asean.org · web viewkomitmen asean menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam asean...

22
Rencana Induk Pemungkinan ASEAN 2025: Pengarusutamaan Hak-hak Orang dengan Disabilitas I. Pendahuluan I.1. Promosi dan perlindungan hak azasi manusia dan kebebasan fundamental, menguatkan demokrasi, meningkatkan kepemerintahan yang baik serta kepatuhan pada aturan hukum adalah di antara prinsip-prinsip dan kegunaan kunci ASEAN 4 . Mengukuhkan kembali prinsip ini, para Pemimpin ASEAN kemudian mengadopsi ASEAN Human Rights Declaration 5 (AHRD) tahun 2012. Bersamaan dengan Phnom Penh Statement on the Adoption of the AHRD, kedua dokumen ini memuat komitmen Pemerintah ASEAN untuk melindungi hak azasi manusia dan kebebasan fundamental dari seluruh rakyat ASEAN, termasuk orang dengan disabilitas. Sebelum 2016, seluruh Negara- negara Anggota ASEAN telah meratifikasi United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD). I.2. Sepanjang tahun-tahun tersebut, ASEAN telah secara konsisten memprioritaskan promosi dan perlindungan hak orang dengan disabilitas. Kerangkakerja kebijakan ASEAN menuju pemajuan hak dan kesejahteraan orang dengan disabilitas diambil dari Bali Declaration on the Enhancement of the Role and Participation of Persons with Disabilities in ASEAN Community (2011) yang menuntut realisasi inklusi-disabiltas melalui rencana nasional tentang aksi, peragaman pelayanan sosial, pengembangan skema jaminan sosial, peluang pendidikan dan kesempatan kerja yang dapat diakses, di antara yang lain. Deklarasi tersebut juga memproklamasikan dan memperkenalkan Mobilisation Framework of the ASEAN Decade of Persons with Disabilities (2011-2020) untuk mempromosikan pembangunan inklusi-disabilitas di ASEAN. Prinsip inklusi, sebagai sebuah penanda arah kebijakan ASEAN, telah menyusup ke seluruh prakarsa dan program ASEAN yang mengarusutamakan hak orang dengan disabilitas dalam ASEAN Community. Komitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan 4 ASEAN Charter, 2007. 5 ASEAN Human Rights Declaration, 2012. 1

Upload: vantram

Post on 08-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

Rencana Induk Pemungkinan ASEAN 2025:Pengarusutamaan Hak-hak Orang dengan Disabilitas

I. Pendahuluan

I.1. Promosi dan perlindungan hak azasi manusia dan kebebasan fundamental, menguatkan demokrasi, meningkatkan kepemerintahan yang baik serta kepatuhan pada aturan hukum adalah di antara prinsip-prinsip dan kegunaan kunci ASEAN4. Mengukuhkan kembali prinsip ini, para Pemimpin ASEAN kemudian mengadopsi ASEAN Human Rights Declaration5 (AHRD) tahun 2012. Bersamaan dengan Phnom Penh Statement on the Adoption of the AHRD, kedua dokumen ini memuat komitmen Pemerintah ASEAN untuk melindungi hak azasi manusia dan kebebasan fundamental dari seluruh rakyat ASEAN, termasuk orang dengan disabilitas. Sebelum 2016, seluruh Negara-negara Anggota ASEAN telah meratifikasi United Nations Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD).

I.2. Sepanjang tahun-tahun tersebut, ASEAN telah secara konsisten memprioritaskan promosi dan perlindungan hak orang dengan disabilitas. Kerangkakerja kebijakan ASEAN menuju pemajuan hak dan kesejahteraan orang dengan disabilitas diambil dari Bali Declaration on the Enhancement of the Role and Participation of Persons with Disabilities in ASEAN Community (2011) yang menuntut realisasi inklusi-disabiltas melalui rencana nasional tentang aksi, peragaman pelayanan sosial, pengembangan skema jaminan sosial, peluang pendidikan dan kesempatan kerja yang dapat diakses, di antara yang lain. Deklarasi tersebut juga memproklamasikan dan memperkenalkan Mobilisation Framework of the ASEAN Decade of Persons with Disabilities (2011-2020) untuk mempromosikan pembangunan inklusi-disabilitas di ASEAN. Prinsip inklusi, sebagai sebuah penanda arah kebijakan ASEAN, telah menyusup ke seluruh prakarsa dan program ASEAN yang mengarusutamakan hak orang dengan disabilitas dalam ASEAN Community. Komitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 20256, sebuah ten-year strategic roadmap of ASEAN, yang mencita-citakan terealisasinya people-oriented, people-centred ASEAN Community, “where the peoples enjoy human rights and fundamental freedoms, higher quality of life and the benefits of community building.” Secara khusus, ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC) Bluerpint 2025 menguraikan langkah-langkah strategis bertujuan untuk mengurangi hambatan dan menjamin aksesibilitas orang dengan disabilitas sementara pada waktu bersaman mempromosikan dan melindungi hak azasi manusia mereka.

I.3. Sebagai komplementaritas, instrumen regional lainnya mengukuhkan komitmen ASEAN dan mengilustrasikan lingkungan kebijakan yang sehat di wilayah ini yang berupaya untuk memberdayakan orang dengan disabilitas. Hanoi Declaration on the Enhancement of the Welfare and Development of ASEAN Women and Children (2010) bertujuan untuk memastikan kesetaraan gender dalam pendidikan dan melanjutkan sekolah bagi anak-anak dengan disabilitas dan berkebutuhan khusus, di antara yang lain. Kuala Lumpur Declaration on a People-Oriented, People-

4 ASEAN Charter, 2007.5 ASEAN Human Rights Declaration, 2012. 6 ASEAN Community Vision 2025, 2015.

1

Page 2: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

Centred ASEAN (2015) menyerukan untuk promosi dan perlindungan tentang hak orang dengan disabilitas dan mempromosikan kepentingan dan kesejahteraan mereka dalam agenda ASEAN mendatang. ASEAN Declaration on Strengthening Education for Out-of-School Children and Youth (OOSCY) menyatakan bahwa akses terhadap pendidikan adalah sebuah prioritas untuk memastikan manfaat optimal bagi semua anak-anak dan remaja tanpa memandang kondisi disabilitas. Declaration of the Elimination of Violence Againts Women and Elimination of Violence Againts Children in ASEAN (2013) berupaya untuk melindungi perempuan dan anak-anak dengan disabilitas dari segala bentuk kekerasan, penganiayaan dan eksploitasi. ASEAN Declaration on Strenghthening Social Protection (2013) mengartikulasikan bahwa orang dengan disabilitas berhak untuk memiliki akses yang dapat disetarakan terhadap perlindungan sosial dan menyerukan kepada Negara-negara Anggota ASEAN untuk mendukung kebijakan, strategi, dan mekanisme nasional untuk menguatkan implementasi program perlindungan sosial, maupun sistem penyasaran yang efektif untuk memastikan bahwa pelayanan perlindungan sosial akan sampai kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

I.4. Batu loncatan kebijakan di ASEAN dalam memajukan hak dan kesejahteraan orang dengan disabilitas didorong oleh dan berkontribusi pada pembangunan global. Paling penting dari kesemuanya adalah 2030 Agenda on Sustainable Development, dengan tema kebijakan ‘leaving no one behind’ yang melengkapi ASEAN’s vision of a people-oriented, people-centred ASEAN Community. Incheon Strategy to “Make the Rights Real” for Persons with Disabilities in Asia and the Pacific menyerukan promosi tentang partisipasi orang dengan disabilitas dengan menghilangkan hambatan dan menguatkan aksesibilitas, serta memastikan responsif-gender, melalui pendekatan lintas-sektoral dan multi-pemangku kepentingan. Sendai Framework for Disaster Risk Reduction menyerukan tanggapan dan pemulihan inklusif-disabilitas dari bencana, menuju pengembangan ketahanan orang dengan disabilitas dan mengakui peran penting yang mereka mainkan dalam menilai risiko dan merancang program. New Urban Agenda menyerukan “progressive realisation of the right to adequate housing for all as a component of the right to an adequate standard of living”, termasuk  orang dengan disabilitas. Itu juga menyerukan untuk “appropriate measures in cities and human settlements that facilitate access for persons with disabilities on an equal basis with others, to the physical environment of cities, in particular to public spaces, public transport, housing, education and health facilities, public information and community (including information and communication technologies and systems) and other facilities and services open or provided to the public, in both urban and rural areas”. Terakhir, itu mendorong “effective participation and collaboration among all relevant stakeholders, including persons with disabilities, in order to identify opportunities for urban economic development and identify and address existing and emerging challenges”. Perkembangan global ini, antara lain, mempengaruhi dan membentuk lanskap kebijakan di ASEAN tentang orang dengan disabilitas.

I.5. Membangun pada keuntungan dan momentum dari pembangunan regional dan global ini, ada sebuah peluang untuk meningkatkan kerjasama di tingkat ASEAN untuk mendorong reformasi legislatif dan kebijakan menuju implementasi penuh dari CRPD di tingkat nasional, untuk menghilangkan diskriminasi, menyingkirkan hambatan, dan memastikan aksesibilitas. Pada saat yang sama, tindakan di tingkat nasional dapat memperkuat kolaborasi regional dengan menyoroti isu-isu yang

2

Page 3: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

lebih efektif untuk diurus di tingkat regional. Isu-isu seperti itu termasuk dampak ASEAN Community Integration, khususnya integrasi ekonomi, yang memastikan lapangan kerja dan pekerjaan yang layak bagi orang dengan disabilitas. Lebih penting lagi, dalam rangka untuk memastikan bahwa no one is left behind, agenda pasca-2020 harus purposif dan programatik dalam menjangkau orang dengan disabilitas termasuk: anak-anak dengan disabilitas, perempuan dengan disabilitas, pemuda dengan disabilitas, orang lanjut usia/orang lebih tua dengan disabilitas, orang dengan disabilitas yang terkena bencana, konflik dan krisis, dan orang dengan disabilitas yang menjadi korban kekerasan dan perdagangan.

II. Rasional

II.1. Sebagaimana dimandatkan, ASEAN Ministerial Meeting on Social Welfare and Development (AMMSWD) adalah penanggung jawab atas kesejahteraan sosial dan pembangunan untuk kelompok rentan termasuk orang dengan disabilitas, dan implementasi CRPD di tingkat nasional dan regional. AMMSWD memimpin proses untuk pengembangan dan penyerahan Bali Declaration on the Enhancement of the Role and Participation of Persons with Disabilities in ASEAN Community untuk pengadoptiannya oleh para Pemimpin tahun 2011. Bersama dengan instrumen lainnya, Deklarasi ini mendorong pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, termasuk NGO, untuk bekerjasama dengan badan-badan sektoral ASEAN yang relevan, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), dan ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children (ACWC), dalam upaya bersama untuk membantu melindungi hak dan mengakomodasi kebutuhan orang dengan disabilitas, terutama anak-anak, perempuan, pemuda dan orang lanjut usia/orang lebih tua.

II.2. AICHR sebagai badan payung hak azasi manusia di ASEAN telah memulai untuk menguatkan hak disabilitas dan memberian kontribusi dalam menangani masalah kesenjangan pembangunan yang mempengaruhi orang dengan disabilitas di wilayah ini sejak tahun 2015. Bekerjasama dengan badan-badan sektoral ASEAN yang relevan, AICHR mengadakan konvensi dan memimpin bersama dengan Senior Officials Meeting on Social Welfare and Development (SOMSWD) – supporting body dari AMMSWD - Task Force on the Mainstreaming of the Rights of Persons with Disabilities in the ASEAN Community (Task Force) sebagai sebuah badan bersama dan lintas-pilar dengan mandat untuk mengembangkan Enabling Masterplan ini. Task Force ini terdiri dari representatif AICHR, sepuluh SOMSWD Leaders/Focal Points, dan dua representatif dari ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children (ACWC), sebuah pilar lintas-inisiatif tentang hak-hak disabilitas di ASEAN.

II.3. Pengembangan ASEAN Enabling Masterplan 2025: Mainstreaming the Rights of Persons with Disabilities (Enabling Masterplan) sejalan dengan visi yang dicantumkan dalam Bali Declaration on the Enhancement of the Role and Participation of Persons with Disabilities in the ASEAN Community, mengambil bahan dari Mobilisation Framework of the ASEAN Decade of Persons with Disabilities (2011–2020) dan didasarkan pada prinsip-prinsip panduan berikut:

1) Relevance. Hak-hak disabilitas bersinggungan dengan seluruh pilar komunitas maupun visi dan rencana kerjanya. Butir-butir aksi kunci yang tertera dalam Enabling Masterplan mengukuhkan relevansi dimaksud dan akan menjadi sebuah jalur menuju realisasi sebuah komunitas inklusif;

3

Page 4: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

2) Complementarity. Enabling Masterplan melengkapi komitmen dan aspirasi Pemimpin dan Negara-negara Anggota ASEAN yang sudah ada, khususnya ASEAN Community Vision 2025, untuk menciptakan dan menyinambungkan sebuah lingkungan inklusif bagi orang dengan disabilitas;

3) Interrelatedness. Semua hak asasi manusia, termasuk hak orang dengan disabilitas, terkait dan saling mempengaruhi. Koordinasi antar-badan sektoral dan partisipasi orang dengan disabilitas dan organisasinya akan menjadi sebuah faktor kunci kesuksesan dalam implementasi holistik Enabling Masterplan ini.

Pengembangan Enabling Masterplan ini juga memetik manfaat dari adanya kontribusi pemerintah, organisasi orang dengan disabilitas, dan pemangku kepentingan utama lainnya melalui konsultasi regional dari Task Force dan konsultasi dengan ASEAN Disability Forum (ADF), Asia-Pacific Development Centre on Disability (APCD) dan ahli-ahli dalam isu-isu hak disabilitas.

II.4. Enabling Masterplan memetik manfaat dari ekstensifnya konsultasi dengan ASEAN Sectoral Bodies, dan menunjukkan komitmen mereka untuk berkontribusi dalam implementasinya. Lebih jauh, pengembangan Enabling Masterplan telah dikonsultasikan dengan Deputy Secretary-General for ASEAN Political-Security Community (APSC), Deputy Secretary-General for ASEAN Economic Community (AEC) dan Deputy Secretary-General for ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC), dan ASEAN Secretariat mengukuhkan komitmen mereka untuk mendukung implementasinya.

II.5. Maksud dari keseluruhan Enabling Masterplan adalah untuk memberikan kontribusi kepada penguatan implementasi CPRD pada tingkat regional, membangun sebuah komunitas inklusif di mana kemandirian, kebebasan memilih, dan partisipasi penuh dan efektif orang dengan disabilitas di semua area kehidupan direalisasikan dan disinambungkan. Enabling Masterplan bertujuan untuk mencapai kesetaraan dan kualitas tinggi dari kehidupan bagi orang dengan disabilitas, anggota keluarga mereka, asisten pribadi dan pemberi perawatan mereka, jika dapat diterapkan.

II.6. Enabling Masterplan juga berupaya untuk melengkapi dan mewujudkan ASEAN Community Vision 2025 dalam mengarusutamakan hak orang dengan disabilitas lintas ketiga pilar ASEAN Community, dan mendorong komitmen Negara-negara Anggota menuju sebuah komunitas inklusif. Hal ini dipandu oleh prinsip-prinsip dasar bahwa untuk seluruh tindakan menyangkut orang dengan disabilitas baik yang dilakukan oleh individu, institusi kesejahteraan sosial publik maupun swasta, pengadilan hukum, otoritas administratif atau badan atau entitas legislatif, kepentingan dan kebutuhan mereka, harus dipertimbangkan, dengan mengakui bahwa inklusi dan pengarusutamaan harus dipromosikan dan pendekatan khusus dipertimbangkan sebagai sebuah last resort. Selain itu, seiring dengan ASEAN yang bertujuan melekatkan pembangunan berkelanjutan sejalan dengan 2030 Agenda, Enabling Masterplan berfungsi sebagai instrumen kunci yang mengarahkan kebijakan dan program agar menjadi inklusif bagi orang dengan disabilitas.

II.7. Enabling Masterplan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi janji-janji Negara-negara Anggota ASEAN kepada warga dengan disabilitas melalui Bali Declaration dan ASEAN Community Blueprints 2025, itu juga berusaha untuk membimbing

4

Page 5: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

Negara-negara Anggota ASEAN dalam menyelaraskan undang-undang dan kebijakan lokal.

II.8. Enabling Masterplan tunduk pada prinsip-prinsip umum CRPD, sebuah instrumen umum hak azasi manusia untuk seluruh Negara-negara Anggota ASEAN, yaitu:

a. Menghormati martabat yang melekat, kedaulatan individu termasuk kebebasan untuk memilih, dan kemerdekaan pribadi;

b. Non-diskriminasi;

c. Partisipasi penuh dan efektif serta inklusi dalam komunitas;

d. Menghargai perbedaan dan menerima orang dengan disabilitas sebagai bagian dari keberagaman manusia dan kemanusiaan;

e. Kesempatan setara;

f. Aksesibilitas;

g. Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan;

h. Menghormati kapasitas yang berevolusi dari anak-anak dengan disabilitas dan menghormati hak anak-anak dengan disabilitas untuk mempertahankan identitas.

III. Area-area Prioritas/Butir-butir Tindakan Kunci

III.1. Enabling Masterplan semula akan menentukan area-area prioritas/butir-butir aksi kunci sebagai kelanjutan pelaksanaan Bali Declaration and Mobilization Framework menuju penguatan implementasi CRPD. Area-area prioritas/butir-butir aksi kunci ini dispesifikasikan dalam pengakuan akan pentingnya inklusi orang dengan disabilitas dalam lingkungan politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya dan realisasi penuh dari hak-hak mereka.

III.2. Sementara mengakui bahwa seluruh area sasaran kunci yang dicantumkan dalam Bali Declaration sama pentingnya, Enabling Masterplan juga mengakui adanya tantangan ketika mengalokasikan sumber daya yang digunakan untuk mencapai semua tujuan dalam kerangka waktu terbatas. Oleh karena itu, Enabling Masterplan bertujuan untuk memfokuskan upaya dan sumber daya yang dimiliki ASEAN pada area-area prioritas kunci yang sejalan dengan ketiga ASEAN Community Blueprints dan akan menciptakan dampak konkrit pada ASEAN Community. Diakui bahwa Enabling Masterplan adalah sebuah kerangkakerja terbatas, tidak mencakup keseluruhan rentang kewajiban dalam CRPD maupun kerangkakerja lainnya di mana masing-masing Negara-negara Anggota ASEAN menjadi bagiannya, Negara-negara Anggota karenanya sangat diharapkan untuk secara simultan mengupayakan langkah-langkah di luar area prioritas yang ditetapkan dalam Enabling Masterplan. Informasi penting berkaitan dengan pendekatan maupun hasil-hasil dari upaya itu harus dibagikan dengan Anggota-anggota lainnya dan pejabat ASEAN dalam dialog regional di masa depan.

IV. Implementasi

IV.1. Enabling Masterplan mengakui adanya kewajiban Negara-negara Anggota untuk menghormari, mendorong, melindungi, dan memenuhi hak orang dengan disabilitas yang tercantum dalam CRPD dan instrumen hak azasi manusia yang relevan lainnya untuk semua pemegang hak, khususnya orang dengan disabilitas.

5

Page 6: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

Untuk menterjemahkan kewajiban tersebut ke dalam tindakan, Negara-negara Anggota diharapkan untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan, termasuk peningkatan kapasitas mekanisme pemerintah/pelaksana dan pengusung kewajiban, untuk meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip hak azasi manusia dan aplikasinya yang efektif. Dalam semangat ini, Enabling Masterplan akan dioperasionalisasi oleh Badan-badan Sektoral yang relevan sesuai dengan area prioritas mereka masing-masing dengan menterjemahkan butir-butir aksi kunci tentang pengarusutamaan hak azasi manusia orang dengan disabilitas ke dalam jalur tindakan atau program spesifik, proyek dan aktivitas tertentu sebagai bagian dari rencana kerja masing-masing, dan harus melaporkan kemajuannya kepada masing-masing konferensi.

IV.2. AMMSWD sebagai focal point untuk kerjasama antar-pilar harus mengawasi implementasi Enabling Masterplan ini, dan akan menerima laporan tahunan dari ASEAN Secretariat perihal kemajuan implementasinya di ketiga Komunitas tersebut untuk konsolidasi dan untuk kemudian meneruskan laporan tersebut kepada ketiga ASEAN Community Councils.

IV.3. ASEAN Secretariat harus melaporkan kemajuan implementasi Enabling Masterplan untuk ketiga Komunitas tersebut kepada Joint Consultative Meeting (JCM).

IV.4. Coordinating Conference of the APSC (ASCCO), Committee of the Whole for AEC dan Coordinating Conference on the ASCC (SOC-COM) harus memiliki sebuah item agenda berjalan mengenai kemajuan implementasi Enabling Masterplan ini selama berlangsungnya konferensi masing-masing.

IV.5. Implementasi Enabling Masterplan harus menerapkan strategi dan pendekatan yang akan memaksimumkan peran Organ-organ dan Badan-badan ASEAN, mendorong partisipasi organisasi masyarakat sipil, khususnya organisasi orang dengan disabilitas, meningkatkan peluang keterlibatan dan kemitraan pemangku kepentingan, termasuk tapi tidak terbatas pada, pertemuan reguler public-private-people partnerships (PPPP), kewirausahaan sosial, dan coprorate social responsibility untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan.

V. Pemantauan dan Evaluasi

V.1. Tinjauan dan penilaian Enabling Masterplan harus menggunakan Monitoring and Evaluation (M&E) Strategy and Results framework yang telah ada atau disepakati, yang menyertakan sasaran, indikator, dan kriteria evaluasi. Pendekatan dan metodologi lain yang sesuai, termasuk tapi tidak terbatas pada pengumpulan data sistematis dan evaluasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, didorong untuk menilai dampak kebijakan/program/proyek yang muncul dari Enabling Masterplan di tingkat regional, nasional, dan sektoral.

V.2. Mid-Term Evaluation, meliputi periode waktu 2018-2021, dan End-of-Term Evaluation, meliputi periode waktu 2021-2025, akan dilakukan untuk memantau kemajuan yang dibuat dan mengevaluasi outcome/dampak terhadap capaian Enabling Masterplan di bawah kepepimpinan SOMSWD. Mid-Term Evaluation akan mempertimbangkan peningkatan implementasi Enabling Masterplan untuk jenis-jenis disabilitas yang berbeda, termasuk pekerja migran dengan disabilitas, untuk menyebut di antaranya.

6

Page 7: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

V.3. Partisipasi organisasi masyarakat sipil, dan khususnya organisasi orang dengan disabilitas, dalam proses pemantauan dan evaluasi Enabling Masterplan sangat penting untuk menjamin implementasi yang efektif.

VI. Pengembangan-kapasitas dan Kemitraan untuk Perubahan

VI.1. Orang dengan disabilitas, organisasi orang dengan disabilitas, pejabat pemerintah yang relevan, organisasi masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan lainnya harus dilibatkan dalam kegiatan pengembangan-kapasitas mereka agar memiliki peluang untuk meraih pengetahuan dan pengalaman yang sesuai, serta keahlian untuk menerjemahkan komitmen internasional ke dalam outcome pada tingkat komunitas dan inklusi yang menjangkau lebih jauh orang dengan disabilitas. Aktivitas pengembangan-kapasitas akan difokuskan menuju memungkinannya peluang setara dan kesetaraan untuk inklusi sosial dan ekonomi, termasuk area-area kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, pelayanan sipil, inovasi teknologi, inklusi finansial, kewirausahaan, akomodasi yang layak atas beragam pelayanan, dan menciptakan sebuah lingkungan inklusif untuk proses judisial dan politik, kegiatan sosial maupun hiburan.

VI.2. Pembangunan inklusif-disabilitas juga akan dimajukan dengan berbagi informasi. Kegunaan penelitian dan informasi, termasuk data statistik, publikasi penelitian, dan informasi tentang praktek terbaik dimaksimunkan dengan diseminasi mereka yang luas. Distribusi efektif termasuk membuat materi dan informasi, maupun instrumen internasional, dapat tersedia seluas mungkin dalam bahasa yang berbeda dan format yang dapat diakses.

VI.3. Acara dialog kebijakan reguler akan diselenggarakan untuk memastikan integrasi ketiga pilar Komunitas ASEAN pada isu-isu silang terkait orang dengan disabilitas dengan partisipasi seluruh pemangku kepentingan yang relevan termasuk pejabat pemerintah, organisasi orang dengan disabilitas, dan CSO.

7

Page 8: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

ASEAN Enabling Masterplan 2025:Mainstreaming the Rights of Persons with Disabilities

Cetakbiru 2025 Komunitas

Politik-Keamanan

(APSC) ASEAN

Butir-butir Aksi Kunci

A. Komunitas Berbasis-Aturan, Berorientasi-Orang, Berpusat-Orang

APSC 1 Mendorong diambilnya semua langkah hukum dan administratif yang sesuai untuk mempromosikan dan melindungsi hak orang dengan disabilitas untuk berpartisipasi secara penuh dan bermakna dalam kehidupan publik dan politik untuk memilih, dipilih dan untuk mengakses terhadap keadilan atas suatu basis setara dengan mereka yang tanpa disabilitas;

APSC 2 Mendorong akses terhadap informasi dari website sektor publik dan swasta pada akomodasi yang beralasan bagi pelayanan pengadilan, pemilihan dan tempat pemungutan suara dengan universal design dan dapat diakses, dan proses politik lainnya dengan mengembangkan sebuah sistem inklusif-disabilitas dengan menggunakan teknologi baru dan format alternatif, seperti braille, audio, closed-captioned dan/atau audio-described video, dan format elektronik yang dirancang secara universal, membuat subjudul dalam video dan televisi tersedia, asistensi dari penterjemah bahasa isyarat profesional, dan materi kartun bagi orang dengan disabilitas pembelajaran.

APSC 3 Membentuk jaringan yang dapat diakses dari profesional bantuan hukum dan organisasi terspesialisasi dalam disabilitas dan hak azasi manusia untuk menyediakan asistensi hukum kepada orang dengan disabilitas yang tidak dapat menjangkau representasi hukum;

APSC 4 Melakukan aktivitas pelatihan dan pengembangan-kapasitas pada perspektif disabilitas dan prinsip-prinsip hak azasi manusia serta aplikasinya dalam pekerjaan sehari-hari dari profesional hukum seperti pengacara, hakim, jaksa, pejabat koreksional, pejabat pekerja sosial, polisi dan lain-lain sebagai sebuah cara menghargai, melindungi dan memenuhi hak-hak tersebut;

APSC 5 Menumbuhkan kesadaran di dalam komisi peradilan, badan politik, dan komisi pemilihan umum tentang hak orang dengan disabilitas dan inklusi disabilitas melalui perayaan International Day of Persons with Disabilities (IDPD) dan acara-acara relevan lainnya, seperti acara seni dan olahraga maupun berbagai media komunikasi dan media informatif;

APSC 6 Mendorong Negara-negara Anggota ASEAN untuk meningkatkan keterlibatannya dengan UN Committee on the Rights of Persons with Disabilities dan mekanisme internasional lainnya terutama melalui penyerahan laporan negara tentang implementasi UNCRPD, UNCEDAW, dan UNCRC;

APSC 7 Memeprkuat jaringan organisasi orang dengan disabilitas dan instansi pemerintah yang menangani kepedulian orang dengan disabilitas di ASEAN dan mendorong koordinasi mereka dengan counterpart ASEAN dalam implementasi efektif tentang komitmen hak azasi manusia internasional dan regional melalui:

APSC 7.1 Mengembangkan sebuah wadah ahli tentang hak disabilitas, termasuk ahli dari orang dengan disabilitas untuk mempromosikan pemahaman, pengetahuan dan apresiasi atas keragaman tantangan dan inovasi kebijakan negara di Negara-negara Anggota ASEAN, termasuk melalui ASEAN University Network (AUN) dan ASEAN Study Centres;

APSC 7.2 Mengorganisasi aktivitas pengembangan-kapasitas bagi pejabat pemerintah, think-thanks, organisasi pemuda dan organisasi masyarakat sipil (CSO) untuk berbagi pengalaman berdemokrasi dan prinsip inklusi demokratis bagi orang dengan disabilitas;

APSC 7.3 Mempromosikan dialog dan kemitraan inklusif di antara pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mengembangkan dan implementasi prakarsa yang dapat meningkatkan kepemerintahan dan partisipatori yang efektif bagi orang dengan disabilitas;

8

Page 9: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

APSC 7.4 Mendukung ASEAN Foundation untuk memperkuat kolaborasi dengan sektor swasta dan pemangku kepentingan relevan lainnya untuk menanamkan corporate social responsibility dalam membuat informasi, pelayanan dan ruang sektor swasta inklusif bagi orang dengan disabilitas;

APSC 7.5 Memperkuat kooperasi antara ALAWMM dan ALA serta organisasi Track II lainnya, termasuk organisasi orang dengan disabilitas, melalui seminar, lokakarya dan penelitian tentang hukum internasional, dan aplikasi tentang konvensi internasional seperti CRPD ke dalam kerangkakerja hukum nasional;

APSC 7.6 Mendorong interaksi dan konsultasi, apabila sesuai, di antara AICHR, ASEAN Sectoral Bodies yang relevan dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk organisasi orang dengan disabilitas, serta CSO yang peduli dengan promosi dan perlindungan hak orang dengan disabilitas termasuk melalui dialog regional tahunan AICHR tentang hak orang dengan disabilitas;

APSC 7.7 Mendorong keterlibatan organisasi orang dengan disabilitas dengan ASEAN Inter-Parliamentary Assembly dan pemerintah ASEAN pada tingkat nasional dalam mempromosikan sebuah ASEAN Community berbasis-aturan, termasuk implementasi Enabling Masterplan di tingkat nasional;

APSC 7.8 Mempromosikan penjangkauan dan aktivitas gabungan antara ASEAN Bodies dan pemangku kepentingan ASEAN, termasuk organisasi orang dengan disabilitas, orang dengan disabilitas dan organisasi yang mewakilinya pada tingkat nasional dan regional;

B. Wilayah Damai, Aman dan Stabil

APSC 8 Memperkuat kebijakan nasional dan lokal untuk menyediakan akomodasi yang beralasan bagi anak-anak, pemuda, perempuan, dan orang lanjut usia/orang lebih tua yang sering mengalami beberapa bentuk disabilitas disebabkan penuaan;

APSC 9 Mendorong kooperasi antara badan sektoral dengan organisasi orang dengan disabilitas untuk berkontribusi dalam implementasi yang efektif dari Work Programme of the ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crimes termasuk terorisme, kekerasan ekstrimisme, perdagangan obat terlarang, perdagangan manusia termasuk perempuan dan anak-anak dengan disabilitas, penyelundupan senjata, bajak laut, pencucian uang, kriminal ekonomi internasional dan cybercrime;

APSC 10 Menggiatkan upaya menuju sebuah Drug-Free ASEAN dengan memproduksi materi informasi dan kampanye pendidikan yang dapat diakses bagi orang dengan disabillitas dan mendorong institusi rehabilitasi untuk membuat fasilitas dan pelayanan mereka dalam kesesuaian penuh dengan prinsip-prinsip universal design;

APSC 11 Memperluas perlindungan, dengan berkolaborasi dengan organisasi orang dengan disabilitas, bagi pengungsi dan pencari suaka dengan disabilitas sesuai dengan kewajiban hukum internasional dan nasional dari Negara-negara Anggota ASEAN, termasuk di bawah UNCRPD;

APSC 12 Menyelaraskan upaya-upaya ASEAN Commitee on Disaster Management (ACDM), ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disater Management (AHA Centre), ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX), dan ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise (ARF DiRex) dan provisi ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER), ASEAN Joint Disaster Response Plan (AJDRP), dan Declaration on One ASEAN One Response dengan kerangkakerja disabilitas dan hak azasi manusia internasional dan regional untuk melindungi hak orang dengan disabilitas sebelum, selama, dan setelah bencana;

APSC 13 Mengembangkan rencana ketahanan bencana inklusif-disabilitas dalam konsultasi dengan organisasi orang dengan disabilitas dan orang dengan disabilitas, termasuk alokasi anggaran, perangkat bantu, perawatan medis, aksesibilitas terhadap perawatan kesehatan dan pelayanan akomodasi, penyiapan situasi

9

Page 10: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

darurat, strategi tanggap bencana, rencana dan pelayanan pertolongan bencana, dan mekanisme pemantauan dan evaluasi untuk mitigasi dampak bencana pada orang dengan disabilitas, khususnya perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia/orang lebih tua;

APSC 14 Membentuk sebuah jaringan tentang disabilitas dan profesional hak azasi manusia di antara manajer dan penanggap tanggap darurat dan jaringan konsultasi dari organisasi orang dengan disabilitas dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi kebijakan dan program kesiapsiagaan bencana dan kedaruratan;

APSC 15 Mempromosikan berbagi inovasi, praktek yang baik, dan pembelajaran tentang rencana, program, dan prosedur manajemen bencana inklusif disabilitas, termasuk dan tidak terbatas pada dialog regional dengan organisasi orang dengan disabilitas, badan-badan dan organ-organ ASEAN maupun pemangku kepentingan yang relevan;

APSC 16 Mendukung suatu mekanisme koordinasi yang efektif di antara badan-badan sektoral ASEAN, kementerian/institusi statistik nasional, dan komunitas lokal yang akan fokus dalam pengumpulan dan diseminasi statistik yang dapat dapat diandalkan, koheren, dan komprehensif tentang orang dengan disabilitas yang sering terkena dalam situasi bencana, seperti anak-anak, perempuan, orang lanjut usia/orang lebih tua, dan orang dengan disabilitas untuk memastikan bahwa informasi ini memberitahukan keputusan mengenai persiapan alokasi sumber daya bencana yang efektif.

C. Sentralitas ASEAN dalam sebuah Wilayah Dinamis, dan Meneropong-ke-luar

APSC 17 Mendorong pertemuan reguler antara Pejabat Senior yang relevan dengan organisasi orang dengan disabilitas dan orang dengan disabilitas tentang arah strategis wilayah untuk menegakkan hak orang dengan disabilitas, dalam menjaga 2025 vision tentang “Forging Ahead Together” (Melangkah  Maju Bersama”);

APSC 18 Memfasilitasi upaya terus-menerus pengembangan-kapasitas dan kemitraan di antara Negara-negara Anggota, Organ-organ, dan Badan-badan ASEAN dengan organisasi orang dengan disabilitas menuju promosi dan perlindungan penuh dan efektif tentang hak orang dengan disabilitas dan inklusi disabilitas dalam ASEAN Community;

APSC 19 Mendorong berbagi informasi, tentang pertemuan yang relevan dari ASEAN Sectoral Bodies dan mekanisme-dipimpin ASEAN tentang isu-isu silang seperti promosi dan perlindungan hak disabilitas dan inklusi disabilitas di wilayah ini;

APSC 20 Mendorong kemitraan baru dengan negara dan organisasi berbasis kepentingan dan manfaat bersama maupun dukungan mereka terhadap ASEAN sebagai sebuah komunitas ramah-disabilitas, masyarakat inklusif, dan sebuah komunitas yang memungkinkan bagi orang dengan disabilitas;

D. Kapasitas dan Kehadiran Institusi ASEAN Diperkuat

APSC 21 Mempromosikan peran ASEAN sebagai sebuah institusi kunci yang melindungi hak orang dengan disabilitas dan inklusi disabilitas, khususnya dengan menguatkan kapasitas unit-unit yang relevan dari ASEAN Secretariat;

APSC 22 Memperkuat lebih lanjut kehadiran dan nilai ASEAN sebagai sebuah komunitas yang memungkinkan dan masyarakat inklusif bagi semua orang dengan disabilitas serta memperkuat kapasitas koordinasi dalam mempromosikan dan melindungi hak disabilitas dengan menguatkan keterlibatan antara ASEAN Sectoral Bodies, organisasi orang dengan disabilitas dan pemangku kepentingan yang relevan.

APSC 23 Memastikan aktivitas dan program peningkatan-kesadaran sensitif-gender ASEAN dapat diakses untuk semua segmen masyarakat, termasuk orang dengan disabilitas;

APSC 24 Mendorong Negara-negara Anggota ASEAN untuk memasukan dalam laporan aktivitas koordinasi dan inkusi disabilitas CRPD pada tingkat ASEAN berkaitan untuk mempromosikan hak orang dengan disabilitas.

Cetakbiru 2025 Komunitas

Ekonomi ASEANButir-butir Aksi Kunci

10

Page 11: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

A. Sebuah Ekonomi Terintergasi dan Kohesif Tinggi

AEC 1 Mengembangkan kebijakan yang mendorong inklusivitas orang dengan disabilitas dan perlindungan hak orang dengan disabilitas dalam keselarasan terhadap konsep CRPD dan untuk menyingkirkan hambatan tentang peluang pekerjaan dan bisnis serta mendorong sebuah lingkungan inklusif-disabilitas bagi kewirausahaan, perusahaan, termasuk perusahaan sosial, koperasi dan bisnis reguler, serta e-commerce yang dijalankan oleh orang dengan disabilitas;

AEC 2 Memperkuat peluang-setara di tempat pasar untuk orang dengan disabilitas sebagai konsumen, klien, pemasok dan pewirausaha di seluruh Negara-negara Anggota ASEAN dengan memfasilitasi perdagangan bebas yang lebih inklusif, dapat diakses dalam jasa, dan jasa finansial, dan memfasilitasi pergerakan tenaga kerja berketerampilan serta pelawat bisnis;

AEC 3 Memperkuat inklusi finansial dengan mendorong pengembangan institusi dan perlengkapan finansial yang dapat diakses, dan moda-moda melakukan transaksi ekonomi seperti seperti bank, ATM, banknotes dan coins, debit/credit card, banking apps dan websites, maupun peningkatan literasi finansial dan perlindungan konsumen;

AEC 4 Mempromosikan sentra-sentra satu-perhentian bagi orang dengan disabilitas untuk menyediakan informasi untuk memulai Micro-, Small, and Medium Enterprise (MSMEs), informasi jaringan dan pendanaan bagi pewirausaha dengan disabilitas dan anggota keluarga mereka.

B. Sebuah ASEAN Kompetitif , Inovatif dan Dinamis

AEC 5 Bekerja menuju penguatan kerangkakerja umum tentang perlindungan konsumen ASEAN dengan memastikan bahwa itu mencakup semua konsumen, termasuk mereka dengan disabilitas, dengan mengembangkan, menegakkan dan memantau undang-undang perlindungan konsumen inklusif, dan; membuat mekanisme ganti-rugi tersedia, termasuk alternatif mekanisme resolusi perselisihan yang dapat diakses;

AEC 6 Meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual orang dengan disabilitas;

AEC 7 Mempromosikan akses dan penggunaan materi dilindungi oleh hakcipta bagi orang dengan disabilitas dengan mendorong Negara-negara Anggota ASEAN meratifikasi Marrakesh Treaty to Facilitate Access to Published Works for Persons Who Are Blind, Visually Impaired or Otherwise Print Disabled;

AEC 8 Meningkatkan lebih lanjut sistem dukungan dan lingkungan yang memungkinkan bagi sumber daya manusia yang tinggi mobilitasnya, cerdas dan kreatif yang berkembang pada penciptaan pengetahuan dan aplikasi dengan mendorong penggunaan teknologi yang dapat diakses dalam aktivitas penelitian dan pengembangan (R&D) dan dengan terus-menerus melibatkan individu yang menggunakan teknologi yang dapat diakses ini seperti orang dengan disabilitas;

AEC 9 Membina sebuah ekonomi yang lebih inklusif di wilayah ini dengan mendorong pengecualian pajak yang beralasan dalam penjualan perangkat bantu dan/atau adaptif serta teknologi yang digunakan oleh orang dengan disabilitas dan orang lanjut usia/orang lebih tua untuk meningkatkan produktivitas mereka dalam sebuah lingkungan-buatan yang belum dibuat dapat diakses dan memungkinkan;

AEC 10 Mendorong pengerahan dan pendayagunaan teknologi yang efisien, memiliki dampak lingkungan rendah, dan meningkatkan mobilitas orang dengan disabilitas.

C. Konektivitas dan Kooperasi Sektoral Diperkuat

AEC 11 Mendorong transportasi yang dapat diakses di ASEAN menuju konektivitas lebih besar, efisiensi, terintegrasi, aman dan berkelanjutan untuk memperkuat daya saing ASEAN dan memupuk pertumbuhan dan pembangunan inklusif regional dalam area transportasi darat dan rel, transportasi udara, transportasi maritim dan fasilitasi transportasi, dan untuk menetapkan transportasi berkelanjutan sebagai sebuah fokus sektoral kunci baru yang memiliki peran penting untuk dimainkan dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah ASEAN;

AEC 12 Mempromosikan proyek-proyek kota cerdas yang memiliki infrastruktur dan teknologi inklusif yang dapat diakses untuk penduduk kota dengan disabilitas;

11

Page 12: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

AEC 13 Mendorong ICT inklusif dengan memperbaiki aksesibilitas dan kegunaannya bagi orang dengan disabilitas dan dengan menaikan susunan keterampilan pengembang dan pengguna untuk lebih berdaya dan terkoneksi secara digital di ASEAN;

AEC 14 Mendorong lebih lanjut integrasi ekonomi regional inklusif melalui sebuah kooperasi e-Commerce yang dipergiat dengan menyelaraskan undang-undang hak dan perlindungan konsumen termasuk undang-undang hak dan perlindungan konsumen yang relevan terhadap konsumen dan pewirausaha dengan disabilitas, menyelaraskan kerangkakerja hukum untuk resolusi perselisihan online dan resolusi alternatif yang dapat diakses dengan penggunaan teknologi, dan, mendorong penggunaan skema e-identification dan otorisasi inter-operable, saling mengakui, aman, dapat diandalkan, dapat diakses, dan ramah-pengguna (electronic signature);

AEC 15 Membina keamanan pangan dan aksesibilitas dari lanskap pangan di wilayah ini dengan memberdayakan produsen dan konsumen dengan disabilitas melalui upaya strategis seperti, pelatihan petani dengan disabilitas dalam penggunaan teknologi baru termasuk teknologi bantu untuk bertani, mengembangkan sebuah transportasi publik komprehensif, dan menyediakan sistem pengiriman pangan yang terjangkau dan dapat diakses;

EAC16 Mempromosikan pembangunan tentang sebuah pariwisata yang bertanggung jawab, berkelanjutan yang dapat diakses melalui transportasi, komunikasi, dan infrastruktur yang dapat diakses di wilayah ASEAN, dan memperkuat koordinasi serta kapasitas komunitas lokal dalam menyediakan akomodasi yang beralasan untuk mengakses fasilitas dan pelayanan;

AEC 17 Mempromosikan pengembangan sebuah industri perawatan kesehatan universal yang kuat yang akan berkontribusi kepada produk dan jasa, perawatan kesehatan berkualitas baik yang dapat diakses dan dapat dijangkau; proses registrasi dan labelisasi gizi yang dapat diakses termasuk untuk orang dengan rabun penglihatan atau mereka yang tuna netra, dan orang dengan disabilitas pembelajaran dan; memfasilitasi mobilitas profesional perawatan kesehatan termasuk asisten perawatan pribadi untuk orang dengan disabilitas dan orang lanjut usia/orang lebih tua di wilayah ini;

AEC 18 Mempromosikan sistem insentif dan mekanisme dukungan yang akan meningkatkan keterlibatan perempuan dan pemuda dengan disabilitas dalam ilmu teknologi, dan inovasi.

D. Sebuah ASEAN Inklusif, Berorientasi-Orang dan Berpusat-Orang

AEC 19 Mendorong korporasi untuk mempraktekan coporate social responsibility dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan, termasuk pengembangan dan implementasi prakarsa inklusif-disabilitas yang merupakan pelengkap dari United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights;

AEC 20 Mempromosikan produktivitas MSME dan inklusi bagi orang dengan disabilitas dengan memaksimumkan potensial dari teknologi dan invovasi melalui sebuah pemahaman tentang kecenderungan kunci, dan mempromosikan program pendidikan kewirausahaan dan pengembangan-kapasitas;

AEC 21 Menyediakan dukungan untuk orang dengan disabilitas untuk dapat memungkinkan mereka untuk memulai bisnis dengan menyediakan akses terhadap beragam sumber daya finansial yang responsif terhadap status ekonomi dari orang dengan disabilitas dan menyederhanakan proses dalam memperoleh izin dan lisensi;

AEC 22 Mendorong kewirausahaan dan pembangunan modal manusia orang dengan disabilitas di ASEAN dengan menciptakan sebuah lingkungan yang lebih kondusif bagi kewirausahaan melalui ASEAN SME On-line Academy yang dapat diakses oleh orang dengan disabilitas; dan meningkatkan pengembangan modal manusia untuk MSME, khususnya pemuda dan perempuan dengan disabilitas;

AEC 23 Membina dan mendukung kelompok sektor swasta dalam memprakarsai kelompok gugus untuk terlibat dalam isu spesifik termasuk yang berdampak pada pewirausaha dengan disabilitas;

12

Page 13: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

AEC 24 Mendorong dan mendukung penciptaan peluang bisnis inklusif untuk pertumbuhan dan lapangan kerja, dan akses terhadap pelayanan finansial orang dengan disabilitas.

E. Sebuah ASEAN Global

AEC 25 Mendorong sebuah ekonomi global inklusif dan non-diskriminasi bagi orang dengan disabilitas di wilayah ini melalui promosi peluang setara terhadap lapangan kerja dan kewirausahaan serta integrasi ekonomi untuk semua.

Cetakbiru 2025 Komunitas Sosio-Kultural (ASCC)

ASEAN

Butir-butir Aksi Kunci

A. Melibatkan dan Menguntungkan Rakyat

ASCCC 1 Mempromosikan hak-hak dari semua orang dengan disabilitas untuk berpartisipasi penuh, setara, dan efektif dalam semua aspek kehidupan di semua Negara-negara Anggota ASEAN;

ASCC 2 Meningkatkan akses terhadap perlindungan sosial dan peluang-peluang ekonomi untuk meraih kehidupan mandiri bagi orang dengan disabilitas, memastikan hak-hak mereka untuk hidup dengan bermartabat di dalam sebuah komunitas yang dilibatkan dan diberdayakan, termasuk peluang untuk menikmati dan mengambil bagian dalam aktivitas sosio-kultural dan keagamaan, olahraga dan hiburan;

ASCC 3 Memperkuat aktivitas pengembangan kapasitas untuk orang dengan disabilitas dan anggota keluarga mereka, asisten dan pemberi perawatan pribadi, memfokuskan pada keragaman, inklusi, perubahan norma sosial, anti-stigma, bias tidak disadari dan diskriminasi terhadap orang dengan disabilitas, dan aplikasinya dalam peran dan fungsi keseharian sebagai penyedia pelayanan, termasuk pegawai negeri, profesional hukum, pejabat kesejahteraan sosial, pejabat penegak hukum, dan penyedia pelayanan perawatan kesehatan, di antara yang lain-lain;

ASCC 4 Menyediakan ruang dan peluang bagi orang dengan disabilitas untuk secara aktif berpartisipasi dan terlibat dalam proses pembuatan-keputusan dalam pekerjaan badan-badan yang relevan, mekanisme dan platform di bawah payung ASCC, termasuk CSO, organisasi orang dengan disabilitas, sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya.

ASCC 5 Meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas websites; termasuk sektor publik dan swasta, khususnya online banking; maupun penggunaan teknologi baru, informasi dan teknologi komunikasi, teknologi asistif, dan teknologi adaptif bagi orang dengan disabilitas.

B. Inklusif ASCC 6 Memperkenalkan kebijaksanaan7 dan undang-undang kesehatan dan kesejahteraan hulu, dan mengarusutamakan8 pendekatan berbasis-hak azasi manusia bagi orang dengan disabilitas, khususnya perempuan dan anak-anak dengan disabilitas, untuk menjamin kualitas perawatan kesehatan berkualitas yang setara, dapat diakses, dan kompehensif, temasuk pelayanan kesehatan reproduktif dan seksual yang mengurusi tantangan dan kebutuhan orang dengan jenis-jenis disabilitas yang berbeda dan program rehabilitasi dapat terjangkau di semua Negara-negara Anggota ASEAN;

ASCC 7 Mengakui dan mengarusutamakan hak orang dengan disabilitas untuk sepenuhnya berpartisipasi dalam semua aspek kehidupan komunitas dengan menghormati otonomi, kemandirian dan pembuatan-keputusan serta untuk memastikan bahwa pelayanan komunitas, dan fasilitas responsif terhadap kebutuhan orang dengan disabilitas;

ASCC 8 Mendorong keselarasan kebijakan dan undang-undang ketenagakerjaan regional dan nasional menyangkut hak orang dengan disabilitas sesuai dengan kewajiban di bawah ILO Conventions dan instrumen hak azasi manusia, dapat diaplikasikan kepada Negara-negara Anggota ASEAN;

7 Kebijakan kesehatan hulu termasuk memiliki pertimbangan penentu sosial, rentang ketimpangan sosial dan ekonomi

serta faktor-faktor risiko lingkungan yang memainkan sebuah pencetus esensial dalam buruknya outcome kesehatan.8

Pengarusutamaan hak azasi manusia merupakan sebuah proses tentang mengintegrasikan prinsip-prinsip hak azasi manusia seperti inklusi, partisipasi, non-diskriminasi, kesetaraan, dan aksesibilitas. Silahkan temukan rincian lebih lanjut pada pengarusutamaan hak azasi manusia, seperti diterapkan dalam dokumen ini.

13

Page 14: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

ASCC 9 Mempromosikan peluang-setara, dapat diakses dan inklusif dari tempat pasar reguler bagi konsumen, klien, pemasok dan perwirausaha di semua Negara-negara Anggota ASEAN, dan terhubung dengan prakarsa regional;

ASCC 10 Mempromosikan produk yang dibuat oleh orang dengan disabilitas ke pasar yang lebih luas untuk meningkatkan permintaan bagi produk ini, termasuk melalui kebijakan dan regulasi pengadaan nasional;

ASCC 11 Mempromosikan hak orang dengan disabilitas sebagai sebuah nilai inti dari ASEAN Community dengan memasukan konsep inklusi disabilitas dalam kurikulum pelajaran ASEAN untuk dipromosikan bagi pengadopsian oleh institusi-institusi pendidikan Negara-Negara Anggota ASEAN;

ASCC 12 Memajukan sistem pendidikan inklusif dan aktivitas pengembangan kapasitas pada semua tingkatan dengan mempromosikan akses universal terhadap kualitas pendidikan bagi siswa, seiring dengan guru mereka, administrator dan staf sekolah, serta orangtua baik dengan atau tanpa disabilitas; melalui, di antara yang lain, menyediakan penerjemahan bahasa isyarat, dan pencatat;

ASCC 13 Mengakui hak orang dengan disabilitas untuk hidup dengan pilihan mereka, dan untuk memastikan sebuah rentang lebar tentang pilihan menyangkut kehidupan bermartabat9, membuat keputusan sendiri dan untuk menjamin otonomi bagi orang dengan disabilitas atas pengaturan kehidupan dan aksesibilitas, dan untuk melindungi di dalam dan di luar rumah, dari segala bentuk disabilitas berbasis-diskriminasi, perenggutan kebebasan, eksploitasi, penganiayaan dan kekerasan, termasuk diskriminasi dan kekerasan seksual serta diskriminasi berbasis-gender;

ASCC 14 Mendukung pengembangan beragam sumber daya kebudayaan yang mengakui inklusi, martabat, dan hak yang setara bagi orang dengan disabilitas, dan untuk merayakan inklusi dan partisipasi penuh dalam semua aspek kehidupan sosial dan budaya sebagai sebuah hak fundamental dan ekspresi tentang nilai-nilai bersama;

ASCC 15 Memastikan akses universal etrhaap lingkungan buatan, terutama institusi-institusi dan pelayanan pendidikan, kesehatan dan hukum, instansi penegak hukum, instansi hak azasi manusia nasional, dan kantor-kantor penyedia pelayanan, termasuk transportasi publik, menerapkan standar disain universal, dan teknologi informasi serta komunikasi yang dapat diakses fokus pada isu-isu gender dan beragam kelompok-usia yang mudah diakses di semua Negara-negara Anggota ASEAN:

ASCC 15.1 Memastikan pengakuan tentang bahasa isyarat nasional sebagai bahasa bagi tuna rungu di semua Negara-negara Anggota ASEAN;

ASCC 15.2 Secara terus-menerus mengembangkan penggunaan bahasa isyarat nasional dalam area pendidikan di semua Negara-negara Anggota ASEAN.

C. Berkelanjutan ASCC 16 Memastikan pertimbangan dari orang dengan disabilitas diitegrasikan dalam proses penciptaan sebuah akses setara terhadap lingkungan berkelanjutan yang membina perubahan sosial positif dan pembangunan ekonomi dan memautkan secara positif dengan area-area kota, pinggiran-kota, dan desa;

ASCC 17 Mengintegrasikan prinsip universal design bagi orang dengan disabilitas dalam semua pendekatan perencanaan dan manajemen perkotaan melalui penguatan kebijakan, kemitraan strategis, dan koordinasi dengan sektor yang relevan untuk sistem infrastruktur berkelanjutan dan dapat diakses untuk kota-kota yang dapat ditinggali dan sebuah green ASEAN;

ASCC 18 Mempromosikan partisipasi dengan komunitas dan kelompok

9 Hidup dengan bermartabat mengacu pada hak untuk memilih di mana dan dengan siapa tinggal, tanpa kewajiban untuk

terikat pada pengaturan hidup tertentu; dan akses ke berbagai pilihan kehidupan, termasuk kehidupan yang didukung, dan inklusi dalam komunitas dengan dasar kesetaraan. Konsep hidup bermartabat adalah versi diperpanjang dari "independent living" (CRPD 19) dan menekankan elemen-elemen budaya keluarga dan rumah, seperti yang diamati di Negara-negara Anggota ASEAN.

14

Page 15: asean.org · Web viewKomitmen ASEAN menuju sebuah komunitas inklusif diabadikan dalam ASEAN Community Vision 2025 ASEAN Community Vision 2025, 2015., sebuah ten-year strategic roadmap

kepentingan, terutama orang dengan disabilitas dalam pengembangan tanggapan yang responsif dan koheren terhadap perubahan iklim, inventori Greenhouse Gas (GHG), dan penilaian kerentanan;

ASCC 19 Mendorong Negara-negara Anggota ASEAN, institusi sektoral, aktor sektor swasta, dan anggota komunitas untuk mengarusutamakan hak azasi manusia dan melindungi kepentingan orang dengan disabilitas dalam mengimplementasikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, termasuk manajemen pengurangan risiko perubahan iklim dan emisi GHG, manajemen sampah yang baik, dan efisiensi energi.

D. Berketahanan ASCC 20 Memastikan kesesuaian undang-undang, kebijakan, rencana, dan program manajemen bencana nasional dan lokal dengan kerangkakerja pengurangan risiko dan ketahanan bencana internasional dan regional untuk membina sebuah lingkungan yang lebih inklusif disabilitas dan ketahanan bencana yang mengantisipasi, menanggapi, mengatasi, dan adaptasi terhadap bencana, dan membangun kembali dari awal, lebih cerdas, dan lebih cepat di semua Negara-negara Anggota ASEAN;

ASCC 21 Mengembangkan rencana ketahanan bencana inklusif disabilitas termasuk penilaian risiko, rencana tanggap darurat, dan rencana pemulihan dan rehabilitasi, serta alokasi sumber daya, dan memastikan keterlibatan aktif orang dengan disabilitas, terutama anak-anak, perempuan, pemuda, dan orang lanjut usia/orang lebih tua;

ASCC 22 Mempromosikan berbagi praktek yang baik dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana untuk membangun pada langkah-langkah inovatif lainnya dalam menciptakan rencana, program, dan prosedur manajemen bencana inklusif disabilitas; melakukan aktivitas pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi manajer tanggap darurat lokal, nasional, dan komunitas, serta penanggap pertama;

ASCC 23 Memastikan bahwa orang dengan disabilitas memiliki akses terhadap kantor, fasilitas, perlengkapan, dan sumber daya publik yang relevan pada tingkat nasional, lokal, dan komunitas digunakan dalam situasi bencana;

ASCC 24 Merancang mekanisme untuk, dan bertindak atas umpan-balik dari, orang dengan disabilitas, menghargai martabat mereka dan memastikan keselamatan mereka.

E. Dinamis SCC 25 Mempromosikan pelatihan-keterampilan kewirausahaan inklusif, termasuk meningkatkan kesadaran terhadap kebijakan hukum, pemahaman pasar, pengadaan dan distribusi, serta informasi dan teknologi, dalam sebuah lanskap ekonomi yang kompetitif, inovatif, dan dinamis;

ASCC 26 Meningkatkan kesadaran tentang institusi finansial dan staf sumber daya manusia tentang hak orang dengan disabilitas yang memfokuskan pada keragaman, pelatihan setara, inklusi, anti-stigma dan bias tidak disadari dan diskriminasi terhadap orang dengan disabilitas;

ASCC 27 Mempromosikan sentra wirausaha satu-pemberhentian untuk orang dengan disabilitas agar membuatnya tersedia dalam satu tempat informasi pendanaan penting termasuk memulai MSME; jejaring wirausaha; perlengkapan finansial yang dapat diakses, dan moda melakukan transaksi ekonomi.

15