askep pre eklampsia khmln

17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PREEKLAMSIA PENGERTIAN - Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi hipertensi, dan proteinuria dan / atau edema (Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004). - Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004). - Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Arief Mansjoer, 2000). - Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul krna kehamilan (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG. 2002). ETIOLOGI Sampai saat ini penyebab pre-eklamsia belum diketahui dengan pasti akan tetapi ada beberapa faktor risiko atau faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia antara lain : 1. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua Usia < 18 atau > 35 2. Obesitas 3. Adanya proses penyakit kronis : Diabetes Mellitus Hipertensi Penyakit ginjal Penyakit pembuluh darah Penyakit pembuluh darah kolagen (Lupus Eritematosus Sistemik). 4. Kehamilan molahidatidosa Askep Klien Dengan Preeklampsi 1

Upload: andy-neon

Post on 25-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pre eklamsia kehamilan

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN PREEKLAMSIA

PENGERTIAN

Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi hipertensi, dan proteinuria dan / atau edema (Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004).

Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004).

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Arief Mansjoer, 2000).

Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul krna kehamilan (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG. 2002).

ETIOLOGI

Sampai saat ini penyebab pre-eklamsia belum diketahui dengan pasti akan tetapi ada beberapa faktor risiko atau faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia antara lain :

1. Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua

Usia < 18 atau > 352. Obesitas3. Adanya proses penyakit kronis :

Diabetes Mellitus

Hipertensi

Penyakit ginjal

Penyakit pembuluh darah

Penyakit pembuluh darah kolagen (Lupus Eritematosus Sistemik).

4. Kehamilan molahidatidosa

5. Kehamilan ganda

6. Komplikasi kehamilan

Kehamilan multiple

Janin besar

Hidrops janin / fetalis

Polihidramnion

7. Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi preeklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adapatasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik / Systemic Vascular Resistence (SVR). Peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmatik koloid. Pada preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematoksit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurn, termasuk perfusi ke unit janin. Literoplasenta Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.

Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan selain ketidakseimbangan antara prostasiklin, prostaglandin dan tromboksan A2. Selain kerusakan endoterial, vasospasme arterial turut menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklamsia mudah menderita edema paru. Preeklamsia merupakan suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejauhmana besar darah yang berferfusi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklamsia. TANDA Dan GEJALADiagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala sbb :

1. Penambahan berat badan yang berlebihanPenambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. 2. Edema Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. 3. HipertensiTekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolic pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg. 4. Proteinuria Bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/ltr dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2 ; atau kadar protein 1 g/ltr dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala berikut :

1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg.

2. Proteinuria > 39/liter

3. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus

4. Oliguria ( 1 g/L secara randam dengan memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan pada dua waktu dengan jarak 6 jam karena kehilangan protein adalah bervariasi dengan dipstick, nilai bervariasi dari sedikit sampai +1.Proteinuira dari 5 sampai 10 g/L dalam 24 jam atau +2 protein dengan dipstick

Edema Edema dependen bengkak mata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar. Edema umum, bengkak semakin jelas dimata, jari, bunyi paru (rales) bisa terdengar.

RefleksiHiperfleksi +3 tidak ada klonus dipergelangan kaki. Hiperfleksi +3 atau lebih, klonus dipergelangan kaki.

Haluaran urineKeluaran sama dengan masukan 0 ml/jam.Oliguria 16 kali/menit dan diuresis > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg berat badan/jam). Harus diberikan secara intravena dalam 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan tekanan darah, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.

Berikan nifedipin 3 4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke 4, tekanan diastolic belum turun sampai 20 % berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksium 80 mg/hari). Bila tekanan diastolic meningkat 110 mmHg. Berikan tambahan sublingual. Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam, kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasi dengan pindolol.

Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap 4 jam. Pasang kateter dan kantong urine. Likuer urine setiap 6 jam. Bila < 100 ml/ 4 jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1 g/jam.

Dilakukan USG dan kardiotokografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali/24 jam.

Dilakukan :

Penanganan konservatif bila kehamilan 5 ) rencana partus pervaginam, bila kurang baik, sebaiknya lahirkan secara seksio.

KONSEP ASKEP

1. Pengkajian

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tekanan darah

Adanya banyak variable yang dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah, misalnya posisi dan ukuran pembalut lengan yang digunakan, tingkat emosi. Alat pengukur tekanan darah elektronik menunjukkan suatu pelebaran tekanan nadi dibandingkan data manual.

Observasi edema

Edema dimulai dari distribusi, derajat dan pitting.

Edema dapat digambarkan sebagai dependen atau pitting

Edema dependen adalah edema pada bagian bawah atau bagian tubuh yang dependen, dimana tekanan hidrostatiknya paling besar.

Edema pitting meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang bengkak ditekan dengan jari. Lekukan ini disebabkan pergeseran cairan ke jaringan sekitar, menjauh dari tempat yang mendapat tekanan.

Reflek Tendon Propunda (RTP)

Evaluasi RTP terutama diperlukan jika ibu sedang mengalami pengobatan dengan magnesium fulfat. Hilangnya RTP adalah tanda ini keracunan magnesium yang mengancam.

b. Pemeriksaan Diagnostik / Laboratorium

Hitung sel darah lengkap (termasuk hitung trombosis)

Pemeriksaan pembekuan (termasuk waktu perdarahan, PT, PTT, dan Fibrinogen.

Enzim hati (laktat dehidrogenase/ LDH), Aspartat amino transferase (AST) (SGOT), Alanin aminotransperase (ALT) (SGPT).

Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat)

Hematokrit, hemoglobin dan trombosis di pantau secara ketat untuk menemukan perubahan yang mengidentifikasikan perubahan status pasien. Karena ada kemungkinan hati terkena, kadar glukosa serum dipantau jika hasil tes fungsi hati menujukkan adanya peningkatan enzim hati. Apabila trombosis jatuh dibawah 100.000 /mm3 profil koagulasi pasien perlu diperiksa untuk mengidentifikasi berkembangnya DIC.

Proteinuria ditetapkan melalui pemeriksaan memakai kertas strip pada contoh urine yang diperoleh dengan cara pengambilan bersih (clean-catch) atau dengan memakai kateter, hasil lebih dari 1+ pada dua atau lebih contoh urine dengan jarak setidaknya 4 jam harus diikuti pemeriksaan urine 24 jam untuk pemeriksaan protein dan klirens kreatinin lebih merefleksikan status ginjal yang sebenarnya. Proteinuria biasanya merupakan tanda lanjut perjalanan preeklamsia.

Hasil pemeriksaan protein adalah sebagai berikut :

O

Sedikit

+1 30 mg/dl (ekuivalen dengan 300 mg/L)

+2 100 mg/dl

+3 300 mg/dl

+4 lebih dari 1000 mg(1g) /dl

Keluaran urine (urine output) dikaji untuk volume minimal 30 ml perjam atau 120 ml dalam 4 jam.2. Diagnosa Keperawatan

NoDx. KeperawatanRencana Keperawatan

TujuanIntervensiRasional

1.Perubahan perfusiuteroplasenta dan jaringan yang b/d hipertensi.

.

Setelah dilakukan keperawatan

Pasien menunjuk kan tingkat kesadaran tidak berubah dan pasien tidak mengalami kejang.

Janin tidak menunjuk kan tanda-tanda distress.

Kebutuhan metabolik fisiologis minimal.

Perfusi jaringan minimal.

Tekanan darah dapat dipertahan kan atau rendah.

1. Berikan informsi mengenai pengkajian /pencatatan gerakan janin di rumah setiap hari.

2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas janin.

3. Tinjau ulang tanda2a abrupsi plasenta (misal : perdarahan vagina, nyeri tekan uterus, nyeri abdomen dan penurunan aktivitas)

4. Pantau tanda vital sesuai protokol.

5. Evaluasi pertumbuhan janin : ukuran kemajuan pertumbuhan fundus setiap kunjungan.

6. Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti MgSO4, fenobarbital, dan drazepan.

7. Pantau DJJ secara manual atau elektronik, sesuai indikasi.

8. Bantu dengan mengkaji ukuran plasenta dengan mengunakan ultrasonogefi.1. Penurunan aliran darah plasenta mengakibat kan pertukaran gas dan kerusakan fungsi nutrisi plasenta.

2. Merokok, penggunaan obat, kadar glukosa serum, bunyi lingkungan waktu dalam sehari dan siklus tidur-bangun dari janin dapat meningkat atau menurunkan gerakan janin.

3. Pengenalan dan inter- vensi dini meningkat kan kemungkinan hasil yang positif.

4. Mengetahui keadaan umum pasien.

5. Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK, mengakibatkan IUGR.6. Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan pernapasan dan fungsi jantung janin serta tingkat aktivitas janin, meskipun sirkulasi plasenta mungkin adekuat.7. Mengevaluasi kesejahteraan janin. Peningkatan DJJ dapat menandakan respon kompensasi pada hipoksia. Prematuritas atau absorbsi plasenta.

8. Penurunan fungsi dan ukuran plasenta di hubungkan dengan HKK.

2.Kurang volume cairan b/d kehilangan protein plasma, penurunan tekanan asmotik koloid plasmaSetelah dilakukan tindakan terapi

Pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan akan pemantauan yang ketat dari BB, TD, protein urin dan edema.

Berpartisi- pasi dalam regimen terapeutik dan pemantauan sesuai indikasi.

Menunjuk kan hematokrit (Ht) dalam batas normal dan edema fisiologis.1. Timbang BB klien secara rutin. Anjurkan klien untuk memantau BB di rumah antara waktu kunjungan.

2. Bedakan edema kehamilan yang potologis dan fisiologis. Pantau lokasi dan derajat pitting.

3. Perhatikan tanda edema berlebihan atau berlanjut (misalnya : nyeri epigastrik, gejala-gejala serebal, mual, muntah) kaji terhadap kemungkinan eklamasi.

4. Perhatikan perubahan kadar Ht/Hb.

5. Kaji ulang masukan diet dari protein dan kalori, berikan informasi sesuai kebutuhan.

6. Tes rabas urin bersih terhadap protein setiap kunjungan, atau setiap hari/jam bila dirawat di rumah sakit. Laporkan temuan 2+ atau lebih.

1. Penambahan BB bermakna dan tiba-tiba (misalnya : >i 1,5 kg/bulan dalam trimester II atau >i 0,5 kg/mg pada trimester III) menunjukkan retensi cairan. Gerakan cairan dari vaskuler ke ruang intenstital, mengakibatkan edema.

2. Adanya edema pitting (ringan 1+ sampai 2+, berat 3+ sampai 4+) pada wajah, tangan, kaki, area sacral, atau dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam tirah baring adalah bermakna.

3. Edema dan deposisi fibrin intravaskuler (pada sindrom HELLP) dalam hepar terselubung. Ditandai dgn : nyeri epigastrik. Dispnea menandakan adanya hubungan dgn pulmonal, edema serebral mungkin mengarah pada kejang, mual serta muntah menandakan edema pada gastrointestinal

4. Mengidentifikasi derajat hemokonsentrasi disebab kan oleh perpindahan cairan. Bila Ht kurang dari 3 kali kadar Hb, terjadi Hb terjadi hemokonsentrasi.

5. Insiden hipovolemia dan hipoperfusi prenatal dapat diturunkan dengan nutrisi adekuat. Ketidakadekuat an protein / kalori meningkatkan risiko pembentukan edema dan HKK untuk menggantikan kehilangan mungkin diperlukan protein 80-100 gr setiap hari.

6. Membantu dalam menentukan derajat beratnya/kemajuan kondisi. Hasil 2+ menandakan edema glomerular atau spasme.

7. Pantau TD dan nadi.

8. Jadwalkan kunjungan prenatal 1-2 minggu bila HKK ringan setiap minggu bila berat.

7. Peningkatan TO dapat terjadi karena respon terhadap katekolamin, vasopressin, prostaglandin8. Memantau perubahan kondisi lebih ketat

3.Resiko cidera pada ibu b/d iritabilitas SSP akibat edema otak, vasopasme, penurunan perpusi ginjal dan terapi magnesium sulfat dan antihipertensiSetelah dilakukan tindakan keperawatan :

Pasien dapat berpartisipa si dalam tindakan dan atau modifikasi lingkungan untuk melindungi diri dan meningkat kan keamanan.

Bebas dari tanda-tanda iskemia serebal (gangguan penglihatan, sakit kepala, perubahan pada mental)

Menunjuk kan kadar faktor pembekuan dan enzim hepar normal1. Kaji adanya masalah SSP (misalnya : sakit kepala, pekan rangsang, gangguan penglihatan atau perubahan pada funduskopi)2. Tekankan pentingnya klien melaporkan tanda-tanda/gejala-gejala yang berhubungan dengan SSP.3. Perhatikan perubahan pada tingkat kesadaran.

4. Kaji tanda-tanda eklamasi yang akan datang : hiper aktivitas (3+ sampai 4+) dari refleks tendon dalam, klonus pergelangan kaki, penurunan nadi dan pernapasan, nyeri epigastrik dan epiguria (luring dari 50 ml/jam)5. Pantau tanda-tanda dan gejala-gejala persalinan/kontraksi uterus.6. Berikan amobarbital atau diazepam sesuai indikasi.

7. Berikan MgSO4 IM (dengan menggunakan teknik Z-track) atau I V dengan menggunakan pompa infuse.8. Lakukan pemeriksaan setiap hari1. Edema serebral dan vasokontraksi dapat dievaluasi dari masa perubahan gejala, perilaku, atau retina.

2. Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang dapat mengakibatkan kejang tonik-klonik atau eklamasi.3. Pada kemajuan HKK. Vasokonstriksi dan vasospasme pembuluh darah serebral menurunkan konsumsi oksigen 20% dan mengakibatkan iskemia serebral.4. Edema/vasokonstriksi limun, dimanifestasikan oleh masalah SSP berat, dan masalah ginjal, heper, kardiovaskuler dan pernapasan mendahului kejang.

5. Kejang meningkatkan kepekaan uterus, persalinan dapat dimulai.6. Menekan aktivitas serebral mempunyai efek sedatif bila kejang tidak terkontrol oleh MgSO4.7. MgSO4, depresen dengan SSP, menurunkan pelepasan asetilkolin, memblok transmusi neuromuskuler dan mencegah kejang.8. Membantu mengevaluasi perubahan atau beratnya masalah retina.

4.Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pemeriksaan diagnostic, pengobatan, dan perawatan di rumah b/d dengan kurang informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan :

Pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan rencana tindakan yang tepat.

Mengidentifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medis.

Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar.

Melakukan perubahan gaya hidup atau perilaku sesuai dengan indikasi. 1. Dorong klien untuk meningkatkan pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan perawatan di rumah.2. Berikan informasi tentang patofisiologi HKK, implikasi terhadap ibu dan janin dan rasional intervensi, prosedur dan tes sesuai kebutuhan. 3. Berikan informasi tentang tanda / gejala yang mengindikasi kan kondisi yang semakin buruk. 4. Berikan informasi tentang jaminan protein adekuat dalam diet klien dengan kemungkinan preeklamsia ringan. 5. Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urine. Kuatkan rasional dan implikasi tes. 6. Ajarkan nama obat, dosis, waktu pemberian, cara dan efek samping obat. 7. Bantu anggota keluarga dalam mempelajari prosedur untuk memonitor TD, di rumah sesuai indikasi tinjau ulang penatalaksana an stress dan pembatasan diet.

1. Pengetahuan yang tinggi dapat mengetahui tindakan dan perawatan yang harus dilakukan. 2. Penerimaan informasi dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasa takut, serta membantu memudahkan rencana tindakan untuk klien.

3. Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan pada waktu yang tepat dan mencegah memburuknya status kondisi preeklamsia atau komplikasi tambahan. 4. Protein perlu untuk regulasi cairan dan intra vaskuler dan ekstravaskuler.

5. Hasil tes 2+ lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan pada pemberian perawatan kesehatan. 6. Meningkatkan pengetahuan dan perawatan diri.

7. Peningkatan tekanan darah terjadi karena tahanan curah jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.Jensen, Lowdermilk. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. EGC : Jakarta. Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien Edisi 5. Vol . IV Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.Doengoes Marilyinn, E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.

PAGE 11Askep Klien Dengan Preeklampsi