askep pneumonia

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relative ringan sampai Pneumonia berat. Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh dari WHO dan UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman ‘sterptokokus pneumonia’ (IPD) dan 30% oleh Haemophylus Influenza type B (HIB), sisanya oleh virus dan penyebab lain. Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit ‘streptokokus pneumonia’ , didalamnya 700.000 hingga 1 (satu) juta balita terutama berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum diketahui secara pasti. Data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia. B. Rumusan Masalah 1

Upload: oktri-maulidyana

Post on 04-Jan-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep pneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan

dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-

gejala serta gangguan yang relative ringan sampai Pneumonia berat.

Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh dari WHO dan

UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman ‘sterptokokus pneumonia’

(IPD) dan 30% oleh Haemophylus Influenza type B (HIB), sisanya oleh virus dan

penyebab lain.

Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit

‘streptokokus pneumonia’, didalamnya 700.000 hingga 1 (satu) juta balita terutama

berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum

diketahui secara pasti. Data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen

P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan

pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan Pneumonia.

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang asuhan

keperawatan pada klien dengan Pneumonia.

1

Page 2: Askep Pneumonia

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya

konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)

Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam

sebab seperti bakteri, virus, jamur,dan benda asing.

B. Etiologi

Lebih dari 90% pneumonia bakterial disebabkan oleh “Diplococcus pneumoniae”

(pneumo kokus), seringkali menimbulkan pneumonia lobaris. “Staphylococcus

aureus”merupakan penyebab sebanyak 1-5%, terutama mengenai bayi dan orang tua.

Pneumonia stafilokok ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes militus.

Penyakit berat dan sebagai superinfeksi waktu epidemi influenza. Klebsiela spesies

merupakan penyebab sebanyak 1- 5%, seringkali pada alkoholisme, orang tua dan

diabetes militus. “Hemophilus influenza” dapat menjadi penyebab pada anak usia 6

bulan sampai 3 tahun dan orang dewasa yang menderita penyakit paru-paru lain yang

berat. “Streptococcus hemolyticus” biasanya menyebabkan infeksi traktus respiratorius

bagian atas, jarang-jarang dapat menimbulkan pneumonia, terutama sebagai komplikasi

morbili atau influenza. Bakteri anaerob mungkin juga sebagai penyebab.

Bakteri gram negatif merupakan kuman penting pada infeksi di rumah sakit.

Seringkali terjadi pada penderita yang di intubasi trakeal dan pernapasan buatan. Yang

sering ialah Pseudomonas.

C. Manifestasi Klinik

Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut

selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat

dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak

kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga

ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

Tanda dan Gejala berupa: Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas

lemah, Retraksi intercosta. Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis,

2

Page 3: Askep Pneumonia

Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat,

Lelah.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan kulit yang lembab, mual dan muntah, serta

kekakuan sendi. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian

bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi

pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.

D. Patofisiologi

Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di

tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka

di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang

masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan

batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga

gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut

keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Sinar X

Mengidentifikasi distribusi struktural (misal:lobar,bronkial), dapat juga menyatakan

abses/infiltrat, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi

(bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada

pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.

GDA/Nadi oksimetri

Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit

paru yang ada.

Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik,

atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1

tipe organisme ada bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia,

Stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus influenza.

3

Page 4: Askep Pneumonia

JDL

Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi

virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya

pneumonia bakterial.

Pemeriksaan serologi, misal: titer virus atau Legionella, aglutinin dingin

Membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.

LED: Meningkat.

Pemeriksaan fungsi paru

Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan napas

mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi perembesan/

hipoksemia.

Elektrolit

Natrium dan klorida mungkin rendah.

Bilirubin: Mungkin meningkat.

Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik, karakteristik

sel raksasa ( rubeolla).

F. Komplikasi

Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi

sebagai berikut :

1. Otitis media akut (OMA, terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan

akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke

telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan

tertarik ke dalam dan timbul efusi.

2. Efusi pleura.

3. Emfisema.

4. Meningitis.

5.  Abses otak.

6. Endokarditis.

7. Osteomielitis.

4

Page 5: Askep Pneumonia

G. Penatalaksanaan

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu

perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :

1. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

2. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.

3. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.

  Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.

Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

5

Page 6: Askep Pneumonia

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas :

- Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa

- Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar

- Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar.

2. Riwayat Masuk

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-

batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila

anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi

dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis

penderita

4. Pola kegiatan sehari-hari

- Pola makanan/cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah

Tanda: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus

- Aktivitas/istirahat

Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas

5. Pengkajian Pemeriksaan Fisik

a. Status penampilan kesehatan : lemah

b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis

tergantung tingkat penyebaran penyakit

c. Tanda-tanda vital

1) Frekuensi nadi dan tekanan darah : Takikardi, hipertensi

2) Frekuensi pernapasan : takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal,

penggunaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.

6

Page 7: Askep Pneumonia

3) Suhu tubuh

Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh

hipotalamus.

d. Berat badan dan tinggi badan

Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.

e. Integumen

Kulit

1) Warna : pucat sampai sianosis

2) Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi

teratasi kulit anak akan teraba dingin.

3) Turgor : menurun ketika dehidrasi

f. Kepala dan mata

Kepala

1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan

2) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata

3) Periksa higine kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan

warna.

g. Sistem Pulmonal

1) Inspeksi : Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea, sianosis sirkumoral,

distensi abdomen. Batuk : Non produktif Sampai produktif dan nyeri dada.

2) Palpasi : Fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati kemungkin

membesar.

3) Perkusi :  Suara redup pada paru yang sakit.

4) Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.

h. Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala.

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas

darah menurun.

i. Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi.

j. Sistem Genitourinaria

7

Page 8: Askep Pneumonia

Subyektif : mual, kadang muntah.

Obyektif : konsistensi feses normal/diare.

k. Sistem Digestif

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal.

b. Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah.

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan

otot aksesoris pernafasan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Studi Laboratorik :

Hb : menurun/normal

Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah,

kadar karbon darah meningkat/normal

Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru

3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :

- Distrees pernafasan

- Penurunan intake cairan

- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam

4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi (penyebaran) berhubungan dengan Ketidak

adekuatan pertahanan utama.

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata

atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk

batuk secara efektif.

Kriteria Hasil:

- Tidak mengalami aspirasi.

8

Page 9: Askep Pneumonia

- Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-

paru.

Intervensi RasionalKaji frekuensi / kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.

Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius

Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.

Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.

Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

Penghisapan sesuai indikasi. Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru

Karakteristik :

Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas,

Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis,

leukositosis

Kriteria Hasil:

Akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan :

- Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi

- Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC

- Laju nafas dalam rentang normal

- Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis

9

Page 10: Askep Pneumonia

Intervensi RasionalLakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas

Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan

Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal

Mengeluarkan sekresi jalan nafas, mencegah obstruksi

Berikan Oksigen lembab, kaji keefektifan terapi

Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

Lakukan suction secara bertahap Membantu pembersihan jalan nafas

3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :

- Distrees pernafasan

- Penurunan intake cairan

- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam

Karakteristik:

Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa

kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.

Kriteria Hasil:

Akan mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan :

- Intake adekuat, baik IV maupun oral

- Tidak adanya , muntah, diare

- Suhu tubuh dalam batas normal

- Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020

Intervensi RasionalCatat intake dan output, berat diapers untuk output

Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output

Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line

Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan

Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu

Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan

Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam

Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum

10

Page 11: Askep Pneumonia

4. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi (penyebaran) berhungan dengan

Ketidakadekuatan pertahanan utama.

Kriteria Hasil:

- Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

Intervensi RasionalPantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.

Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.

Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.

Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.

Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.

Batasi pengunjung sesuai indikasi. Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.

C. Implementasi

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat

terhadap pasien.

D. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

11

Page 12: Askep Pneumonia

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menelaah dari pembahasan mengenai Pneumonia, maka dapat di

simpulkan bahwa penyakit pneumonia itu adalah radang paru dimana terdapat

konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli atau bronkus oleh eksudat yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing.

Selain itu banyaknya angka kejadian penyakit pneumonia khususnya pada balita

bisa disebabkan diantaranya tingkat pendidikan responden yang dari pengamatan

langsung di lapangan didapatkan informasi bahwa sebagian besar pendidikan ibu-ibu

yang mempunyai balita dengan penyakit pneumonia di klinik hanya tamatan SD

(Sekolah Dasar). Itu artinya semua tergantung pengetahuan perorang sehingga setelah

membaca inti dari bahasan ini maka setiap individu lebih sigap dalam mencegah

terjadinya maupun mengobati penyakit tersebut

B. Saran

“mencegah lebih baik daripada mengobati” adalah saran yang sangat bijak

untuk menjauhkan seseorang dari penyakit pneumonia. Selain itu kami mempunyai

beberapa saran di antaranya

1. Perhatikan sanitasi lingkungan dan perketat personal hygien

2. Tingkatkan imunitas tubuh

3. Hindari mikroba penyebab dengan berbagai cara seperti mamakai masker setiap

berkendara

4. Kenali gejalanya. Jika terdapat gejala dan tanda penyakit segera konsultasi ke ahli

atau ke dokter

5. Jika positif mengidap penyakit pneumonia maka berobat dan ikuti instruksi dari

spcialis tertentu.

12

Page 13: Askep Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co.

Philadelphia

Donges,marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan. edisi3:Buku Kedokteran.

Himawan,dr.Sutisa.1973.Patologi. Universitas Indonesia:Jakarta

Junaidi,Purnawan.S Soemasto,Atiek.Amelz Husna.1982.Capita Selecta Kedokteran.edisi

2:Jakarta.

13