asfiksia neonatorum
DESCRIPTION
asfiksiaTRANSCRIPT
ASFIKSIA NEONATORUM
A. PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam
kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998). Asfiksia berarti hipoksia
yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital
lainnya. (Saiffudin, 2001). Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis
(penurunan PH).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
C. ETIOLOGI
Penyebab asfiksia Stright (2004)
1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag
diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.
2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin
abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta,
insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan
kongenital, kesulitan kelahiran.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Bayi pucat dan kebiru – biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan multi organ
7. Kalau sudah mengalami perdarahan otak maka ada gejala
neurogenik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak
menangis.
E. PATOFISIOLOGI
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan
dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban
dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut,
gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur- angsur
dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai
bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder,
denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan
dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan
pemberian tidak dimulai segera.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Adanya pernapasan yang cepat
b. Pernapasan cuping hidung
c. Sianosis
d. Nadi cepat
e. Refleks lemah
f. Warna kulit biru atau pucat
g. Penilaian apgar skor menunjukkan adanya asfiksia ringan (7 – 10), sedang (4 – 6 ),
dan berat (0 – 3)
H. PENILAIAN APGAR SKOR
TANDA SKOR
0 1 2
Frekuensi Jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak
fleksi
Gerakan aktif
Reflex Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan,
ekstremitas biru
Seluruh tubuh
kemerahan
Nilai normal = 10
Dinilai segera setelah lahir dan 5 menit kemudian
I. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Pola nafas tidak
efektif b.d
hipoventilasi/
h
iperventilasi.
Data penunjang
- Adanya
mucus
- Apnea
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama proses
keperawatan
diharapkan pola
nafas menjadi
efektif. Dengan
kriteria hasil :
1.Pasien
menunjukkan pola
nafas yang efektif.
2. Ekspansi dada
simetris.
3. Tidak ada
bunyi nafas
tambahan.
4. Kecepatan dan
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan
melakukan pengisapan lendir.
2) Pantau status pernafasan dan
oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan.
3) Auskultasi jalan nafas untuk
mengetahui adanya penurunan
ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk
pemeriksaan
AGD dan pemakaian alan bantu nafas
5) Siapkan pasien untuk ventilasi
mekanik bila perlu.
6) Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan.
2. Kerusakan
pertukaran gas
b/d
k
etidakseimbang
an
perfusis ventilasi
- Nilai AGD
tidak
normal
- Sianosis
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
proses keperawatan
diharapkan
pertukaran gas
teratasi. Dengan
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak nafas
2. Fungsi paru
dalam batas
normal
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,
kedalaman nafas dan produksi sputum.
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah
3. Resiko
hipotermi
b/d
immaturitas
Data
penunjang
- Prematur
- BBLR
-Jaringan
lemak
subkutan tipis
Tidak terjadi
hipotermi dengan
kriteria hasil
- Suhu tubuh dalam
batas normal
- Bayi tidak kedinginan
1) Mempertahankan temperature pada
aksila ( 36,5-37,2 derajat celcius )
dengan mengkaji temperature pada
aksila tiap 1- 4 jam
2) Mempertahankan suhu lingkungan
netral
3) Mempertahankan suhu bayi pada
incubator
4) Mempertahankan kestabilan
kebutuhan oksigen dengan mengkaji
status respiratori
4. Resiko infeksi
b/d
system
imunitas yang
immature atau
prosedur
invasive
Data
penunjang :
- Premature
- BBLR
- Prosedur
invasi
Tidak terdapat infeksi
Dengan kriteria:
- Tidak terdapat
tanda- tanda
infeksi
- CRP normal
- Kultur bakteri
steril
1) Mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam ,
mempertahankan lingkungan
dalam suhu yang normal
2) Mempertahankan prinsip aseptic
dan antiseptic sebelum kontak
dengan pasien