askep asfiksia edelweis ngudi waluyo

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA DEFINISI Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya ( denyut yang berhenti) merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis . Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat ( CNS ) yang menyebabkan gagalnya paru- paru untuk bernafas . Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Suatu kondisi akibat kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau gangguan pada berbagai organ yang cukup penting. Jika disertai dengan hipoventilasi dapat menyebabkan hiperkapnia. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor yang terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterus. (wikipedia) Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.(Mochtar.1989)

Upload: donis-de-babycarzy

Post on 17-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

neonatus

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASFIKSIA

DEFINISIPerinatalasfiksia (berasal dari bahasa Yunanisphyzeinyang artinya (denyut yang berhenti) merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernafasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkanhipoksemiadanhiperkapniayang disertai denganmetabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernafas. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Suatu kondisi akibat kekurangan oksigen (hipoksia) dan atau gangguan pada berbagai organ yang cukup penting. Jika disertai dengan hipoventilasi dapat menyebabkan hiperkapnia. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan factor yang terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterus. (wikipedia)Asfiksia neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.(Mochtar.1989)Astiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan semakin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Mansjoer, 2000)Asfiksia berartu hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosi, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakn otak dan kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaCO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2) dan asidosis (penurunan pH). (Saiffudin,2001)Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan komplikasi, misalnya diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklamsia, kelahiran kurang bulan ( 35 tahun -Kehamilan lebih bulanIbu DM -Kehamilan ganda Hipertensi pada kehamilanDismaturitasHipertensi kronik -Kecanduan obat pada ibuAnemia -Ketuban pecah diniInfeksi pada ibu IntrapartumSungsang atau kelainan letak -Prolaps tali pusatPrematur -Plasenta previaKetuban pecah dini >24 jamPersalinan lamaPemakaian anestesia umum

ManifestasiMayoritas bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, tidak menunjukakn kelainan neurologis pada tahap akut. Efek yang ditimbulkan bila bayi asfiksia tidak diterapi dengan segera, akan menyebabkan kerusakan dari banyak organ : bila apgar score < 5 menit, bayi bias mengalami gangguan yang parah minimal pada 1 organ, dimana 90% bayi dengan apgar score > 5 dalam waktu 5 menit, kecil kemungkinan unutk mengalami kelainan organ yang parah. Organ-organ tersebut diantaranya :Gangguan saraf : kelainan yang timbul dapat berupa retardasi mental, penurunan IQ, kejang, kerusakan spinal cord, dan depresi pernafasanSystem kardiovasculer : keadaan yang timbul bias berupa shock, hipotensi insufisiensi tricuspid, nekrosis miokardium dan gagal jantungFungsi ginjal : keadaan yang timbul dapat berupa hematuria, proteinuria, atau gagal ginjalFungsi hepar : keadaan yang timbul dapat berupa peningkatan serum ALT, ammonia, dan bilirubin indirekTraktus gastrointestinalGangguan fungsi pernafasan

Klasifikasi Asfiksia neonatorum sbb:Asphyksia Ringan ( vigorus baby)Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.Asphyksia sedang ( mild moderate asphyksia)Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.Asphyksia BeratScore APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

PATOFISIOLOGIS Perubahan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemeroseptor. Pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan/persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobic yang berupa glikolisis, glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organic yang terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :(hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung,(b) terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung, (c) pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula ke system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Maclaurin (1970) menggambarkan secara skematus perubahan yang penting dalam tubuh selama proses asfiksia disertai hubungannya dengan gambaran klinis.Pada skema tersebut secara sederhana disimpulkan keadaan-keadaan pada asfiksia yang perlu mendapat perhatian sebaiknya yaitu : (1) menurunnya tekanan O2 darah (PaO2), (2) meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2), (3) menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik dan metabolic), (4) dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobic, (5) terjadinya perubahan system kardiovaskular. Mengenal dengan tepat perubahan tersebut di atas sangat penting, karena hal itu merupakan manifestasi daripada tiingkat asfiksia yang terjadi. Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia hanya akan berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dapat dikoreksi secara adekuat. MANIFESTASI KLINISPatokan yang dinilai adalah : (1) menghitung frekuensi jantung, (2) melihat usaha bernafas, (3) menilai tonus otot; (4) menilai refleks rangsangan, (5) memperhatikan warna kulit. Setiap criteria diberi angka tertentu dan penilaian itu sekarang lazim disebut skor Apgar (lihat tabel. Skor Apgar ini biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan pnegisapan lender dengan sempurna. Skor Apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi baru lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas normal. A. SKOR APGAR Tanda 012Jumlah Nilai

Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari 100/menitLebih dari 100/menit

Pernafasan Tidak ada Tidak teratur Baik

Tonus otot LemahSedang Baik

Peka rangsangTidak ada Meringis Menangis

Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, ekstremias biru Tubuh dan ekstremitas merah jambu

Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam : 1. Vigorous baby, skor apgar 7-10. dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa 2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. pada pemeriksaan fisis akan terlhat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurag baik atau baik, sianosis, refleks iritabiitas tidak ada 3. (a) Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tons otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. (b) asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung ialah keadaan (1) bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, (2) bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat. H. KOMPLIKASI ASFIKSIA NEONATORUMKomplikasi ini meliputi beberapa organ:1.9.1 Otak: hipokstik iskemik ensefalopati, edeme serebri, palsi selebralis1.9.2 Jantung dan paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, pendarahan paru, edema paru.1.9.3 Gastrointestinal: enterokolitis nekotrikans1.9.4 Ginjal : tubular nekrosis akut1.9.5 Hematologi

BAB IIIPEMBAHASANASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYIDENGAN ASFIKSIA NEONATORUM1.10 Pengkajian1) Pengkajian Umum :a. Identitas klien / bayi dan keluargab. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibuc. Pengukuran hasil nilai apgar scoreKlasifikasi klinik nilai APGAR : Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas kembali. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9). Bayi normal dengan nilai APGAR 10Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan asfiksia berat.2) Pengkajian dasar data neotalusa. Sirkulasi- Nadi apical mungkin cepat/tidak dan teratur/tidak.- Murmur jantung yang dapat didengar.b. Neurosensori- Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak buncit.- Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakkan, fontanel mungkin besar.- Reflek tergantung pada usia gestasi.c. Pernapasan- Nilai apgar mungkin rendah - Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur- Mengorok, pernapasan cuping hidung, retrakasi suprasternal- Adanya bunyi mengi selama fase inspirasi dan ekspirasi- Warna kulitd. Keamanan- Suhu berfluktuasi dengan mudah- Menangis mungkin lemah- Menggunakan otot-otot bantu napase. Makanan / Cairan- Berat badan kurang dari 2500 gr1.11 Diagnosa Keperawatana) Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasib) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.c) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia1.12 Intervensi Keperawatana) Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif. NOC : Status respirasi : Ventilasi Kriteria hasil :- Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif.- Ekspansi dada simetris.- Tidak ada bunyi nafas tambahan.- Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal. Intervensi :- Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan lender.- Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.- Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.- Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian alat bantu nafas- Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu.- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.

b) Diagnosa : Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi. NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas Kriteria hasil :- Tidak sesak nafas- Fungsi paru dalam batas normal Intervensi: :- Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi sputum.- Pantau saturasi O2 dengan oksimetri- Pantau hasil Analisa Gas Darah

c) Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya hipovolemia Tujuan : Menunjukan peningkatan perfusi sesuai secara individual Kriteria hasil:- Status mental dalam keadaan normal- Irama jantung dan nadi perifer dalam batas normal- Tidak ada sianosis sentral atau perifer- Kulit hangat - Keluaran urine dan berat jenis dalam batas normal Intervensi:- Mempertahankan output yang normal dengan cara mempertahankan intake dan output- Kolaborasi dalam pemberian diuretik sesuai indikasi- Memonitor laboratorium urine lengkap- Memonitor pemeriksaan darah

1.14Pemeriksaan Diagnostika) Analisa gas darah ( PH kurang dari 7,20 )b) Penilaian APGAR Score meliputi (Warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan reflek)c) Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasid) Pengkajian spesifik

PenatalaksanaanTujuan utama mengatasi asfiksia adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa :a) Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, pertumbuhan homeostasis yang timbul makin berat. Resusitasi akan semakin sulit dan kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkatb) Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia/ hipoksia antenatal tidak dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia/hipoksia paska natal harus dicegah dan diatasi.c) Riwayat kehamilan dan persalinan akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahird) Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat dipilih dan ditentukan secara cepat dan tepat.

Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat adalah:a) Membersihkan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.b) Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha pernafasan lemah.c) Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadid) Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Tindakan Umum :a) Pengawasan suhu tubuhPertahankan suhu tubuh agar bayi tidak kedinginan, karena hal ini akan memperburuk keadaan asfiksia.Bayi baru lahir secara relative banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh akan mempertinggi metabolisme sel sehingga kebutuhabn oksigen meningkat. Perlu diperhatikan agar bayi mendapat lingkungan yang hangat segera setelah lahir. Jangan biarkan bayi kedinginan (membungkus bayi dengan kain kering dan hangat), Badan bayi harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin, gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi. Kepala ditutup dengan kain atau topi kepala yang terbuat dari plasticb) Pembersihan jalan nafasSaluran nafas atas dibersihkan dari lendir dan cairan amnion dengan pengisap lendir, tindakan ini dilakukan dengan hati- hati tidak perlu tergesa- gesa atau kasar. Penghisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan timbul penyulit seperti: spasme laring, kolap paru, kerusakan sel mukosa jalan nafas. Pada asfiksia berat dilakukan resusitasi kardiopulmonal.c) Rangsangan untuk menimbulkan pernafasanBayi yang tidak memperlihatkan usaha bernafas selama 20 detik setelah lahir dianggap telah menderita depresi pernafasan. Dalam hal ini rangsangan terhadap bayi harus segera dilakukan. Pengaliran O2 yang cepat kedalam mukosa hidung dapat pula merangsang reflek pernafasan yang sensitive dalam mukosa hidung dan faring. Bila cara ini tidak berhasil dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan nyeri dengan memukul kedua telapak kaki bayi.

Therapi cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksi1. Tujuan Pemberian Cairan untuk Bayi Baru Lahir dengan asfiksia :a) Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairanb) Memberikan obat- obatanc) Memberikan nutrisi parenterald) Keuntungan dan kerugian therapy Cairan2. Keuntungan :a) Efek therapy segera tercapai karena penghantaran obat ketempat target berlangsung cepatb) Absorbsi total, memungkinkan dosis obat lebih tepat dan therapy lebih dapat diandalkanc) Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek therapy dapat dipertahankan maupun dimodifikasi.d) Ras sakit dan iritasi obat- obat tertentu jika diberikan intramuscular dan subkutan dapat dihindari.e) Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorpsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinal.3. Kerugian :a) Resiko toksisitas/anapilaktik dan sensitivitas tinggib) Komplikasi tambahan dapat timbul : Kontaminasi mikroba melalui sirkulasi Iritasi vaskuler ( spt phlebitis ) Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Peran Perawat terhadap Therapi Cairan pada bayi baru lahir dengan asfiksiaa) Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infuse maupun kemasannya.b) Memastikan cairan infuse diberikan secara benar (pasien, jenis cairan, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)c) Memeriksa kepatenan tempat insersid) Monitor daerah insersi terhadap kelainane) Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan programf) Monitor kondisi dan reaksi pasien

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius.

Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

Manuaba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

Erwin Sarwono et al, Asfiksia Neonatorum, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994

Fatimah Indarso, Resusitasi Pada Kegawatan Nafas Bayi Baru Lahir, Kumpulan Makalah Pelatihan PPGD Bagi Dokter, JICA, RSUD Dr. Soetomo, Dinkesda Tk.I Jatim, 1999 0