian lingkungan hidup, dan Menciptakan
sistem pemerintahan yang baik dan demokratis serta
Menciptakan masyarakat yang aman dan tentram.
Sedangkan Visi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Magelang adalah: “MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA
YANG PROFESIONAL DAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
MELALUI PENYEDIAAN INFORMASI DAN PELESTARIAN
DOKUMEN MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA“. Dengan
maksud bahwa Kantor Perpustakaan dan Arsip diharapkan
mampu menyediakan informasi kepada masyarakat maupun
penyelenggara Pemerintahan demi terciptanya Sumber Daya
Manusia yang Profesional menuju masyarakat yang sejahtera.
Guna mencapai visi diatas, maka misi dibidang per-
pustakaan adalah menyediakan bahan pustaka dan informasi,
membina dan mengembangkan perpustakaan baik lembaga
Pemerintahan sampai ketingkat Desa maupun lembaga
masyarakat guna mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan profesionalisme kinerja dalam rangka mem-
berikan pelayanan prima dan tata laksana yang efektif dan
terpadu dengan prinsip ke pemerintahan yang baik (good
governance). Sedangkan program kerjanya adalah Pe-
ngembangan Minat Baca dan Pengembangan Budaya Baca dan
GRATIS JADI ANGGOTA PERPUSTAKAAN KAB. MAGELANG
Oleh : Sugeng Sugiyarto, S.Sos *)
13Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Pembinaan Perpusakaan.
Untuk melaksanakan program tersebut Perpustakaan
Umum Kabupaten Magelang memiliki 3 buah sarana gedung
untuk layanan perpustakaan yaitu Perpustakaan Umum
Muntilan di Jalan Dr. Soetomo Muntilan, Perpustakaan Umum
Deyangan di Jalan Mayor Unus Kota Mungkid, dan
Perpustakaan Umum Grabag di Kompleks Kantor Kecamatan
Grabag.
Hari Minggu BukaAdapun beberapa jenis layanan yang dilaksanakan di
Perpustakaan Umum Kabupaten Magelang adalah, Layanan
Sirkulasi/peminjaman, Layanan Referensi, Layanan Penelusur-
an Literatur, Layanan Bimbingan Membaca dan Pemakai
Perpustakaan, Layanan Bercerita Kepada Anak, Layanan
Perpustakaan Mobil Keliling, Layanan Kotak Buku, Layanan
Konsultasi / Magang dan Layanan Internet.
Sedangkan waktu layanannya adalah untuk Perpustakaan
Umum Muntilan, buka setiap hari Senin – Minggu. Untuk Senin
–Kamis : Jam 07.30 – 16.00 WIB, Jumat Jam 07.30 – 14.00 WIB,
Sabtu Jam 07.30 – 15.00 WIB sedangkan Hari Minggu Jam
09.00 – 13.00 WIB. Layanan tersebut dapat terlaksana berkat
dukungan karyawan/karyawati di Perpustakaan Umum
Kabupaten yang berjumlah 22 orang. Terdiri 4 orang pejabat
struktural, 2 orang pejabat fungsional pustakawan dan 14
orang staf fungsional umum.
Layanan Magang diperuntukkan bagi para pengelola
perpustakaan desa, perpustakaan masyarakat dan perpustaka-
an sekolah. Layanan ini dilaksanakan setiap awal bulan, dan
bagi yang ingin melaksanakan magang harus mendaftarkan
terlebih dahulu dengan disertai surat tugas dari sekolah atau
perpustakaan dimana ia bertugas.
Pelaksanaan Layanan perpustakaan pada hari Minggu buka
ini merupakan tindaklanjut dari permintaan dari para
pengguna perpustakaan, yang disampaikan pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip menjaring saran dan masukan dari
masyarakat pada tahun 2010 lalu.
Untuk Perpustakaan Umum Deyangan dan Grabag, waktu
layanan sesuai hari kerja yaitu Senin- Sabtu. Senin-Kamis jam
07.30 – 13.50 WIB, Jumat jam 07.30 – 11.00 WIB dan Sabtu jam
07.30 – 13.00 WIB. Masyarakat bisa mendapatkan layanan
peminjaman/ sirkulasi buku perpustakaan, namun harus
menjadi anggota perpustakaan terlebih dahulu.
“Untuk menjadi anggota perpustakaan tidak dipungut
biaya alias gratis. Jadi tunggu apalagi, segera gabung menjadi
anggota perpustakaan Kabupaten Magelang,” ajak Kepala
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang Imam
Fatchi SH.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang pada
tahun 2010 juga telah dilakukan Survey Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Magelang bekerjasama dengan Pusat Telaah dan Informasi
Regional (PATTIRO) Magelang. Survey dilakukan mencakup 3
aspek, yaitu aspek SDM, sarana prasarana, serta manajemen
kelembagaan untuk memberikan layanan khususnya di bidang
Layanan Perpustakaan. Adapun yang dilakukan survey adalah
para pengguna perpustakaan.
Dari hasil survey tersebut, Layanan pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip memperoleh nilai IKM adalah Baik.
Namun demikian Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Magelang terus berupaya untuk meningkatkan kualitas
layanan yang diberikan kepada masyarakat. “Kami
mengutamakan kepuasan masyarakat dalam memberikan
layanan perpustakaan,” tandas Imam Fatchi SH.
Koleksi LengkapPerpustakaan Umum Kabupaten Magelang menyediakan
koleksi bahan pustaka yang lengkap dan up to date, karena
setiap tahunnya selalu dilakukan penambahan koleksi bahan
pustaka, baik dari APBD Kabupaten Magelang maupun
bantuan dari Perpusnas dan Badan ARPUS Provinsi Jawa
Tengah. Koleksi bahan pustaka tersebut meliputi buku karya
umum, filsafat dan tehnologi, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu
pengetahuan murni, ilmu terapan atau tehnologi, kesenian
dan olahraga, kesusasteraan, geografi dan sejarah.
Buku-buku agama seperti Tafsir Misbah Al Qur'an karya
Quraishi Shihab, buku motivasi karya Mario Teguh, Gyinanjar
juga banyak tersedia. Buku karya sastra terbaru juga ada, buku-
buku tehnologi tepat guna baik pertanian, peternakan,
perikanan juga lengkap.
“Koleksi referensi kami cukup lengkap, ensiklopedi, kamus,
almanak, direktori dan peta tersedia. Hal ini karena dalam
pengadaan buku, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Magelang selalu memperhatikan kebutuhan dari para
pengguna perpustakaan,” papar Imam Fatchi, SH. Disamping
buku-buku tersebut, Perpustakaan Umum juga menyediakan
bahan pustaka lainnya seperti koran, majalah dan tabloid.
Berkaitan dengan buku-buku yang diminati masyarakat,
Laporan Khusus
14
Laporan Khusus
buku-buku yang karya sastra seperti fiksi/novel/cerpen
menempati urutan pertama dari urutan buku paling banyak
dipinjam, disusul buku agama, buku tentang ilmu terapan/
teknologi, buku tentang ilmu sosial, buku karya umum dan
seterusnya.
Promosi Minat BacaPersoalan besar yang dihadapi Perpustakaan adalah minat
baca di kalangan masyarakat masih memprihatinkan, hal ini
bisa dilihat dari angka kunjungan ke perpustakaan umum
kabupaten yang hanya 50 orang/hari dibandingkan dengan
jumlah penduduk kabupaten yang mencapai 1 juta jiwa.
Rendahnya minat baca masyarakat disebabkan kenyataan
sejarah bahwa bahwa kalau menengok sejarah, bangsa ini
lahir dari tradisi lisan. Tradisi tulis yang kemudian melahirkan
melek huruf baru dimulai satu abad belakangan ini. Namun
baru saja jalan, muncul media televisi yang lebih memanjakan
hanya dengan memandang dan mendengar, masyarakat
memperoleh informasi dan hiburan yang menyegarkan.
Membaca buku belumlah menjadi kebutuhan, masyarakat
lebih senang memperoleh informasi melalui tayangan televisi
maupun siaran radio. Faktor lainnya adalah keterbatasan
sarana-prasarana perpustakaan, baik itu gedung, ruang,
tenologi informasi, maupun koleksi bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan baik perpustakaan umum kabupaten,
perpustakaan sekolah maupun perpustakaan yang ada di
masyarakat. Oleh karena itu benih persemaian gerakan minat
baca belum tumbuh subur di masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Magelang terus berupaya me-
numbuhkembangkan minat baca di kalangan masyarakat,
dengan melaksanakan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut antara lain adalah : Pada bulan Mei 2011, berkerja-
sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Dunia
Usaha, digelar Pameran Perpustakaan dan Arsip yang diikuti
oleh para penerbit dari Jogjakarta dan Jawa Tengah serta dinas
instansi di Kabupaten Magelang, yang memperoleh perhatian
yang tinggi dari masyarakat terbukti dari banyaknya buku yang
terjual. Bersamaan dengan pameran tersebut, diadakan pula
Forum Komunikasi Perpustakaan dan Arsip se-Jawa Tengah
sebagai upaya untuk menyatukan langkah dan wahana
mencari berbagai terobosan dalam meningkatkan minat baca
di masyarakat.
Kegiatan lainnya, pada bulan Juni 2011 mengadakan
Sosialisasi Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan bagi para Kepala Sekolah Dasar di Kabupaten
Magelang, langkah ini dilakukan untuk mendorong para kepala
sekolah untuk menumbuhkan minat baca dikalangan anak
didik, di usia dini, dengan menyediakan bahan pustaka yang
memadai melalui perpustakaan sekolah.
Disamping itu, Kantor Perpustakaan dan Arsip memberikan
bantuan honor kepada 30 (tiga puluh) orang tenaga pengelola
perpustakaan desa/masyarakat masing-masing Rp 200.000,-.
Juga akan memberikan bantuan buku kepada 30 (tiga puluh)
perpustakaan desa/masyarakat.
Sedangkan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di
bidang perpustakaan bagi tenaga pengelola perpustakaan baik
di perpustakaan umum kabupaten, perpustakaan desa/
masyarakat dan perpustakaan sekolah, senantiasa dilakukan
pendidikan dan pelatihan baik dengan sistem magang maupun
dikirim ke provinsi Jawa Tengah. Kantor Perpustakaan dan
Arsip juga melakukan pembinaan terhadap tata pengelolaan
perpustakaan, baik yang ada di sekolah maupun di masyarakat.
Saat ini tercatat 60 desa sudah memiliki perpustakaan, dari
372 desa/kelurahan se Kabupaten Magelang. “Kami terus
mendorong agar di desa-desa lainnya juga segera dibentuk
perpustakaan desa, sehingga masyarakat mendapatkan
kemudahan dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan,
mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu
pesat,” tambah Imam Fatchi.
Perlu Pembangunan Gedung Yang MemadaiHal yang urgen untuk segera dilakukan adalah pem-
bangunan gedung perpustakaan umum kabupaten yang
berada di Muntilan, mengingat gedung perpustakan yang
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
15
sekarang sudah tidak memadai lagi. Dimana ruang layanan
masih menyatu dengan ruang kerja administrasi kantor. Ruang
baca dewasa juga masih menyatu dengan ruang baca anak,
sehingga seringkali terasa bising dan gaduh.
Perlunya dilakukan pembangunan gedung sejalan dengan
rekomendasi hasil Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Tahun 2010, yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
Magelang bekerjasama dengan Pusat Telaah dan Informasi
Regional (PATTIRO) Magelang.
Hasil rekomendasi PATTIRO tersebut menyebutkan bahwa,
sarana prasarana dipandang perlu dilakukan pembenahan-
pembenahan, antara lain : perlu penambahan gedung
menjadi 2 lantai, penambahan ruang baca, penambahan
koleksi buku terbaru, pemasangan hotspot dan unit komputer
pada layanan internet.
Perlu pengoptimalan penitipan barang, serta perlu di-
pasang CCTV untuk memudahkan pengawasan buku dan
perilaku pengunjung dan penyediaan tempat ibadah di
perpustakaan. Pembenahan-pembenahan itu untuk me-
wujudkan kondisi perpustakaan yang nyaman dan aman,
sehingga perpustakaan mampu menjadi sarana pembelajaran
sepanjang hayat dan tempat rekreasi yang mencerdaskan.
Pengembangan perpustakaan yang berbasis tehnologi
informasi dan komunikasi, mutlak harus dilakukan karena
memang amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007, juga
perkembangan tehnologi informasi dan komunikasi yang
begitu pesatnya. Perpustakaan yang tidak mengembangkan
perpustakaan berbasis tehnologi informasi dan komunikasi
tentu akan ditinggalkan penggunannya, karena mereka dapat
meng-akses infomasi lewat internet. Dan sekarang warung
internet menjamur dimana-mana. Inilah tantangan bagi kami
para pengelola perpustakaan,” tambah Imam Fatchi SH.
Hari Kunjung Perpustakaan Upaya lainnya adalah dengan menjadikan Hari
Kunjung Perpustakaan sebagai momen mengajak
kepada seluruh masyarakat Kabupaten Magelang
untuk gemar membaca. Berkaitan dengan Hari
Kunjung Perpustakaan yang diperingati setiap tanggal
14 September, Kantor Perpustakaan dan Arsip pun
memperingatinya dengan sederhana.
“Hari Kunjung Perpustakaan Tahun 2011 ini kami
peringati dengan sederhana, yaitu dengan mengajak
kepada segenap masyarakat Kabupaten Magelang
untuk mengunjungi dan memanfaatkan perpustaka-
an umum Kabupaten yang berada di Muntilan,
Deyangan dan Grabag,” kata Kepala Kantor
Perpustakaan dan Arsip Imam Fatchi, SH.
Ditambahkan oleh Imam Fatchi, pada Hari
Kunjung Perpustakaan bagi masyarakat yang datang
ke Perpustakaan Umum Kabupaten disediakan
doorprice berupa buku, bantuan dari Social Agency Baru
Yogyakarta.
“Kami berikan hadiah buku bacaan, bukan yang lain,
dengan maksud untuk menggugah agar masyarakat mau
membaca buku, paling tidak membaca buku yang kami
berikan, syukur alhamdulillah kalau tumbuh kesadaran
pentingnya membaca buku,” tambah Imam Fatchi SH.
Dikatakan pula bahwa, tidak berlebihan kalau pemerintah
melakukan kebijakan literasi dengan memanfaatkan bulan
September sebagai bulan Kunjung Perpustakaan, sebab
aktifitas membaca memiliki peranan penting dalam dinamika
kehidupan umat manusia. Diakui atau tidak, kegemaran
membaca mempunyai nilai tinggi, mengasah nurani, dan
memperkaya wawasan. Dengan membaca akan diperoleh
banyak informasi. Melalui membaca pula akan meningkatkan
kreatifitas dan pola pikir masyarakat untuk lebih maju.
”Kaitannya dengan Hari Kunjung Perpustakaan 2011 yang
jatuh pada bulan Syawal yang berarti bulan peningkatan,
Perpustakaan Umum Kabupaten Magelang mengajak
masyarakat untuk meningkatkan minat baca dengan selalu
meluangkan waktu untuk membaca, dan mengunjungi
perpustakaan,” harap Imam Fatchi, SH.
Dengan berkunjung ke perpustakaan, masyarakat akan
memperoleh banyak bahan bacaan dan informasi.
Harapannya, tingkat pengetahuan masyarakat bertambah
sehingga pola pikir masyarakat akan berkembang dan budaya
membaca akan meningkat.
Untuk itu, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Magelang perlu di dukung oleh para stakeholder
perpustakaan seperti orang tua, jajaran pendidikan, maupun
dunia usaha dalam menjadikan Hari Kunjung Perpustakaan
sebagai moment menumbuhkan budaya gemar membaca.
Membaca dapat menambah wawasan dan mendorong
seseorang terbiasa berpikir. Ayo membaca.
*)Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang)
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Laporan Khusus
16
Laporan Khusus
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
abupaten Magelang terletak diantara : 110°19'51”
Bujur Timur dan antara 7°42'16” Lintang Selatan. Batas
wilayah Kabupaten Magelang, sebelah utara KKabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang, sebelah
Timur Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali, sebelah
Selatan Kabupaten Purworejo dan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta serta sebelah Barat Kabupaten Temanggung dan
Kabupaten Wonosobo, ditengah terdapat wilayah Kota
Magelang.
Wilayah Kabupaten Magelang dengan luas sekitar 108.573
Hektar dan dihuni sekitar 1.181.916 jiwa (2010). Wilayah yang
berbentuk cawan karena dikelilingi oleh gunung dan
pegunungan, diantaranya Gunung Merapi, Merbabu,
Sumbing, Telomoyo dan pegunungan Menoreh serta
ditengahnya Gunung Tidar. Wilayah ini dibagi dalam beberapa
wilayah administrsi pemerintahan, Tahun 2009 tercatat terdiri
dari 21 Kecamatan, 372 desa/kelurahan, 2.379 dusun dan
10.966 RT.
Sementara Layanan stasioner (menetap) Perpustakaan
Umum Kabupaten Magelang, hanya berada di 3 lokasi yaitu
Perpustakaan Umum Muntilan di Jalan Dr. Soetomo Muntilan,
Perpustakaan Umum Deyangan di Jalan Mayor Unus Kota
Mungkid dan Perpustakaan Umum Grabag di kompleks kantor
Kecamatan Grabag. Padahal setiap warga masyarakat berhak
atas layanan perpustakaan.
Guna memberikan layanan perpustakaan di daerah yang
lokasinya jauh dari perpustakaan umum stasioner, maka
dilakukan perpustakaan keliling. Kunjungan perpustakaan
keliling di daerah-daerah dilaksanakan secara terjadwal dan
bergiliran antara satu daerah satu dengan lainnya. Hal ini di-
lakukan karena keterbatasan sarana perpustakaan keliling,
dimana saat ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Magelang baru memiliki 2 armada mobil perpustakaan keliling.
Pada tahun 2011 ini wilayah yang menjadi sasaran layanan
perpustakaan keliling adalah Kecamatan Sawangan, Kajoran,
Windusari, Tempuran, Borobudur, Mertoyudan, Mungkid dan
Ngablak. “Kami memilih desa dan sekolah baik negeri atau
swasta yang belum memiliki perpustakaan untuk menjadi
sasaran layanan perpustakaan keliling.
Pemerintah desa atau pihak pengelola sekolah yang kami
jadikan sasaran perpustakaan keliling kami dorong untuk
membentuk perpustakaan ditempatnya masing-masing,”
papar Kepala Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Magelang
Imam Fatchi, SH. Sehingga ketika Layanan Perpustakaan
Keliling pindah ke lokasi daerah yang lain, masyarakat atau
anak didik tetap memperoleh informasi atau pengetahuan
yang dibutuhkan melalui perpustakaan yang telah dibentuk.
Disamping Layanan Perpustakaan Keliling, di Perpustakaan
Umum Kabupaten Magelang juga terdapat Layanan Kotak
Buku. Layanan Kotak Buku ini berupa layanan kotak yang berisi
sejumlah buku tertentu yang dapat dipinjam dalam waktu satu
bulan. Perpustakaan Desa, Perpustakaan Sekolah maupun
Perpustakaan Masyarakat dapat melakukan peminjaman
Kotak Buku tersebut.
Layanan Perpustakaan Keliling ini juga dilaksanakan pada
saat terjadi bencana alam, dimana Layanan diberikan di lokasi
pengungsian warga masyarakat. Pada saat terjadi bencana
alam, seperti bencana alam gunung Merapi 2010 kemarin.
“Guna memberikan hiburan dan menambah pengetahuan
pengungsi, kami melakukan layanan perpustakaan keliling di
lokasi pengungsian,” tambah Imam Fatchi SH.
*)kanPerpus&arsipkabMgl
PERPUSTAKAAN KELILINGMELAYANI YANG JAUH
Oleh : Sugeng Sugiyarto, S.Sos *)
RefleksiRefleksi
Oleh : M. Ali Faiq, S.IP, M.Si*
Tidak sekadar ‘Melek’ Huruf
pendidikan setelah tahun 1948 mulai berkeluarga.
Walaupun begitu riset terbaru beragumentasi bahwa
hasil yang didapat diatas mungkin lebih banyak
disumbangkan sebagai hasil dari disekolahkannya anak-
anak tersebut dibandingkan dari kemampuan baca-
tulisnya saja. Walaupun begitu, diseluruh dunia fokus
dari sistem pendidikan tetap merupakan konsep-konsep
yang meliputi komunikasi melalui teks dan media cetak,
dan hal ini masih merupakan dasar dari definisi melek
aksara.
Sayangnya, minat membaca buku masyarakat Indonesia
masih sangat lemah dan rendah. Masyarakat Indonesia
juga tercatat tidak terbiasa untuk membolak-balik
media informasi. Ini terbukti dari data Human
Development Report 2008/2009 yang dikeluarkan UNDP
menyatakan minat membaca Indonesia berada di
peringkat 96 dari negara seluruh dunia. Indonesia
sejajar dengan Bharain, Malta dan Suriname. Di Asia
Tenggara, hanya ada dua negara di bawah Indonesia,
yaitu Kamboja dan Laos.
Dalam sebuah negara modern, perpustakaan adalah
bentuk subsidi informasi yang cerdas kepada
masyarakat. Bahkan dalam dunia perpustakaan, apa
yang dianggap sebagai “kejahatan” bukan berbentuk
kebiasaan selalu terlambat atau menghilangkan buku di
perpustakaan. Menurut Joseph Brodkey, pemenang
Hadiah Nobel untuk Sastra pada 198, kejahatan di dunia
perpustakaan yang dianggap lebih berbahaya adalah
karena TIDAK MEMBACA BUKU.
Sebenarnya Joseph Brodkey hanya ingin menekankan
pentingnya buku untuk kehidupan, sehingga kalau kita
mengabaikan, berarti mengabaikan kehidupan itu
sendiri. Lewat buku, kita bisa menyelami lautan,
mengelilingi dunia, berpetualang keluar angkasa,
menyelami ruang dan waktu, memasuki dunia maya,
dan sebagainya… intinya, hanya dengan membaca,
begitu banyak hal yang kita ketahui. Semakin banyak
buku yang kita baca, maka akan semakin mudah bagi
kita untuk 'menguasi' dunia. Teruslah menjalin
persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan
kehadiran buku sebagai jendela untuk kita melihat masa
depan. Jadikan keberadaan buku sebagai jembatan
untuk kita berusaha menjadi makhluk Tuhan yang
mencintai ilmu.
Beberapa tahun lalu sering kita lihat banyak genting
atap rumah warga ditulisi B3B. Tulisan itu menandakan
bahwa sang “empunya” rumah telah bebas 3 buta atau
“melek” angka, aksara dan pengetahuan dasar. Kini
masyarakat Indonesiasudah semakin cerdas. Dengan
melek aksara berarti adanya kemampuan menggunakan
bahasa sehingga dapat mengerti sebuah bacaan,
mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam
bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan
modern istilah melek aksara diartikan sebagai
kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat
yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau
dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan
idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis,
sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat
tersebut.
memiliki definisi bahwa melek aksara adalah
kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti,
menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan
mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada
bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan
berbagai situasi.
Kemampuan baca-tulis itu penting karena melibatkan
pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga
orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Hal ini
berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan
pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi
penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Banyak analis kebijakan menganggap bahwa angka
melek aksara adalah tolak ukur penting dalam
mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia
di suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang
berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-tulis
jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta
aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-
tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan
prospek meraih peluang kerja yang lebih baik.
Argumentasi para analis kebijakan ini juga menganggap
kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan
peluang kerja dan akses yang lebih luas pada
pendidikan yang lebih tinggi.
Sebagai contoh di Kerala, , tingkat kematian wanita
dan anak-anak menurun drastis pada tahun 1960an,
saat anak-anak gadis terdidik disaat reformasi
UNESCO
India
17Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Kesehatan
KALI BERSIH DAN BUDAYA(TIDAK) KORUPSI
etiap melewati jalur jalan yang berdekatan dengan
saluran irigasi ”kali Manggis” – mulai dari saluran Sprimer, sekunder hingga tersiernya – penulis lalu ingat
dengan cerita teman yang baru pulang dari Korea Selatan.
Cerita yang benar-benar terjadi di Korea Selatan itu, amat
mengesankan hati kami karena menyangkut budaya tidak
korupsi dari warganya, yang dimulai dari program kali bersih.
Negara yang tidak mau menerima TKI dari klas ”pembantu
rumah tangga” itu sekarang jauh lebih ”bersih” dari korupsi
dibanding negara kita. Kalau dibandingkan dengan angka, nilai
tidak korupsinya Korea Selatan berada pada posisi angka 6
lebih, sementara Indonesia masih 2,80. semakin besar angka
tidak korupsi, kondisinya semakin baik.
Ceritanya dimulai dari masa pemerintahan Presiden Kim
Young-sam yang berakhir pada tahun 1998, lalu diteruskan
pemerintahan Presiden Kim Dae-jung pada 1998 hingga 2003.
Pada masa sebelum itu, ”budaya” korupsi dinegara Gingseng
itu juga terjadi dimana-mana. Disebut membudaya karena
agaknya perbuatan korup itu dilakukan secara terbuka, secara
bersama-sama oleh pejabat hingga anggota masyarakat, walau
secara administratif awalnya seperti tidak ada korupsi.
Untuk mendukung kegiatan pemberantasan korupsi itu,
lalu Presiden pemerintahan Kim Young-sam (1993-1998),
membangun sistem transaksi keuangan yang diatur oleh
Presidential Emergency Order untuk keuangan nasional dan
ekonomi pada tahun 1993. Ini adalah langkah signifikan
terhadap transparansi keuangan dalam melarang penggunaan
rekening keuangan anonim.
Kemudian, UU Real Name Financial Transactions and
Guarantee of Secrecy disahkan pada tahun 1997 dalam rangka
untuk mengatasi cacat parsial, seperti ketidaknyamanan
transaksi keuangan berikut verifikasi nama asli dan kecemasan
tentang penyelidikan pajak. Presiden Kim Young-sam juga
memperkuat peran Dewan Audit dan Inspeksi (BAI) sebagai
agen de jure anti-korupsi dan mendirikan Komite Pencegahan
Korupsi (CPC) sebagai badan penasehat ketua BAI dalam tugas
melawan korupsi.
Namun, transformasi yang jauh lebih menonjol terjadi
selama pemerintahan Kim Dae-jung. Presiden Kim meminta
Kantor Perdana Menteri (OPM) untuk mengembangkan lebih
sistematis program anti-korupsi. Pada tahun 1999, OPM
mengumumkan program-program yang komprehensif ter-
masuk lima isu berikut: (1) pembentukan komite khusus anti-
korupsi; (2) berlakunya undang-undang dasar tentang
pencegahan korupsi; (3) pengembangan dari kampanye
kesadaran masyarakat, (4) pengembangan dari kampanye
mendorong partisipasi masyarakat dalam deteksi korupsi, dan
(5) reformasi administrasi yang rawan korupsi.
Rencana ini membawa perkembangan yang signifikan
dalam pemberantasan korupsi. Selain itu, Presiden Kim
membentuk Komite Reformasi Regulasi (RRC) berdasarkan
Undang-Undang Dasar Tahun 1998 tentang Peraturan
Administrasi untuk meninjau secara intensif peraturan yang
ada dan menyaring peraturan akan diperkenalkan atau
deregulated.
Yang menarik, dari lima program anti korupsi Presiden Kim
Dae-jung itu adalah pelaksanaan dua programnya yang
melibatkan masyarakat, yaitu program ke-(3), tentang:
pengembangan dari kampanye kesadaran masyarakat, dan
program ke- (4), tentang: pengembangan dari kampanye
mendorong partisipasi masyarakat dalam deteksi korupsi.
Mungkin Presiden Kim berfikir bahwa, korupsi yang sudah
menjadi sebuah ”budaya”, harus diberantas dengan sebuah
”budaya baru anti korupsi”. Secara sosiologis, budaya
masyarakat adalah pranata hidup yang disepakati bersama
oleh anggota masyarakat, lalu dijalankan bersama pula oleh
masyarakat. Pranata hidup itu hanya akan berubah kalau
masyarakat secara sadar dan bersama-sama mau meng-
ubahnya.
Lalu apa kegiatan khusus yang dilakukan (Presiden Kim)
untuk program ke (3) dan ke-(4)-nya yang kata kuncinya
kesadaran & pertisipasi masyarakat itu? Salah satu kegiatan
khusus dalam rangka membangun kesadaran dan partisipasi
masyarakat agar budaya korupsi berganti dengan budaya tidak
korupsi di Korea Selatan adalah dengan ”budaya kali bersih”.
Kali atau sungai yang dijadikan kegiatan adalah Sungai Han
yang membelah Seoul, ibukota Korea Selatan. Sungai Han
Utara, sepanjang 514 km yang berhulu dari lembah Gunung
Geumgang di Korea Utara, mengalir melewati tengah kota
Seoul dan bergabung dengan Sungai Imjin sebelum bermuara
ke Laut Kuning. Walaupun tidak begitu panjang, namun lebar
alirannya sangat luas.
Oleh : Ir. H. Soekam Parwadi
18 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
19Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Kesehatan
Di kota Seoul, lebar S. Han lebih dari 1 km, dan dikenal
memiliki debit air yang sangat besar dengan rasio antara
jumlah arus maksimum dan minimum berbanding 1:390.
Untuk pembanding, S Thames dan Rhine masing-masing
memiliki koefisien 1:8 dan 1:18. S. Han memiliki peranan
penting dalam kehidupan ekonomi, sosial dan budaya bagi
masyarakat Korea, termasuk Korea Selatan.
Dari sungai yang memiliki pengaruh budaya besar bagi
masyarakatnya itulah, Presiden Kim ingin mengubah budaya
sosialnya, khususnya “budaya bersih”. Masyarakat yang
memiliki “budaya bersih” secara fisik (rumah, kebun, tempat
kerja, lingkungan) tentu terbentuk karena dimulai dari “niat”
untuk bersih-bersih.
Niat itu tentu muncul dan terbangun dari hati. Kegiatan
sederhana dari program itu antara lain adalah, 1) setiap
keluarga dengan kesadarannya memiliki tempat mengolah
sampah. 2). Setiap keluarga dengan kesadarannya tidak
membuang sampah disaluran air drainase kota yang ada
didekatnya. 3). Setiap warga “merasa malu” untuk membuang
sampah disaluran drainase dan disembarang tempat. 4). Setiap
warga dan keluarga bangga untuk menemukan teknologi baru
tentang pengolahan sampah. 5). Pemerintah wajib mem-
fasilitasi dan mengawasi program kali bersih yang dilakukan
oleh masyarakat.
Pada awalnya, program itu dianggap membebani,, karena
masyarakat telah terbiasa menyerahkan segala urusan
persampahan kepada pemerintah kota. Setelah berjalan
beberapa kuartal, kelamaan masyarakat semakin biasa dan
benar-benar merasa “malu” kalau tidak memiliki kegiatan
mengolah sampah dirumah tangganya. Setelah setahun,
program mulai kelihatan hasilnya, dan program kali bersih
benar-benar terwujud dengan baik setelah berjalan dua tahun.
Mulai tahun ketiga itulah, dampak dari budaya bersih itu,
sebagai bagian dari program penyadaran pada masyarakat
tentang perlunya bersih, nampak tercermin dari perilaku
masyarakat. Budaya bersih yang terjadi secara fisik
memberikan warna untuk bersih dalam menjalankan
pekerjaan dan tugas masing-masing.
Para pedagang tokonya bersih, barang dagangannya bersih
dan teratur, menimbangnya juga bersih. Pembeli nyaman dan
omzet penjualan meningkat. Para pegawai perusahaan bekerja
dengan disiplin, bersih dan tidak suka membolos, dan tidak
suka menggunakan barang yang bukan miliknya. Begitu juga
pegawai pemerintah, semuanya berjalan secara bersih,
termasuk dalam menggunakan keuangan negara.
Bagaimana kita?Kalau melihat bagaimana kondisi kali atau sungai atau
saluran drainase yang ada, agaknya ”budaya bersih” itu
semakin jauh saja dari masyarakat kita. Tak kurang para
pemuka masyarakat, termasuk pemuka agama, menyerukan
kebersihan dengan dalil-dalil yang berasal dari Kitab dari Allah
– Tuhan YME. Namun dilapangan kondisinya masih sangat
memprihatinkan.
Lihatlah jalur saluran irigasi dari Blondo hingga Kota
Mungkid. Dibeberapa ruas jalan yang berdampingan dengan
saluran irigasi, yang melintas desa Bumirejo tidak pernah sepi
dari tumpukan sampah. Jalur jalan dari pertigaan Japunan
melalui SMP Negri-2 Mertoyudan hingga Pasar Sraten, saluran
drainasenya begitu kotor dan sering banjir karena penuhnya
sampah dimana-mana. Ruas jalan dari Pal Bapang hingga
Mendut yang notabene jalur wisata internasional, juga tak
kalah kotor dan ”njembrung”-nya.
Bahkan karena banjir yang disebabkan drainase kotor, air
meluap kejalan diruas KM-2 dekat Balai Muslimin, dijalur itu
sempat ada korban meninggal gara-gara kecelakaan lalulintas
saat banjir terjadi. Secara teknis, sebenarnya daerah Magelang
yang topografinya pegunungan ini tak perlu terjadi banjir-
banjir kecil yang merusak jalan seperti itu.
Hampir semua banjir dijalan-jalan itu, disebabkan oleh
sampah yang memenuhi saluran air/saluran drainase.
Sampah-sampah itu, menurut jenisnya yang nampak,
semuanya berasal dari limbah yang dibuang oleh masyarakat.
Bahkan masyarakat menjadikan saluran irigasi yang melintas
mulai dari desa Banyurojo melewati desa Mertoyudan –
Sumberrejo – Danurejo hingga Bumirejo dan Deyangan
sebagai tempat sampah yang panjang.
Yang terbaru, dijalur jalan raya Mertoyudan – Keprekan
yang sedang dibangun, tepatnya di KM 2,6 hingga KM 3,2
saluran drainase tepi jalan yang diatasnya ditutup beton dan
berfungsi sebagai trotoar, sekarang juga dipenuhi sampah.
Saluran yang lebarnya 1 m dan dalamnya sekitar 1,5 m itu
sering dipenuhi sampah yang terbawa oleh air irigasi dari
saluran primer & sekunder Kali Manggis. Akibatnya air sering
meluap kejalan raya, menyebabkan jalan yang menurun itu
menjadi licin dan membahayakan pengendara yang selalu
berkecepatan tinggi itu.
Apakah ini semua juga harus menjadi tugas pemerintah ?
Pemerintah bertugas membenahi infrastruktur berupa saluran
drainase, saluran irigasi dan jalan-jalan. Tetapi masyarakat
harus membangun dan melaksanakan budaya bersih untuk
mengolah sampah, tidak membuang sampah disembarang
tempat, termasuk tidak disaluran irigasi.
Kegiatan gotong-royong pembersihan saluran drainase di
sekitar pemukiman harus dialakukan secara teratur oleh warga
setempat. Hal itu termasuk saluran drainase ditepi-tepi jalan
aspal yang melintas dilingkungannya, yang tidak akan mungkin
dapat diselesaikan oleh aparat pemerintah, setelah anggaran
kebersihan yang ada telah digunakan secara ”bersih” pula.
”Apakah soal sampah saja perlu mengimport ahli dari Korea
Selatan?”. ”Apakah setelah budaya bersih dikawasan kita
terwujud, korupsi juga akan ikut hilang ?
Selain itu dalam hal ujian, apakah urusan contek-
menyontek sudah mendapat perhatian yang memadai ?
Artinya antara si penyontek dan yang di contek telah diberikan
pengertian yang mendalam dan mendapat sangsi. Karena
tanpa disadari kebiasaan buruk mencontek akan menjadi bibit
yang merugikan karakter anak nantinya.
Bila tak pernah ada sangsi dari guru, maka anak yang baik
dan pintar akan menjadi apatis dalam belajar sebab nilainya
akan selalu di bawah mereka yang bodoh namun trampil
menyontek. Dan yang bahaya anak akan mempunyai anggapan
bahwa perbuatan buruk (mencontek) boleh saja dilakukan asal
tidak ketahuan orang lain ( guru ).
Mungkin para pembaca masih ingat teman-teman anda
yang masih rajin menyontek, meski telah menyandang
predikat mahasiswa? Atau mungkin anda sendiri pernah
menjadi pelakunya? Inilah kelemahan sistem pendidikan kita.
Terlalu permisif pada hal-hal yang mestinya prinsip.
Dan yang lebih mengerikan lagi adalah upaya sulapan nilai
yang dilakukan oleh beberapa guru agar siswanya bisa lulus
dalam EBTANAS tahun 1980an hingga UAN sekarang ini. Kasus
yang diindikasikan sebagai upaya menyontek masal dalam
ujian nasional 2011 di Surabaya beberapa waktu lalu mungkin
bisa kita kaitkan dengan fakta ini.
Kalau ini nampaknya sudah terstruktur, mulai dari pejabat
birokrasi pendidikan hingga kepala sekolah dan guru sebagai
pelaksananya. Maka jangan heran bila mutu pendidikan kita
tak kunjung meningkat karena nilainya hanya sulapan saja. Jadi
ibarat makan buah simalakama, dimakan bapak mati tak
dimakan emak mati. Tak dilakukan banyak anak tak lulus, kalau
dilakukan berarti berlaku tidak jujur. Terus kapan kita akan
mendidik anak anti korupsi? Tentu jawabnya adalah sejak dini.
Mendidik Anti Korupsi Sejak Dini Sejak anak dilahirkan mereka perlu mendapatkan
pendidikan karakter atau akhlak mulia. Pembiasaan nilai-nilai
keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai anti korupsi sangat ber
pengaruh dalam pembentukan karakter mereka.
dalah Mahfud MD, sang Ketua Mahkamah Konstitusi,
yang sangat geram melihat kasus korupsi yang Asenakin tinggi."Akibat korupsi, negara saat ini dalam
bahaya." katanya beberapa waktu yang lalu seperti dilansir
dalam www.mahkamahkonstitusi.go.id. Berita korupsi tiap
hari menghiasi halaman media pemberitaan kita. Entah
sampai kapan akan berakhir.
Bertahun-tahun Indonesia menempati daftar salah satu
negara terkorup di dunia. Persepsi masyarakat terhadap kasus
korupsi menjadi sangat menyedihkan. Masyarakat menjadi
imun alias kebal terhadap kasus korupsi. Sehingga terdapat
opini masyarakat bahwa korupsi telah menjadi budaya bangsa
kita sehingga sulit dihilangkan.
Survey yang dilakukan majalah Intisari terhadap 1.044
pembaca mengenai kebiasaan korupsi di masyarakat
memperkuat anggapan di atas. Dalam survey itu semua
responden setuju bahwa korupsi tergolong tindakan tercela.
Tapi sekitar sepertiga responden secara jujur mengakui bahwa
mereka bersedia menyuap petugas saat mengurus SIM, KTP,
atau ketika ditilang polisi (Intisari,Oktober 2011). Lalu kepada
siapa kita bisa berharap untuk mencegah terjadinya korupsi?
Jawaban yang paling masuk akal adalah pada sekolah.
Sampai saat ini sekolah masih diyakini sebagai lembaga
penyemai benih-benih pengetahuan dan nilai-nilai kebaikan.
Lewat pengajaran dan pendidikan ditaburkan nilai-nilai
kejujuran, amanah, ketelitian, kerapian dll. Namun di sisi lain
masyarakat mengenal para koruptor sebagian besar adalah
produk lembaga pendidikan. Ini terlihat dari pelaku-pelaku
korupsi dilakukan oleh eksekutif maupun legislative bahkan
yudikatif yang nota bene orang-orang berpendidikan. Orang
pun bertanya apa peran lembaga pendidikan selama ini dalam
pencegahan tindak korupsi?
Korupsi Kecil di SekolahHarapan masyarakat pada sekolah/madrasah terhadap
pencegahan korupsi sangatlah tinggi. Namun kenyataannya
sekolah memang belum sepenuhnya mampu melaksanakan-
nya. Dalam praktek sekolah sering memberikan contoh yang
tidak jujur. Benarkah? Lihat saja praktek-praktek korupsi kecil
di sekolah, masih ada guru-guru PNS pulang sebelum waktunya
pulang. Bukankah itu korupsi waktu? Apakah para guru selalu
mengoreksi PR yang telah mereka berikan pada siswa? Hal ini
penting dalam menanamkan nilai kejujuran dan sportifitas
pada anak. Sebab teladan guru lebih berharga dari sekedar
himbauan.
Pendidikan
MAMPUKAH SEKOLAH MENDIDIK
ANTI KORUPSI ?Oleh : Muh. Muslih*)
20 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
”Nak, nanti kalau Pak RT datang atau telepon mengajak kerja bakti,
katakan bapak sedang tidak ada, ya!”
Sejak lahir hingga usia 8 tahun merupakan masa keemasan
dalam pembelajaran. Masa itu sering diistilahkan the golden
age oleh para pakar psikologi dan neurologi dimana anak
paling gampang dibentuk.
Di sini anak dalam taraf belajar yang paling alamiah,
termasuk dalam menerima nilai-nilai anti korupsi. Guru-guru
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK dan SD bersama orang
tua menjadi tulang punggung keberhasilan mendidik anti
korupsi pada usia ini. Inti dari pendidikan anti korupsi adalah
mengajarkan kejujuran. Sebab pangkal korupsi adalah ketidak
jujuran terhadap nurani..
Ada tiga tingkatan dalam menerima pembelajarn, yaitu
tingkatan perasaan, tingkatan pemahaman dan tingkatan
ungkapan (Intisari, Mei 2004). Pada tingkatan perasaan, anak
akan mendengarkan apa saja yang diberikan padanya. Anak
seperti ini seolah-olah merupakan anak yang patuh, tidak
neko-neko.
Namun pada dasarnya anak telah mengenal rasa senang,
sedih, jengkel, dll. Hati-hati dengan kebiasaan orang tua yang
sering berjanji, namun tak menepati. Secara tak langsung itu
adalah pembelajaran kebohongan pada anak kita.
Seringkali untuk membujuk anak yang menangis orang tua
berkata,”Ayo,diamlah, nak, nanti ibu belikan permen.” Setelah
sang anak terdiam ternyata sang bunda lupa dengan janjinya.
Kadang-kadang seorang bapak yang kecapekan pulang kerja
berkata pada anaknya, ”Nak, nanti kalau Pak RT datang atau
telepon mengajak kerja bakti, katakan bapak sedang tidak ada,
ya!”
Bila sang anak sudah tak protes dengan perilaku bapaknya
itu, maka berarti dalam diri anak sudah ada bisa memahami
perlunya berbohong. Sebenarnya orang tua yang bijak akan
mengatakan pada anaknya, “Nak, kalau ada telepon atau Pak
RT datang, tolong katakana Bapak sedang capek sekali, tidak
bisa ikut kegiatan saat ini.” Itu akan lebih jujur dan memberi
teladan baik pada anak.
Di sekolah, guru yang tak pernah mengoreksi PR siswa, akan
diterima dengan perasaaan jengkel dan akan menimbulkan
apatisme anak. Bila guru tidak fair sesungguhnya ia
menggambarkan dirinya sebagai model yang buruk.
Bila perilaku tidak jujur dan curang terus menerus diterima
siswa, maka ia akan memahami bahwa tidak jujur dan curang
itu kadang-kadang perlu, karena itu akan menguntunmgkan
dirinya. Inilah yang dimaksud dengan tahap selanjutnya, yakni
tingkatan pemahaman. Pada tahap ini anak akan memperhati-
kan berbagai cara orang memberikan pelajaran. Anak mampu
membedakan mana perintah yang perlu diturut atau dibantah.
Dengan panca inderanya mereka mampu mengolah
pelajaran bukan hanya yang diberikan namun juga bisa
menggabungkan dengan apa yang mereka lihat, alami dalam
kehidupan sehari-hari. Hati-hati dengan contoh-contoh buruk
yang anda berikan pada mereka. Anak akan mencatatnya
dengan pemahamannya sendiri. Termasuk nilai-nilai sidiq (
kejujuran ) dan amanah ( bisa dipercaya ) akan tertanam lewat
pemahaman mereka atas perilaku orang tua atau guru pada
mereka.
Untuk tingkatan ungkapan atau ekspresi, mereka umum-
nya memperhatikan orang tua atau guru memberikan
pelajaran dan mencari tahu makna dari pelajaran itu. Anak
seperti ini tak akan tinggal diam bila yang dipelajari dan
dirasakannya tidak sama. Orang dewasa kadang kewalahan
menghadapi anak pada tingkatan ini. Misalnya, ketika ia harus
belajar dan tak boleh menonton TV sementara orang tuanya
tetap asyik memelototi TV.
Pelajaran ini akan masuk dalam konsep pengetahuan si
anak, bahwa perintah / larangan yang dikeluarkan ternyata
tidak berlaku bagi si pembuat keputusan. Demikian pula kasus
guru yang tidak mengoreksi PR. Mereka akan memiliki konsep
bahwa orang yang berkuasa (dalam hal ini guru) boleh
melakukan sekehendak hatinya.
Karena dendam, anak merindukan dirinya memiliki
kekuasaan kelak dan berlaku seenaknya. Maka pada tingkatan
ekspresif ini, anak yang sebenarnya baik, namun karena
pengalaman dalam ulangan-ulangan yang diadakan dalam
suasana permisif, teman-temannya yang mencontek justru
mendapat nilai lebih baik dan tidak mendapat sangsi dari guru
bisa menyebabkan si anak baik menjadi ikut curang atau
kurang percaya diri.
Untuk itu peran guru di sekolah sangat menentukan bagi
pembentukan mental anti korupsi. Ia adalah model bagi anak
yang sedang menuju masa kedewasaan. Maka sungguh bijak
adanya peribahasa Guru Kencing Berdiri Murid Kencing Berlari.
Kalau guru sebagi model saja tidak disiplin, tidak jujur, dan
tidak adil bagaimana anak didiknya?
Tentu kita berharap dengan dikembangkannya pendidikan
karakter mulai dari Pra-TK hingga mahasiswa menyadarkan
guru untuk lebih hati-hati dalam mendidik anak-anak bangsa
ini. Lebih baik mencegah korupsi daripada membasmi. Dan
itulah tugas sekolah.
Untuk itu sekolah sebagai tempat menyemai nilai-nilai itu
tentulah harus memberikan teladan bagi siswa dalam praktek
penanamannya. Keberhasilan sekolah tidak hanya terwujud
dalam real curriculum ( kurikulum nampak ) seperti yang ter-
tuang dalam nilai-nilai pelajaran mereka, namun masyarakat
juga mengharapkan keberhasilan dalam hidden curriculum (
kurikulum tersembunyi ) yang tercermin dalam perilaku siswa
atau lebih dikenal sebagai pendidikan karakter seperti
kejujuran, amanah, sopan santun, sportif dll.
Semoga sekolah bisa mewujudkan harapan itu.
*)GuruMA-Ma'arif-Borobudur, KetuaLP Maarif Muntilan.
Pendidikan
21Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Wisata dan Budaya
PROSES KREATIF PENCIPTAAN SENI TARI
Sebagai sebuah ungkapan, pernyataan dan ekspresi, maka
sifat karya tari adalah personal. Oleh karena itu, bekal
pengalaman dalam produksi karya tari baik sebagai penari,
penata tari, dan keterlibatan dalam memproduksi karya tari
merupakan pengalaman yang tidak ternilai harganya. Proses
penciptaan karya seni tari merupakan proses pribadi, pe-
ngalaman masa lalu sebagai bagian pengalaman emosional
yang kemudian membaur dengan lingkungan pada akhirnya
akan membentuk sebuah gaya pribadi yang berbeda.
Kesadaran laku kreatif tersebut tidak dalam waktu yang
singkat, tetapi dalam proses panjang. Secara keseluruhan
apabila proses kreatif dilakukan dengan benar, maka akan
menemukan jawaban sebuah laku kreatif, yaitu menemukan
apa yang sebelumnya tidak diketahui menjadi hasil ekspresi
unik. Hasil ekspresi tersebut terwujud adanya keberanian dan
konsep yang cukup, sehingga memunculkan sebuah bentuk
dan warna berbeda dari karya-karya sebelumnya.
Tak berlebihan kiranya, kalau bisa ditekankan di sini,
ak dapat disangkal, seorang seniman dengan berbagai
karya yang digelutinya baik di tingkat lokal, regional, Tnasioanl, maupun global ternyata dapat menghentak
perhatian publik. Seniman merancang semua itu tidak lepas
dari kepentingan untuk membangun eksistensinya.
Mereka saling kompetitif melakukan siasat kebudayaan
yang implementasinya tergantung dari ideologi serta tujuan
yang melatarinya. Sehingga, ekspresi karya yang dimunculkan-
nya bisa bermacam-macam dari sekadar untuk hiburan
sampai dengan keperluan ritual. Bahkan dalam elaborasi
selanjutnya, ada yang menjelma menjadi sarana kritik sosial,
penyadaran, atau pembelajaran pengetahuan, dan banyak
segmen lainnya.
Dengan demikian proses kreatif merupakan ajang yang
tak kalah pentingnya dalam proses penciptaan seni tari.
Bahkan proses kreatif ini lebih penting daripada resultansi
akhir sebuah karya seni tari. Hal-hal praktis, seperti pencarian
ide secara langsung atau pengayaan. Tak ubahnya seperti,
melakukan riset laboratorium.
Tahapan KerjaPada dasarnya proses kreatif dapat dipahami sebagai
tahapan-tahapan kerja yang dilakukan seniman untuk
menghasilkan suatu karya seni. Untuk itu, ada beragam proses
yang ditempuh oleh seniman, baik berangkat dari pemikiran
yang konseptual dengan sistematika tertentu dan penuh
pertimbangan maupun melalui proses yang tampak
sederhana. Akan tetapi, tidak jarang pula proses pencariannya
memakan waktu panjang dengan berbagai metode dan sistem
kerja yang berbeda-beda. Sehingga apa yang hendak
disampaikan sebuah karya seni tari sebagai seni pertunjukan
akan bisa sampai kepada publiknya.
Seni tari sebagai ikon dari seni pertunjukan merupakan
hasil dari olah kreatif yang ditata atau diciptakan untuk
dinikmati. Tentu proses kreatifnya melalui berbagai tahapan-
tahapan artistik, sehingga elaborasi seni tari tetap dalam
konsep-konsep yang mendasar. Di samping itu implikasi lebih
dalam seni tari adalah bentuk ekspresi manusia yang
melibatkan seluruh totalitas tubuh, dengan diikuti irama
tertentu sesuai dengan suasana yang dibutuhkan, dengan
didukung oleh tata rias, tata busana, perlengkapan penari,
perlengkapan panggung, dan tata lampu. Bentuk penampilan
tersebut menjadi suatu kesatuan yang selaras dan seirama
(Nunik Widiasih, 2009).
Oleh : Ch. Dwi Anugrah*)
22 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
bahwa proses pembuatan karya koreografi (penciptaaan seni
tari) tidaklah kalah penting. Bahkan dapat dikatakan lebih
penting dari sekadar hasil dari karya itu sendiri. Penjelajahan
gerak dan pengayaan ide bisa lahir dari seniman ketika
melakukan proses kreatif.
Adapun keberhasilan seniman tari untuk menciptakan
karya yang kapabel paling tidak ditentukan oleh beberapa
komponen dasar kesenimanan, pertama penguasaan teknik.
Dalam seni tari, ketrampilan mencakup teknik gerak dan
koreografi. Seorang penari harus mampu melakukan gerak
sesuai dengan tuntutan estetika tari dan teknik koreografi.
Jika ia juga seorang koreografer atau pencipta tari, ia harus juga
memiliki kemampuan merangkai dan memadukan gerak
dengan berbagai elemen seni pendukung lainnya, seperti
musik, kostum, rias, tata panggung, tata lampu, dan sebagai-
nya. Untuk merealisasikan dalam sebuah seni pertunjukan
dibutuhkan teknik lain yaitu teknik produksi.
Kedua, kepekaan rasa. Berbeda dengan seorang pemain
akrobat yang hanya mengendalikan teknik gerak, seorang
seniman dituntut memiliki kepekaan rasa yang mencakup
kepekaan rasa gerak, rasa estetik, intuisi, dan rasa ke-
manusiaan. Dua rasa yang pertama tidak terlalu sulit untuk
dikuasai, tetapi dua rasa terakhir: intuisi (kemampuan secara
cepat memahami sesuatu/peristiwa tanpa proses pemikiran
sadar) dan rasa kemanusiaan (kepekaan atau kemampuan
untuk ikut merasakan atau bersimpati secara mendalam dari
apa yang dialami/dirasakan oleh sesama manusia atau makluk
hidup) hanya dimiliki oleh seniman-seniman tertentu.
Ketiga, kreativitas. Kemampuan kreativitas ini merupakan
kemampuan untuk mencipta, memberi interpretasi, me-
wujudkan ide, gagasan, dan pengalaman ke dalam sebuah
bentuk seni yang disertai daya imajinasidan inovasi yang tinggi.
Keempat, inteljensia. Kemampuan ini merupakan kemampuan
untuk belajar dan memahami atau untuk menghadapi hal-hal
yang baru atau situasi yang menantang, Kemampun inteljensia
ini juga bisa diartikan sebagai kemampuan berpikir kritis atau
menggunakan penalaran yang jernih.
Tataran IdealDari berbagai kemampun yang harus dimiliki oleh seniman
bila ingin mencipta suatu karya tari yang berkualitas, tentunya
untuk bisa sampai pada tataran ideal harusnya seniman
tersebut tidak patah arang atau putus asa dalam mengolah
proses baik dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
sampai rencana tindak lanjutnya.
Seperti halnya, karya Daryono dalam Sendratari “Maha-
karya Borobudur” yang sampai saat ini menjadi agenda rutin
pementasan di Candi Borobudur tiap tahunnya. Garapan yang
menggambarkan proses berdirinya Candi Borobudur pada
masa kejayaan Dinasti Syailendra itu, ternyata proses awalnya
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mulai dari
eksplorasi gerak, casting penari, komposisi tari, iringan, rias,
tata panggung dan sebagainya membutuhkan proses lama
yang kadang juga harus ada perubahan konsep dalam proses
perjalanannya.
Lain lagi yang penulis alami, ketika pada tahun 2010
menggarap Dramatari “Kesetiaan Sinta” di Seminari
Menengah Mertoyudan Magelang. Karya ini terinspirasi dari
Epos Ramayana karya Valmiki yang sudah melegenda. Dalam
proses kreatif penggarapannya sangat menguras waktu dan
tenaga karena harus memadukan casting penari dari dua
lembaga, yaitu Seminari Mertoyudan dan SMA PL Van Lith
Muntilan. Dalam karya kolaborasi ini, pihak SMA Seminari
Mertoyudan menggandeng SMA PL Van Lith Muntilan untuk
memerankan para penari putrinya.
Secara naratif cerita dalam dramatari ini sudah cukup
dikenal, yang mengisahkan kesetiaan Sinta kepada Sri Rama
walaupun sudah beberapa lama disekap oleh Rahwana.
Namun, dalam proses penggarapannya baik dari tahap latihan
sendiri, latihan bersama penari, latihan bersama penari dan
pengrawit, memerlukan kejelian dan tenaga esktra, karena
karakter masing-masing penari dari dua lembaga tersebut
sangatlah berbeda.
Sesulit apapun kendala yang ada di lapangan, bila dilakukan
dengan sabar, telaten, dan tak pantang menyerah, toh hasilnya
dapat dipentaskan dengan cukup baik. Justru dengan karya
kolaborasi tersebut, hikmah yang dapat diambil yakni dapat
merajut semangat kebersamaan di antara dua lembaga yang
berbeda.
Dari berbagai pengalaman proses kreatif itu dapat ditarik
suatu tautan benang merah, bahwa ide atau pengayaan bisa
berawal dari apa saja untuk dapat membuahkan karya
spektakuler. Jadi, tidak hanya berpusar pada teknik bermain
gerak semata. Namun, justru dari pemahaman dan wawasan
komprehensif akan memperkaya ide sehingga karya yang
diciptakan menjadi semakin membumi.
*)Penari. Alumnus ISI Yogyakarta Tinggal di Magelang
Wisata dan Budaya
23Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
24
Wisata dan Budaya
Muntilan, kira-kira hanya dua kilometer dari jalan raya
Magelang – Yogyakarta, di sebelah selatan desa Gunungpring.
Kapan Candi Ngawen dibangun dan raja siapa yang mem-
bangun candi ini sampai kini belum diketahui dengan pasti.
Karena belum ditemukan prasasti yang menyebutkan tentang
candi ini.
Sejarah Candi Ngawen sampai kini masih “gelap” dan para
ahli purbakala serta ahli sejarah terus meneliti candi ini.
Diperkirakan pembangunan candi ini sejaman dengan pem-
bangunan Candi Borobudur dan Candi Gunung Wukir, kira-kira
abad ke 8 dan 9 Masehi, pada masa kejayaan Kerajaan
Mataram Kuno.
Ahli purbakala bangsa Belanda De Casparis menduga,
kompleks percandian Ngawen ini dibangun secara gotong
royong antara raja Pikatan Dyah Siladu dari Dinasti Sanjaya dan
raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra, kira-kira tahun 824
Masehi. Pendapat yang bersifat analisis sejarah ini dengan
berdasarkan pada Prasasti Karang Tengah tahun 824 M.
Dalam prasasti ini disebutkan, Raja Samaratungga mendiri-
kan bangunan suci di 'Venuwana', yang berarti hutan bambu.
Desa Ngawen ketika itu diduga sebagai salah satu desa yang
banyak ditumbuhi hutan bambu. Dan di sebelah utara desa
Ngawen kini ada desa bernama Gunungpring, dimana ada
sebuah bukit yang sampai kini masih banyak ditumbuhi
rumpun bambu.
Ahli purbakala asal Bali R. Made Satyapara pernah menulis,
dengan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno kira-kira tahun
925 M, keadaan dan sejarah Candi Ngawen tidak banyak
diketahui. Ada dugaan, candi ini juga menjadi korban
mahapralaya letusan dahsyat Gunung Merapi, yang tertimbun
material vulkanis dengan ketebalan sampai dua meter.
Tahun 1874 kompleks percandian Ngawen berhasil
ditemukan kembali oleh seorang pejabat Belanda, NW
Hoepermans. Temuan candi ini laporannya dimuat dalam ROD
(Rapporten van den Oundheindkundigen Dienst) in
Nederlandsch Indie tahun 1914. Selanjutnya, pada tahun 1897
J. Van Aalst mengadakan penelitian di sekitar percandian
Ngawen.
Dalam penelitian tersebut ditemukan susunan batu-batu
pondasi candi di depan Candi Ngawen II. Dan di Candi Ngawen
IV ditemukan arca Dhyani Budha Amitabha. Ketika Th. Van Erp
melakukan pemugaran Candi Borobudur tahun 1911, dia juga
melakukan inventarisasi batu-batu candi yang ada di Candi
Ngawen. Hasil inventarisasi tersebut dimuat di ROD tahun
onsolidasi Candi Ngawen IV, yang merupakan salah
satu candi perwara, kini telah selesai. Pekerjaan Kkonsolidasi ini dengan membongkar dan memindah-
kan sementara batu-batu candi untuk kemudian dipasang
kembali setelah dasar pondasi candi diperkuat dengan dicor
semen beton. Kini posisi candi ini lebih kuat dan tidak ambles
lagi. Sebab, candi yang berada lebih rendah dari tanah
sekitarnya ini sering digenangi air, dan pondasinya melesak
atau 'ambles' antara 25 – 30 cm.
Kompleks Candi Ngawen kini tampak bersih dan tertata
rapi, meski air masih sering menggenangi pondasi-pondasi
candi. Adanya genangan air ini karena letak kompleks candi
lebih rendah kira-kira satu setengah sampai dua meter dari
permukaan tanah dan sawah di sekeliling candi. Kompleks
percandian ini seluas kira-kira 900 meter persegi, dengan
posisi geografis pada koordinat 110°.16'.17” Bujur Timur dan
07°.36'.17” Lintang Selatan, dengan ketinggian 290 meter dari
permukaan laut.
Di antara candi-candi yang bernafaskan agama Budha,
Candi Ngawen memiliki kekhususan dalam tata letak, mandala
dan gaya arsitektur bangunannya. Artinya, tata letak dan
bentuk bangunannya berbeda dengan candi-candi Budha pada
umumnya. Yang banyak dijumpai, candi-candi Budha
bangunannya tunggal dengan tingkatan-tingkatan yang
mempunyai makna-makna filosofi agama Budha.
Di kompleks Candi Ngawen ada lima buah bangunan candi
yang semuanya menghadap ke arah timur dengan tata letak
candi sebaris membujur dari utara ke selatan. Mirip dengan
tata letak candi yang bernafaskan agama Hindhu yaitu adanya
candi-candi perwara dan candi induk sebagai pusatnya.
Namun, di kompleks Candi Ngawen ini tidak terdapat candi
induk. Dari lima bangunan candi itu, yang telah berhasil
direkonstruksi dan kembali berdiri meski tidak sempurna
hanya ada satu bangunan, yaitu candi nomor dua dari utara
(Candi Ngawen II). Empat candi lainnya belum berhasil
direkonstruksi dan kini berupa pondasi-pondasi candi.
Sementara puing-puing batu-batu candi, ornamen dan
relief-relief candi yang belum ditemukan pasangannya ditata di
pelataran candi sisi timur. Batu-batu tersebut belum bisa
disusun kembali menjadi bentuk bangunan candi yang utuh,
karena untuk membangun lagi (merekonstruksi) candi ini
paling tidak ditemukan 80% batu-batu candi dan perlu
rancangan yang cermat dan teliti.
Candi Ngawen berlokasi di desa Ngawen Kecamatan
CANDI NGAWEN IVPONDASINYA DIPERKUAT DENGAN BETON COR
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Oleh : Amat Sukandar
25
Ngawen semuanya menghadap ke barat, yang juga
mengandung makna menghadap ke arah Candi Borobudur,
yang letaknya di sebelah barat candi Ngawen, sekitar 7,60 km
jauhnya.
Sedangkan yang ketiga, semua candi di kompleks
percandian Ngawen ini dibangun dengan pakem “punden
berundak,” seperti candi-candi pada umumnya dengan bagian-
bagian tingkatan: 'Bhurloka' yaitu tingkat dasar candi yang
memiliki arti sebagai jagad pati, dunianya manusia. Tingkat
bagian tengah, disebut 'Bhuwarloka' sebagai lambang jagad
manusia yang telah bisa bersuci diri sehingga bisa menyatu
dengan para dewa. Sedangkan tingkat teratas, bagian atap
candi disebut “Swarloka', sebagai lambang dunianya para
dewa di Swargaloka.
Candi Ngawen juga mempunyai corak bangunan yang lain
dengan candi-candi yang ditemukan di daerah Magelang. Jan
Fontein dalam bukunya 'The Sculpture of Indonesia'
menjelaskan, bangunan Candi Ngawen ini memiliki corak
(style) khusus. Di Candi Ngawen II (satu-satunya bangunan
candi yang berhasil direkonstruksi dan berdiri sampai kini),
ornamen dan hiasan candi dengan motif khas dan adanya
gapura candi yang terpisah dengan badan candi.
Denah kaki Candi Ngawen II berukuran 13,36 m x 12,82 m.
Tinggi kaki candi 2,32 m, dan penampil sisi timur berukuran
2,42 m. Di atas kaki candi ada selasar yang mengelilingi badan
candi selebar 1,10 m. Sedangkan gapura candi yang terpisah
tersebut ukurannya, lebar 4,9 m, bagian pintu gapura 1,05 m
dan tingginya 2,1 m.
Dalam relung-relung candi yang berukuran 84 cm X 36 cm
dan kedalamannya 40 cm kini sudah tidak dijumpai arca-arca.
Sedangkan di bilik candi ada arca Dyani Budha Ratna Sambawa
duduk bersila dengan sikap tangan Waramudra. Arca ini
berukuran tinggi 09,6 m, lebar 09,6 m dan tebal 08,7m. Namun
kepala arca sudah hilang.
Arca Budha lainnya yang masih tersisa di kompleks candi ini
adalah Arca Dyani Budha Amitabha, yang berada di Candi
Ngawen IV yang kini sedang digarap dengan proyek
konsolidasi. Keadaan arca ini bagian kepala sudah hilang,
kedua tangannya patah tinggal telapak tangan sampai siku.
Candi Ngawen masih jarang dikunjungi wisatawan
domestik. Candi ini menjadi objek studi para pelajar dan
mahasiswa yang tertarik terhadap keunikan candi ini.
Wisatawan manca negara juga banyak yang diajak para
pramuwisata-nya berkunjung ke candi ini.
Batu-batu candi yang kotor berlumut dibersihkan. Namun
di kompleks Candi Ngawen ini belum ada sarana kamar kecil.
Bak sampah juga masih kurang. Perlu perhatian pemerintah
untuk dapat membangun sarana MCK ini. Sehingga para
wisatawan yang berkunjung ke sini dapat lebih nyaman.
1911, yang diterbitkan Batavia Albrecht & Co tahun 1912
dengan judul 'Candi Ngawen'.
Situs Candi Ngawen ketika itu memang sangat menarik
perhatian para ahli purbakala Belanda. Sehingga, para ahli dari
Negeri Belanda terus melakukan penelitian dan penggalian.
Rangkaian penelitian para ahli purbakala bangsa Belanda
tersebut terus dilanjutkan. Tahun 1925, FJ. Perguin melanjut-
kan penelitian, penggalian dan pemugaran. Dan tahun 1927
dia berhasil memugar Candi Ngawen I dan Candi Ngawen II.
Hasil pemugaran tersebut berupa fisik bangunan Candi
Ngawen yang sampai sekarang tidak mengalami perubahan.
Dalam catatan Perguin juga disebutkan bila kerusakan
kompleks percandian Ngawen ini karena meletusnya Gunung
Merapi yang maha dahsyat seribu tahun yang lalu, dimana
batu, pasir dan abunya menutupi candi ini. Ketika dia
melakukan penggalian di percandian ini juga berhasil
menemukan arca Dhyani Budha Ratna Sambawa.
Tahun 1928, di Candi Ngawen II ini juga berhasil ditemukan
piranti kuno berupa gantungan klinthingan (gentha) dengan
bahan perunggu yang berada di puncak atap candi bagian
dalam. Temuan piranti upacara ritual agama Budha itu juga
dicatat oleh Stutterheim tahun 1935.
Sebagai bangunan tempat pemujaan agama Budha, Candi
Ngawen memiliki 'keunikan' khusus. Tata letak dan 'mandala'
bangunan candi ini berbeda dengan candi-candi Budha
lainnya. Biasanya, candi-candi Budha memiliki “mandala” yaitu
bentuk lingkaran suci yang menjadi 'kiblat' (arah) menghadap
para Dhyani Budha, yang ada lima arah.
Dalam 'mandala' itu, Wairocana terletak di tengah atau
menjadi pusatnya, Aksobya berada di sebelah timur,
Ratnasambawa di sebelah selatan, Amitabha di sisi sebelah
barat, dan Amogasidha di sebelah utara. Mandala ini
mempunyai makna sebagai gambaran di bangunan candi
untuk membantu memusatkan pikiran (konsentrasi) para
umat Budha dalam bersamadi di candi.
Dengan demikian, candi-candi Budha kebanyakan
bangunannya 'konsentris' (bundar) dan berupa bangunan
tunggal. Dan di Candi Ngawen ini tata letak bangunannya
dirancang tidak sesuai 'pakem' mandala tersebut. Sehingga
bentuk bangunan candi tidak konsentris, tetapi sebaris dengan
lima buah candi yang berdiri sendiri-sendiri dimana di setiap
candi ditempatkan tokoh-tokoh Dhyani Budha.
Kekhususan Candi Ngawen ini, yang pertama adalah letak
candi berjajar berurutan dari selatan ke utara. Ini mempunyai
makna, para Dhyani Budha (dewa-dewa) posisi kedudukannya
sama. Padahal, biasanya di sebuah candi Budha, ada 'dewa'
yang kedudukannya paling tinggi yaitu Dhyani Budha
Wairocana.
Keunikan yang ke dua, arah menghadapnya candi-candi
tersebut semuanya ke timur. Ini berarti, para umat Budha yang
sedang melakukan upacara ritual agama di pelataran candi
Wisata dan Budaya
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
26 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
PENGEMBANGAN RUMAH KOMPOS
karena ulah petani yang melakukan budidaya tanaman yang
tidak tepat/berlebihan (over dosis pupuk kimia), penyebab
lainnya adalah pengangkutan seluruh limbah panen ke luar
lahan bahkan pembakaran jerami.
Padahal limbah panen merupakan bahan organik yang
sangat baik dan bermanfaat bagi kesehatan/kesuburan tanah
baik secara fisik, kimia maupun biologi. Akibat dari lahan sakit
tersebut kenaikan produksi padi tidak sebanding dengan biaya
untuk budidaya, laju kenaikan produksi menurun (terjadi
gejala kejenuhan produksi) serta kemunduran kesehatan
tanah baik secara kimia, fisik maupun biologi (Sawah rusak dan
tidak subur).
Untuk mengantisipasi keterpurukan produksi yang bisa
berakibat terhadap stabilitas ketahanan pangan serta
mendukung program pemerintah Go Organik 2010, sejak
tahun 2009 Kementerian Pertanian telah memfasilitasi
pengembangan Rumah Kompos.
a. Tahun 2009 melalui Direktorat Pengelolaan Lahan
membangun 159 unit rumah kompos di 34 Lokasi di
Indonesia (Jawa Tengah yakni Purworejo, Brebes, Pati,
Wonosobo, Grobogan, Rembang, Salatiga dan Tegal )
b. Tahun 2010 membangun 300 unit rumah kompos yang
diintegrasi dengan ternak sapi
c. Tahun 2011 akan membangun 245 unit rumah kompos
melalui Anggaran Direktorat Perluasan dan Pengelolaan
Lahan Dir Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.
umah Kompos secara sederhana adalah sebagai
tempat pembuatan kompos. Berdasar Pedoman RTeknis Pengembangan Rumah Kompos yang dikeluar-
kan oleh Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian,
Kementerian Pertanian bahwa Rumah Kompos adalah:
Bangunan yang berfungsi untuk memproses pengomposan
sisa hasil tanaman/ jerami/ limbah kotoran ternak menjadi
pupuk organik/ kompos dan dilengkapi dengan alat pengolah
pupuk organik (APPO), kendaraan roda tiga dan MOL (mikro
organisme lokal).
Sejak tahun tahun 2009 keberadaan rumah kompos dirasa
sangat penting dan mendesak. Hal ini dikarenakan rusaknya
lahan tanah sawah irigasi hingga mencapai 60 % ( 5 juta ha dari
8 juta Ha) menjadi lahan sakit, dengan kandungan bahan
organik dibawah 2%. Sakitnya lahan sawah ini disebabkan
Ekonomi & Bisnis
27
Ekonomi & Bisnis
Dengan pengembangan rumah kompos banyak manfaat
yang akan diperoleh pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya
untuk memperbaiki lahan yang sakit, petani juga merasakan
manfaatnya antara lain :
- Mengurangi ketergantungan petani pada pupuk anorganik
atau kimia.
- Menanggulangi krisis pupuk di masa tanam.
- Meningkatkan penggunaan pupuk organik tanpa harus
membeli dan tergantung pada pabrik
- Mengurangi menumpuknya sampah, khususnya di
lingkungan rumah tangga/ pasar
- Menyediakan pupuk organik berkualitas tinggi bagi petani
dengan harga terjangkau.
- Membuka lapangan kerja baru karena tiap unit mampu
menyerap 4-6 tenaga kerja.
- Peluang usaha pengolahan sampah organik cukup
menjanjikan karena permintaannya semakin meningkat
seiring dengan trend pertanian organik yang makin
diminati oleh masyarakat.
Manfaat bagi pemerintah :
- Dalam rangka menurunkan subsidi pupuk kimia
- Menyelamatkan lingkungan sekaligus me-
ngurangi volume sampah yang dibuang ke
tempat pembuangan akhir (TPA).
- Mengurangi beban pengelolaan sampah
pemerintah daerah
- Mencegah pemanasan global.
- Mendukung terciptanya ketahanan pangan
nasional berbasiskan pertanian organik.
Besarnya manfaat yang akan diperoleh dengan
ber-kembangnya rumah kompos, Kementerian
Pertanian merasa perlu untuk menyediakan paket
pembangunan rumah kompos dengan sarana
prasarana pendukung dan pelatihan, diantaranya:
Bangunan fisik, Alat pengolah pupuk organik, alat
transportasi roda tiga dan mikro organisme lokal.
Pelatihan kepada kelompok tani pengelola rumah kompos,
beserta calon pengurus dan operator APPO juga dilakukan
dengan materi operasional penggunaan APPO, Pembuatan
MOL ,Pembuatan Pupuk Organik/kompos serta Pengelolaan
Rumah Kompos. Dengan paket tersebut diatas diharapkan
proses pembuatan pupuk organik tidak lagi memakan waktu
hingga 5 minggu seperti dekomposisi alami, sehingga
masyarakat dapat cepat memanfaatkan hasil rumah kompos
tersebut.
Adapun tujuan pengembangan rumah kompos adalah :
1) Memberdayakan kelompok tani untuk memanfaatkan
jerami dan limbah organik lainnya sebagai bahan
pembuatan kompos menggunakan APPO dan MOL (mikro
organisme lokal), untuk selanjutnya menggunakan kompos
tersebut untuk memperbaiki kesuburan lahan pertanian-
nya.
2) Sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat petani dalam
pembuatan kompos.
3) Memasyarakatkan penggunaan pupuk organik yang dibuat
sendiri dari bahan baku lokal.
4) Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kelangkaan
dan tingginya harga pupuk anorganik, sehingga dapat
mengurangi beban subsidi pemerintah, tanpa mengurangi
tingkat produktivitas lahan.
Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan rumah
kompos sejak tahun 2009 salah satu nya adalah masih
banyaknya petani yang menjual kotoran sapi dan jerami yang
menjadi bahan baku kepada pabrik pupuk organik. Kondisi
tersebut dilakukan petani karena langsung mendapatkan
uang. Kemudian masih banyak petani dan kelompok tani yang
sulit merubah sikap dalam berusahatani agar berorientasi
kepada keberlanjutan usahatani dan ramah lingkungan dengan
memanfaatkan bahan-bahan lokal setempat.
*)Kurniawan Budiaji, SP
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
28
MARI KENDALIKAN OPT DENGAN PESTISIDA ORGANIK
hingga saat ini petani di Indonesia masih tergantung obat-
obatan kimia untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman, akibatnya biaya produksi tinggi, produk yang
dihasilkan mengandung residu kimia dan mengakibatkan apencemaran lingkungan (Anonim, 2001 ).
Bahkan beberapa negara sudah menerapkan sertifikasi
produk pertanian bebas residu pestisida. Keunggulan dari
pengendalian hayati antara lain biaya murah, aman terhadap
pekerja, konsumen maupun produk pertanian yang dihasilkan
serta tidak menimbulkan efek pada lingkungan (Anonim,
2002).
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)OPT merupakan bagian dari ekosistem yang ada di alam
merupakan mata rantai kehidupan, yang perlu kita jaga
keseimbangannya agar tidak melewati ambang ekonomi,
karena bila melebihi ambang ekonomi OPT akan merugikan
petani bahkan kadang jadi ancaman dalam kegiatan
usahataninya, sehingga bila ini terjadi mereka akan timbul
upaya untuk menghentikan dengan berbagai cara.
Penyebab terjadinya gangguan OPT amat komplek sekali
seperti perkembangan teknologi budidaya, perubahan
agroekosistem yang berpengaruh pada dinamika OPT. Sifat
OPT adalah populasinya cepat, kemampuan daya rusak tinggi
dan bersifat vektor. Penyebab timbulnya OPT: perubahan
erangan hama penyakit atau OPT (organisme
pengganggu tanaman) merupakan faktor
pembatas yang sering dihadapi petani dalam Susaha taninya. Serangan OPT yang melebihi ambang
ekonomi akan merugikan petani secara finansial,
sehingga petani akan cenderung berupaya sekuat
tenaga untuk mengendalikannya.
Kalau sudah seperti ini petani akan mencari
pestisida kimia yang kemampuan pengendaliannya
tinggi, mesti terkadang harus menebus dengan
harga tinggi, sehingga ini akan menambahkan cost
yang digunakan untuk pengadaan sarana produksi.
Bahkan yang memperhatikan terkadang petani
sering kurang memperhatikan dosis yang semesti-
nya karena terdorong bagaimana agar tanaman
selamat, sering kurang memperhatikan efektifitas
dan faktor ekonomis untuk agribisnis.
Maraknya penggunaan pestisida kimia sebagai
dampak gencarnya produk pestsida kimia yang
membanjiri pasaran sarana pertanian di lingkungan kita
disamping faktor perlaku petani sendiri yang masih
mengandalkan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Kita semua sadar bila dalam aplikasi
pestisida kimia tidak hati-hati dan memperhatikan aturan
secara bijaksana tentu akan me-nimbulkan ekses negatif
terhadap sendi-sendi kehidupan yang lain.
Beberapa literatur banyak di ungkapkan ekses penggunaan
pestisida yang berlebihan akan berpengaruh pada: 1). Memicu
terjadinya ledakan OPT baru selama ini tidak menjadi ancaman
bagi komoditas yang di usahakan petani, 2). Matinya musuh
alami hal ini amat memperhatikan bagi kita semua karena
musuh alami sangat membantu petani mengurangi populasi
OPT, seperti capung, anggang-anggang, jamur tricorderma, 3).
Terjadi resurjensi/kekebalan pada beberapa jenis OPT, OPT
yang kebal maka bila kita kendalian dengan pestisida sejenis
tidak akan mati bila dosisnya sama bahkan yang menyedihkan
keturunan OPT tersebut ampuh dengan pestisida sejenis, 4).
Pencemaran lingkungan, ini tidak bisa kita pungkiri lagi
pencemaran lingkungan dampak dari penggunaan pestisida
yang tidak bijak, 5). Berbahaya pada kesehatan manusia,
residu pestisida masuk tubuh manusia dalam jangka waktu
lama akan membahayakan kesehatan manusia itu sendiri.
Tuntutan pasar global terhadap produk yang berkualitas
tinggi merupakan tantangan bagi pertanian Indonesia, karena
Oleh : Sutrisno, SP.
Ekonomi & Bisnis
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
29
elemen dari suatu ekosistem sebagai akibat perubahan
perlakuan usaha tani seperti pemupukan, pola tanam,
pemakaian bahan hasil teknologi yang berimplikasi ketidak
stabilan lingkungan yang berdampak kesesuai lingkungan bagi
OPT.
Ada beberapa kegiatan usaha tani yang dapat menjadi
penyebab timbulnya ledakan OPT antara lain : a). Tanaman
tidak serempak hal ini menyebakan OPT punya lingkungan
yang tidak terputus, b). OPT masuknya jenis tanaman baru, c).
Penggunaan dan penanaman komoditas yang terus menerus
akan tersedianya makanan sepanjang masa bagi OPT, d).
Pemakaian pestisida kimia yang tidak bijaksana, e).
Kemampuan berkembang biak OPT.
Undang-undang No. 12 tahun1992 tentang Sistem
Budibaya Tanaman yang di jabarkan dalam PP. No. 6 Thn. 1995
tentang Perlindungan Tanaman, dimana kegiatan perlindung-
an tanaman dilakukan dengan menerapkan sistem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Perlindungan tanaman
merupakan tanggungjawab petani dan masyarakat yang
difasilitasi dan dinamisatori oleh pemerintah dengan
memberikan bantuan bila dibutuhkan.
Keberhasilan aplikasi pelaksanaan PHT dilapangan akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting salah satunya
adalah kesiapan petugas maupun petani sebagai subyek.
OBAT JAMUR ORGANIKPenyakit jamur pada tanaman cabe, tomat merupakan
penyakit yang sulit dikendalikan, bila menggunakan obat kimia
dosisnya harus tinggi, tentu ini tidak efektif bagi suatu usaha
tani.
Bertolak pada permasalahan diatas ada suatu teknologi
pengendalaian penyakit jamur dengan menggunakan pestisida
organik yang terbuat dari ramuan dari umbi tanaman kunir,
laos dicampur lirang dan pati dengan komposisi tertentu.
Keuntungan penggunaan pestisida organik adalah aman,
efeksi, murah dan efisien, ramah lingkungan dan aman bagi
manusia.
Teknik Membuat Obat Jamur
Untuk membuat obat jamur organik diperlukan beberapa
bahan antara lain : air 150 ltr, kunir 1 kg, lengkuas 1 kg, jahe 1
kg, EM4 ¼ ltr, tetes ¼ ltr. Alat yang digunakan: timbangan,
drum ukuran 150 liter, pengaduk, lumpang dan alunya, ember.
Cara kerja : 1). Lengkuas, jahe dan kunir ditumbuk sampai
halus, 2). Lalu masukan drum, 3).Drum yang telah dimasuki
empon2 tadi ditambahkan lagi air sumur/sumber 150 liter
aduk sampai rata, 4). Setelah itu tambahkan EM4 dan tetes
sesuai takaran lalu aduk rata, 5). Setelah itu fermentasi selama
1 minggu dengan tiap hari sekali drum di buka dan diaduk
didiamkan kurang lebih 15 menit agar gas keluar, 6). Setelah 1
minggu sudah jadi dapat digunakan untuk pengendalian
jamur atau dapat disimpan/ dipacking.
Aplikasi penggunaan obat jamur pada tanaman adalah
untuk satu tangki ukuran 14 liter diberikan obat jamur ½ gelas
lalu semprotkan pada tanaman sore hari dengan nosel
terpasang mengabut dan diulang tiap 3 hari sekali.
OBAT SERANGGA
Ada beberapa ramuan obat serangga yang banyak dilaku-
kan petani akan tetapi ini kami sajikan ramuan insektisida
organik yang terbuat dari daun-daun yang menggandung
racun bagi hama insek, adapun bahan yang dipergunakan
antara lain : daun suren 1 kg, daun rondo nolek 1 kg, daun sirsak
1 kg, rebus pring apus 1 kg, gadung 1 kg dan air 150 ltr. Alat yang
digunakan: timbangan, drum ukuran 150 liter, pengaduk,
lumpang dan alunya, ember.
Cara kerja : 1). Semua bahan dedaunan
ditumbuk sampai halus, 2). Lalu masukan drum,
3).Drum yang telah dimasuki tumbuhan dedauan
tadi ditambahkan lagi air sumur/sumber 150 liter
aduk sampai rata, 4). Setelah itu tambahkan EM4
dan tetes sesuai takaran lalu aduk rata, 5). Setelah
itu fermentasi selama 1 minggu dengan tiap hari
sekali drum di buka dan diaduk didiamkan kurang
lebih 15 menit agar gas keluar, 6). Setelah 1
minggu sudah jadi dapat digunakan untuk
pengendalian jamur atau dapat disimpan/di-
packing.
Aplikasi penggunaan obat pathek pada
tanaman adalah untuk satu tangki ukuran 14 liter
diberikan obat jamur ½ gelas lalu semprotkan
pada tanaman sore hari dengan nosel terpasang
mengabut dan diulang tiap 3 hari sekali.
Ekonomi & Bisnis
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
30
meliputi Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Penertiban Aparatur Negara, Kepala BKN dan Menteri
Perumahan Rakyat selaku Ketua Harian. Dan untuk pelaksana
operasionalnya dibentuk Pelaksana Sekretariat Tetap
Bapertarum PNS.
Dari tahun 1993 sampai sekarang, dikalangan sebagian
besar PNS belum memahami apa itu Taperum dan bagaimana
penggunaannya. Yang diketahui bahwa dalam setiap bulan,
kewajiban PNS adalah mengiur Taperum yang besarnya
disesuaikan dengan Golongannya .Berturut turut dari
Golongan I sampai golongan IV adalah Rp. 3.000,- ; Rp. 5.000,-;
Rp. 7.000,- dan Rp. 10.000,-. Dari kewajiban yang ada, maka
kepada PNS mempunyai hak untuk memperoleh Bantuan
Uang Muka (BUM) Kepemilikan rumah / Bantuan membangun
( BM) yang besarnya : Golongan I Rp.1.200.000 Golongan II
Rp.1.500.000, dan Golongan III Rp.1.800.000.
Jumlah diatas sejak dulu sampai sekarang
belum berubah dan untuk pengurusannya
juga banyak yang tidak tahu. Pada beberapa
tahun yang lalu bahkan ada pengurusan
kolektif yang dikoordinir oleh seseorang
dengan imbalan penerimaannya dipotong
dengan alasan biaya administrasi pengurusan.
Hal ini pernah penulis jumpai khususnya
teman teman PNS Guru. Ada yang berhasil
dan ada pula yang tidak. Padahal dari
penjelasan resmi yang diterima hal tersebut
tidak pernah diatur.
Ketidakjelasan prosedur dan mekanisme
untuk mem-peroleh Taperum disatu sisi dan
disisi lain harga rumah melalui KPR juga
semakin tinggi sehingga apa yang ditawarkan
oleh Bapertarum kepada PNS untuk
memperoleh BUM / BM menjadi tidak me-
narik lagi. Kalau mengambil contoh BUM/BM
untuk Golongan III , Apakah masih ada uang
muka KPR sebesar Rp. 1.800.000 dan apakah uang Rp.
1.800.000,- sepadan untuk menambah biaya pembangunan
rumah? Apalagi untuk golongan I dan II. Belum lagi tidak semua
Golongan IV pasti sudah mampu memiliki rumah.
Bapertarum pernah memiliki program selain BUM, BM, ada
pinjaman lunak maksimal Rp. 10.000.000,- untuk membangun
rumah maupun KPR, pinjaman uang muka membeli rumah
susun. Namun sejak September 2008 dengan PERMENPERA
ebutuhan dasar manusia dapat dikelompokkan
menjadi kebutuhan pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan Papan atau rumah tempat tinggal semakin Klama dirasa semakin menjadi tidak terjangkau oleh masyarakat
termasuk di dalamnya PNS. Oleh karena itu Pemerintah pada
tahun 1993 mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 14
tahun 1993 tentang Tabungan Perumahan PNS. Latar belakang
diadakannya Taperum dengan pengelolanya Bapertarum PNS
adalah :
a. Sebagai Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan PNS
untuk memiliki rumah yang layak
b. Terbatasnya kemampuan PNS untuk membayar uang muka
pembelian rumah dengan fasilitas KPR
c. Tabungan perumahan PNS dapat menghimpun dana untuk
mengatasi kendala tersebut diatas dengan sifatnya gotong
royong.
Sifat kegotong royongan dapat dilihat dari para Pegawai
Golongan IV walaupun mempunyai kewajiban iuran, namun
tidak memiliki hak menggunakan fasilitas Taperum ini,
demikian juga bagi PNS diluar golongan IV yang tidak
memanfaatkan layanan ini.
Untuk pengelolaannya maka dibentuk Badan Per-
timbangan Tabungan Perumahan PNS atau Bapertarum PNS
diketuai oleh Presiden dengan anggota para Menteri yang
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Kolom
TABUNGAN PERUMAHAN PNS(TAPERUM)
Oleh : Zuchruf Isworo *)
Mekanisme Pengajuan BUM / BM Rp. 15.000.000,-
31
Ekonomi & Bisnis
No. 14/PERMEN/M/2008 hal tersebut dihentikan. Secara sinis
sering terdengar suara yang menyatakan Taperum tidak ada
manfaatnya dst…dst… . Namun disisi lain, bagi PNS yang telah
memperoleh manfaat dari BUM KPR memang Taperum ada
kegunaannya dan sangat membantu.
Beberapa persoalan diatas senantiasa muncul dalam setiap
kesempatan rapat yang diadakan untuk itu? Setiap tahun
selalu diadakan rapat koordinasi, sosialisasi tetapi hasilnya
selalu tidak sampai kepada segenap PNS. Berkenaan dengan
itu Penulis ingin urun rembug mungkin dapat memberikan
pemahaman bersama bagi kita sesama PNS.
Pada tanggal 10 Oktober 2011 Pelaksana Sekretariat Tetap
bapertarum mengadakan rapat koordinasi / sosialisasi
program layanan Bapertarum untuk Pemerintah Kabupaten /
Kota dan Provinsi se pulau Jawa, Kalimantan, Bali , NTB dan
NTT. Dari kegiatan ini dapat disarikan beberapa hal antara lain :
1. Upaya Peningkatan layanan Bapertarum
2. Tambahan Bantuan Uang Muka dan Biaya membangun
Rumah
3. Pengembalian Tabungan perumahan bagi PNS yang
berhenti ( Pensiun, Meninggal)
Upaya Peningkatan Layanan BapertarumDalam rangka peningkatan layanan Bapertarum kepada
PNS, maka Pelaksana Sekretariat Tetap Bapertarum me-
launching website agar semua layanannya dapat dipahami
oleh para PNS. Layanan internet yang dapat dijangkau dimana
saja melalui komputer bahkan melalui Handphone. Dengan
adanya informasi yang tersedia di website ini maka keragu
raguan PNS akan layanan Bapertarum diharapkan lambat laun
akan berkurang dan berhenti sehingga para PNS dapat
melaksanakan kewajibannya dengan nyaman dan mengetahui
hak haknya dalam layanan tabungan perumahan ini.
Dalam website ini kita selaku PNS dapat mengitung berapa
jumlah tabungan yang telah kita iur/ langsung dipotong Gaji
sejak diangkat menjadi CPNS sampai sekarang. Demikian pula
halnya apabila telah terpenuhi syarat seseorang PNS untuk
memanfaatkan layanan Bapertarum ( PNS Golongan I s/d III,
masa kerja 5 tahun, belum memiliki rumah untuk KPR) dapat
melakukan aplikasi baik online maupun manual sehingga hak
hak taperum dapat kita terima.
Kita juga dapat melihat developer mana saja yang dapat
melayani KPR dan juga Bank pelaksananya. Silahkan
mengakses www.bapertarum-pns.co.id untuk penjelasan
lebih detailnya.
Tambahan Bantuan Uang Muka Biaya dan Biaya Membangun Rumah
Pada saat ini dirasa bahwa tidak ada Uang Muka KPR
dengan besaran dibawah 10 juta, belum lagi bunga KPR yang
cukup besar antara 12 – 16 % sungguh sangat memberatkan
PNS dan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Berkenaan
dengan hal tersebut, Pemerintah melalui Menteri Perumahan
rakyat dengan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat nomor 12
tahun 2011 memberikan bantuan ( pinjaman bunga rendah
tepatnya) untuk para PNS golongan I sampai III Bantuan Uang
Muka KPR maupun Bantuan membangun jumlahnya sebesar
Rp. 15.000.000,- .
Walaupun masih jauh dari harapan, namun bantuan
(pinjaman) ini dapat memberikan angin segar kepada PNS yang
belum memiliki rumah atau membangun rumah.
Bagi PNS yang akan membeli rumah melalui fasilitas KPR
dengan harga rumah dari Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp.
80.000.000, fasilitas ini dirasa sangat menguntungkan karena
setelah dikalkulasi dengan bantuan pemerintah maka bunga
KPR yang tadinya berkisar antara 12 – 16 % bias menjadi 8, 15 –
8,50 %. Demikian pula bagi PNS yang akan memanfaatkan
layanan bantuan membangun rumah, maka bunga yang
dibebankan adalah 6 %/ tahun selama 15 tahun.
Kedua layanan ini dapat dilaksanakan karena ada campur
tangan dari Kementerian Perumahan Rakyat dalam hal ini
Badan layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan melalui
program FLPP (Fasilitasi Likuiditas Pembiayaan Perumahan).
Teman teman dapat mengakses websitenya di www.
bluppp.com untuk kejelasan programnya.
Pengembalian Tabungan perumahan bagi PNS yang berhenti (Pensiun, Meninggal)
Bagi PNS yang selama masa dinas aktifnya tidak
memanfaatkan layanan Bapertarum, maka pada saat berhenti
karena pensiun, meninggal dunia ataupun sebab sebab lain
dapat mengajukan aplikasi pengambilan tabungan perumahan
dengan mengisi formulir dan kelengkapan persyaratannya
kemudian disampaikan ke BRI yang terdekat.
*) pernah bertugas di BKD Kabupaten Magelang
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
KPR FLPP + BUM 15 Jt Tanpa BUM 15 Jt & FLPP Selisih
b c d = c-b
Bunga KPR FLPP 8.50% 13.00% 0
Tenor 15 15 0
Bunga BUM 15 Juta 6% 0%
Harga Jual 70,000,000 70,000,000 -
Tambahan BUM 13,500,000 - -
56,500,000 70,000,000 -
B U M 1,500,000 - -
KPR - FLPP Dari Pemerintah 55,000,000 70,000,000 -
UM sendiri - - -
Maks.Kredit 55,000,000 70,000,000 -
Angsuran KPR - FLPP 551,927 902,660
Angsuran Tambahan BUM 115,833 0 0
Total Angsuran 667,760 902,660 234,900
234,900
42,282,028
Manfaat BUM + FLPP 15 Juta/bulan
Manfaat BUM 15 Juta + FLPP selama 15 tahun
Keterangan
a
Manfaat Tambahan BUM/ BM
32
Kolom
KOTA KAREMAN
city. Nama-nama itu terkait hirarkis. County lebih kecil dari
town; town lebih kecil dari city. Dengan demikian mudah
memahami bahwa di New York City terdapat tiga China Town,
yaitu Manhattan China Town, Flushing China Town dan Sunset
Park China Town di Brooklyn. Namun kita susah memahami
kaitan antara Kota Semarang, Kota Magelang dan Kota
Mungkid.
Kota, dalam pemberian penghargaan Adipura diberi
penanda jenjang. Ada kota metropolitan, kota besar, kota
sedang dan kota kecil. Kota berjenjang juga digunakan dalam
pembagian wilayah administratif oleh Polri, yaitu kota, kota
besar dan metro, tetapi tidak ada wilayah kota sedang dan kota
kecil.
Kota, digunakan sebagai nama untuk jenjang administratif
pemerintahan dibawah provinsi dan setara kabupaten,
dulunya kota madya. Kata madya dihapus begitu saja, karena
memang ada persoalan dengan kota madya, karena tidak
ditemani oleh kota kecil dan kota besar. Sebelum dihapus
nomina 'kotamadya', sesungguhnya inspiratif, jika madya
didudukan sebagai adjectiva tempora. Tempo selengkapnya
secara kronologis: purwa, madya, wusana.
Penggunaan keterangan waktu pada nama kota sudah
diteladani oleh Purwokerto dan Purwakarta, juga
Kutowinangun. Kota yang lagi diwangun, maka ada kota yang
sudah wangun: endah, edi dan peni. Juga ada kota yang tidak
wangun atau kota wagu.
Adanya tempo bisa menolong untuk memilah antara kota
harapan (karepan: purwa, madya) dan kota yang telah menjadi
kenyataan (kareman: wusana). Kota, dari bentuk karepan,
angan-angan, fiksi/fiktif, bisa diubah menjadi kota kareman,
idaman/factual, melalui tangan 'perencana kota' (urban
designer/UD). Asumsinya kota berkembang terus baik
disengaja atau tidak disengaja, agar tidak menjadi liar dan
rumit, kota bisa dirancang dan pertumbuhannya bisa dibentuk
dan diarahkan.
Urban designer tupoksinya berada diantara arsitek dan
perencana. Bukan hanya fokus pada struktur bangunan
individual, urban designer berkonsentrasi pada sekelompok
bangunan dan penataan ruang diantaranya. Kerja UD
berjangka 15 hingga 20 tahun. UD harus mempertimbangkan
variabel-variabel transportasi, identitas, orientasi pejalan kaki,
dan iklim.
Hakekat kerja UD meningkatkan kualitas hidup melalui
perancangan. Amanat ini ditunaikan melalui menimalisasi
udah tradisi pemberian nama merupakan ritual
penting. Asma japa, nama adalah doa atau mantera. SSebagai pendampaan nama dibuat bagus, namun agar
tidak jumawa, nama tidak muluk-muluk. Ketika masyarakat
masih sadar kelas/kasta, nama disesuaikan kasta. Nama
jumawa akan membebani penyandangnya, kabotan jeneng.
Maka perlu ritual ganti jeneng. Diatas segalanya 'nama' adalah
penanda, umumnya untuk membedakan dari yang lain. Nama
adalah petunjuk identifikasi, untuk mengenali apakah beda,
istimewa atau sama derajat.
Terkait nama, tidak banyak kata 'kota' dipakai sebagai
nama tempat. Sedikit diantara pemakainya adalah Kota Baru
di Sumatra Selatan yang terkenal dengan lagu 'Kota baru
gunungnya bamega', lainnya adalah Kotakane di Aceh Selatan.
Diantara yang sedikit ini adalah Kota Mungkid yang baru saja
ber-ultah ke 26. Selamat. Dahulu lazim gunakan kata
'kerto/karta juga pura' yang artinya juga 'kota' amat lazim.
Misalnya Kartosuro dan Surakarta.
Kota dalam bahasa asing diungkapkan dengan banyak
istilah, misalnya county, town, city, capital, metro dan mega
Oleh : Budiono *)
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
33
Milangkori
kendala dan maksimalisasi peluang bagi warga kota untuk
wira-wiri secara bebas, aman dan nyaman. Memenuhi hasrat
warga untuk 'mejeng', untuk saling pandang. Kerja UD dinilai
dari kriteria: kesatuan dan kekompakan hunian; konflik antara
pengguna kendaraan dan pejalan kaki yang minimal; keter-
lindungan dari hujan, angin, kebisingan dan lain lain gangguan;
memberi panduan bagi pengunjung; mem-pertimbangkan
daya dukung lingkungan; ada arena untuk santai, mejeng dan
cengkerama; menciptakan rasa aman dan nyaman.
Pokoknya kota idaman bukan hanya indah untuk
dipandang, tetapi juga harus berfungsi baik, oleh karena itu UD
harus memperhitungkan banyak faktor bukan hanya yang
bersifat fisik, tetapi juga faktor financial, politik, psikologi dan
sosiologi.
Megalopolis yang sedang dibangun di Cina bisa untuk
memvisualkan kerja urban designer ini. Kota baru ini
membentang antar Guanzhou hingga Shenzen, mencakup
Foshan, Dongguan, Zhongshan, Zhuhai, Jiangmen, Huizhou
and Zhaoqing (lihat peta yang diambil dari The New York Time,
24 Januari 2011.
Dalam 6 tahun kedepan, akan ada 150 proyek infrastruktur
yang meliputi jaringan tranportasi, energi, telekomunikasi
yang menggabungkan kesembilan kota berbiaya £190 milyar.
Jalur kereta api mencapai sekitar Hong Kong.
Ide dasarnya adalah jika kota terintegrasi mobilitas
penduduk bisa secara bebas dan memakai fasilitas kesehatan
dll di wilayah yang lain. Bisa memperluas industri dan lapang-
an kerja lintas wilayah dan layanan publik didistrubsikan secara
lebih adil.
Cukup dengan satu tiket dan bisa berlangganan bulanan
untuk hilir mudik dalam megapolis. Penduduk bias memilih
tempat pelayan dan melalui internet bias memilih rumah sakit
tidak sedang banyak pasien. Penanganan polusi dilakukan
secara terintegrasi, juga harga BBM dan Listrik.
Di selatan, terbentuknya konglomerasi bisa untuk men-
ciptakan keunggulan kompetitif dari area perkotaan yang
tumbuh di sekitar Beijing dan Shanghei. Pada akhir dekade,
kota akan mampu menampung 50 hingga 100 juta penduduk,
dengan kota satelitnya yang berpenduduk 10 hingga 25 juta.
Di utara, di wilayah sekitar Beijin dan Tianjin, akan dilingkari
rel kereta api kecepatan tinggi yang akan menciptakan
kawasan ekonomi kota super berbenduduk sekitar 260 juta.
Total investasi infrastruktur kota dalam 6 tahun mencapai £685
milyar, ditambah £300 milyar untuk rel kereta cepat dan £70
milyar untuk transport perkotaan.
'Apa nama kotanya?' Ma Xiangming, ketua perencana dari
Institut Perencanaan Kota dan Daerah Guangdong menjawab:
'Belum ada nama'. Nah lu.
*perencana, menyelesaikan pendidikan JFP di Magister Perencanaan Kota dan Daerah
(MPKD) UGM
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Milangkori
34
MENIKMATI ENSIKLOPEDIRASA BRITANNICA
sama baiknya. Karenanya, bila kita berpikiran membeli
ensiklopedi tidak sekedar membeli pengetahuan, tetapi juga
merupakan sebuah prestise pribadi, maka pilihannya yang
paling mantap adalah sajian cetak.
Apabila kita ingin keringkasan tempat penyimpanan, sajian
yang lebih interaktif dan harga lebih ekonomis, maka
pilihannnya layak jatuh pada sajian DVD. Selanjutnya, bila kita
hanya ingin information value yang kredibel, aktual, cenderung
real time dan mungkin yang paling efisien, kita bisa bergabung
dalam sajian online.
Sajian CetakPaling gres, sajian cetak adalah Ensiklopedi Britannica
2010. Terdiri dari 32 volume yang merangkum segala saripati
pengetahuan manusia di muka bumi ini. Selama 238 tahun,
penerbit ensiklopedia ini secara terus menerus mencoba
untuk selalu menambahkan catatan setiap ada perkembangan
penting dalam sejarah umat manusia.Akibatnya banyak sekali
artikel yang harus direvisi dan dimutakhirkan sepanjang jaman.
Bahkan beberapa subyek diperkaya dengan informasi
terkini semacam isu pemanasan global, kehidupan di benua
Artik, Proyek Human Genome, masalah konservasi, konvensi
senjata kimia. Termasuk juga artikel tentang Australia, Selandia
Baru, Timor Leste juga kota Ho Chi Minh
Dari perbandingan di atas, bisa dilihat bahwa kebutuhan
actualitas imformasi lebih dimungkinkan dipenuhi dalam
sajian DVD dan online. Perbedaan harga yang relatif signifikan
bukan semata-mata diakibatkan perbedaaan kuantitas dari
informasi yang dikandung dalam setiap sajian ensklopedi.
ua tahun lalu, saat Microsoft memutuskan untuk
mengakhiri pengembangan Ensiklopedia Encarta, Dpraktislah Ensiklopedi Britannica menjadi jawara
tunggal dalam bisnis informasi ini. Jauh sebelumnya, salah satu
pesaing lainnya juga terkapar menyerah, Ensiklopedi Grolier
ditutup produksinya.
Kini Britannica relatif sendirian menguasai pasar ensi-
klopedi. Perjuangan panjang telah memberikan tempat yang
kokoh dan terhormat di puncak prestasi, menguasai pasar
sepenuhnya. Sungguh sebuah prestasi bisnis yang langka
dicarikan bandingannya. Dalam dominasinya, Ensiklopedi
Britannica menawarkan tiga sajian: Ada cetak, keping DVD
ataupun Online. Lalu, manakah yang layak kita pilih?
Pilah PilihKeberhasilan Ensiklopedi Britannica memang bukan tanpa
alasan. Produknya yang relatif kredibel merupakan salah satu
aspek penunjangnya. Bagaimana tidak? Berdasarkan situs
resminya, www.britannica.com, diakui terdapat lebih dari 90
kontributor artikelnya yang telah meraih hadiah Nobel. Serta
kebanyakan dari pengarangnya adalah para profesor,
komentator, kurator museum, para peneliti dan ahli di
bidangnya.
Maka tak heran kalau dipercaya lebih dari tujuh juta pelajar,
termasuk dari kalangan akademisi dari banyak lembaga dan
universitas ternama di seluruh penjuru dunia. Berpijak dari
prespektif ini, menerapkan pameo memilih kucing dalam
karung pun tetap bisa digunakan, Sebab apapun hasilnya
pilihannya kualitasnya relatif sama, tak jauh berbeda dan tentu
Oleh : Yudianto *)
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
CETAK DVD ONLINE
Update Terakhir 2010 2011 2011
Fleksibilitas Update Tidak Ya Ya
Dukungan Online Ya Ya Ya
Penampilan Profile Low Profile Non Profile
Kemasan 32 Vol. Hard cover Sekeping DVD Non Kemasan
Harga 1,749.00 AUD 89.95 AUD Langgan/tahun69.95 AUD
Langgan/bulan 11 AUD
Butuh alat bantu Tidak Ya Ya
Milangkori
35
Akan tetapi lebih merefleksikan per-
bedaan besaran biaya produksi dan
bahan baku dari tiap-tiap sajian.
Begitu pula aspek entertainment
yang secara inheren terkandung dalam
setiap sajian, maka derajat terendah
dicapai sajian cetak. Sajian online dan
DVD relatif memiliki derajat yang tinggi
dalam entertainment, karena dapat
memberikan presentasi animasi, suara,
maupun film yang sangat memikat.
Masih PerluApakah memiliki ensiklopedia
Britannica ini masih perlu? Padahal
sudah ada raksasa ensiklopedia online
semisal Wikipedia yang bisa digunakan
secara gratis.
Jawabannya cukup tegas, tetap
perlu! Alasan yang mendasarinya,
karena isi dari ensiklopedia ini jelas jauh
lebih terukur kualitasnya dan berasal dari para pemikir yang
sangat kompeten di bidangnya. Hal ini tidak bisa dibandingkan
dengan Wikipedia yang pembuatan dan peyuntingan
dilakukan secara terbuka oleh siapapun tanpa mengenal
limitasi.
Jadi masalah keandalan informasi dari Ensiklopedi
Britannica tak bisa disamakan dengan Wikipedia. Tak heran,
apabila dalam halaman Yahoo.Answers, seorang pelajar
Australia menceritakan bahwa dosennya melarang keras isi
artikel dari ensiklopedia Wikipedia dijadikan rujukan bagi
karya tulis ilmiah.
Bahkan seorang anggota komunitas Kaskus dengan
personal ID: Locke Cole memposting pengalaman buruknya,
harus mengulang skripsi karena referensi yang diambil dari
Wikipedia ternyata tidak akurat. , hal ini
memperlihatkan, bahwa persoalan integritas penulis naskah
sebuah ensiklopedi menjadi hal yang cukup menentukan.
Karenanya, memiliki ensiklopedia Britannica dalam versi
apapun memang masih diperlukan, kalau kita berurusan
dengan dunia akademis misalnya.
Kredibilitas merupakan hal yang mutlak bagi sebuah artikel
untuk dipakai sebagai rujukan dan itu dimiliki ensiklopedi ini.
Terlebih lagi, sajiannya telah menjadi salah satu sumber
rujukan tertua berbahasa Inggris yang sampai saat ini secara
teratur masih diterbitkan.
Biar EnakUntuk menikmati sajian ensiklopedi Britannica ini lebih
nyaman, sedikit banyak kita mesti menguasai bahasa Inggris
yang menjadi bahasa pengantarnya. Lalu, bagaimana bila tidak
www.yahoo.com
www.kaskus.us
menguasai?
Tentu kita terpaksa minta pertolongan kepada software
penerjemah baik ofline atau online. Hanya saja, biasa hasilnya
kurang memuaskan. karena struktur kalimatnya sering kacau
dan amburadul.
Alih-alih mempermudah, justru menambah bingung
jadinya. Bahkan saking parahnya, kita justru lebih gampang
memaknai sebuah kalimat dalam stuktur bahasa aslinya,
dibanding hasil terjemahan elektronik yang kurang pintar dan
sering menyesatkan pemahaman tersebut. Karenanya, hanya
ada satu saran yang tidak popular dan favourable.
Bacalah saja dalam versi Inggrisnya, bila ada kata yang
kurang paham, tetap saja buka kamus. Cara konvensional ini,
walaupun tergolong agak merepotkan, kelak dalam saatnya
akan memberikan surprise tersendiri.
Seiring berjalannya waktu, tanpa tersadari ternyata kita
makin mahir saja memahami artikel dalam bahasa Inggris.
Artikel pun bisa dipahami jauh lebih utuh dan tidak
menyesatkan, tanpa harus terlalu banyak membuka kamus.
Akhirnya Bila telah menikmati sesaat ensiklopedi rasa Britannica ini,
apapun hidangan yang disajikan, tidak terlalu menjadi
persoalan. Mungkin dalam benak. akan muncul statement,
“Pengetahuan yang kita terima selama di bangku sekolah,
ternyata jauh lebih sedikit dibanding isi ensiklopedia
Britannica”
Kurang percaya? Buktikan sendiri saja!
*)Direktur Polibisnis WAH & Ketua Studi Perkotaan
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Milangkori
36
Sembilan waduk sudah kita buka untuk masa tanam.
Kesemuanya kita atur dan kita berdayakan di seluruh desa-
desa. "Di Jawa Tengah tidak mengenal krisis pangan, bahkan
menurut perhitungan tahun ini cadangan beras yang ada
cukup memenuhi kebutuhan masyarakat. Rakyat Jawa Tengah
sejahtera, karena memang masyarakat Jawa Tengah senang
bekerja termasuk di Dusun Piyungan," kata Bibit.
Menurut Nur Ardiyanto, ketua kelompok tani Surya
Gemilang, kelompoknya berdiri sejak tanggal 26 juni 2011 dan
terdiri dari 6 kelompok. Setiap kelompok masing-masing
mempunyai 28 anggota. Nur menjelaskan
pertanian terpadu ini mempunyai konsep
awal petani itu mempunyai pabrik pupuk
swadaya sendiri dari urine dan kotoran
ternak yang digunakan untuk pemupukan di
sawah.
Pertanian terpadu di desa Tirtosari
Sawangan tersebut mengintegrasikan per-
tanian, peternakan dan perikanan yang
merupakan binaan Majelis Pemberdayaan
Masyarakat (MPM) Muhammadiyah.
Menurut Nur wilayahnya ditunjuk oleh PP
Muhammadiyah menjadi pusat pendidikan
dan latihan lapangan untuk Jawa Tengah
bagian selatan.
*) mami-s
Wakil Presiden Budiono menyampaikan
apresiasi yang tinggi terhadap karya-karya
yang dihasilkan oleh kelompok tani “Surya
Gemilang” yang berhasil mengembangkan
pertanian terpadu di Dusun Piyungan Desa
Tirtosari Kecamatan Sawangan. "Saya ingin
melihat karya-karya yang dilaporkan
hasilnya bagus. Ingin melihat hasil karya
dari proyek Majelis Pemberdayaan Masya-
rakat dari PP Muhammadiyah yang saya
dengar sukses, dan disini pemerintah juga
ingin belajar, apa yang jadi kunci keber-
hasilannya" kata Wapres Budiono saat
memberikan sambutan sebelum melakukan
peninjauan pertanian terpadu di Tirtosari.
Penghargaan yang sama juga diberikan
kepada Muhammadiyah sebagai Ormas
yang telah ikut serta memberdayakan
masyarakat, sehingga kedepan diharapkan bisa melakukan
kerjasama yang lebih erat antara Muhammadiyah dan
Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat.
Menurut Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, karya
masyarakat desa dalam memberdayakan potensi yang ada di
desa tidak hanya diterapkan di dusun Piyungan saja, tetapi juga
hampir merata di seluruh Provinsi Jawa Tengah. Hal ini
dibuktikan dengan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah
saat ini sangat baik. Sampai akhir Desember 2011 beras kita
cukup, apalagi untuk raskin.
WAKIL PRESIDEN BUDIONOKUNJUNGI DUSUN PIYUNGAN, TERTOSARI SAWANGAN
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Milangkori
37Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
pariwisataan di Kabupaten Magelang
utamanya Candi Borobudur. Dengan
desa wisata ini diharapkan Wisatawan
yang berkunjung dapat melihat dan
tinggal lebih lama di Borobudur dan
sekitarnya dengan mengunjungi dan
menyatu pada kehidupan dan budaya
masyarakat, kesenian, produksi kerajin-
an dan lainnya.
Kabupaten Magelang memiliki 36
Guna meningkatkan kunjungan
wisatawan di daerah, anggota Java
Promo mengadakan Road Show “Study
Komparasi pengelolaan Desa Wisata.
Tour ittenary ini dilaksanakan selama
dua hari, oleh 14 Kabupaten/Kota se
Jateng dan DIY yang dibagi menjadi 2
kelompok lokasi kegiatan yaitu di
Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Magelang. Selama di Kabupaten
Magelang peserta tour yang berjumlah
24 orang ini menginap di 7 homestay di
Desa Wisata Wanurejo.
Menurut Drs.Dian Setia Dharma,
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudaya-
an Kabupaten Magelang dalam sam-
butannya mengatakan; Desa wisata
merupakan kegiatan penunjang ke-
ROAD-SHOW WISATA REMAJA JAVA PROMO
STUDI KOMPARASI PENGELOLAAN DESA WISATA
Desa wisata yang tersebar di 6
Kecamatan termasuk Wanurejo. Dengan
Desa Wisata dan Homestay yang ada
diharapkan dapat meningkatkan ke-
sejahteraan masyarakat di Sekitar lokasi
wisata. Demikian juga dengan Java
Promo, diharapkan pembangunan pari-
wisata semakin tumbuh, maju dan
meningkat dari tahun ke tahun, kata
Dian.
Selama di Kabupaten Magelang
peserta mengunjungi pengrajin handy-
craft, praktek membuat kerajinan dari
abu Merapi, Kaligrafi, sentra industri
makanan tradisional, wisata gajah dan
mandala view, api unggun dan live musik
tradisional serta sharing pengelolaan
desa wisata.
*) sukendro-humprot
Milangkori
Guna mengoptimalkan pemanfaatan asset daerah,
utamanya Taman Rekreasi Kalibening, Bupati Magelang, Ir.H.
Singgih Sanyoto atas nama Pemerintah Kabupaten Magelang
telah menandatangani MoU, kontrak perjanjian kerja sama
dengan Trisna Bayu Kusumah Dipl.Ing, Direktur Utama
PT.Trisna Wahida Utama dari Bandung, lalu di Rumah Dinas
Bupati Magelang.
Menurut Bupati Magelang, Ir.H. Singgih Sanyoto dalam
sambutanya mengatakan bahwa Penataan Taman Rekreasi
Kalibening yang terletak di Desa
Payaman, Kecamatan Secang tersebut
akan dikembangkan oleh investor
dengan cara Bangun Guna Serah.
Optimalisasi Pemanfaatan asset ini,
menurut Bupati; disamping meningkat-
kan pendapatan daerah (PAD) juga
membuka lapangan kerja, meningkat-
kan pendapatan masyarakat sekitar dan
menyediakan fasilitas hiburan masya-
rakat. PAD yang didapat akan digunakan
untuk kegiatan belanja daerah secara
berkelanjutan (sustainable) melalui
APBD dalam rangka memajukan dan
mensejahterakan rakyat. Pemanfaatan
aset ini juga akan mengurangi beban
APBD, khususnya biaya pemeliharaan
dan kemungkinan adanya pe-
nyerobotan dari pihak lain yang
tidak bertanggung jawab .
Sementara menurut Sekretaris
Daerah Kab Magelang Drs. Utoyo,
Total nilai aset Pemerintah Kab
Magelang (tanah dan bangunan)
yang diinvestasikan dalam kerja-
sama Bangun Guna Serah Rp.
7.380.000.000, sedangkan nilai
investasi dari mitra berupa Bangun
Guna Serah sebesar Rp. 20.045.
432.640 yaitu berupa pembangun-
an obyek wisata Taman Rekreasi
Kalibening. Sehingga total nilai
investasi kerjasama tersebut Rp.
27.425.432.640 dengan jangka
waktu kerjasama Bangun Guna
Serah selama 30 tahun.
Dari itu Pemerintah Kabupaten mendapatkan kontribusi
setiap tahun sebesar Rp. 1.010.400.000, serta kontribusi
tambahan sebesar 5% dari setiap kelebihan pengunjung yang
ditargetkan.
*)sukendro humprot
TAMAN REKREASI KALIBENINGAKAN DILENGKAPI BERBAGAI SARANA
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
Dengan didampingi Muspida dan kepala SKPD Kab
Magelang Bupati Magelang Ir.H. Singgih Sanyoto melepas
1.332 calon jemaah haji Kabupaten Magelang di halaman
Kantor Sekretariat pemerintah Kab Magelang. Dalam kata
sambutanya Bupati berharap kepada para jamaah haji agar
lebih berkonsentrasi pada ibadah jangan dibarengi dengan niat
lain yang dapat mengganggu rukun haji dan senantiasa
menjaga kesehatan fisik serta nama baik bangsa, Negara dan
daerah dengan tetap menjaga kesantunannya.
“Jemaah calon haji agar berkonsentrasi pada ibadah
jangan dibarengi dengan niat lain yang dapat mengganggu
rukun haji, sehingga dapat mengurangi eksistensi dari
kemabruran,” katanya.
Menurut Bupati Magelang, jemaah asal Kabupaten
Magelang telah dikenal kesantunannya dan seantiasa menjaga
nama baik bangsa, Negara dan daerah tercinta. Kecuali itu, kata
bupati, Ibadah haji penting menjaga kesehatan fisik, karena
70% adalah ibadah fisik, oleh sebab itu para jemaah calon haji
diharapkan dapat menjaga fisik agar tetap prima dengan
makan dan istirahat yang cukup.
Menurut Kabag Kesra Drs. Asfuri Muhsis,M.Si calon jemaah
haji Kabupaten Magelang Tahun 2011 ini berjumlah 1.332
orang, yang terbagi dalam 4 kloter (kelompok terbang), yaitu,
kloter 4, 5, 6, dan 7. Kloter 4 berjumlah 332, Kloter 5 berjumlah
370, Kloter 6 juga 370 dan Kloter 7 berjumlah 260 orang calon
Haji. Untuk pemberangkatan dari Kabupaten Magelang, Kloter
4 Minggu 2/10 pukul 05.00 WIB, kloter 5 pukul 11.00 WIB,
kloter 6 pukul 16.00 WIB sedangkan untuk kloter 7 berangkat
pada hari Senin 3/10 pukul 05.00 WIB.
Guna mendukung kelancaran dan pelayanan jamaah haji di
tanah suci, menurut Asfuri, pemerintah menempatkan 5 orang
Milangkori
39
petugas pendamping yang terdiri dari ketua kloter, TPIHI (Tim
pembimbing ibadah haji Indonesia), dokter kloter dan 2 orang
paramedic kloter, sedangkan TPHD (Tim Pembimbing Haji
Daerah) Kabupaten Magelang berjumlah 7 orang.
Demikian juga beberapa hari sebelumnya, dalam acara
seremoni di gedung(GOR) Gemilang Kabupaten Magelang,
Bupati telah melepas secara resmi para jamaah haji tahun 1432
H atau 2011. Pada kesempatan tersebut dalam sambutanya
Bupati menyambut baik peningkatan jumlah jamaah haji dari
tahun ketahun.
Walaupun belum lama berselang, tepatnya 1 tahun lalu
Kabupaten Magelang terkena musibah bencana alam erupsi
dan banjir lahar dingin Merapi yang mengakibatkan kerugian
material yang tidak sedikit, namun niat untuk menjalankan
ibadah haji bagi masyarakat Kabupaten Magelang cukup tinggi.
Hal ini menunjukkan tingkat keimanan warga Kabupaten
Magelang semakin tinggi. Untuk itu Bupati berpesan agar para
jamaah Haji juga mendoakan agar Kabupaten Magelang
terhindar dari berbagai bencana. *)rahardja-sukendro humprot
BUPATI MAGELANG IR.H. SINGGIH SANYOTO
LEPAS 1.332 CALON HAJI
Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober - Nopember 2011
Milangkori
40 Suara Gemilang Volume 14 No. 10 Oktober-Nopember 2011
PUISI PERDAMAIAN TERPANJANGADA DI BOROBUDUR
atusan pelajar menulis puisi bertema
perdamaian diatas bentangan kain
putih sepanjang 120 meter di Candi RBorobudur. Kegiatan yang diprakarsai World
Federation Of Unesco Clubs Centres And
Associations (WFUCA) bekerjasama dengan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa
Tengah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Magelang dan PT Taman Wisata
Candi Borobudur adalah yang terpanjang di
wilayah asia.
Menurut general WFUCA Mr Angel
Arenas yang juga ketua asosiasi social spanyol
dan international relation representatives
untuk UNESCO di Andalucia, penulisan puisi
oleh pelajar dari 11 sekolah di Kab Magelang
ini dimaksudkan untuk kampanye perdamai-
an dunia. Kegiatan ini merupakan yang ke 37, dan untuk
Indonesia merupakan negara ke 18. Sebelumnya telah
dilakukan di 17 negara lainya, yaitu; Nicaragua, Belgia, Spanyol,
China, Malaysia, Meksiko, Norwegia, Costarica, Kuba, Portugal,
Kanada, Amerika, Italia, Islandia, Bulgaria, Vietnam dan
Singapura. “Candi Borobudur adalah contoh tempat terbaik
dunia yang menyimpan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian,”
ujarnya.
Bupati Magelang, Ir.H. Singgih Sanyoto dalam sambutan
tertulis yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Magelang, Drs. Dian Setia Dharma,
mengatakan; penulisan puisi di kain sepanjang 120 meter
merupakan momentum yang pertama di Kabupaten Magelang
dan momentum terbesar di Indonesia. Hal ini perlu dicatat
dalam sejarah budaya di Kabupaten Magelang khususnya di
Candi Borobudur. Bupati mengharap kegiatan ini bisa menjadi
contoh, pemicu dan pemacu bagi semangat perdamaian di
dunia.
Menurut Budiyanto, Kepala Bidang Pemasaran Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Jateng, puisi perdamaian yang
ditulis disini merupakan pesan moral untuk kebaikan. Kalau
ada orang melakukan kebaikan maka akan mendapat kebaikan
dari orang lain. Begitu pula dalam kehidupan masyarakat
berbangsa bernegara, kalau masing-masing bangsa melakukan
sesuatu yang baik dan begitu sebaliknya maka kebahagian
hidup di dunia akan tercipta. Melalui puisi ini, Budiyanto
mengajak seluruh warga dunia untuk melakukan kebaikan
kepada sesama supaya hidup kita semua bahagia.
*)mami-s-humprot