askep anak

32
PERSPEKTIF NEONATUS Masa neonatus yaitu periode bayi yang baru lahir (neonate) hingga berusia 28 hari. Pada masa ini fungsi fisik neonatus masih berupa refleks. Stabilitas sistem organ utama merupakan fokus bagi tubuh neonatus. Tingkah laku sangat mempengaruhi interaksi antara neonatus, lingkungan dan pengasuh. Perubahan Fisik Neonatus normal memiliki: 1. Berat badan 2.500 – 4.000 gram 2. Panjang badan 48 – 52 cm 3. Lingkar dada 30 – 38 cm 4. Lingkar kepala 33 – 35 cm 5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit 6. Pernafasan ± 40-60 kali/menit 7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup 8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna 9. Kuku agak panjang dan lemas 10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada 11. Reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak dan reflek graps atau menggenggam

Upload: dendi-ardiantoro

Post on 16-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ini adalah hak

TRANSCRIPT

PERSPEKTIF NEONATUS Masa neonatus yaitu periode bayi yang baru lahir (neonate) hingga berusia 28 hari. Pada masa ini fungsi fisik neonatus masih berupa refleks. Stabilitas sistem organ utama merupakan fokus bagi tubuh neonatus. Tingkah laku sangat mempengaruhi interaksi antara neonatus, lingkungan dan pengasuh.

Perubahan FisikNeonatus normal memiliki:1. Berat badan 2.500 4.000 gram2. Panjang badan 48 52 cm3. Lingkar dada 30 38 cm4. Lingkar kepala 33 35 cm5. Frekuensi jantung 120 160 kali/menit6. Pernafasan 40-60 kali/menit7. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna9. Kuku agak panjang dan lemas10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora. Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada11. Reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak dan reflek graps atau menggenggam sudah baik12. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

Perubahan Kognitif Perubahan kognitif dimulai dengan tingkah laku primitif, refleks,dan fungsi sensorik. Neonatus memulai aktivitas refleks, mempelajari tingkah laku dan keinginannya. Sebagai contoh, neonatus beralih kepada puting dan mempelajari bahwa menangis akan membuat orangtua memberi makan, mengganti popok, dan memeluk. Saat lahir, bayi dapat berfokus pada benda yang berjarak 8-10 inci dari wajahnya dan melihat bentuk. Bayi lebih menyukai melihat wajah manusia.Perubahan Psikososial Pada bulan pertama kehidupan, orangtua dan bayi akan membangun ikatan kuat yang semakin dalam. Bayi yang terjaga akan menghabiskan waktu dengan kegiatan makan, higiene, dan menerima kasih sayang. Interaksi ini menjadi dasar terbentuknnya ikatan yang dalam. Saudara kandung juga harus diberikan kessempatan untuk terlibat dalam perawatan bayi. Keterlibatan keluarga akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi.Bayi dengan kelainan kongenital terlalu lemah untuk memberi respons terhadap orangtuanya dan membutuhkan perawatan khusus. Sebagai contoh, bayi dengan kelainan jantung akan sangat mudah lelah selama menyusu.

Risiko Kesehatan1. Hiperbilirubinemia adalah akumulasi bilirubin dalam darah yang menyebabkan kulit berwarna kuning, disebut juga jaundice. Hal ini terjadi jika tubuh bayi tidak dapat mempertahankan keseimbangan antara penghancuran sel darah merah dengan penggunaan atau pembuangan hasil sisanya.2. Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35 derajat celsius.3. Hypertermi adalah kenaikan suhu tubuh diatas 41 derajat celsius.4. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah.5. Sindroma gawat nafas neonatus adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi .6. Perdarahan intraventrikular (Intraventricular hemorrhage=IVH) adalah ditujukan pada perdarahan kedalam ventrikel otak., jenis dari perdarahan ini hanya mempengaruhi bayi premature, yang kurang dari 34 minggu kehamilan dimana memiliki risiko tinggi terjadinya IVH.7. Apnea of prematurity adalah mengacu pada berhenti bernapasnya selama paling lama 15 detik, hal ini biasa terjadi pada bayi di bulan-bulan pertamanya.

8. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.9. Penyakit Membran Hialin (PMH) adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru10. Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani (kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang sistem syaraf pusat).

Promosi Kesehatan1.Pencegahan infeksi Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Usahakan agar tali pusat tetap kering.

2.Menjaga suhu bayi agar tetap hangat Untuk menjaga suhu bayi tetap hangat melalui upaya berikut : a. Keringkan bayi dengan seksama b. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya. c. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat d. Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering). e. Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. f. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya3. Merawat tali pusat Pastikan tali pusat tetap kering. Bersihkan dan keringkan pangkal tali pusat termasuk daerah sekitarnya dan lipatan- lipatan pusar dengan perlahan.

4.Membersihkan kelamin bayi a. Membersihkan penis Usap daerah penis, sisi-sisinya, dan di bawah testikel dengan kapas basah. Lalu bersihkan daerah pangkal paha termasuk lipatannya.Bersihkan daerah anus dan perhatikan lipatan- lipatan di sekitarnya.Cara membersihkan dengan gerakan memutar ke arah bawah, menghadap jari kaki si kecil.

b. Membersihkan vagina Gunakan baby wipe atau kapas steril yang telah direndam dalam air hangat. Angkat kaki bayi dengan memegangi pergelangan kakinya.Usap daerah vagina dengan perlahan,tetapi cukup kuat, dari arah depan ke belakang.Ini untuk mengurangi risiko berpindahnya kuman-kuman ke vagina.Bersihkan bibir luar vagina, dan pastikan anda membersihkan daerah lipatan di daerah paha bagian atas. Jangan mencoba untuk membersihkan bagian dalam vagina. Membuka bibir vagina bisa menimbulkan infeksi. Keringkan dengan tisu yang lembut dan tidak mudah sobek atau kain berrsih. Ambil tisu lagi dan bersihkan pula daerah pantat dan panggul. Biarkan beberapa saat agar kering. Hindari pemakaian talk. Pakaian popok bersih sesudahnya.

5.Cara memandikan bayi Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Baringkan bayi diatas perlak. b. Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa menggunakan sabun. c. Tuangkan sabun pada waslap,bersihkan dari bagian yang paling bersih,lalu yang paling kotor. d. Bilas tubuh bayi,masukkan bayi ke dalam bak dengan cara sangga bagian pantat,bahu serta kepala dengan kedua tangan. Masukkan bayi ke dalam bak bagian pantat terlebih dahulu. e. Bersihkan dengan waslap yang bersih,lipatan-lipatan genggaman tangan dibuka. f. Angkat tubuh bayi dari bak dan letakkan diatas handuk. d. Tekan handuk dengan lembut untuk mengeringkan setiap bagian tubuh terutama di lipatan-lipatan kulit. e. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering. f. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar.Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik.

6. Mamberikan ASI pada bayi Manfaat pemberian ASI bagi bayi: a. ASI sebagai nutrisi terbaik. b. Meningkatkan daya tahan tubuh. c. Meningkatkan kecerdasan. d. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara anda dan buah hati tercinta

Manajemen bayi asfiksia A. DefinisiAsfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)B.Etiologi / Penyebab Asfiksia Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu Preeklampsia dan eklampsia Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) Partus lama atau partus macet Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat Lilitan tali pusat Tali pusat pendek Simpul tali pusat Prolapsus tali pusat3. Faktor Bayi Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep) Kelainan bawaan (kongenital) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)C.Perubahan Patofiologis dan Gambaran KlinisPernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung.3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam, 1998).Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia Tidak bernafas atau bernafas megap-megap Warna kulit kebiruan Kejang Penurunan kesadaranD.DiagnosisAsfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :1. Denyut jantung janinPeningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya2. Mekonium dalam air ketubanMekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.3. Pemeriksaan pH darah janinDengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.(Wiknjosastro, 1999)E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru LahirAspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu : Penafasan Denyut jantung Warna kulitNilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan positif (VTP).F. Persiapan Alat ResusitasiSebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :1. 2 helai kain / handuk.2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.5. Kotak alat resusitasi.6. Jam atau pencatat waktu.(Wiknjosastro, 2007).G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru LahirTindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :1. Memastikan saluran terbuka Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.2. Memulai pernafasan Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).3. Mempertahankan sirkulasi Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara Kompresi dada. Pengobatan

Persiapan resusitasiAgar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum.2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan minumum antara lain : Alat pemanas siap pakai Oksigen Alat pengisap Alat sungkup dan balon resusitasi Alat intubasi Obat-obatan

Manajemen BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) Pengertian Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010). Klasifikasi Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010) : a. Menurut harapan hidupnya 1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram. 2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1500 gram. 3) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram. b. Menurut masa gestasinya 1) Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK). 2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

Faktor Penyebab Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan Ismawati, 2010).a. Faktor ibu 1) Penyakit a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih. b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung. c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. 3) Keadaan sosial ekonomi a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang. b) Aktivitas fisik yang berlebihan c) Perkawinan yang tidak sah

b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini. d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun. 10

Permasalahan pada BBLR BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002). a. Ketidakstabilan suhu tubuh Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36C- 37C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Gangguan pernafasan Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi. c. Imaturitas imunologis Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). e. Imaturitas hati Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang. f. Hipoglikemi Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Penatalaksanaan BBLR Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) : a. Dukungan respirasi Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

b. Termoregulasi Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7C 37,3C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) : 1) Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya. 2) Pemancar pemanas 3) Ruangan yang hangat 4) Inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :

1) Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu. 2) Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratu Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya. 3) Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

d. Hidrasi Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm).

e. Nutrisi Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. B. Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother care Pengertian Perawatan metode kanguru merupakan suatu cara khusus dalam merawat bayi BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu yang berguna untuk membantu perkembangan kesehatan bayi melalui peningkatan kontrol suhu, menyusui, pencegahan infeksi, dan kontak ibu dengan bayi (KMC India Network, 2004). Depkes RI (2004) mendefinisikan perawatan metode kanguru sebagai suatu cara perawatan untuk bayi BBLR terutama dengan berat lahir < 2000 gram melalui kontak kulit dengan kulit antara ibu dengan bayinya dimulai di tempat perawatanditeruskan di rumah, dikombinasi dengan pemberian ASI yang bertujuan agar bayi tetap hangat.

Manfaat Perawatan Metode Kanguru

Perawatan metode kanguru memberikan manfaat tidak hanya untuk perkembangan kesehatan bayi tetapi juga bagi penyembuhan psikologis ibu sehubungan dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran keibuan. Adapun manfaat perawatan metode kanguru sebagai berikut (Depkes RI, 2008; WHO, 2003) :

a. Manfaat pada bayi 1) Mempertahankan suhu tubuh, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam batas normal. 2) Memperkuat sistem imun bayi sehingga menurunkan kejadian infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan bawah. 3) Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan stress pada bayi. 4) Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku 5) Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat dan memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur. 6) Meningkatkan ikatan ibu dan bayi. 7) Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif bayi. 8) Waktu tidur bayi menjadi lebih lama. 9) Memperpendek masa rawat. 10) Menurunkan resiko kematian dini pada bayi. 11) Mencegah kolik pada bayi. 12) Meningkatkan perkembangan motorik bayi. 13) Mempertahankan homeostasis.

b. Manfaat bagi ibu Berdasarkan beberapa penelitian, PMK memberikan manfaat pada ibu antara lain : 1) Mempermudah pemberian ASI 2) Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi. 3) Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik. 4) Ibu lebih sayang pada bayinya. 5) Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu. 6) Meningkatkan produksi ASI. 7) Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.

Manajemen bayi Hiperbilirubinemia/Ikterus

Icterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sclera, selaput lender, kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi. Icterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia ialah :a. Icterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiranb. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.c. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonates kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonates cukup bulan.d. Icterus yang disertai proses hemolysis ( inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis).e. Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestrasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.Metabolisme BilirubinMeningkatnya kadar bilirubin dapat disebabkan produksi yang berlebihan. Sebagian besar bilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang menua. Pada neonates 75% bilirubin berasal dari mekanisme ini. Satu gram hemoglobin dapat menghasilkan 35 mg bilirubin indirek dan bentuk inilah yang dapat masuk ke jaringan otak dan menyebabkan kernicterus. Sumber lain kemungkinan besar dari sumsum tulang dan hepar, yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen non-eritrosit dan komponen eritrosit yang tebentuk dari eritropoiesis yang tidak sempurna.Penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia/icterusTindakan umuma. Memeriksa golongan darah ibu pada waktu hamilb. Mencegah trauma lahirc. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.d. Iluminasi yang cukup baik ditempat bayi dirawate. Pengobatan terhadap factor penyebab bila diketahuiTindakan khususa. Pemberian fenobarbital, agar proses konjugasi dapat dipercepat, serta mempermudah ekskresi.b. Pemberian substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi, misalnya pemberian albumin untuk mengikat bilirubin bebas.c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapid. Mengeluarkan bilirubin secara mekanik, yaitu dengan transfuse tukar.FOTOTERAPIFototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonates dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat. Fototerapi dapat menyebabkan terjadinya isomiresasi bilirubin indirek yang mudah larut didalam plasma dan lebih mudah diekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu. Meningkatnya foto bilirubin di dalam empedu meyebabkan bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltic usu meningkat dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus. Energy dari sinar fototerapi akan mengubah senyawa bilirubin yang terbentuk 4Z-15Z menjadi senyawa bilirubin 4Z-15E bilirubin yang merupakan bentuk isomernya yang mudah larut dalam air.Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :1. Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam2. Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar3. Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya4. Daerah kemaluan ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya5. Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm diatas tubuh bayi6. Posisi bayi diubah tiap 8 jam7. Suhu tubuh diukur setiap 4-6 jam sekali8. Hidrasi bayi diperhatikan9. Lamanya terapi sinar dicatatKelainan yang mungkin timbul pada neonates yang mendapat terapi sinar adalah :1. Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur2. Frekuensi defekasi meningkat3. Timbul kelainan kulit didaerah muka, badan, dan ekstremitas.4. Peningkatan suhu5. Adanya gangguan minum, letargi dan iritabilitas6. Gangguan pada mata dan pertumbuhan.

TRANSFUSI TUKARPenggantian darah sirkulasi neonates dengan darah dari donor dengan cara mengeluarkan darah neonates dan memasukkan darah donor secara berulang dan bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang dikeluarkan. Pergantian darah bias mencapai 75-85% dari jumlah darah neonates.Tujuan transfuse tukar :1. Menurunkan kadar bilirubin indirek2. Mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis3. Membuat antibody yang menyebabkan hemolisi4. Mengoreksi anemiaProsedur transfuse tukar1. Bayi ditidurkan rata datas meja dengan fiksasi longgar2. Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur diluar batas 100-180 kali/menit3. Masukan kateter ke dalam vena umbilikalis4. Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan ke dalam tubuh bayi.5. Kecepatan mengisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi diperkirakan 1,8 kg/cc BB/menit.Hal yang harus diperhatikan selama transfuse tukar1. Neonates harus dipasangi alat monitor kardio-repirasi2. Tekanan darah neonates harus terus dipantau3. Neonates dipuasakan bila perlu dipasang selang nasogastric4. Neonates dipasang infus5. Suhu tubuh dipantau dan dijaga dalam batas normal6. Disediakan paralatan resusitasi

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI IKTERUSPengkajianRiwayat penyakit; terdapat riwayat gangguan hemolysis darah, polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolism hepar, obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.Temuan fisik; icterus terlihat pada sclera, selaput lender, kulit berwarna merah tua, urine pekat warna seperti the, letargi, hipotonus, reflex mengisap kurang, peka rangsang, tremor, kejang, tangisan melengking.Laboratorium; Rh darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih dari 12,5 mg/dl, premature lebih 15 mg/dl. Dilakukan tes Comb.

Diagnosa keperawatan1. Potensial cedera kernicterus yang berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin.2. Potensial kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan terapi sinar3. Diare yang berhubungan dengan terapi sinar.4. Potensial ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan transfuse tukar5. Kerusakan intgritas kulit yang berhubungan dengan icterus dan diare.

Intervensi1. Observasi icterus2. Lakukan pemeriksaan dengan bilirubin meter transkutan3. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium4. Berikan minum5. Laksanakan fototerapi sesuai anjuran6. Tidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm dibawah lampu7. Pasang penutup mata dan petup genetalia8. Pantau suhu9. Pantau adanya feses10. Upayakan kulit selalu bersih dan kering11. Ubah posisi tiap 2 jam12. Berikan kesempatan orang tua untuk berinteraksi13. Sipakan bayi untuk transfuse tukar14. Bantu pemasukan kateter15. Bantu pengumpulan contoh darah16. Periksa kembali hasil pemeriksaan tipe darah17. Hangatkan darah sesuai prosedurEvaluasi1. Tidak terjadi kernicterus pada nenonatus2. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal3. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara4. Integritas kulit baik/utuh5. Bayi menunjukkan partisipasi terhadap rangsangan visual6. Terjalin interaksi bayi dan orang tua.

RESUME( Ditujukan untuk mata kuliah Keperawatan Anak 1 )

Dendi Ardiantoro W P17320113030 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANBANDUNG2015