aset biologis

Upload: yunitasyafriyenti

Post on 09-Mar-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ASET BIOLOGIS

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar belakangPada saat sekarang ini, sudah tidak sedikit lagi perusahaan agrikultur di Indonesia. Aset yang dimiliki oleh perusahaan agrikultur mempunyai perbedaan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari adanya aktivitas pengelolaan serta transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan suatu produk yang dapat dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultur mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk menyampaikan informasi pada laporan keuangan yang lebih bisa dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak dibidang lain terutama dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, serta pengungkapan mengenai aset tetapnya.Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan sebuah output. Transformasi yang terjadi pada aset biologis terdiri dari proses pertumbuhan, degenerasi, produksi dan prokreasi yang dapat menyebabkan berbagai perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan aset yang berupa tumbuhan atau hewan tersebut. Aset biologis dapat menghasilkan aset baru yang terwujud dalam agricultural produce atau berupa tambahan aset biologis dalam kelas yang sama. Adanya transformasi biologis pada aset biologis, maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kesepakatan dan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan yang ekonomis bagi perusahaan.Pengukuran, pengakuan, dan penyajian terhadap aset biologis harus menggunakan metode akuntansi yang tepat agar entitas bisa menentukan nilai dari semua kelompok aset biologisnya dengan wajar. Kewajaran penilaian aset biologis ini juga harus disesuaikan dengan kontribusi dari aset tersebut pada keuntungan entitas. Ini dilakukan untuk memenuhi prinsip kesesuaian antara pendapatan dan beban (matching) dalam penyusunan laporan keuangan entitas.Perlakuan akuntansi mengenai aset biologis pada perusahaan agrikultur telah diatur dalam IAS 41 sesuai penyampaian dari Komite Standard Akuntansi Internasional atau International Accounting Standard Committee (IASC). IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian laporan keuangan, dan pengungkapan terkait dengan kegiatan pertanian yang tidak tercakup dalam standar lainnya. Kegiatan pertanian adalah manajemen oleh entitas transformasi biologis hewan atau tanaman (aset biologis) hidup untuk dijual, menjadi hasil pertanian, atau ke aset biologis tambahan. Selain itu, IAS 41 mengatur, antara lain, perlakuan akuntansi untuk aset biologis selama periode pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi, serta untuk pengukuran awal hasil pertanian pada titik panen.

PEMBAHASANASET BIOLOGISDefinisi Aset Biologis Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup, seperti yang didefinisikan dalam IAS 41: Biological asset is a living animal or plantSesuai dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas di masa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang. Karakteristik khusus yang melekat pada aset biologis terletak pada adanya proses transformasi atau perubahan biologis atas aset ini sampai pada saatnya aset ini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas. Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis tambahan pada jenis yang sama.Contoh-contoh umum dari aset biologis termasuk binatang seperti kambing, domba, sapi,kerbau, sapi, dan ikan. Aset biologis termasuk tanaman seperti sayuran, tanaman, kebun-kebun anggur, pohon, dan kebun buah-buahan.Tabel di bawah ini memberikan contoh aset biologis, hasil pertanian dan peternakandan produk yang hasilnya pengolahan setelah panen.Aset BiologisProduk Pertanian/ PeternakanProduk yang merupakan hasil dari pengolahan setelah panen

dombawolBenang, karet

Pohon di hutanTanamanPohon ditebangLog, kayu

Tanaman tebuPanen (batang) tebuGula

Sapi perahSusukeju

VinesBuah anggurAnggur

Pohon buah-buahanBuahBuah olahan

Pengakuan Aset BiologisDalam IAS 41, entitas dapat mengakui aset biologis jika dan hanya jika: a. perusahaan mengontrol aset tersebut sebagai hasil dari transaksi masa lalu; b. memungkinkan diperolehnya manfaat ekonomi pada masa depan yang akan mengalir ke dalam perusahaan; dan c. mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset dapat diukur secara andal.

Aset biologis dalam laporan keuangan dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi biologis dari aset biologis yang bersangkutan. Aset biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.Pengukuran Aset Biologis Di dalam IFRS, pernyataan tentang pengukuran aset biologis diatur dalam IAS 41. Berdasarkan IAS 41, aset biologis diukur berdasarkan nilai wajar. Aset biologis harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak bisa diukur secara andal.IAS 41 mensyaratkan bahwa aset biologis harus diakui dan diukur sebesar nilaiwajarnya dikurangi biaya untuk menjual (point of sale cost). Metode ini harus digunakan pada pengakuan awal dan pada akhir setiap periode pelaporan. Produksi pertanian juga harus diukur sebesar nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (point of sale cost) pada titik panen. Biaya untuk menjual (point of sale cost) adalah biaya tambahan secara langsung disebabkan pembuangan aset, termasuk komisi broker, pajak penghasilan, dan pajak lain-lain.

Nilai wajar aset biologis didapatkan dari harga aset biologis tersebut pada pasar aktif. Pasar aktif (active market) adalah pasar dimana item yang diperdagangkan homogen, setiap saat pembeli dan penjual dapat bertemu dalam kondisi normal dan dengan harga yang dapat dijangkau. Biaya penjualan terdiri atas komisi untuk perantara atau penyalur yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang, serta pajak atau kewajiban yang dapat dipindahkan. Biaya transportasi serta biaya yang diperlukan untuk memasukkan barang ke dalam pasar tidak termasuk ke dalam biaya penjualan ini. Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk mendapatkan aset biologis tersebut dan kemudian menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis tersebut.Jika pasar aktif tidak ada, maka entitas dalam menentukan nilai wajar dapat menggunakan satu atau lebih hal berikut, bila tersedia:1. transaksi paling baru dari harga pasar, asalkan belum ada perubahan signifikan dalam keadaan ekonomi antara tanggal transaksi itu dan akhir periode pelaporan;2. harga pasar untuk aset serupa dengan penyesuaian untuk mencerminkan perbedaan, dan3. sektor benchmark seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor, atau hektar,dan nilai ternak dinyatakan per kilogram.Berdasarkan penelitian dalam penerapan IAS 41, implementasi standar ini dirasakan masih sulit bagi perusahaan seperti di Prancis, Australia, dan Inggris. Dalam penelitian tersebut ditemukan pula bahwa pengukuran aset biologis berbasis biaya historis (historical cost) masih digunakan secara luas.

PENERAPAN FAIR VALUE DAN HISTORICAL COST PADA ASET BIOLOGIS

Di Indonesia, sebagaimana diuraikan dalam Landasan Teori, pengakuan dan pengukuran Aset Biologis masih didasarkan pada aturan yang berlaku pada Aset Tetap. Hal ini berarti, Aset Biologis dianggap mengalami penyusutan sebagaimana properti atau mesin. Asumsi tersebut tidaklah relevan. Pertimbangan mendasar adalah karena tidak semua Aset Biologis dapat disusutkan. Selain itu, pengukuran dengan metode historical cost pada Aset Biologis lebih sulit dibandingkan pada Aset Tetap lainnya. Misalnya, setiap kali terjadi perawatan dan pemberian asupan kebutuhan Aset Biologis seperti pepohonan, maka hal tersebut harus dimasukkan ke dalam penambah nilai Aset karena mengakibatkan transformasi biologis (tanaman bertambah tinggi dan besar). Sementara, perawatan tersebut sulit diukur karena mengakibatkan banyak item. Hal inilah yang menjadikan pengukuran dengan historical cost menjadi lebih rumit. Untuk menyajikan data yang benar-benar objektif berdasarkan metode ini, maka harus dilakukan penilaian dan pengukuran mendetil pada tiap item untuk perawatan Aset Biologis.

Dalam pengukuran menggunakan metode fair value, penilaian atas Aset Biologis cenderung lebih mudah. Pengukuran nilai akan didasarkan pada kondisi pasar aset tersebut pada saat penilaian. Pendekatan yang dapat digunakan juga bervariasi, tergantung ketersediaan data dan kesesuaian dengan karakteristik Aset Biologis. Misalnya, jika Aset Biologis tersebut memiliki banyak data pembanding, maka Pendekatan Perbandingan Data Pasar dapat digunakan. Pemanfaatan metode ini sangat praktis dan menghasilkan nilai yang lebih relevan dengan kondisi pasar, meskipun lebih bersifat subjektif (dari pendapat Penilai Properti). Meskipun demikian, pengambilan keputusan nilai yang tepat tersebut juga tentunya didasarkan pada pertimbangan berupa data pasar yang seakurat mungkin sehingga meminimalkan unsur subjektivitas dari Penilai Properti.Keuntungan lainnya dari pengukuran Aset Biologis dengan metode fair value adalahnilai aset yang dinilai bisa lebih mencerminkan realitas. Hal ini dikarenakan Aset Biologis,meskipun dalam satu jenis, memiliki beragam karakteristik. Keunikan Aset Biologis ini tidakdisadari dalam metode historical costs, tapi diakui dalam fair value. Sehingga, setiap AsetBiologis yang diukur dapat mendekati nilainya di pasar dengan karakteristik Aset Biologis yang berbeda-beda. Contoh penyajian Aset Biologis di Indonesia selama ini misalnya pada laporan keuangan Astra Agro Lestari. Aset Biologis berupa tanaman perkebunan (khususnya tanaman karet) disajikan pada Aset Tidak Lancar. Tanaman perkebunan ini meliputi Tanaman Menghasilkan (mature plantations) dan Tanaman Belum Menghasilkan (immature plantations). Astra Agro Lestari mengakui Aset Biologis sebagai Aset Tetap sebagaimana diatur dalam PSAK 16 dengan pengukuran didasarkan pada historical costs. Penerapan PSAK tersebut terlihat pada kebijakan akuntansi yang dijelaskan pada Catatan Atas Laporan Keuangannya. Immature plantation disajikan sebesar biaya akuisisinya dimana biaya tersebut termasuk biaya persiapan, penanaman, penyuburan, dan perawatan. Ketika tanaman telah tumbuh menjadi mature plantations maka biaya akan diakumulasikan dan direklasifikasi menjadi mature plantations. Mature plantations akan disusutkan menggunakan metode garis lurus dengan estimasi umur ekonomis 20 tahun (Astra Agro Lestari, 2011).