askep pada pasien ringitis

55
Tugas : KMB II Dosen : Musriani, S.Kep, Ns Asuhan Keperawatan Pada Pasien “ Rhinitis, Tonsilitis(Amandel) &TinnitusDisusun Oleh : Kelompok 5 Rasap Jaseng Azhari Sectya Nendya Sukarno Dwi Hardianti Sartika D. LD. Rahmat L. Rosnawati Muh. Aswin Yul Hirda La Are Siti Narni AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011 / 2012

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 24-Jul-2015

696 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep pada pasien ringitis

Tugas: KMB II

Dosen : Musriani, S.Kep, Ns

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

“ Rhinitis, Tonsilitis(Amandel) &Tinnitus“

Disusun Oleh :

Kelompok 5Rasap Jaseng Azhari

Sectya Nendya Sukarno Dwi Hardianti Sartika D.

LD. Rahmat L. Rosnawati

Muh. Aswin Yul Hirda

La Are Siti Narni

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

2011 / 2012

KATA PENGANTAR

Page 2: Askep pada pasien ringitis

“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHINITIS” ini dapat terselesaikan

sebagaimana yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan

pengikutnya hingga hari kiamat.

Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai

KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan

Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat

mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih

banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini

dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.

Raha, Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

Page 3: Askep pada pasien ringitis

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang …………………………………………….. 1

B. Permasalahan …………………………………………….. 1

C. Tujuan ………………………………………………………. 1

D. Metode Penulisan…………………………………………….

BAB II : TINJAUAN TEORITIS………………………………………...

A.Pengertian ……………………………..………………… 2

B.Anatomi & Fisiologi…………………………………………..

C.Etiologi..............................…………………………………. 2

D. Manifestasi Klinis…………………………………………….

E. Patofisiologi………………………………………………….

F. Komplikasi ............................................................................. 3

G.Pemerikasaan Penunjang……………………………………..

H.Penatalaksanaan Medis………………………………………

BAB III : KONSEP ASKEP PADA PASIEN RHINITIS………………………

A. Pengkajian ……………………………………………..……

B. Diagnosa……………………………………………………

C. Perencanaa………………………………………………….

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………

B. Saran……………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Askep pada pasien ringitis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan

fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung

(mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung

dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar

ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.

Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai,

menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa

Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah,

terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan

mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan

bersin yang terjadi berulang cepat.

Dalam makalah ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi

serta asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan

masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa Pengertian dari Rhinitis alergika?

2. Apa Etiologi dari Rhinitis alergika?

3. Apa saja klasifikasi Rhinitis alergika ?

4. Bagaimanakah patofisiologis pada Rhinitis alergika?

5. Apa saja manifestasi dari Rhinitis alergika?

6. Pemerikasaan diagnostik apa saja yang perlu ?

7. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?

8. Bagaimana cara pencegahannya ?

9. Apa saja komplikasi nya ?

Page 5: Askep pada pasien ringitis

10. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Rhinitis alergika?

C. Tujuan

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas

Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Rhinitis alergika”. Tujuan

khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada

rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses

keperawatan dan pengkajiannya.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakakan metode pustaka,

taitu dengan mencari reverensi – reverensi melalui buku – buku atau internet sebagai

acuan.

Page 6: Askep pada pasien ringitis

BAB II

PEMBAHASAN

“ ASKEP PADA PASIEN RHINITIS “

Konsep Penyakit

A. Pengertian

1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau

terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama

serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan

dengan allergen yang serupa  (Von Pirquet, 1986).

2. Rhinitis  alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,

keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung

terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA

tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di

hidung. (Dipiro, 2005 )

3. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ).

4. Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi

alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).

5. Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan

dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung

yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari

yang ada di udara.

6. Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan

menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa

hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.

Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali

Page 7: Askep pada pasien ringitis

terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan

musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis

vasomotor.

B. Etiologi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap

sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction

Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya

Late Phase Allergic Reaction

Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam

setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya

debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan

mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi

tiga tahap besar :

1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system

humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,

jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen

masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka

berlanjut ke respon tersier

3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan.

Page 8: Askep pada pasien ringitis

C. Klasifikasi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap

sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction

Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya

Late Phase Allergic Reaction

Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam

setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu

rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan

mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi

tiga tahap besar :

1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system

humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika

antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada,

karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier

3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan.

Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari

luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk

penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa

(tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah

misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang

menyengat.

Page 9: Askep pada pasien ringitis

D. Patofisiologi

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan

pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada

individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi

imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya,

penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya

reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan

mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta

menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh

persiapan. (Behrman, 2000).

Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di

hidung.Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine selular, dan secara tidak

langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi.Melalui saraf

otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer dan edema

local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan allergen.

Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi

hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti

hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih diperankan ooleh

eosinofil.

E. Manifestasi Klinis

1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin

lebih dari 6 kali).

2. Hidung tersumbat.

3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya

bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-

kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

Page 10: Askep pada pasien ringitis

Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-

ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.

Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari

benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka

dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore)

yang encer dan banyak.  Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai

dengan keluarnya air mata.

F. Pemeriksaan Diagnosis

Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik

dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan

riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas

atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan

fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah

pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan

eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang

penelitian. 

G. Penatalaksanaan

1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen

penyebab

2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai

sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan

oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase

lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain

3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas

4. Penggunaan Imunoterapi.

Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal

antara lain :

1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.

2. Tidak menimbulkan takifilaksis.

Page 11: Askep pada pasien ringitis

3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun

demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.

4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan

adanya efek samping sistemik.

H. Pencegahan

Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda

tidak tahu jenis pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang

membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.

Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di

udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari

terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah

hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari

terbenam.

Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC

untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda.

Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat

membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.

Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.

Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:

- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.

- Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.

Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat

anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.

Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.

Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun

(terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput.

Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan

rumput, dan kompos.

Page 12: Askep pada pasien ringitis

Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan

serangan asthma, rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut

dapat membantu:

Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet

jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih.

Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi.

Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.

Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.

Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.

Jangan gunakan karpet.

Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak

menghabiskan ½ dari waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada

alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan

kapuk.

I.Komplikasi

1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip

hidung.

2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan

terutama kita temukan pada pasien anak-anak.

3. Sinusitis kronik

Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi

melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

Page 13: Askep pada pasien ringitis

Konsep Askep

A. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a. Identitas Klien

Nama : Ny. Z

Umur : 30 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Sudah kawin

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS / Guru

Alamat : Jln. S. Goldaria

b. Identitas Penanggung

Nama : Tn. X

Umur : 34 Thn

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Sudah nikah

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS / Guru

Hub. Dengan Klien : Suami Pasien

Alamat : Jln. S. Goldaria

Data Demografi

Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah

tertentu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.

Page 14: Askep pada pasien ringitis

Pemerikasaan

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :

Klien menegatakan susah tidur

Tanda :

klien susah tidur

klien terlihat bersin – bersin

Klien nampak sesak saat beraktivitas

2) Makanan dan cairan

Gejala :

KLien mengatakan berat badannya menurun

Klien mengatakan kurang nafsu makan

Tanda :

Porsi makan tidak dihabiskan

Badan tambah kurus

3) Pernapasan

Gejala :

Klien mengatakan sesak napas

Klien mengatakan bersin - bersin

Tanda :

Frekuensi napas cepat

Klien bernapas melalui mulut

Hidung meler

Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan nasoendoskopi

Pemeriksaan sitologi hidung

Hitung eosinofil pada darah tepi

2) Klasifikasi Data

Data Subyektif :

Page 15: Askep pada pasien ringitis

KLien mengatakan sesak napas

Klien mengatakan berat badannya menurun

Klien mengatakan kurang nafsu makan

Data Obyektif :

Frekuensi napas cepat

Klien bernapas melalui mulut

Klien nampak bersin – bersin

Klien nampak tidak ada nafsu makan

Porsi makan tidak dihabiskan

Badan tampak kurus

Berat badan menurun

Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan

3) Analisa data

SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEMDS :

Klien mengatakan susah

bernapas

DO :

- hidung meler,

- bersin-bersin,

- klien bernafas melalui

mulut

- frekwensi napas cepat

Akumulasi mucus / secret

Pola napas tidak teratur

Pertukaran gas terganggu

Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif

DO :

klien mengatakan susah tidur.

DO :

- Klien terlihat bersin-

bersin

Hidung meler dan

bersin - bersin

Susah tidur

Gangguan pola tidur

Page 16: Askep pada pasien ringitis

- hidung meler

- klien susah tidur

Gangguan pola tidur

DS :

klien mengatakan nafsu makan

menurun

Do :

- Klien terlihat kurang

nafsu makan

- Porsi makan tidak

dihabiskan

- BB menurun

Nafsu makan menurun

Pola makan tidak

teratur

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

4) Prioritas Masalah

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Gangguan pola tidur

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus

2. Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan menurun

C. Perencanaan

Tujuan Perencanaan

Intervensi Rasional

Tupan: Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 7

Bersihan jalan nafas kembali

efektif.

1. Auskultasi bunyi napas 1. Obstruksi jalan napas

dan dapat atau tak di

manevestasikan adanya

bunyi napas

Page 17: Askep pada pasien ringitis

Tupen : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3

hari menujukkan perilaku untuk

memperbaiki bersihan jalan

nafas atau berangsur – angsur

teratasi.

Dengan criteria hasil :

mengeluarkan sekret

2. Catat adanya bunyi

napas, mis ; mengi,

krekels, ronki dan

Kaji/pantau frekuensi

pernapasan.

3. Kaji pasien untuk posisi

yang nyaman mis :

peninggian kepala

tempat tidur, duduk pada

persandaran tempat

tidur.

4. Tingkatkan masukan

caian 3000 /hari sesuai

jantung, memberikan air

hangat.

adventisius.

2. Adanya beberapa

derajat dan dapat

ditemukan pada

penerimaan atau selama

stres atau adanya

infeksi akut. Penafasan

dapat melambat dan

frekunsi ekspirasi

memanjaga inspirasi

memendek.

3. Peningian kepala

tempat tidur

mempermudah fungsi

pernapasan dengan

mengunakn grafitasi.

4. hidrasi membantu

menurunkan kekentalan

sekret, mempermudah

pengeluaran.

Tupan : Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 7

hari Gangguan pola tidur

teratasi.

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3

hari Gangguan pola

1.Tentukan kebiasan tidur

biasanya dan perubahan

yang terjadi.

2.Berikan tempat tidur

yang nyaman dan

beberapa milik pribadi

1.Mengakaji perlunya dan

mengidentifikasi

intervensi yang tepat.

2.Meningakatkkan

kenyamanan tidur serta

dukungan

Page 18: Askep pada pasien ringitis

tidurberangsu – angsur teratasi.

Dengan kriteria hasil :

- Pola tidur teratur

mis : bantal, guling.

3.Buat rutinitas tidur baru

yang dimasukkan dalam

pola lama dan

lingkungan baru.

4.Tingkatkan regimen

kenyamanan waktu tidur

- instruksikan

tindakan relaksasi

- Berikan sedative

sesuai indikasi.

fisiologis/psikologisbila

rutinitas

barumenggandung

aspek sebanyak

kebiasaan lama,stres

dan ansietas yang

berhubungan dapat

berkurang.

3.Meningkatkan efek

relaksasi.

4.Membantu menginduksi

tidur

- Membantu pasien

agar mudah

beristirahat.

Tupan :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 4

hari Nutrisi terpenuhi sesuai

dengan kebutuhan tubuh

teratasi

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2

hari kebutuhan nutrisi tubuh

berangsur – angsur teratasi.

Dengan criteria hasil :

- Nafsu makan meningkat

- Kebutuhan tubuh

1.Jelaskan tentang manfaat

makan bila dikaitkan

dengan kondisi klien

saat ini.

2.Anjurkan agar klien

memakan makanan

yang tersedia di RS.

3.Lakukan dan

ajarkanperawatan mulut

1. Dengan pemahaman

klien akan lebih

kooperatif mengikuti

aturan.

2. Untuk menghindari

makanan yang justru

dapat mengganggu

proses penyembuhan

klien.

3. Higiene oral yang

baik akan meningkatkan

Page 19: Askep pada pasien ringitis

terpenuhi. sebelum dan sesudah

makan serta sebelum

dan sesudah

intervensi/periksaan

peroral.

Tingkakan lingkungan

yang menenangkan

untuk makan dengan

teman jika

memungkinkan.

4. Berikan makanan dalam

keadaan hangatberikan

makanan selingan (mis;

keju, biskuit, sup, buah-

buahan)yang tersedia

dalam 24 jam.

5. Kolaborasi tentang

pemenuhan diet klien.

nafsu makan

klienmakanan adalah

bagian dari peristiwa

sosial, dan nafsu makan

dapat meningkat dengan

sosialisasi.

4. Makanan hangat

dapat meningkatkan

nafsu makan, membantu

memenuhi kebutuhan

dan meningkatkan

pemasukan.

5. Meningkatkan

pemenuhan sesuai

dengan kondisi klien.

Page 20: Askep pada pasien ringitis

“ AskepPada Pasien Tonsilitis(Amandel) “

Konsep Penyakit

A. Definisi Tonsilitis

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.

Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada

faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

( Ngastiyah,1997 )

B. EtiologiTonsilitis

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut

dibawah ini yaitu :

a. Streptokokus Beta Hemolitikus

b. Streptokokus Viridans

c. Streptokokus Piogenes

d. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet

infections).

Page 21: Askep pada pasien ringitis

C. Proses PatologiTonsilitis

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian

atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui

sistem limfa ke tonsil.

Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya

proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar

masuknya udara.

Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta

ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan

timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D. Manifestasi KlinisTonsilitis

Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :

1. Nyeri tenggorok

2. Nyeri telan

3. Sulit menelan

4. Demam

5. Mual

6. Anoreksia

7. Kelenjar limfa leher membengkak

8. Faring hiperemis

9. Edema faring

10. Pembesaran tonsil

11. Tonsil hiperemia

12. Mulut berbau

13. Otalgia (sakit di telinga)

14. Malaise

E. Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa

tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :

Page 22: Askep pada pasien ringitis

1. Leukosit : terjadi peningkatan

2. Hemoglobin : terjadi penurunan

3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

F. Komplikasi Tonsilitis

Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan

baik adalah :

1. Tonsilitis kronis

2. Otitis medis

G. Penatalaksanaan Tonsilitis

Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah

1. Penatalaksanaan medis

a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,

eritromisin dll

b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

c. Analgesik untuk meredakan nyeri

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Kompres dengan air hangat

b. Istirahat yang cukup

c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat

d. Kumur dengan air hangat

e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.

Page 23: Askep pada pasien ringitis

Konsep Askep

A. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

c. Identitas Klien

Nama : An. R

Umur : 13 thn

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status Perkawinan : Anak Kandung

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna

Pendidikan : SD

Pekerjaan : -

Alamat : Desa Bone Balano

d. Identitas Penanggung

Nama : Tn. X

Umur : 34 Thn

Jenis Kelamin : Laki - laki

Status : Sudah nikah

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Muna

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : PNS / Guru

Hub. Dengan Klien : Ayah Pasien

Alamat : Desa Bone Balano

Data Demografi

Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah

tertentu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Page 24: Askep pada pasien ringitis

Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.

Riwayat Kesehatan Yang Lalu

1. Riwayat kelahiran

2. Riwayat imunisasi

3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )

4. Riwayat hospitalisasi

Pemerikasaan

1. Pengkajian umum

Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll

2. Pernapasan

Kesulitan bernafas, batuk

Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :

T0 : bila sudah dioperasi

T1 : ukuran yang normal ada

T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran mencapai garis tengah

T4 : pembesaran melewati garis tengah

3. Nutrisi

Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan

minum, turgor kurang.

4. Aktivitas / istirahat

Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise

5. Keamanan / Kenyamanan

Kecemasan anak terhadap hospitalisasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

adanya anoreksia

Page 25: Askep pada pasien ringitis

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada

tuba eustakii

C. Rencana Keperawatan

Tujuan Perencanaan

Intervensi Rasional

Tupan: Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 hari hipertermi

teratasi.

Tupen : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 hari

hipertermi berangsur –

angsur teratasi.

Dengan criteria hasil :

- Suhu badan turun.

1. Pantau suhu tubuh anak

( derajat dan pola ),

perhatikan menggigil atau

tidak.

2. Pantau suhu lingkungan.

3. Batasi penggunaan linen,

pakaian yang dikenakan

klien.

4. Berikan kompres hangat.

5. Berikan cairan yang

banyak ( 1500 – 2000

cc/hari ).

6. Kolaborasi pemberian

antipiretik.

1. Menentukan intervensi

selanjutnya.

2. Suhu lingkungan

mempengaruhi suhu

tubuh.

3. Agar badan klien terasa

hangat.

4. Kompres hangat akan

meringankan demam

yang terjadi dan sebagai

kompensasi tubuh.

5. Cairan menurunkan

resiko deficit cairan.

6. Anti pireutik dapat

meringankan rasa sakit

yang ada.

Tupan : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 7 hari

1. Kaji Tanda-tanda Vital.

2. Pantau nyeri klien(skala,

1. Menentukan intervensi

selanjutnya.

2. Untuk menentukan

Page 26: Askep pada pasien ringitis

Gangguan pola

tidurteratasi.

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 hari Gangguan

pola tidur berangsu –

angsur teratasi. Dengan

kriteria hasil :

- Pola tidur teratur

intensitas, kedalaman,

frekuensi).

3. Berikan posisi yang

nyaman.

4. Berikan tehnik relaksasi

dengan tarik nafas panjang

melalui hidung dan

mengeluarkannya pelan –

pelan melalui mulut.

nyeri klien.

P : Nyeri

Q : Hilang timbul

R : Faring

S : 2 (0 – 5 ).

T : Saat makan dan

minum atau saat

menelan.

3. Posisi yang baik dapat

memberikan rasa

nyaman.

4. Dengan relaksasi dapat

meringankan rasa

nyeri.

Tupan :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 4 hari Nutrisi

terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan tubuh.

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 2 hari kebutuhan

nutrisi tubuh berangsur –

angsur teratasi. Dengan

criteria hasil :

- Nafsu makan

meningkat

- Kebutuhan tubuh

terpenuhi.

1. Timbang BB tiap hari.

2. Berikan makanan dalam

keadaan hangat.

3. Berikan makanan dalam

porsi sedikit tapi sering

sajikan makanan dalam

bentuk yang menarik.

4. Tingkatkan kenyamanan

lingkungan saat makan.

5. Kolaborasi pemberian

1. Pengukuran BB untuk

menilai perkembagna

dan terpenuhinya

kebutuhan.

2. Makanan yang hangat

membuat pembuluh

darah melebar.

3. Makanan yang menarik

bentuknya akan

menambah selera

amakan klien.

4. Lingkungan yang bersih

memberi rasa nyaman

dan meningkatkan.

keinginan makan.

5. Vitamin dapat

Page 27: Askep pada pasien ringitis

vitamin penambah nafsu

makan.

meningkatkan daya

tahan tubuh.

Tupan : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 7 hari

intoleransi teratasi.

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 hari intoleransi

aktivitas berangsu –

angsur teratasi. Dengan

kriteria hasil :

Klien beraktivitas dapat

beraktivitas sesuai tingkat

toleransinya.

1. Kaji tingkat toleransi

aktivitas klien.

2. Observasi adanya kelelahan

dalam melakukan aktifitas.

3. Monitor Tanda-tanda Vital

sebelum, selama dan

sesudah melakukan

aktifitas.

4. Berikan lingkungan yang

tenang.

5. Tingkatkan aktifitas sesuai

toleransi klien

1. Untuk melakukan

intervensi selanjutnya.

2. Kelelahan dapat

mengakibatkan tingkat

aktivitas terbatas.

3. Pemantauan TTV untuk

mengukur sejauh mana

perkembangan

kesehatan.

4. Lingkungan yang

tenang dapat

merilekskan tubuh.

5. Melakukan aktivitas

dapat meningkatkan

ketahanan dalam

melakukan kegiatan.

Tupan : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama 7 hari

gangguan persepsi sensori

teratasi.

Tupen :Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3 hari gangguan

persepsi sensori aktivitas

berangsu – angsur teratasi.

Dengan kriteria hasil :

Klien dapat mendengar

dengan normal.

1. Kaji ulang gangguan

pendengaran yang dialami

klien.

2. Lakukan irigasi telinga.

3. Berbicaralah dengan jelas

dan pelan.

4. Gunakan papan tulis /

kertas untuk berkomunikasi

jika terdapat kesulitan

dalam berkomunikasi

1. Untuk menentukan

tingkat keparahan

pendengaran.

2. Irigasi dapat

meningkatkan

pengeluaran kotorang

(serumen).

3. Untuk melatih

pendengaran.

4. Agar komunikasi dapat

berjalan.

Page 28: Askep pada pasien ringitis

5. Kolaborasi pemberian tetes

telinga

5. Obat tetets telinga dapat

menyembuhkan

obstruksi dan

membersihkan serumen.

Page 29: Askep pada pasien ringitis

“ Askep Pada Pasien Tinnitus “

Konsep Penyakit

A. Pengertian

Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan

mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar.Keluhannya bisa berupa bunyi

mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa

timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan

Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia)

Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu

mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut

berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala,

bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam

artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya

anatara lain:

1. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa

berdenging akan hilang

2. Infeksi telinga tengah dan telinga dalam

3. Gangguan darah

4. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf

pendengaran

5. Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput

meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus

6. Keracunan obat

7. Penggunaan obat golongan aspirin.

Page 30: Askep pada pasien ringitis

C. Patofisiologi

Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh

2. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging

Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga

terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika

di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan

biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.

Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi

(4000Hz).Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi

merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran

maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras

tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan

keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan

THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang

telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara

yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat

rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar.Kemudian

getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan

timbulnya denging.

Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap

orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup

lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan.Oleh karena itu

di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang

industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam.Tetapi memang

implementasinya belum merata.Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan

waktu yang aman bagi telinga.

Page 31: Askep pada pasien ringitis

D. Gejala

Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah,

pusing, mual dan mudah lelah.Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala

berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul.

Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau

tinggi.Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga

yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.

E. Diagnosis

Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk

memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan

penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.

Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya

kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada

pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz.

Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus.

Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus,

apakah ada gejala lain yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala

neurologik.Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga

pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan

ENG.

F. Pencegahan

Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:

a. Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara

bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam)

b. Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal

c. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.

d. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam

e. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti

ginkogiloba, vit A dan E.

Page 32: Askep pada pasien ringitis

G. Pengobatan

Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :

1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)

dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu

dengar atau tinnitus masker.

2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan

pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta

mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat.

3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas

diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan

sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.

4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat

mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang

diderita benar-benar parah.

Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu

memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat

terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan

bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi

dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan

hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.

Page 33: Askep pada pasien ringitis

Konsep Askep

A. Pengkajian

1. Aktivitas

- Gangguan keseimbangan tubuh

- Mudah lelah

2. Sirkulasi

- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stress)

3. Nutrisi

- Mual

4. Sistem pendengaran

- Adanya suara abnormal(dengung)

5. Pola istirahat

- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur.

B. Diagnosa

1. Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran

(tinnitus).

2. Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.

3. Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

C. Perencanaan

Tujuan Perencanaan

Intervensi Rasional

Tupan: Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

4 hari ansietas

teratasi.

Tupen : Setelah

1. Kaji tingkat pengetahuan

klien tentang gangguan

yang di alaminya.

2. Beri kesempatan klien

untuk mengekspresikan

1. Untuk menentukan

intervensi selanjutnya.

2. Diharapakan dapat

memberikan gambaran

sejauh mana klien

Page 34: Askep pada pasien ringitis

dilakukan tindakan

keperawatan selama

2 hari ansietas

berangsur – angsur

teratasi.

Dengan criteria hasil

:

Tidak terjadi

kecemasan,

pengetahuan klien

terhadap penyakit

meningkat

perasaannya.

3. Jelaskan pada klien

tentang penyakit dan

prosedur pengobatannya.

4. Yakinkan dan support

klien bahwa penyakitnya

dapat di sembuhkan.

5. Anjurkan klien untuk

rileks, dan menghindari

stress.

mengetahui tentang

penyakitnya.

3. Agar klien mengetahui

penyakit dan prosedur.

4. Dengan support dapat

meningkatkan keinginan

klien untuk sembuh.

5. Rileks dapat membuat klien

tenang.

Tupan : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

7 hari Gangguan

pola tidur teratasi.

Tupen :Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

3 hari Gangguan

pola tidur berangsu –

angsur teratasi.

Dengan kriteria hasil

:

Pola tidur teratur

6. Tentukan kebiasan tidur

biasanya dan perubahan

yang terjadi.

7. Berikan tempat tidur yang

nyaman dan beberapa milik

pribadi mis : bantal, guling.

8. Buat rutinitas tidur baru

yang dimasukkan dalam

pola lama dan lingkungan

baru.

9. Tingkatkan regimen

kenyamanan waktu tidur

10. Mengakaji perlunya dan

mengidentifikasi intervensi

yang tepat.

11. Meningakatkkan

kenyamanan tidur serta

dukungan

fisiologis/psikologis bila

rutinitas baru

menggandung aspek

sebanyak kebiasaan lama,

stres dan ansietas yang

berhubungan dapat

berkurang.

12. Meningkatkan efek

relaksasi.

4. Membantu menginduksi tidur

- Membantu pasien agar

mudah beristirahat.

Page 35: Askep pada pasien ringitis

- instruksikan tindakan

relaksasi

- Berikan sedative sesuai

indikasi.

Tupan :Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

4 hari gangguan

istrahat / tidur

teratasi

Tupen :Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

2 hari gangguan

istrahat / tidur

berangsur – angsur

teratasi. Dengan

criteria hasil :

Gangguan tidur

dapat teratasi atau

teradaptasi

1. Kaji tingkat kesulitan

tidur.

2. Kolaborasi dalam

pemberian obat penenang/

obat tidur.

3. Anjurkan klien untuk

beradaptasi dengan

gangguan tersebut.

1. Untuk menentukan

intervensi selanjutnya.

2. Obat tidur dapat

meningkatkan kualitas

istrahat klien.

3. Adaptasi membuat klien

akan biasa atau tidak

merasa mengganggu

istrahat klien.

BAB IV

Page 36: Askep pada pasien ringitis

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau

terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama

serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan

dengan allergen yang serupa  (Von Pirquet, 1986). Diagnosa atau masalah

keperawatan Rhinitis adalah :

- Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus

- Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada

hidung

- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan

menurun

2. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Diagnosa

atau masalah keperawatannya :

- Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

- Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

- Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan adanya anoreksia

- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

- Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya

obstruksi pada tuba eustakii

3. Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar

bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging,

menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus

menrus atau hilang timbul. Diagnosa atau masalah keperawatan penyakit tinnitus :

- Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran

(tinnitus).

- Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.

Page 37: Askep pada pasien ringitis

- Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,

agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Page 38: Askep pada pasien ringitis

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.

Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan

pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :

EGC;1999

Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa

Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8