asfiksia neonatorum
DESCRIPTION
ASFIKSIATRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini merupakan salah satu masalah yang terjadi
akibat kegagalan seorang bayi untuk beradaptasi. Menurut NCHS pada tahun 2002, asfiksia
neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup di Amerika Serikat. Di
dunia lebih dari 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum. Sedangkan menurut
WHO menyatakan bahwa asfiksia neonatorum merupakan salah satu penyebab utama
kematian bayi di negara-negara berkembang, dimana 4-9 juta kasus asfiksia neonatorum
terjadi tiap tahun1. Menurut SUSENAS (survei sosial ekonomi nasional), salah satu penyebab
kematian utama pada periode neonatal(usia bayi< 28 hari) adalah asfiksia lahir, yaitu 27
persen2. Berat ringannya asfiksia ditentukan dengan mengukur nilai apgar score. Semakin
berat derajat asfiksia neonatorum semakin buruk kondisi bayi.
Asfiksia neonatorum memerlukan tindakan penyelamatan sesegera mungkin.
Tujuannya untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang
mungkin timbul, akibat jangka panjang dari asfiksia ini dapat diperbaiki secara bermakna
apabila hal ini diketahui sebelum lahir, sehingga dapat diupayakan untuk mempersingkat
masa hipoksia yang terjadi. Resusitasi yang efektif dan cepat pada saat kelahiran sangat
membantu dalam memperbaiki akibat jangka panjang tersebut.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang bayi laki-laki lahir, secara operasi caesar atas indikasi gawat janin dengan
nilai Apgar 4/7. Riwayat ketuban pecah 30 jam. Pemeriksaan fisik tampak, kesulitan
bernapas, sianosis, retraksi sela iga dan frekuensi jantung 100x/menit dan berat lahir 2300 gr.
2
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
MASALAH
Masalah Interpretasi Apgar score 4/7 kesulitan bernafassianosis retraksi sela igaFrekuensi Jantung 100x/mnt
Asphiksia Neonatorum penyakit jantung kongenital,
Ketuban pecah 30 jam
Ketuban pecah dini, trauma, infeksi
Berat Lahir = 2.300 gBBLR Prematur
Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk menilai keadaan bayi
secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi memerlukan
tindakan medis segera. APGAR skor 4/7 menunjukkan bahwa skor pada menit pertama
adalah 4 (asfiksia ringan) dan menit kelima adalah 7 (normal). Beberapa penyabab yang
dapat menyebabkan skor APGAR yang rendah adalah: 3
1. Fetal distress oleh karena hipoksia sebelum proses persalinan
2. Anastesi umum pada ibu atau analgesik
3. Bayi prematur
4. Persalinan yang lama dan sulit atau traumatik
5. Ketuban pecah dini dan bercampur mekonium
HIPOTESIS
Asfiksia Neonatorum
ANAMNESIS
Riwayat Kehamilan
3
- Berapakah usia kehamilan ibu?
- Apakah pernah mengandung sebelumnya?
- Apakah Ibu menderita tekanan darah tinggi selama kehamilan?
- Apakah Ibu menderita penyakit sistemik seperti diabetes mellitus?
- Apakah Ibu mengkonsumsi makanan bergizi yang cukup?
- Apakah ada riwayat jatuh atau trauma selama kehamilan?
- Apakah selama kehamilan Ibu mengalami anemia?
- Apakah selama kehamilan Ibu pernah mengalami infeksi?
Riwayat Persalinan
- Apakah pernah melahirkan sebelumnya?
- Bagaimana proses selama persalinan? Apakah sulit dan lama?
- Apakah terjadi trauma saat melahirkan?
- Apakah pada saat persalinan ibu diberi anastesi atau analgesik?
- Apakah air ketuban bercampur dengan mekonium?
- Apakah air ketuban berwarna hijau?
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1. Kesan keadaan sakit : sedang
2. Kesadaran : compos mentis
b. Gambaran umum:
1. Penampilan dan perilaku : Kesulitan bernafas, sianosis, retraksi sela
iga
c. Tanda vital
1. Nadi : 100x/menit
2. Tekanan darah : -
3. Pernapasan : -
4. Suhu : -
d. Antropometri
1. BB : 2300 g
2. TB : -
4
e. Status Neonatal
1. Apgar Score : 4/7
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi datang dengan pemeriksaan fisik berupa
kesulitan bernapas dan sudah tampak adanya sianosis serta retraksi sela iga. Frekuensi
jantung bayi dalam batas normal. Berat badan ketika lahir 2300 merupakan tanda
bahwa bayi tersebut lahir dengan berat yang tergolong Berat Bayi Lahir Rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah Rutin
Meliputi pemeriksaan Haemoglobin, Hematrokit, Leukosit total, Hitung
Leukosit, Trombosit, dan Laju Endap Darah. Dari hasil pemeriksaan darah
rutin ini dapat membantu dalam mendiagnosis beberapa penyakit seperti
anemia, penyakit imunologis, alergi, infeksi, serta sepsis
2. Analisis Gas Darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Analisis
gas darah dapat membantu mengetahui apakah bayi terkena asidosis atau
alkalosis metabolik ataupun respiratorik serta kompensasi yang terjadinya.
3. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Tujuan utama dalam pemeriksaan kadar gula darah adalah memonitoring
kadar gula dalam darah bayi yang lahir dengan ibu diabetes mellitus.
Ditakutkan bayi lahir dengan hipoglikemia.
DIAGNOSIS
Asfiksia neonatorum
5
PENATALAKSANAAN
Tindakannya:
- Bayi yang asfiksia dilakukan resusitasi terlebih dahulu.
- Setelah stabil bayi dipindahkan ke ruang neonatal untuk dimonitor tanda vital,
sirkulasi, perfusi, status neurologic, serta volume urin. Untuk pemberian minum,
dilakukan sesuai dengan kondisi bayi tersebut.
- Selain itu dilakukan uji hematokrit, analisis gas darah, serta mengukur kadar gula
darah bayi. Jika terjadi hipoglikemia dapat diberikan dextrose intravena.
Pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah) sering terjadi hipoglikemia karena bayi tersebut
hanya sedikit memiliki cadangan lemak subkutan, sehingga menggunakan glukosanya.
Pernatalaksanaan untuk hipoglikemia:
- Diberikan infuse dextrose
- Pemberian susu cair
Dilakukan hingga kadar gula darah bayi ≥ 2,5 mmol/L.
Prinsip Resusitasi:
1) Memelihara jalan nafas, merangsang/membantu pernafasan
2) Memelihara sirkulasi darah bayi
3) Memperbaiki asidosis
4) Mengusahakan suhu lingkungan yang tepat.
Tujuan:
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bayi
2. Membatasi gejala sisa yang mungkin terjadi
Tindakan resusitasi:4
1. Tindakan Umum
a. Bersihkan jalan napas
i. Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir lebih mudah mengalir
ii. Bersihkan lendir dan cairan ketuban dari rongga mulut dan faring
iii. Bila perlu gunakan laringoskop untuk membantu pengisapan lender
dari saluran nafas yang lebih dalam
b. Rangsang refleks pernafasan
6
i. Lakukan bila setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan usaha
bernafas
ii. Berikan rangsang nyeri – memukul kedua telapak kaki, menekan tendo
Achilles
iii. Jangan memukul didaerah punggung atau bokong
iv. Bila gagal, anggap bayi tersebut menderita asfiksi ringan-sedang
c. Pertahankan suhu tubuh
i. Tubuh bayi dikeringkan
ii. Pemanasan menggunakan lampu pijar lebih baik dari penggunaan
selimut yang menutupi bayi
2. Tindakan Khusus
a. Pada asfiksi ringan-sedang:
Rangsang refleks pernafasan (isap lender, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog breathing); selama
1-2 menit
+ kepala bayi dalam keadaan ekstensi maksimal
+ beri oksigen 1-2 L/menit melalui kateter dalam hidung
+ buka dan tutup mulut dan hidung, serta gerakkan dagu keatas
dan bawah secara teratur dengan frekwensi 20 kali/menit
Bila gagal, perlakukan sebagai penderita asfiksi berat
b. Tindakan lain
Pada setiap bayi asfiksi, berikan antibiotic profilaktik:
+ prokain penisilin 50.000 U/kgbb im dan
+ kanamisin 15 mg/kgbb im
Dapat dilakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah
aspirasi
c. Pada asfiksi berat:
Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermitten
melalui pipa endotracheal. Dapat dilakukan dengan tiupan udara yang
telah diperkaya dengan oksigen (sebelumnya penolong bernafas
dengan oksigen murni. Tekanan oksigen yang diberikan jangan lebih
dari 30 cmH2O (setara dengan 1/3 – ½ kekuatan tiupan normal.
7
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul karena asfiksia:5
1. Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, cerebral palsy
2. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru
3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
5. Hematologi : DIC
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
Berdasarkan penilaian apgar score pada bayi tersebut dan penatalaksanaan yang
adekuat, prognosis menuju kearah baik. Hal ini karena dalam 5 menit pertama pasca
resusitasi yang dilakukan, kondisi bayi membaik dengan di dapatkannya nilai apgar score 7.
Nilai apgar score 4/7 yang menandakan pada 1 menit setelah lahir, bayi di golongkan
asfiksia sedang serta memerlukan tindakan resusitasi dan 5 menit setelah lahir untuk menilai
hasil resusitasi dan prognosis.
KESIMPULAN
Kegawatan janin yang ditimbulkan baik dari faktor ibu ataupun dari faktor bayi,
sering kali bayi akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Penilaian Apgar Score mutlak
harus dilakukan mengingat bayi yang mengalami asfiksia neonatorum memerlukan tindakan
penyelamatan sesegera mungkin. Penatalaksanaan asfiksia neonatorum dengan tindakan
resusitasi. Tindakan penyelamatan ini bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul
8
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan,persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Sesaat setelah bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian
terhadap bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor APGAR.
Kata APGAR diambil dari nama belakang penemunya, yaitu Dr. Virginia Apgar. Virgnia
Apgar adalah seorang ahli anak sekaligus ahli anestesi. Skor ini dipublikasikannya pada
tahun 1952.
Pada tahun 1962, seorang ahli anak bernama Dr. Joseph Butterfield membuat akronim dari
kata APGAR yaitu Appearance (warna kulit), Pulse (denyut jantung), Grimace (respon
refleks), Activity (tonus otot), and Respiration (pernapasan).
Skor Apgar biasanya dinilai pada menit pertama kelahiran dan biasanya diulang pada menit
kelima. Dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15 dan 20.
Hal yang dinilai pada Skor Apgar adalah :
Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal
Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti
9
Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi
Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan
Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan tidak teratur
2 — Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
Kelima hal diatas dinilai kemudian dijumlahkan. Jika jumlah skor berkisar di 7 – 10 pada
menit pertama, bayi dianggap normal. Jika jumlah skor berkisar 4 – 6 pada menit pertama,
bayi memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan
napas dengan suction, atau pemberian oksigen untuk membantunya bernapas (asfiksia
ringan/sedang). Biasanya jika tindakan ini berhasil, keadaan bayi akan membaik dan Skor
Apgar pada menit kelima akan naik. Jika nilai skor Apgar antara 0 – 3, diperlukan tindakan
medis yang lebih intensif lagi (asfiksia berat).
Perlu diketahui, Skor Apgar hanyalah sebuah tes yang didisain untuk menilai keadaan bayi
secara menyeluruh, sehingga dapat ditentukan secara cepat apakah seorang bayi memerlukan
tindakan medis segera.
TANDA GAWAT JANIN
Asfiksi neonatorum biasanya merupakan akibat dari anoksi/hipoksi danin, yang menimbulkan
tanda gawat janin, yaitu:
1. Denyut jantung janin > 160 kali/menit, atau < 100 kali/menit, atau tak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
10
Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi untuk mengakhiri. Setelah lahir, diagnosis asfiksi
dapat ditegakkan atas dasar nilai Apgar.
PENYEBAB DEPRESI NEONATUS6
Faktor antepartum
• Usia ibu > 30thn
• Ibu DM
• Hipertensi
• Peny.ibu : Kardiovaskuler , tiroid ,
gangguan neurologis
• Ibu dalam Terapi : MG , Beta blocker
• Perdarahan trimester II/III
• Kehamilan multipel
• Kehamilan postdate / small for date
• Hidramnion / oligohidramnion
Faktor Intrapartum
• Letak bayi tidak normal
• Persalinan dengan tindakan /
pembedahan
• Bayi prematur
• Ketuban pecah dini
• Gawat janin
• Anesthesi umum
• Ketuban bercampur mekonium
• Tali pusat menumbung
• Solutio placenta/placenta previ
PENATALAKSANAAN
Tindakan Umum: 4
1. Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bersihkan lender dan cairan ketuban dari rongga mulut dan faring,
bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari
saluran nafas ayang lebih dalam.
2. Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tendo achiles, bila gagal anggap bayi tersebut menderita asfiksi ringan-
sedang.
3. Mempertahankan suhu tubuh : tubuh bayi dikeringkan, pemanasan
menggunakan lampu pijar lebih baik daripada penggunaan selimut yang
mentupi bayi.
11
Tindakan khusus:
Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2.
Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak
timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan
sternum 80 –100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik.
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu :
kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah
secara teratur 20x/menit
Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitas
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous.Asphyxia neonatorum.Health for children. Available at :
http://www.healthofchildren.com/A/Asphyxia-Neonatorum
2. Anonymous. Program Nasional Bagi Anak Indonesia Kelompok Kesehatan. Available
from at : http://www.bappenas.go.id
3. Woods DL. Neonatal asphyxia and resuscitation. Available at :
http://www.gfmer.ch/PEP/pdf/UNIT-16-2005.pdf
4. Purwadianto A, Sampurna B. Kedaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara; 2000. p.
223-27.
5. Utomo MT. asfiksia neonatorum. Available at: http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
skow264.htm .
6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC; 1998
13