askep bph

21
ASKEP BPH BAB I TINJAUAN TEORITIS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998). Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193). 2. Etiologi Penyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut. Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu : Teori Sel Stem (Isaacs 1984) Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral. Teori MC Neal (1978) Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral. 3. Anatomi Fisiologi Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari

Upload: jamil-senna

Post on 05-Dec-2014

58 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP BPH

ASKEP BPHBAB ITINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PengertianHipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

2. EtiologiPenyebab terjadinya Benigna Prostat Hipertropi belum diketahui secara pasti. Tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya Benigne Prostat Hypertropi yaitu testis dan usia lanjut.Ada beberapa teori mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

Teori Sel Stem (Isaacs 1984)Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.

Teori MC Neal (1978)Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona periurethral.

3. Anatomi Fisiologi

Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

4. PatofisiologiMenurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga

Page 2: ASKEP BPH

terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

5. Tanda dan Gejalaa Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)b Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.c Rasa nyeri saat memulai miksi/d Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).

6. Komplikasia Aterosclerosisb Infark jantungc Impotend Haemoragik post operasie Fistulaf Striktur pasca operasi & inconentia urine

7. Pemeriksaan DiagnosisLaboratoriumMeliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin.

RadiologisIntravena pylografi, BNO, sistogram, retrograd, USG, Ct Scanning, cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau trans rectal (TRUS = Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat dan Wim De Jong, 1997).

Prostatektomi Retro PubisPembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula prostat.

Prostatektomi ParinealYaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.

8. Penatalaksanaana. Non Operatif• Pembesaran hormon estrogen & progesteron• Massase prostat, anjurkan sering masturbasi• Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek• Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan• Pemasangan kateter.

b. Operatif• Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml• TUR (Trans Uretral Resection)• STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)• Retropubic Extravesical Prostatectomy)• Prostatectomy Perineal

Page 3: ASKEP BPH

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN1. Identitas/Biodata1. Biodata 2. Data Penanggung JawabNama : Nama : Umur : Umur : Suku bangsa : Suku : Agama : Agama : Pendidikan : Pendidikan : Pekerjaan : Pekerjaan : Alamat : Alamat : Kec. Kec. Tgl. Masuk RS : Hubungan : Tgl. Dikaji : Diagnosa Medis : No. RM : Dr. Penanggungjawab : 

2. Riwayat Kesehatana Keluhan utamab Riwayat kesehatan sekarangP, Q, R, S, Tc Riwayat kesehatan masa laluPenyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami)Alergi: Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll) : d Keadaan kesehatan keluargaOrang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.)e Keadaan psikologisPerilaku Pola emosional Konsep diri Penampilan intelektual Pola pemecahan masalah Daya ingat f Keadaan Sosial ekonomiStatus ekonomi Kegiatan rekreasi Bahasa komunikasi Hubungan dengan keluarga Kegiatan masyarakat g Keadaan SpiritualKepercayaan, keyakinan 

h Pola Kehidupan sehari-hariNo Kegiatan sehari-hari Di rumah Di rumah sakit1. Makan dan Minum

Page 4: ASKEP BPH

a. Makan• Frekwensi• Jenis makanan• Makanan yang disukai• Makanan yang tidak disukai• Makanan pantangan• Tujuan/alasan pantangan• Gangguan makanan• Cara mengatasi• Diet khususb. Minum• Jumlah intake• Jenis 2. Pola elimenasia. BAK• Frekwensi• Jumlah• Warna• Gangguan/keluhan• Cara mengatasib. BAB• Frekwensi• Konsistensio Gangguan/keluhano Cara mengatasi 3. Istirahat dan tidura. Lama tidur- malam- siangb. Gangguan Tidurc. Cara Mengatasid. Kebiasaan tidur 4. Personal hyginea. Frekwensi Mandi tiap harib. Cara mandic. Frekwensi sikat gigid. Frekwensi mencuci rambut tiap minggue. Kebiasaan gunting kuku 5. Aktivitasa. Gangguan dalam pergerakan/berjalanb. Alasan/penyebabc. Cara mengatasi 6. Sexuala Frekwensib Alasan/penyebabc Cara mengatasi 

3. Pemeriksaan Fisika Keadaan Umum : b Tanda-tanda vital : Tekanan Daqrah, Suhu, Nadi, Respirasi c Sistem PencernaanBentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.

Page 5: ASKEP BPH

d Sistem PernafasanKesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.e Sistem cardiovaskulerKonjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll.f Sistem integumenWarna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas, perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)g Sistem persyarafanTingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.h Sistem endokrinPertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.i Sistem muskuloskeletalRentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.j Sistem reproduksiLaki-laki: penis skrotum, testis, dll.Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.k Sistem perkemihanJumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll.

4. Pemeriksaan PenunjangLaboratorium, Rontgen , BNO

5. TherapiObat-obatan yang diberikan menurut advis dokter

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincter2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri 

Diagnosa keperawatan PerencanaanTujuan Intervensi RasionalGangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan spasme otot spincterSetelah dilakukan perawatan selama 3-5 hari pasien mampu mempertahankan derajat kenyamanan secara adekuat.

Kriteria hasil :• Secara verbal pasien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang.• Pasien dapat beristirahat dengan tenang.• Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 - 10)• Monitor dan catat adanya rasa nyeri, lokasi, durasi dan faktor pencetus serta penghilang nyeri.• Observasi tanda-tanda non verbal nyeri (gelisah, kening mengkerut, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi)• Beri kompres hangat pada abdomen terutama perut bagian bawah.• Atur posisi pasien senyaman mungkin, ajarkan teknik relaksasi• Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik• mengkaji tingkat nyeri dan observasi tanda vital dapat mengetahui perkembangan dan tindakan

Page 6: ASKEP BPH

selanjutnya• dengan kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri• Tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri• Pemberian obat tidak terjadi kesalahan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri Kebutuhan tidur dan istirahat terpenuhi

Kriteria hasil :• Klien mampu beristirahat / tidur dalam waktu yang cukup.• Klien mengungkapan sudah bisa tidur. • ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik• atur posisi tidur senyaman mungkin • agar klien tidak terganggu waktu klien beristirahat tidur• mengurangi rasa nyeri dengan obat analgesik sehingga klien bisa istirahat tidur• agar klien dapat beristirahat dengan nyaman

3. Imflementasi Pada tahap dilakukan pelaksanaan dan perawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaannya adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan:1) Secara mandiri (independen) adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi reaksi karena adanya stresor (penyakit) misalnya:a. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-harib. Memberikan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.2) Secara ketergantungan/kolaborasi (interdependen), adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama tim perawatan atau tim kesehatan lainnya misalnya dalam hal pemberian obat sesuai instruksi dokter, pemberian infus: tanggung jawab perawat kapan infus itu terpasang.

4. EvaluasiEvaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.

Page 7: ASKEP BPH

BAB IITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHANDIAGNOSA MEDIS BPHDI RUANG BEDAH RSUD M.A. SENTOT PANTURA

A PENGKAJIAN1. Identitas/Biodata1. Biodata 2. Data Penanggung JawabNama : Tn. R Nama : Tn. CUmur : 55 tahun Umur : 30 tahunSuku bangsa : Indonesia Suku : IndonesiaAgama : Islam Agama : Islam Pendidikan : - Pendidikan : SMPPekerjaan : Tani Pekerjaan : TaniAlamat : Ds. Kedungdawa Alamat : KedungdawaKec. Gabus wetan Kec. Gabus wetanTgl. Masuk RS : 4/11/2009 Hubungan : AnakTgl. Dikaji : 5/11/2009Diagnosa Medis : BPH No. RM : 17127Dr. Penanggungjawab : dr. W

2. Riwayat Kesehatana Keluhan utamaNyeri supra pubik karena tidak bisa BAK satu harib Riwayat kesehatan sekarangP= Retensio urineQ= nyeri seperti tertahan , klien terlihat meringisR= nyeri pada daerah Vesika urinariaS= nyeri dengan sekala 3T= terus menerus sehingga istirahat/tidur klien tergangguc Riwayat kesehatan masa laluPenyakit masa lalu : klien pernah dirawat di rumah sakit Cirebon dengan keluhan yang sama, klien mulai merasakan keluhan penyakit yang sama pada usia 45 tahun.Alergi: tidak menderita alergiKebiasaan (merokok, minum kopi, dll) : merok dan minum kopi

d Keadaan kesehatan keluargaOrang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain tidak menderita penyakit yang sama

e Keadaan psikologisPerilaku : selama dirawat klien menunjukan sikap yang positif koperatif 

Page 8: ASKEP BPH

Pola emosional : klien menanyakan tentang keadaan penyakitnyaKonsep diri : tidak ada gangguanPenampilan intelektual : biasaPola pemecahan masalah : oleh kepala keluargaDaya ingat : masih baik

f Keadaan Sosial ekonomiStatus ekonomi : penghasilan klien dari buruh taniKegiatan rekreasi : jarang dilakukanBahasa komunikasi : bahasa JawaHubungan dengan keluarga : baikKegiatan masyarakat : akrab dengan tetangganya

g Keadaan SpiritualKepercayaan, keyakinan : klien beragama islam

h Pola Kehidupan sehari-hari

No Kegiatan sehari-hari Di rumah Di rumah sakit1. Makan dan Minuma. Makan• Frekwensi• Jenis makanan• Makanan yang disukai• Makanan yang tidak disukai• Makanan pantangan• Tujuan/alasan pantangan• Gangguan makanan• Cara mengatasi• Diet khususb. Minum• Jumlah intake• Jenis 

2 kali sehariNasi, lauk, sayurSemua makanan-Tidak ada

4-6 gelas/hariAir putih 

3 kali sehariNasi, lauk, sayurSemua makanan-Tidak ada

Page 9: ASKEP BPH

4-6 gelas/hariAir putih2. Pola elimenasia. BAK• Frekwensi• Jumlah• Warna

• Gangguan/keluhan

• Cara mengatasi

b. BAB• Frekwensi• Konsistensio Gangguan/keluhano Cara mengatasi 

4-5 kali/hari

kuning keruh kemerahanSakit waktu BAK

Berobat ke puskesmas

2 hari sekalilembek

Dipasang kateter1500 mlkuning keruh kemerahanSakit daerah perut bawah

2 hari sekalilembek

3. Istirahat dan tidura. Lama tidur- malam- siangb. Gangguan Tidurc. Cara Mengatasid. Kebiasaan tidur 

5-6 jam/hari-

Page 10: ASKEP BPH

Sulit tidur-Terlentang, miring 

5-6 jam/hari-Sulit tidur-Semi powler

4. Personal hyginea Frekwensi Mandi tiap harib Cara mandic Frekwensi sikat gigid Frekwensi mencuci rambut tiap minggue Kebiasaan gunting kuku 2X/harimandiri1X/hari 1x/minggu

Kalau panjang Tidak dilakukan5. Aktivitasa. Gangguan dalam pergerakan/berjalanb. Alasan/penyebabc. Cara mengatasi Dapat berjalan Dapat berjalan6. Sexuala Frekwensib Alasan/penyebabc Cara mengatasi Tidak melakukanSedang sakit Tidak melakukanSedang sakit

3. Pemeriksaan Fisika Keadaan Umum : lemahb Tanda-tanda vital : TD=160/100mmHg S= 36oC N= 86x/mt R= 20x /mtc Sistem Pencernaanbentuk bibir simetris, tidak ada lesi, mukosa mulut normal, muntah tidak ada, menelan/mengunyah baik, bentuk perut normal, BU 6x/menitbenjolan diperut tidak ada, pembesaran hepar tidak ada, nyeri tekan, daerah supra pubik.

d Sistem Pernafasanhidung simetris, pernafasan cuping hidung tidak ada, perdarahan hidung tidak ada,bentuk dada simetris, batuk tidak ada. Frekwensi pernafasan 25x/menit, pola pernafasan teratur, wheezing tidak ada

e Sistem cardiovaskuler

Page 11: ASKEP BPH

konjungtiva tidak anemis, edema tidak ada, tekanan darah 160/110 mmHg, akral hangat, f Sistem integumenkulit bersih, turgor kulit baik, luka/lesi tidak ada, eritema tidak ada, 

g Sistem persyarafankesadaran lemah, kepala simetris, mata simetris, pergerakan bola mata normal, Nervus cranial : N1; klien mampu mencium bau, N2; klien mampu membaca tulisan, N3; bola mata simetris, klien mengangkat kelopak mata, N4; klien mampu menggerakan bola mata, 

h Sistem endokrinpertumbuhan dan perkembangan fisik tak ada kelainan, proporsi dan posisi tubuh tegap, ukuran kepala dan ektremitas simetris seimbang, polidipsi tidak ada, poliphagi tidak ada, poliuri tidak ada, tremor ektremitas tidak ada, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

i Sistem muskuloskeletalgaya berjalan dibantu, deformitas tidak ada, fraktur tidak ada, atrofi tidak ada, pembesaran tulang tidak ada.Kekuatan otot : 5 55 5

j Sistem reproduksipembengkakan tidak ada, benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.

k Sistem perkemihanklien terpasang kateter, jumlah urine 1500 ml/hari, warna urine kuning keruh, bau khas urine, nyeri tekan pada daerah vesica urinaria, teraba masa tidak ada, nyeri pinggang 

4. Pemeriksaan Penunjanga laboratorium : Darah Tgl./ Jam Jenis Hasil Normal Interpretasi14/11/09 HbLeucositHematokritTrobosit 12.1 g%14.100 / mm332 %307.000 / mm3 12-16 g%10.000 / mm335%-48%150.000-400.000 mm3 Dalam batas normalTerjadi peningkatanKurangDalam batas normal

b BNO 

5. Therapia Pasang DC , pasang infus RL 20 gtt/menitb obat : Cypotaxim 2x1 gr, Ranitidin 2x1 amp, farsik 1x1 amp

6. Analisa DataDATA ETIOLOGI PROBLEMDS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang

Page 12: ASKEP BPH

DO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 BPH

Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Merangsang pengeluaran histamin

Hipotalamus

Kortek serebri

Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman nyeri DS: klien mengatakan BAK Tidak lancarDO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateter Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Klien tidak dapat BAK secara normal

Terpasang kateter untuk mengeluarkan urineGangguan perubahan pola eliminasi BAKDS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeriDO:, klien terlihat lemah dan lelah nyeri

Saraf simpasis terangsang untuk mengaktifasi kerja organ tubuh

Klien terjaga Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidurDS: klien mengatakan urine berwarna merahDS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /ml Pembesaran prostat

Penyempitan uretra

Klien tidak bisa BAK secara normal

Terpasang kateter untuk mengeluarkan urine

Berkembangnya mikro organisme

Potensial infeksi Potensial terjadinya infeksiDS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klienDO: klien adn keluarga tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya

Merupakan stresor psikologis

Klien dan keluarga menjadi cemas Gangguan rasa aman cemas

B DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggang

Page 13: ASKEP BPH

2. Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan klien mengatakan BAK tidak lancar, klien terpasang kateter3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine 5. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya.

C PERENCANAANDiagnosa keperawatan PerencanaanTujuan Intervensi RasionalGangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan DS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggangDO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 T: rasa nyaman klien terpenuhi dalam jangka waktu 1 hari K: -nyeri berkurang dengan skala 2-klien tenang • kaji tingkat nyeri• observasi tanda-tanda vital• jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri• ajarkan tehnik relaksasi• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik • mengkaji tingkat nyeri dan observasi tanda vital dapat mengetahui perkembangan dan tindakan selanjutnya• Penjelasan penyebab nyeri dapat membantu klien mengerti tentang penyakitnya• Tehnik relaksasi akan mengurangi rasa nyeri• Pemberian obat tidak terjadi kesalahan

Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan :DS: klien mengatakan BAK Tidak lancarDO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateterT: pola BAK klien normal K: - Klien beradaptasi dengan pemasangan kateter selama 3 hari • Lakukan perawatan kateter• Pertahankan kepatenan kateter• Anjurkan pada klien agar tidak bergerak secara tiba-tiba dan terlalu bebas• Palpasi kandung kemih terhadap distensi jika keluaran sedikit • Untuk mencegah berkembangbiaknya mikro organisme• Agar urine mengalir dengan lancar• Untuk mencegah kateter supaya tidak lepas/putus• Agar tidak terjadi retensio urine Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:DS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeriDO:, klien terlihat lemah dan lelahT: kebutuhan istirahat tidur terpenuhi dalam jangka waktu 1x24 jamK:- Tidur nyenyak- klien tidak lesu • ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik• atur posisi tidur senyaman mungkin • agar klien tidak terganggu waktu klien beristirahat tidur• mengurangi rasa nyeri dengan obat analgesik sehingga klien bisa istirahat tidur• agar klien dapat beristirahat dengan nyaman

Page 14: ASKEP BPH

Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine ditandai dengan:DS: klien mengatakan urine berwarna merahDS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /mlT: infeksi tidak terjadi dalam jangka waktu 3 hariK: tidak ada tanda-tanda infeksi • lakukan perawatan kateter• ajarkan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi• perawatan kateter dapat mencegah berkembangbiak-nya mikro organisme• klien/keluarga dapat melaporkan bila ada tanda-tanda infeksi kepada perawat segeraGangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan:DS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klienDO: klien adn keluarga tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, T: rasa cemas hilangK: - klien menerima dan mengerti akan penyakitnya- klien tampak tenang • berikan penjelasan tentang kondisi penyakitnya, penyebab, program pengobatan dan proses penyembuhan• libatkan keluarga untuk memberikan support system • dengan memberikan penjelasan klien dapat mengerti dan lebih tenang• dukungan sangat perlu dari keluarga sebangai kekuatan batin

D IMPLEMENTASI DAN EVALUASIHari/Tgl./Jam Diagnosa perawatan Tindakan Evaluasi/Catatan PerkembanganKamis, 5-11-2009 (1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan DS: klien mengatakan nyeri supra pubik dan sakit dibagian pinggangDO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 • mengkaji tingkat nyeri dalam rentang 0-4• mengobservasi tanda-tanda vital (TD, N, S, R)• menjelaskan pada klien tentang penyebab nyeri• mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi• melakukan kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik S: klien mengatakan nyeri daerah supra pubik masih terasaO: klien meringis apabila daerah nyeri ditekan, nyeri dengan skala 3.A: masalah belum teratasiP: lanjutkan intervensi, • kaji tingkat nyeri• observasi tanda-tanda vital• ajarkan tehnik relaksasi/distraksi• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik(2) Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan :DS: klien mengatakan BAK Tidak lancarDO: klien terpasang kateter, urine keluar melalui kateter • melakukan perawatan kateter• mempertahankan kepatenan kateter• menganjurkan pada klien agar tidak bergerak secara tiba-tiba dan terlalu bebas• melakukan Palpasi kandung kemih terhadap distensi jika keluaran sedikit S: klien mampu beradaptasi dengan pola eliminasi BAKnya

Page 15: ASKEP BPH

O: klien tampak tenangA: masalah teratasiP: intervensi dilanjutkan:• Lakukan perawatan kateter• Pertahankan kepatenan kateter(3) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:DS: klien mengeluh sulit tidur karena nyeriDO:, klien terlihat lemah dan lelah • menciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur• melakukan kolaborasi untuk pemberian obat analgesik• mengatur posisi tidur senyaman mungkin S: klien mengatakan sudah bisa tidur walaupun masih belum nyenyakO: klien terlihat masih lemahA: masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi;• ciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur• kolaborasi untuk pemberian obat analgesik• atur posisi tidur senyamanmungkin

(4) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine ditandai dengan:DS: klien mengatakan urine berwarna merahDS: klien terpasang kateter, urine berwarna kuning keruh kemerahan, leukosit 14.100 /ml • melakukan perawatan kateter• mengajarkan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksiS: infeksi tidak terjadiO: tidak ada tanda-tanda infeksiA: masalah teratasiP: intervensi dilanjutkan;• lakukan perawatan kateter

(5) Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya ditandai dengan:DS: klien dan keluarga bertanya tentang penyakit klienDO: klien adn keluarga tampak bertanya, klien dan keluarga tampak cemas, • memberikan penjelasan tentang kondisi penyakitnya, penyebab, program pengobatan dan proses penyembuhan• melibatkan keluarga untuk memberikan support system S: klien menerima dan mengerti akan penyakitnyaO: klien dan keluarga tampak tenangA: masalah teratasiP: intervensi tidak dilanjutkanJum’at, 15-11-2009 (1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan DS: klien mengatakan nyeri supra pubik masih terasa dan panas/sakit dibagian pinggangDO: klien terlihat meringis, klien terpasang kateter, sekala nyeri 3 • mengkaji tingkat nyeri• mengobservasi tanda-tanda vital• menjelaskan pada klien tentang penyebab nyeri• mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi• melakukan kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik S: klien mengatakan nyeri daerah supra pubik masih terasa

Page 16: ASKEP BPH

O: klien meringis apabila daerah nyeri ditekan, skala nyeri 2.A: masalah belum teratasiP: lanjutkan intervensi, • kaji tingkat nyeri• observasi tanda-tanda vital• ajarkan tehnik relaksasi/distraksi• kolaborasi tim medis dalam pemberian therapi analgetik(3) Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan:DS: klien mengatakan sudah bisa tidur walaupun masih belum nyenyakDO:, klien terlihat masih lemah • menciptakan lingkungan yang tenang menjelang dan selama tidur• melakukan kolaborasi untuk pemberian obat analgesik• mengatur posisi tidur senyaman mungkin S: klien mengatakan sudah bisa tidur nyenyakO: klien terlihat tenangA: masalah teratasi P: intervensi tidak dilanjutkan

BAB IIIKESIMPULAN

Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).Tanda dan Gejala1. Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)2. Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih.3. Rasa nyeri saat memulai miksi/4. Adanya urine yang bercampur darah (hematuri).Kala ditinjau dari kasus Tn. R dengan keluhan utama Klien mengeluh tidak bisa BAK 1 hari, badan lemas. Dari hasil pengkajian kasus didapat prioritas diagnosa perawatan antara lain:1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai dengan nyeri saat akan BAK dan panas/sakit dibagian pinggang2. Gangguan perubahan pola eliminasi BAK berhubungan dengan klien tidak dapat BAK secara normal ditandai dengan klien mengatakan BAK tidak lancar, klien terpasang kateter3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri dan panas dibagian pinggang ditandai dengan klien mengeluh sulit tidur4. Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan terpasang kateter untuk mengeluarkan urine 5. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga

Page 17: ASKEP BPH

tentang penyakitnya ditandai dengan klien dan keluarga bertanya tentang penyakitnya.Kalau dilihat dari catatan perkembangan pasien pada kasus Tn. R dengan diagnosa medis BPH, dalam dua hari masalah perawatan sebagian teratasi, klien mengatakan masih mengeluh nyeri di daerah vesika urinaria, nyeri sedikit berkurang, kebutuhan istirahat/tidur terpenuhi, tidak ada tanda-tanda infeksi, klien menerima dan mengerti tentang penyakitnya.

Daftar Pustaka

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lab / UPF Ilmu Bedah, 1994. Pedoman Diagnosis Dan Terapi. Surabaya, Fakultas Kedokteran Airlangga / RSUD. dr. Soetomo.

Hardjowidjoto S. (1999).Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press. Surabaya

Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI. Jakarta