askep hf. sukses amiin ya allah

24
1 A. PENGERTIAN Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius dimana jumlah darah yang masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan zat makanan. Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi B. ETIOLOGI 1.Disfungsi miokard (kegagalan miokardial) Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun. Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Upload: lutfi-assidiqi

Post on 13-Aug-2015

92 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

1

A. PENGERTIAN

Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius dimana jumlah darah yang

masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh

akan oksigen dan zat makanan.

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi

memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk

metabolisme jaringan tubuh

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang

adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi

B. ETIOLOGI

1. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)

Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan

isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.

2. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)

Beban sistolik yangb berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)

menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan cu-

rah ventrikel atau isi sekuncup.

3. Beban volum berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)

Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload)

akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel

meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat

sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah

sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan menurun

kembali.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 2: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

2

4. Peningkatan kebutuhan metabolik-peningkatan kebutuhan yang berlebi-

han (demand overload)

Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung

di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jan-

tung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.

5. Gangguan pengisian (hambatan input).

Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam

ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengelu-

aran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

C. KLASIFIKASI

Gagal Jantung Kiri

Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan

pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan

akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volum akhir diastolic dalam

ventrikel kiri meningkat.

Gejala :

1. Perasaan badan lemah

2. Cepatl lelah

3. Berdebar-debar

4. Sesak nafas

5. Batuk Anoreksia

6. Keringat dingin.

7. Takhikardia

8. Dispnea

9. Paroxysmal nocturnal dyspnea

10. Ronki basah paru dibagian basal

11. Bunyi jantung III

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 3: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

3

Gagal Jantung Kanan

Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada daya pompa ventrikel

kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya

gagal jantung kiri.

Gejala :

1. Edema tumit dan tungkai bawah

2. Hati membesar, lunak dan nyeri tekan

3. Bendungan pada vena perifer (jugularis)

4. Gangguan gastrointestinal (perut kembung, anoreksia dan nausea) dan

asites.

5. Berat badan bertambah

6. Penambahan cairan badan

7. Kaki bengkak (edema tungkai)

8. Perut membuncit

9. Perasaan tidak enak pada epigastrium.

10. Edema kaki

11. Asites

12. Vena jugularis yang terbendung

13. Hepatomegal

Gagal Jantung Kongestif

Bila gangguan jantung kiri dan jantung kanan terjadi bersamaan. Dalam keadaan

gagal jantung kongestif, curah jantung menurun sedemikian rupa sehingga terjadi

bendungan sistemik bersama dengan bendungan paru.

Gejala :

Kumpulan gejala gagal jantung kiri dan kanan.

D. Pathofisiologi & Web of Caution

Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal

jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif.

Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan

meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 4: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

4

diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic

ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan

ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan

atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama

diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular

paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan

hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular,

maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi

cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.

Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam

alveoli dan terjadilah edema paru-paru.

Tekana arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan

kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap

ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri,

juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti

sistemik dan edema.

Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat

dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis

bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus

katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan

korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 5: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

5

E. TANDA DAN GEJALA

Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung

kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan

kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal

jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral

Gagal Jantung Kiri

1. Dispneu

2. Orthopneu

3. Paroksimal Nokturnal Dyspneu

4. Batuk

5. Mudah lelah

6. Gelisah dan cemas

Gagal Jantung Kanan

1. Pitting edema

2. Hepatomegali

3. Anoreksia

4. Nokturia

5. Kelemahan

F. KOMPLIKASI

1. Efusi pleura: Dihasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi cairan

terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya terjadi

pada lobus bawah darah.

2. Aritmia: Pasien dengan gagal jantung kongestif mempunyai risiko untuk

mengalami aritmia, biasanya disebabkan karena takiaritmias ventrikuler yang

akhirnya menyebabkan kematian mendadak.

3. Trombus ventrikuler kiri: pada gagal jntung kongestif akut dan kronik,

pembesaran ventrikel kiri dan penurunan curah jantung beradaptasi terhadap

adanya pembentukan trombus pada ventrikel kiri. Ketika trombus terbentuk,

maka mengurangi kontraktilitas dari ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen

dan lebih jauh gangguan perfusi. Pembentukan emboli dari thrombus dapat

terjadi dan dapat disebabkan dari Cerebrivaskular accident (CVA).

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 6: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

6

4. Hepatomegali: karena lobus hati mengalami kongestif dengan darah vena

sehingga menyebabkan perubahan fungsi hati. Kematian sel hati, terjadi

fibrosis dan akhirnya sirosis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san

kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Ke-

naikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard me-

nunjukkan adanya aneurime ventricular.

2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.

3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan

dinding.

4. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau in-

sufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan

kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan

kontrktilitas.

5. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi

ginjal, terapi diuretic.

6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF mem-

perburuk PPOM.

7. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipok-

semia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.

8. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan

jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan

Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi Farmakologi

Terdiri atas obat - obat golongan :

1. Penghambat ACE (kaptropil, lisinopril, ramipril)

2. Antagonis angiotensin (losartan, kandesartan)

3. diuretik (furosemid, tiazid)

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 7: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

7

4. Antagonis aldosteron (eplerenon)

5. B-blocker (bisoprolol, karvedilol)

6. Vasodilator lain (hidralazin, – isosorbid dinitrat)

7. Inotropik (digoksin)

8. Obat inotropik lain (dopamin, dobutamin)

9. Antitrombotik (warfarin)

10. Anti aritmia (amiodaron, B-blocker)

Terapi Non Farmakologik

1. Diet: Pembatasan asupan NaCl dan cairan dan diet lain sesuai penyakit

penyerta.

2. Berhenti merokok

3. Aktivitas fisik, olahraga teratur seperti berjalan atau bersepeda dianjurkan

untuk pasien gagal jantung yang stabil.

4. Istirahat, untuk gagal jantung akut dan tidak stabil.

5. Berpergian, hindari tempat tinggi, sangat panas atau lembab, dan penerbangan

jarak jauh.

6. Hati-hati atau hindari obat tertentu: NSAID, Coxib, kortikosteroid, dll

Menurut prioritas terbagi atas 4 kategori :

1. Memperbaiki kontraksi miokard atau perfusi sistemik

- Istirahat total atau tirah baring dalam posisi semi fowler

- Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan

- Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot

jantung

2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan

- Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan

- Mencatat intak dan output

- Menimbang berat badan

- Restriksi garam atau diet rendah garam

3. Mencegah terjadinya komplikasi setelah operasi

- Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien

- Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 8: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

8

- Merubah posisi tidur

- Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa; keracunan

digitalis

- Memeriksa atau memonitor EKG

4. Pengobatan pembedahan (Komisurotomi)

Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta

dapat dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit

lainnya umumnya harus diganti dengan katup artifisial.  Indikasi pada keluhan

sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila

ekokardiografi menunjukkan sistol ventrikel kiri 55 mm, atau fractional

shortening 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum  timbul gagal

jantung.

5. Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit, prognosis, obat-obatan, serta

pencegahan kekambuhan

- Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya

- Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan

jadwal pemberian obat

- Merubah gaya hidup atau kebiasaan yang salah: merokok, stres, kerja berat,

minum alkohol, makanan tinggi lemak, dan kolesterol

- Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya

gagal jantung terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas lelah,

berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin

- Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala

- Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya

secara nyata atau realitas akan dirinya baik.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 9: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

9

I. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

Pengkajian 11 Fungsi Gordon

1. Aktivitas/istirahat

a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, ny-

eri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.

b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah

pad aktivitas.

2. Sirkulasi

a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jan-

tung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki,

telapak kaki, abdomen.

b. Tanda :

1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).

2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit (tidak teraba)

3) Irama Jantung ; Disritmia.

4) Frekuensi jantung ; Takikardia.

5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara infe-

rior ke kiri.

6) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan

S2 mungkin melemah.

7) Murmur sistolik dan diastolic.

8) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.

9) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.

10) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.

11) Lien : pembesaran / dapat teraba.

12) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.

13) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ek-

stremitas.

3. Integritas ego

a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 10: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

10

b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan

dan mudah tersinggung.

4. Eliminasi

Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari

(nokturia), diare/konstipasi.

5. Makanan/cairan

a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan

signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa

sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan di-

uretic.

b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites)

serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).

6. Higiene

a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.

b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7. Neurosensori

a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah

tersinggung.

8. Nyeri/Kenyamanan

a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan

sakit pada otot.

b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi

diri.

9. Pernapasan

a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa

bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,

penggunaan bantuan pernapasan.

b. Tanda :

1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pern-

pasan.

2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 11: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

11

3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pul-

monal)

4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.

5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.

10. Keamanan

Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit

lecet.

11. Interaksi sosial

Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 12: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

12

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

(cedera pada pusat pernapasan otak)

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar.

3. Intoleransi aktivitas b.d. Ketidakseimbangan antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

4. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,

pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.

5. Kelebihan Volume Cairan b.d Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak

nafas,

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 13: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

13

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi

1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak)

NOC:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………..pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:1. Mendemonstrasikan

batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC:1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi2. Pasang mayo bila perlu3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tamba-

han6. Berikan bronkodilator :7. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lem-

bab8. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseim-

bangan.9. Monitor respirasi dan status O210. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea11. Pertahankan jalan nafas yang paten12. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi13. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap

oksigenasi14. Monitor vital sign15. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang

tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.16. Ajarkan bagaimana batuk efektif17. Monitor pola nafas

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar.

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:1. Mampu mengontrol

nyeri.2. Melaporkan bahwa

NIC :1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

menemukan dukungan4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 14: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

14

nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam rentang normal

6. Tidak mengalami gang-guan tidur

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

intervensi7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas

dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...9. Tingkatkan istirahat10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan anti-sipasi ketidaknyamanan dari prosedur

11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

3. Intoleransi Aktifitas b.d Ketidakseimbangan antara suplei oksigen dengan kebutuhan

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan Kriteria Hasil :

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :1. Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan

emosi secara berlebihan5. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

10. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang di-inginkan

11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

14. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

16. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 15: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

15

17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

4. Penurunan Curah Jantung b.d gangguan irama jantung, stroke volume, kontraktilitas jantung

NOC : Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:1. Tanda Vital dalam

rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)

2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

4. Tidak ada penurunan kesadaran

5. AGD dalam batas nor-mal

6. Tidak ada distensi vena leher

7. Warna kulit normal

NIC :1. Evaluasi adanya nyeri dada 2. Catat adanya disritmia jantung3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

putput4. Monitor status pernafasan yang menandakan

gagal jantung5. Monitor balance cairan6. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan

antiaritmia7. Atur periode latihan dan istirahat untuk

menghindari kelelahan8. Monitor toleransi aktivitas pasien9. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan

ortopneu10. Anjurkan untuk menurunkan stress11. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR12. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

berdiri13. Auskultasi TD pada kedua lengan dan

bandingkan14. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan

setelah aktivitas15. Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung16. Monitor frekuensi dan irama pernapasan17. Monitor pola pernapasan abnormal18. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit19. Monitor sianosis perifer

5. Kelebihan Volume Cairan b.dPerubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas,

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. Kelebihan volume cairan teratasi dengan kriteria:1. Terbebas dari edema,

efusi, anaskara2. Bunyi nafas bersih,

tidak ada dyspneu/ortopneu

3. Terbebas dari distensi vena jugularis,

4. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign DBN

5. Terbebas dari kelelahan, kecemasan

NIC :1. Pertahankan catatan intake dan output yang

akurat2. Pasang urin kateter jika diperlukan3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi

cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )4. Monitor vital sign5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan

(cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)

6. Kaji lokasi dan luas edema7. Monitor masukan makanan / cairan 8. Monitor status nutrisi9. Berikan diuretik sesuai interuksi10. Kolaborasi pemberian obat:11. ....................................12. Monitor berat badan13. Monitor elektrolit 14. Monitor tanda dan gejala dari odema

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep

Page 16: Askep Hf. Sukses Amiin Ya Allah

16

atau bingung

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. (edisi Ke delapan), volume 2. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. ( 2001). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi: 9. Jakarta: EGC.

Joyce, M. Black. (1997). Medical surgical nursing : Clinical management For Continuity of Care. WB. Saunders Company.

Marilyn, E. Doenges. (2000). Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (edisi ketiga). Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. (2003). Pathophysiology. 6th ed. Philadelphia: Elsevier Science.

Gawat Darurat Budi Setiawan, S.Kep