asuhan keperawatan asfiksia neonatorum pada bayi bblr

31
ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BBLR OLEH KELOMPOK X NAMA : OCTANOVIA MALAFU ( 2009610069) NAMA : PATRISIANA KLARITAS T KOTEN (2011610115) NAMA : RESTIARA WIYANI (2009610072) NAMA : RENDI ARDUWINO (2008610097) FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

Upload: claritas-amakoten-patrisia

Post on 20-Dec-2015

203 views

Category:

Documents


51 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BBLR

OLEH KELOMPOK X

NAMA : OCTANOVIA MALAFU ( 2009610069)

NAMA : PATRISIANA KLARITAS T KOTEN (2011610115)

NAMA : RESTIARA WIYANI (2009610072)

NAMA : RENDI ARDUWINO (2008610097)

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI

MALANG

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah berkenan

memberi petunjuk dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul “Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir” Dalam menyelesaikan makalah ini kami

banyak sekali mendapat bantuan, dukungan moril maupun materi dari berbagai pihak .

Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat

membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan

dengan sebaik-baiknya.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................

1.1 Latarbelakang...............................................................................................1.2 Tujuan...........................................................................................................1.3 Manfaat penulisan........................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................

2.1 Konsep dasar penyakit.................................................................................

1.Pengertian....................................................................................................

2.Etiologi........................................................................................................

3.Manifestasi klinis........................................................................................

4.Patofisiologi................................................................................................

5.Penatalaksanaan.........................................................................................

6.Pemeriksaan penunjang.............................................................................

7.Komplikasi.................................................................................................

8.Prognosis....................................................................................................

2.2. Konsep dasar askep...................................................................................

1. Pengkajian................................................................................................

2.Diagnosa keperawatan..............................................................................

3. Intervensi keperwatan..............................................................................

4.Implementasi keperawatan.......................................................................

5.Evaluasi.....................................................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................

1.Kesimpulan................................................................................................

2.Saran..........................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan

hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan

atau segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997). Asfiksia neonatorum adalah keadaan

bayi baru lahir yang tidak bisa bernafas secara spontan dan adekuat (Wroatmodjo,1994).

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan

keadaan dimana hipoksia dan hiperkapnea serta sering berakhir dengan asidosis (Santoso

NI, 1992).

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur  pada saat

lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah

rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan

dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia

Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran

gas dan transport O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (A.H Markum, 2002).

Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka kematian

neonatal sebesar 20 per 100 kelahiran hidup. Dalam satu tahun sekitar 89.000 bayi

berumur dibawah 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 bayi meninggal.

Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal (27%) setelah BBLR

(29%).

Secara umum penyebab asfiksia dibagi dalam 3 faktor: faktor ibu, faktor tali pusat dan

faktor bayi itu sendiri seperti: bayi prematur(<37 minggu), persalinan dengan tindakan

(rangsang, bayi kembar, distonsia bahu, ekstrasi vakum, forcep), kelahiran bawaan dan air

ketuban bercampur mekonium.

Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan telah mencapai 73,14% (profil kesehatan

Indonesia, 2003) dan sebagian besar persalinan tersebut dilakukan oleh Bidan. Bidan

sebagai penolong persalinan, sering kali dihadapkan dengan keadaan bayi lahir

mengalami asfiksia. Dimana asfiksia dapat menyebabkan cacat mental, pneumonia, dan

kematian. Dalam keadaan demikian Bidan harus melakukan tindakan tertentu agar BBL

dapat bernafas spontan segera mungkin. Untuk dapat melakukan tindakan tersebut , Bidan

harus trampil dan kompentensi dalam manajen asfiksia BBL dan juga diperlukan

perawatan yang intensif. Maka pada kesempatan ini penulis tertarik untuk memberikan

asuhan dengan asfiksia sedang

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia sedang secara

komprehensif

2. Tujuan Khusus

Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat :

1. Mengkaji data bayi dengan asfiksia sedang.

2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah bayi dengan asfiksia sedang.

3. Mengantisipasi diagnosa/maasalah potensial bayi dengan asfiksia sedang.

4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia sedang

5. Melaksanakan rencana asuhan pada bayi dengan asfiksia sedang.

6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan.

1.3 Manfaat penulisan

Diharapkan dengan penulisan makalah ini mahasiswa dapat mengidentifikasi tentang

Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir serta penanganannya.

BAB 11

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar penyakit

1. Penngertian

Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara

spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,

sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat

buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)

Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan

dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini

berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga

dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)

Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan

PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

JENIS ASFIKSIA

Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :

1. Asfiksia livida (biru)

2. Asfiksia pallida (putih)

KLSIFIKASI ASFIKSIA

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3

b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6

c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9

d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

2.Etiologi

Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan komplikasi, misalnya DM,PEB,

eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan.

Terjadi apabila saat lahir bayi mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2

sehingga kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2.

Faktor yang terdapat pada janin / bayi karena sperti adanya gangguan aliran tali pusat

yang menumbung, tali pusat melilit leher.

Terjadinya depresi pernapasan bayi karena obat / analgetik yang diberikan pada ibu.

Adanya gangguan tumbuh kembang intrauterin dan kelainan bawaan (aplasia paru,

atresia saluran napas).

3.Manifestasi klinis

1. Pada Kehamilan

Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100 x/mnt, halus dan

ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.

• Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia

• Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia

• Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

2. Pada bayi setelah lahir

a. Bayi pucat dan kebiru-biruan

b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada

c. Hipoksia

d. Asidosis metabolik atau respiratori

e. Perubahan fungsi jantung

f. Kegagalan sistem multiorgan

g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,

nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis

4. Patofisiologi

Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus

vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus

berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari

nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin

akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air

ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin

lahir, alveoli tidak berkembang.

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun

sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki

periode apneu primer.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus

menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).

Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama

apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus

menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan

upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan

buatan dan pemberian tidak dimulai segera.

5.Penatalaksanan

Resultasi dengan langkah mengikuti ABC yang meliputi:

A .Pertahankan jalan napas bebas, jika perlu dengan intubasi endotrakeal.

B : Bangkitkan napas spontan dengan stimulasi taksil dan tekanan positif menggunakan bag and

mask atau lewat pipa endotrakeal.

C : Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan kompresi dada dan obat-obatan

Berdasarkan skor apgar menit pertama, asfiksia pada neonatus dibagi menjadi :

a. Asfiksia ringan : Skor apgar 4 – 6

Pada asfiksia ringan, berikan bantuan napas dengan oksigen 100% melalui bag and mask

selama 15 – 30 detik.

b. Asfiksia berat : Skor apgar 1 – 3

Pada asfiksia berat dapat mencetuskan syok kardiogenik. Pada keadaan ini diberikan dopamin

per infus 5 – 20 mg/KgBB/mnt.

6.Komplikasi

Edema total, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis,

nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan

pneumotoraks.

7.Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Biasanya ditemukan menurunya kadar hematokrit dan peninggian trombosit akibat

hiperaktivitas sumsum tuklang.

Laboratorium

Untuk menunjukan adanyan cairan spinal yang bercampur darah atau xantokrom disertai

dengan peninggian jumlah sel darah merah dan protein, serta penurunan glukosa.

USG

Untuk memantau berbagai perubahan yang terjadi akibat perdarahan.

9. Manajemen Asfiksia Neonatorum

Manajemen Asfiksia pada BBL meliputi : Persiapan Resusitasi, Keputusan Perlunya

Resusitasi, Tindakan Resusitasi, Asuhan pasca Resusitasi, Asuhan tindak lanjut pasca

Resusitasi dan Pencegahan infeksi.

8.Prognosis

a. Asfiksia Ringan : Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.

b. Asfiki b. Asfiksiaberat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf.

Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan

neurologis permanen, misalnya retardasi mental.

Patofisiologi berhubungan dengan penyimpangan KDM

2.2 KONSEP DASAR ASKEP

1.Pengkajian

Berat badan kurang dari 2500 gr Identitas klien / bayi dan keluarga

Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu

Pengukuran hasil nilai apgar score

Klasifikasi klinik nilai APGAR :

1. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)

Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu

disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg

berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.

2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).

Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali.

3. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).

4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir,

pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat.

Pengkajian dasar data neotalus

1. Sirkulasi

Nadi apical mungkin cepat/tidak dan teratur/tidak.

Murmur jantung yang dapat didengar.

2. Neurosensori

Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit.

Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh, sutura mungkin mudah

digerakkan, fontanel mungkin besar.

Reflek tergantung pada usia gestasi.

3. Pernapasan

Nilai apgar mungkin rendah

Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur

Mengorok, pernapasan cuping hidung, retrakasi suprasternal

Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi

Warna kulit

4. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah

Menangis mungkin lemah

Menggunakan otot-otot bantu napas

5. Makanan / Cairan

2.2 . Diagnosa keperawatan

I.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi

III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada

agen-agen infeksius.

V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

2.3 Intervensi keperawatan

DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

jalan nafas lancar.

NOC I : Status Pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan demam.

2. Tidak menunjukkan cemas.

3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.

4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.

5. Tidak ada suara nafas tambahan.

NOC II : Status Pernafasan : Pertukaran Gas

Kriteria Hasil :

1. Mudah dalam bernafas.

2. Tidak menunjukkan kegelisahan.

3. Tidak adanya sianosis.

4. PaCO2 dalam batas normal.

5. PaO2 dalam batas normal.

6. Keseimbangan perfusi ventilasi

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Suction jalan nafas

Intevensi :

1. Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.

2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction .

3. Beritahu keluarga tentang suction.

4. Bersihkan daerah bagian tracheal setelah suction selesai dilakukan.

5. Monitor status oksigen pasien, status hemodinamik segera sebelum, selama dan

sesudah suction.

NIC II : Resusitasi : Neonatus

1. Siapkan perlengkapan resusitasi sebelum persalinan.

2. Tes resusitasi bagian suction dan aliran O2 untuk memastikan dapat berfungsi dengan

baik.

3. Tempatkan BBL di bawah lampu pemanas radiasi.

4. Masukkan laryngoskopy untuk memvisualisasi trachea untuk menghisap mekonium.

5. Intubasi dengan endotracheal untuk mengeluarkan mekonium dari jalan nafas bawah.

6. Berikan stimulasi taktil pada telapak kaki atau punggung bayi.

7. Monitor respirasi.

8. Lakukan auskultasi untuk memastikan vetilasi adekuat.

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

pola nafas menjadi efektif.

NOC : Status respirasi : Ventilasi

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.

2. Ekspansi dada simetris.

3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.

4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen jalan nafas

Intervensi :

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.

2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.

3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alan bantu nafas

5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.

6) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

pertukaran gas teratasi.

NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas

2. Fungsi paru dalam batas normal

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC : Manajemen asam basa

Intervensi :

1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.

2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri

3) Pantau hasil Analisa Gas Darah

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi

pemajanan pada agen-agen infeksius.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

risiko cidera dapat dicegah.

NOC : Pengetahuan : Keamanan Anak

Kriteria hasil :

1. Bebas dari cidera/ komplikasi.

2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.

3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.

Keterangan Skala :

1 : Tidak sama sekali

2 : Sedikit

3 : Agak

4 : Kadang

5 : Selalu

NIC : Kontrol Infeksi

Intervensi :

1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah merawat bayi.

2. Pakai sarung tangan steril.

3. Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi baru lahir, perhatikan pembuluh

darah tali pusat dan adanya anomali.

4. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan melaporkannya pada pemberi

pelayanan kesehatan.

5. Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin hepatitis B dari vaksin hepatitis

B bila serum ibu mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag), antigen inti

hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe Ag).

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

suhu tubuh normal.

NOC I : Termoregulasi : Neonatus

Kriteria Hasil :

1. Temperatur badan dalam batas normal.

2. Tidak terjadi distress pernafasan.

3. Tidak gelisah.

4. Perubahan warna kulit.

5. Bilirubin dalam batas normal.

Keterangan skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Perawatan Hipotermi

Intervensi :

1. Hindarkan pasien dari kedinginan dan tempatkan pada lingkungan yang hangat.

2. Monitor gejala yang berhubungan dengan hipotermi, misal fatigue, apatis, perubahan

warna kulit dll.

3. Monitor temperatur dan warna kulit.

4. Monitor TTV.

5. Monitor adanya bradikardi.

6. Monitor status pernafasan.

NIC II : Temperatur Regulasi

Intervensi :

1. Monitor temperatur BBL setiap 2 jam sampai suhu stabil.

2. Jaga temperatur suhu tubuh bayi agar tetap hangat.

3. Tempatkan BBL pada inkubator bila perlu.

DP VI. Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status kesehatan anggota keluarga.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan

koping keluarga adekuat.

NOC I : Koping keluarga

Kriteria Hasil :

1. Percaya dapat mengatasi masalah.

2. Kestabilan prioritas.

3. Mempunyai rencana darurat.

4. Mengatur ulang cara perawatan.

Keterangan skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NOC II : Status Kesehatan Keluarga

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga.

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan.

3. Akses perawatan kesehatan.

4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

Keterangan Skala :

1 : Selalu Menunjukkan

2 : Sering Menunjukkan

3 : Kadang Menunjukkan

4 : Jarang Menunjukkan

5 : Tidak Menunjukkan

NIC I : Pemeliharaan proses keluarga

Intervensi :

1. Tentukan tipe proses keluarga.

2. Identifikasi efek pertukaran peran dalam proses keluarga.

3. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme support yang ada.

4. Bantu anggota keluarga untuk merencanakan strategi normal dalam segala situasi.

NIC II : Dukungan Keluarga

Intervensi :

1. Pastikan anggota keluarga bahwa pasien memperoleh perawat yang terbaik.

2. Tentukan prognosis beban psikologi dari keluarga.

3. Beri harapan realistik.

4. Identifikasi alam spiritual yang diberikan keluarga.

2.4 Implementasi sesuai intervensi

2.5 Evalusi

DP I. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Tidak menunjukkan demam.(skala 3)

2. Tidak menunjukkan cemas.(skala 3)

3. Rata-rata repirasi dalam batas normal.(skala 3)

4. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.(skala 3)

5. Tidak ada suara nafas tambahan.(skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Mudah dalam bernafas.(skala 3)

2. Tidak menunjukkan kegelisahan.(skala 3)

3. Tidak adanya sianosis.(skala 3)

4. PaCO2 dalam batas normal.(skala 3)

5. PaO2 dalam batas normal.(skala 3)

DP II. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.

Kriteria hasil :

1. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.(skala 3)

2. Ekspansi dada simetris.(skala 3)

3. Tidak ada bunyi nafas tambahan.(skala 3)

4. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.(skala 3)

DP III. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.

Kriteria hasil :

1. Tidak sesak nafas.(skala 3)

2. Fungsi paru dalam batas normal.(skala 3)

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan

pada agen-agen infeksius.

1. Bebas dari cidera/ komplikasi.(skala 4)

2. Mendeskripsikan aktivitas yang tepat dari level perkembangan anak.(skala 4)

3. Mendeskripsikan teknik pertolongan pertama.(skala 4)

DP V. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya suplai O2 dalam darah.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Temperatur badan dalam batas normal.(skala 3)

2. Tidak terjadi distress pernafasan. (skala 3)

3. Tidak gelisah. (skala 3)

4. Perubahan warna kulit. (skala 3)

5. Bilirubin dalam batas normal. (skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)

3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)

4. Kesehatan fisik anggota keluarga. (skala 3)

DP IV. Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan

pada agen-agen infeksius.

NOC I

Kriteria Hasil :

1. Percaya dapat mengatasi masalah. (skala 3)

2. Kestabilan prioritas. (skala 3)

3. Mempunyai rencana darurat. (skala 3)

4. Mengatur ulang cara perawatan. (skala 3)

NOC II

Kriteria Hasil :

1. Status kekebalan anggota keluarga. (skala 3)

2. Anak mendapatkan perawatan tindakan pencegahan. (skala 3)

3. Akses perawatan kesehatan. (skala 3)

4. Kesehatan fisik anggota keluarga.

BAB III

PENUTUP

1.Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah

lahir, penyebab asfiksia diantaranya aliran oksigen ke janin berkuarang,akibatnya terjadi

gawat janin,kemudian terjadi lilitan pada tali pusat,tali pusat pendek, simpul tali

pusat,keadaan bayi prematur, persalinan sulit , kelainan kongenital , air ketuban bercampur

mekonium. Penatalaksanaannya yaitu melakukan resusitasi pada bayi baru lahi

2.Saran

Diharapkan sepanjang kehamilan ibu memeriksakan kehamilannya terutama apabila

ibu merasakan sesuatu yang tidak sewajarnya, dianjurkan juga untuk USG guna mengetahui

janin beserta letak tali pusatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media

Aesculapius.

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta :

Prima Medika.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria

Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

Jakarta : EGC

Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC

terdapat pada http://www.freewebs.com/asfiksia/polace