askep jiwa harga diri rendah 123
TRANSCRIPT
ASKEP JIWA HARGA DIRI RENDAH (HDR)
PRINSIP PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL SPIRITUAL : HARGA DIRI
Pengertian harga diri rendah
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah penilaian
negatif seseorang terhadap diiri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi
Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat
diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
Tanda dan gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budi Anna Keliat, 1999)
Penyebab dari harga diri rendah
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka
disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respon intelektual
dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi
kehilangan.
Tanda dan gejala :
Rasa bersalah
Adanya penolakan
Marah, sedih dan menangis
Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
Mengungkapkan tidak berdaya
Akibat dari harga diri rendah
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (Rawlins,1993).
Tanda dan gejala :
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
Menghindar dari orang lain (menyendiri)
Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak
bercakap-cakap
Tidak/ jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
III. a. Pohon masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Core Problem
Berduka disfungsional
Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
NoMasalah
KeperawatanData Subyektif Data Obyektif
1 Isolasi sosial :
menarik diri
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak
ingin hidup lagi
Mengungkapkan enggan
berbicara dengan
orang lain
Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan
orang lain
Ekspresi wajah kosong
Tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak
jelas
2 Gangguan
konsep diri :
harga diri rendah
Mengungkapkan ingin
diakui jati dirinya
Mengungkapkan tidak ada
lagi yang peduli
Mengungkapkan tidak bisa
apa-apa
Mengungkapkan dirinya
tidak berguna
Mengkritik diri sendiri
Merusak diri sendiri
Merusak orang lain
Menarik diri dari
hubungan sosial
Tampak mudah
tersinggung
Tidak mau makan dan
tidak tidur
Perasaan malu
Tidak nyaman jika jadi
pusat perhatian
3 Berduka
disfungsional
Mengungkapkan tidak
berdaya dan tidak
ingin hidup lagi
Mengungkapkan sedih
karena tidak naik kelas
Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan
orang lain karena
diceraikan suaminya
Dan lain – lain…
Ekspresi wajah sedih
Tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
Suara pelan dan tidak
jelas
Tampak menangis
IV. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
V. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga
dirinya.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian
yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
Diagnosa 2: Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : Lipincott-Raven
Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999