askep fraktur pada anak
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
1/19
TINJAUAN TEORITIS
FRAKTUR
A. PengertianFrakturadalahterputusnyakontinuitasjaringantulangdan/atautulangrawan yang
umumnyadisebabkanolehrudapaksa.(Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, hal. 346)
Fraktur adalah putusnya kesinambungan tulang/patah tulang. (Ilmu Bedah untuk Perawat, hal.
219)
B. Anatomi dan FisiologiAda perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dengan fraktur pada orang dewasa,
perbedaan tersebut pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis
dan metafisis terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital. Lempeng epifisis
ini akan menghilang pada dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu pada saat
itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti.
Tulang panjang terdiri dari : epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling
atas dari tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang panjang,
yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkan diafisis merupakan bagian tulang panjang
yang di bentuk dari pusat osifikasi primer.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-
sel yang dapat berproliferasi dan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan keutuhan dari pembuluh darah
inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Pada anak, terdapat lempeng epifisis yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum
sangat tebal dan kuat dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan
lebih besar daripada orang dewasa.
Perbedaan di atas menjelaskan perbedaan biomekanik tulang anak-anak dibandingkan orang
dewasa, yaitu :
Biomekanik tulangTulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat mudah dipotong oleh
karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar tulang. Faktor ini menyebabkan tulang
anak-anak dapat menerima toleransi yang besar terhadap deformasi tulang dibandingkan orang
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
2/19
dewasa. Tulang orang dewasa sangat kompak dan mudah mengalami tegangan dan tekanan
sehingga tidak dapat menahan kompresi.
Biomekanik lempeng pertumbuhanLempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat pada metafisis yang bagian
luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian dalamnya oleh procesus mamilaris. Untuk
memisahkan metafisis dan epifisis diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng
epifisis mempunyai konsistensi seperti karet yang besar.
Biomekanik periosteumPeriosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah mengalami robekan
dibandingkan orang dewasa.
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling yang lebih besar
dibandingkan pada orang dewasa, sehingga tulang pada anak-anak mempunyai perbedaan
fisiologi, yaitu :
a. Pertumbuhan berlebihan (over growth)Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan panjang,
karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyambungan.
b. Deformitas yang progresifKerusakan permanen pada lempeng epifisis akan terjadi pemendekan atau angulasi.
c. Fraktur totalPada anak-anak fraktur total jarang bersifat komunitif karena tulangnya sangat fleksibel
dibandingkan orang dewasa.
C. EtiologiFraktur dapat disebabkan karena oleh :
1. TraumaTrauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsungberarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, sedangkan trauma tidak
langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya fraktur bergantian.
2. Non TraumaFraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang, non trauma
ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. StressFraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
3/19
D. KlasifikasiKlasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis, klinis dan
fraktur yang khusus pada anak.
1. Klasifikasi Radiologia) Fraktur Buckle atau torus
(fr aktur buckle atau torus)
b) Tulang melengkungc) Fraktur green-stickd) Fraktur total
2. Klasifikasi Anatomisa) Fraktur epifisisb) Fraktur lempeng epifisisc) Fraktur metafisisd) Fraktur diafisis
3. Klasifikasi Klinisa)
Traumatik
b) Patologikc) Stress
4. Fraktur khusus pada anaka) Fraktur akibat trauma kelahiran
Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan bahu
bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan karena tarikan
yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong.
b) Fraktur Salter-HarisKlasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia
dibagi menjadi lima tipe :
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih
utuh.
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama
sekali dari metafisis.
Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
4/19
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram epifisis
Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian
dari sebagian cakram tersebut.
Beberapa jenis fraktur khusus pada anak
Ada 2 jenis fraktur khusus pada anak yaitu di daerah epifisis dan di lempeng epifisis.
Fraktur epifisis jarang terjadi tanpa disertai dengan fraktur lempeng epifisis, yang dibagi
dalam :
1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen
2. Fraktur kompresi yang bersifat komunitif
3. Fraktur osteokondral
Fraktur pada lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh fraktur pada anak-anak.
Lempeng epifisis berupa diskus tulang rawan yang terletak diantara epifisis dan metafisis.
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis, yaitu menurut Poland, Salter-Harris, Aitken,
Weber, Rang dan Ogend. Tapi yang paling sering digunakan adalah menurut Salter-Harris
karena paling mudah, praktis dan memenuhi syarat untuk terapi dan prognosis.
Klasifikasi menurut Salter-Harris dibagi dalam lima tipe, yaitu(6,7)
:
Tipe I
Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih utuh.
Tipe II
Garis fraktur melalui sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan
membentuk suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga disebut tanda Thurston-
Holland.
Tipe III
Garis fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis
lempeng epifisis.
Tipe IV
Merupakan fraktur intra-intraartikuler yang melalui permukaan sendi memotong epifisis
serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
5/19
Tipe V
Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari
sebagian cakram tersebut.
E. GambaranKlinisTidak semua gejala ini terdapat secara bersamaan.
1. Nyeri tekan dan pembengkakan di sekitar bagian fraktur, jika frakturnya ujung patahan tulangdapat terlihat di dalam luka.
2. Deformitas dapat berupa :a. Angulasi, tidak hanya disebabkan oleh kekerasan yang menyebabkannya, tetapi juga oleh
otot-otot ekstremitas yang menarik patahan tulang.
b. Pemendekan. Tonus otot-otot ekstremitas menarik patahan tulang sehingga ujung patahansaling bertumpuk, misalnya otot-otot paha yang menarik patahan tulang pada fraktur os
femur.
3. Motilitas abnormal. Tempat patah menjadi sendi palsu. Bagian ini harus sedikit mungkindigerakkan karena dikhawatirkan kalau terjadi kerusakan lebih lanjut pada jaringan lunak,
misalnya pembuluh darah dan saraf.
4. Gangguan fungsi ekstremitas tidak digunakan.5. Krepitasi : rasa gemeretak ketika ujung tulang bergeser.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
6/19
F. Patofisiologi
G. Komplikasi Perbedaan panjang ekstermitas Keganjilan pada sendi Keterbatasan gerak Cedera saraf yang menyebabkan mati rasa Gangren Perburukan sirkulasi
H. UjiLaboratoriumdanDiagnostik1. Pemeriksaan sinar X pada tempat cedera2. Pemindahan tulang dilakukan jika hasil rontgenogram negatif3. Hitung darah lengkap4. Laju endap darah
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
7/19
I. PenatalaksanaanFrakturPilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur,
yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
I. Terapi Konservatif
a. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan
baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi
umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur.
Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan
dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius,
immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan.
d. Traksi
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips
setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi
Bryant).
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban
tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan
dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa
balanced traction.
II. Terapi Operatif
a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (imageintensifier, C-arm) :
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
8/19
1. Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang alat
fiksasi eksterna.
2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan pemasangan
paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti pinning dan
immobilisasi gips.
Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi close nailing pada fraktur femur dan
tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.
b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :
1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah :
- Reposisi anatomis.
- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya :
- Fraktur talus.
- Fraktur collum femur.
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya :
- Fraktur avulsi.
- Fraktur dislokasi.
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :
- Fraktur Monteggia.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
9/19
(Vari asi f raktur Monteggia)
- Fraktur Galeazzi.
(Rontgen fr aktur Galeazzi)
- Fraktur antebrachii.
- Fraktur pergelangan kaki.
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi,
misalnya : fraktur femur.
2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :
- Fraktur caput radii pada orang dewasa.
- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
10/19
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah
harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi,
disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya
yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi yang berarti.
III. Pengobatan Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit :
Pembidaian Menghentikan perdarahan dengan perban tekan Menghentikan perdarahan besar dengan klemTiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari fraktur
terbuka merupakan polytrauma.
Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team work)
J. Penyembuhan Fraktur pada AnakProses penyembuhan fraktur adalah suatu proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap
fraktur. Setiap tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Proses penyembuhan mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan bila lingkungannya
memadai maka bisa sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis seperti imobilisasi sangat penting
untuk penyembuhan, selain itu faktor biologis juga sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.
Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang), tulang
kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang rawan
persendian.
1) Penyembuhan fraktur pada tulang korti kalProses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan
membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
11/19
periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.
Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan
kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang
yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah
endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.
Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari
diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak. Pada
tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik
yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat
dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan
hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan
membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis
kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.
3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblast diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh
garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut
sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan
merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi
tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan
kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang menyerupai
bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini,
perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
12/19
tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah
menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan
mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.
2) Penyembuhan fr aktur pada tul ang kanselosa)Penyembuhan fraktur pada tulang kanselosa terjadi secara cepat karena beberapa faktor, yaitu
:
1. Vaskularisasi yang cukup.
2. Terdapat permukaan yang lebih luas.
3. Kontak yang baik memberikan kemudahan vaskularisasi yang cepat.
4. Hematoma memegang peranan dalam penyembuhan fraktur.
Tulang kanselosa yang berlokalisasi pada metafisis pada tulang panjang, tulang pendek serta
tulang pipih diliputi oleh korteks yang tipis. Penyembuhan fraktur pada daerah tulang
kanselosa melalui proses pembentukan kalus interna dan endosteal. Pada anak-anak proses
penyembuhan pada daerah korteks juga memegang peranan penting. Proses osteogenik
penyembuhan sel dari bagian endosteal yang menutupi trabekula, berproliferasi untuk
membentuk woven bone primer didalam daerah fraktur yang disertai hematoma. Pembentukankalus interna mengisi ruangan pada daerah fraktur. Penyembuhan fraktur pada tulang
kanselosa terjadi pada daerah dimana terjadi kontak langsung diantara kedua permukaan
fraktur yang berarti satu kalus endosteal. Apabila terjadi kontak dari kedua fraktur maka
terjadi union secara klinis. Selanjutnya woven bone diganti oleh tulang lamelar dan tulang
mengalami konsolidasi.
3) Penyembuhan fr aktur pada tul ang rawan persendianTulang rawan hialin permukaan sendi sangat terbatas kemampuannya untuk regenerasi. Pada
fraktur intraartikuler penyembuhan tidak terjadi melalui tulang rawan hialin, tetapi terbentuk
melalui fibrokartilago.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
13/19
K. Waktu penyembuhan frakturWaktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Hal ini
terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan juga
berhubungan dengan proses remodelling tulang pada anak sangat aktif dan makin berkurang
apabila umur bertambah. Selain itu fragmen tulang pada anak mempunyai vaskularisasi yang baik
dan penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Waktu penyembuhan anak secara kasar adalah
setengah kali waktu penyembuhan pada orang dewasa.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
14/19
ASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK
DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL (FRAKTUR)
1. Pengkajiana. Identitas klien
Meliputi nama, alamat, nomor telepon, usia dan tanggal lahir, tempat lahir, suku, jenis
kelamin, agama, kewarganegaraan, tanggal wawancara, pemberi informasi.
b. Keluhan utama (KU)Tidak dapat melakukan pergerakan , nyeri, lemah dan tidak dapat melakukan sebagian
aktivitas sehari-hari.
c. Riwayat penyakit sekarangMenceritakan kapan klien mengalami fraktur, dimana dan bagaimana terjadinya
sehingga mengalami fraktur, anggota mana yang mengalami fraktur. Klien yang fraktur
akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang patah dan pada jaringan yang lunak yang
mengalami luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan anggota
badannya yang terkena fraktur. Nyeri dirasakan bisa pada saat bergerak saja atau terus-
menerus. Akibat tidak bisa bergerak yang disebabkan karena nyeri akan menyebabkan
klien tidak dapat memenuhi ADL-nya secara maksimal.
d. Riwayat masa laluPerlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami suatu penyakit
yang berat atau penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan
sekarang.
e. Riwayat medis keluargaPerlu diketahui untuk menentukan apakah dalam keluarga ada penyakit keturunan
atau penyakit-penyakit karena lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negativepada seluruh anggota keluarga termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk
memperberat penyakitnya.
2. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum
Pada kien yang immobilisasi perlu dilihat dalam hal : keadaan umumnya
meliputi penampilan , postur tubuh, kesadaran, dan gaya bicara, karena klien yang
diimobilisasikan
b. Aktivitas dan istirahat.
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
15/19
- Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terlena.
c. Sirkulasi.- Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi cedera.
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ ansietas) atauhipotensi (kehilangan darah).
- Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambatmpucat pada bagian yang terkena.
d. Neurosensori.- Kehilangan gerakan atau sensasi, spasme otot.- Kebas atau kesemutan.- Deformitas lokal; pemendekan, rotasi, krepitasi, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.e.
Nyeri/kenyamanan.
- Nyeri berat tiba-tiba.- Spasme setelah imobilisasi.f. Keamanan.- Pedarahan, laserasi kulit.- Pembengkakan lokal.
3. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncula. Nyeri berhubungan dengan cedera fisikb. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletalc. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan jaringan,
kemungkinan kerusakan saraf
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gipse. Takut berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips
4. Perencanaan keperawatana. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik
Tujuan : ketidaknyamanan yang dirasakan pasien tidak ada atau minimal
KH : Anak tidak menunjukan bukti-bukti ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan minor dapat ditoleransi
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji skala tingkat nyeri
2. Bila perlu batasi aktivitas yangmelelahkan
Memberikan pengukuran subjetif dankuantitatif tentang intensitas nyeri
Untuk mencegah nyeri
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
16/19
3. Beri posisi yang nyaman, bisamenggunakan bantal
4. Hindari penggunaan bedak atau lotiondi bawah gips
Untuk menyokong area dependen
Substansi ini mempunyai kecenderunganuntuk menggumpal dan menimbulkan
iritasi
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletalTujuan : pasien mempertahankan penggunaan otot pada area yang tidak sakit
KH : Ekstermitas yang tidak sakit tetap mempertahankan tonus otot yang baik
Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia dan kondisi anak
INTERVENSI RASIONAL
1. Dorong untuk ambulasi sesegera mungkin2. Sokong lengan yang di gips dengan
ambin/mitela (sling)
3. Ajarkan penggunaan alat mobilisasiseperti kruk untuk kaki yang di gips
4. Dorong aktivitas bermain dan pengalihan5. Dorong anak untuk menggunakan sendi-
sendi di atas dan di bawah gips
Untuk meningkatkan mobilisasi
Untuk menopang beban berat badanUntuk melatih otot yang tidak sakit
Untuk mempertahankan fleksibilitasdan fungsi sendi
c. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan jaringan,kemungkinan kerusakan sarafTujuan : 1. Pasien tidak mengalami kerusakan neurologis atau sirkulasi
2. Pasien mempertahankan integritas gips
3. Pasien tidak mengalami cedera fisik
KH : 1. Jari kaki/ jari tangan hangat, merah muda, sensitif dan menunjukan
pengisian kailer yang segera
2. Gips mengering dengan cepat, tetap bersih dan utuh
3. Anak tetap bebas dari cedera
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
17/19
INTERVENSI RASIONAL
1.Tinggikan ekstermitas yang di gips
2.Rawat gips basah dengan telapak tangan,hindari menekan gips dengan ujung jari (gips
plester)
3.Jangan menutup gips yang masih basah
4.Jangan mengeringkan gips dengan kipaspemanas atau pengering
5.Posisikan bokong lebih rendah dari bahuselama toileting
6.Jaga agar jalur ambulasi tetap bersih
- Untuk menurunkanpembengkakan, karena
meninggikan ekstermitas
meningkatkan aliran darah vena
-Kerenaa penekanan akanmenyebabkan area tekan
-Untuk engeringkannya dari dalamkeluar
-Karena dapat terjadi luka bakardan gips hanya akan kering
dibagian luar tetapi tidakdibagian dalam
-Untuk mencegah urin mengelir kegips pada bagian punggung
-Untuk mencegah pasien jatuh
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gipsTujuan : pasien tidak mengalami iritasi kulit
KH :
INTERVENSI RASIONAL
1. Pastikan bahwa semua tepi gips halus danbebas dari proyeksi pengiritasi, kikir atau
lapisi tepi gips tersebut bila perlu
2. Jangan membiarkan anak atau orang lainmemasukan sesuatu ke dalam gips
3. Jaga agar kulit yang terpajan tetap bersih danbebas dari iritan
4. Lindungi gips selama mandi, kecuali jika gipssintetik tahan terhadap air
5. Setelah gips dilepas, rendam dan basuh kulitdengan perlahan
Untuk mencegah trauma kulit
Kulit dapat teriritasi akibatadanya air di dalam gips
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
18/19
Gips akan mengeras dengan kulitterdeskuamasi dan sekresi
sebasea
e. Takut berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gipsTujuan : Pasien mendapatkan dukungan yang adekuat selama pemasangan dan
pengangkatan gips
KH : Anak menjalani prosedur pemasangan dan pengangkatan gips dengan distres
minimal dan kerjasama
INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang akan dilakukandan apa yang dapat dilakukan anak
2. Jelaskan apa yang akan dialamaianak selama pengangkatan gips,
kebisingan gergaji, sensasi geli
karena getaran, ketidakmungkinan
cedera karena prosedur
3. Menunjukan keamanan gergajipada diri sendiri atau orang lain
Untuk membantu menghilangkan rasa takutdan mendorong kerjasama
Untuk menghilangkan rasa takut kulitterpotong
-
7/29/2019 Askep Fraktur Pada Anak
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Asep Setiawan, SKP, dkk, Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan SistemMuskuloskeletal, Akper Padjajaran Bandung, 2000.
2. Brunner & Suddart, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.3. Doengoes E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.