askep asfiksia neonatorum

20
Http://Teguhsubianto.blogspot.com ASUHAN KEPERAWATAN ASFKSA NE!NAT!RU" A. PEN#ERTAN As$i%sia Neonatus a&alah suatua %ea&aan ba'i ba(u lahi( 'ang ti&a% sege(a be seca(a spontan &an te(atu( setelah &ilahi(%an. )"ochta(* +,-, As$i%sia neonatus a&alah %ea&aan ba'i 'ang ti&a% &apat be(na$as spo te(atu(* sehingga &apat meu(un%an ! &an ma%in mening%at%an 0! 'ang menimbul%an a%ibat bu(u% &alam %ehi&upan lebih lan1ut. )"anuaba* +,,- As$i%sia neonatus a&alah %ea&aan ba'i ba(u lahi( 'ang ti&a% &apat be(na$as s spontan &an te(atu( &alam satu menit setelah lahi( )"ans1oe(* 222 As$i%sia be(a(ti hipo%sia 'ang p(og(esi$* penimbunan 0! &an asi&osis* bila ini be(langsung te(lalu 1auh &apat menga%ibat%an %e(usa%an ota% atau %ematian. A 1uga &apat mempenga(uhi $ungsi o(gan 3ital lainn'a. )Sai$$u&in* 22+ As$i%sia lahi(&itan&ai &engan hipo%semia)penu(unanPa! * hipe(%a(bia )pening%atan Pa0! * &an asi&osis )penu(unan PH . 4. 5ENS ASFKSA A&a &ua macam 1enis as$i%sia* 'aitu : +. As$i%sia li3i&a )bi(u . As$i%sia palli&a )putih Pe(be&aan as$i%sia li3i&a &an palli&a &itun1u%%an &alam tabel be(i%ut ini Pe(be&aan As$i%sia Palli&a As$i%sia 6i3i&a Wa(na %ulit Tonus otot Rea%si (angsangan 4un'i 1antung P(ognosis Pucat Su&ah be(%u(ang Negati$ Ti&a% te(atu( 5ele% Kebi(u7bi(uan "asih bai% Positi$ "asih te(atu( 6ebih bai% 0. K6SFKAS ASFKSA A#AR S0!RE

Upload: stefani-priscilla

Post on 02-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keperawatan

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

Http://Teguhsubianto.blogspot.com

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUMA. PENGERTIAN

Asfiksia Neonatus adalah suatua keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

B. JENIS ASFIKSIA

Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :

1. Asfiksia livida (biru)

2. Asfiksia pallida (putih)

Perbedaan asfiksia livida dan pallida ditunjukkan dalam tabel berikut ini

PerbedaanAsfiksia PallidaAsfiksia Livida

Warna kulit

Tonus otot

Reaksi rangsangan

Bunyi jantung

PrognosisPucat

Sudah berkurang

Negatif

Tidak teratur

JelekKebiru-biruan

Masih baik

Positif

Masih teratur

Lebih baik

C. KLSIFIKASI ASFIKSIA

AGAR SCORE

Score012

A : Appearance

(warna kulit)

P : Pulse

(denyut nadi)

G : Grimace

(refleks)

1. Respon terhadap kateter dalam lubang hidung (dicoba setelah orofaring dibersihkan).

2. Tangensial foot siap

A : Activity

(tonus otot)

R : Respiration

(usaha bernafas)Biru, pucat

Tidak ada

Tidak ada respon

Tidak ada respon

Pincang

Tidak adaBadan merah muda

Ekstremitas biru

Lambat (dibawah 100 x/mnt)

Menyeringai

Menyeringai

Beberapa ekstremitas pincang

Tangisan lemah

HipoventilasiSeluruhnya merah muda

Diatas 100 x/mnt

Batuk atau bersin

Menangis dan menarik kaki.

Fleksi dengan baik

Tangisan kuat

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

D. ETIOLOGI

Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :

1. Asfiksia dalam kehamilan

a. Penyakit infeksi akut

b. Penyakit infeksi kronik

c. Keracunan oleh obat-obat bius

d. Uraemia dan toksemia gravidarum

e. Anemia berat

f. Cacat bawaan

g. Trauma

2. Asfiksia dalam persalinan

a. Kekurangan O2.

Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)

Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.

Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.

Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.

Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

b. Paralisis pusat pernafasan

Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps

Trauma dari dalam : akibat obet bius.

Penyebab asfiksia Stright (2004)

1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.

2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.

3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi plasenta.

4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.

5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital, kesulitan kelahiran.

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

F. PATOFISIOLOGI

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

G. PATHWAY ASFIKSIA NEONATORUM Http:// teguhsubianto.blogspot.com

H. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL

Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

1. Edema otak & Perdarahan otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.

2. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.

3. Kejang

Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.

4. Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

I. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan asfiksia :

1. Pengaturan suhu

Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan telanjang di bawah alat/ lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh Ibunya, bayi dan Ibu hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan yang berlebihan pada tubuh bayi.

2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas, Breathing/ mengusahakan timbulnya pernafasan/ ventilasi, Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/ memberikan obat)

A. Memastikan saluran nafas terbuka

Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal.

Menghisap mulut, hidung dan trakhea.

Bila perlu, masukkan pipa ET untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.

B. Memulai pernafasan

Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.

Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)

C. Mempertahankan sirkulasi darah

Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :

Kompresi dada

Pengobatan

D. Pemberian obat-obatan

Epineprin

Indikasi : diberikan apabila frekuensi jantung tetap di bawah 80 x/mnt walaupun telah diberikan paling sedikit 30 detik VTP adekuat dengan oksigen 100 % dan kompresi dada atau frekuensi jantung. Dosis 0,1 0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000. Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melalui pipa endotrakheal.

Efek : Untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan konstraksi jantung

Volume ekspander (darah/ whole blood, cairan albumin-salin 5%, Nacl, RL).

Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemi. Dosis 10 ml/ kg. Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama waktu 5-10 menit.

Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis metabolik.

Natrium Bikarbonat

Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama yang tidak memberikan respon terhadap terapi lain. Diberikan apabila VTP sudah dilakukan.

Efek : memperbaiki asidosis metabolik dengan meningkatkan ph darah apabila ventilasi adekuat, menimbulkan penambahan volume disebabkan oleh cairan garam hipertonik.

Nalakson hidroklorid/ narcan

Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat pemberian narkotik pada Ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.

Efek : antagonis narkotik.

ASUHAN KEPERWATAN

PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

A. PENGKAJIAN

1. Sirkulasi

Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

2. Eliminasi

Dapat berkemih saat lahir.

3. Makanan/ cairan

Berat badan : 2500-4000 gram

Panjang badan : 44-45 cm

Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

4. Neurosensori

Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).

Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)

5. Pernafasan

Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.

Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

6. Keamanan

Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).

Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.

Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.

C. PRIORITAS KEPERAWATAN

Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.

Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.

Mencegah cidera atau komplikasi.

Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

E. INTERVENSI

DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.

NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan demam.

2. Tidak menunjukkan cemas.

3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.

4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.

5. Tidak ada suara nafas tambahan.

NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas

Kriteria Hasil :

1. Mudah dalam bernafas.

2. Tidak menunjukkan kegelisahan.

3. Tidak adanya sianosis.

4. PaCO2 dalam batas normal.

5. PaO2 dalam batas normal.

6. Keseimbangan perfusi ventilasi

sKeterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Suction jalan nafas

Intevensi :

1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .

3. Beritahu keluarga tentang suction.

4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.

5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan sesudah suction.

NIC II : Resusitasi : Neonatus

1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.

2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan baik.

3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.

4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.

5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.

6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.

7. Monitor respirasi.

8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.

NOC : Status respirasi : Ventilasi

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.

2. Ekspansi dada simetris.

3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.

4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas

Intervensi :

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.

2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.

3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas

5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.

6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.

NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas

2. Fungsi paru dalam batas normal

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen asam basa

Intervensi :

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan risiko cidera dapat dicegah.

NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak

Kriteria hasil :

1. Bebas dari cidera/ komplikasi.

2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.

3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.

Keterangan Skala :

1 : Tidak sama sekali

2 : Sedikit

3 : Agak

4 : Kadang

5 : Selalu

NIC : Kontrol Infeksi

Intervensi :

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.

2. Pakai sarung tangan steril.

3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan adanya anomali.

4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.

5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh normal.

NOC I : Termoregulasi : Neonatus

Kriteria Hasil :

1. Temperatur badan dalam batas normal.

2. Tidak terjadi distress pernafasan.

3. Tidak gelisah.

4. Perubahan warna kulit.

5. Bilirubin dalam batas normal.

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Perawatan Hipotermi

Intervensi :

1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.

2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan warna kulit dll.

3. Monitor temperatur dan warna kulit.

4. Monitor TTV.

5. Monitor adanya bradikardi.

6. Monitor status pernafasan.

NIC II : Temperatur Regulasi

Intervensi :

1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.

2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan koping keluarga adekuat.

NOC I : Koping keluarga

Kriteria Hasil :

1. Percaya dapat mengatasi masalah.

2. Kestabilan prioritas.

3. Mempunyai rencana darurat.

4. Mengatur ulang cara perawatan.

Keterangan skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NOC II : Status Kesehatan Keluarga

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga.

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.

3. Akses perawatan kesehatan.

4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

Keterangan Skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Pemeliharaan proses keluarga

Intervensi :

1. Tentukan tipe proses keluarga.

2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.

3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada.

4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.

NIC II : Dukungan Keluarga

Intervensi :

1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik.

2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.

3. Beri harapan realistik.

4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.

E. EVALUASI

DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)

2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)

3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3)

4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3)

5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)

2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)

3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)

4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)

5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3)

2. Ekspansi dada simetris.(skala 3)

3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3)

4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas.(skala 3)

2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3)

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)

2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4)

3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3)

2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3)

3. Tidak gelisah. (skala 3)

4. Perubahan warna kulit. (skala 3)

5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)

3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)

4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3)

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)

2. Kestabilan prioritas. (skala 3)

3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)

4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)

3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)

4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

terdapat pada http: www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm (1 Juni 2008)

2.1.6Prognosis

1.Asfiksia ringan / normal : baik

2.Asfiksia sedang tergantung kecepatan penatalaksanaan bila cepat,prognosa baik

3.Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau kelainan saraf permanent. Asfiksia dengan Ph 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma, dan kelainan neurologist yang permanent misalnya cerebal palsy, mental retar dation

(Lab/ Upf Ilmu kesehatan anak, 1994).Dr. Soetomo. RSU.1994.PedomanDiagnosadanTerapi Lab/UPF IlmuKesehatananak. Surabaya: FK UNAIR

Hassan, Rusepno, dkk. 2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Infomedika

JNPK-KR. 2008.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta

Manuaba, Ida Bagus, 1998.IlmuKebidananPenyakitKandungan Dan KeluargaBerencanaUntukPendidikanBidan, Jakarta :Arcan.

Mochtar,Rustam. 1998.Synopsis ObstetriJilid 2. Jakarta : EGC

Vivian, Nani L.D. 2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

BABIV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Asfiksia neonatorum merupakan kasus yang banyak dijumpai dilapangan yang disebabkan karena keadaan ibu, keadaan tali pusat, serta keadaaan bayipada pertolongan persalinan. Sebagai perawat tentunya harus memiliki kemampuan atau berkompeten untuk melakukan resusitasi pada bayi baru lahir saat terjadi kasus asfiksia. Karena tindakan yang cepat dan tepat dalam penanganan kasus asfiksia sangat berpengaruh terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Selain itu konseling dan pemberian inform consent sangat penting dilakukan dalam penanganan kasus asfiksia ini.

4.2Saran

Hendaknya dalam asuhan kebidanan dikumpulkan data yang lengkap danvalid, agar kita sebagai tenaga kesehatan memberikan asuhan yang optimal baik pada intervensi maupun implementasi terlebih dalam menentukan atau mengidentifkasi atau diagnosa dan masalah sehingga kita dapat memahami dan melakukan kebutuhan segera melakukan penanganan yang sesuai atau kompeten.