as vi 287_tauhid di balik talbiyah

2
Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda talbiyah itu bukan semata lafal-lafal kosong, tetapi mengandung makna agung yang merupakan ruh dan asas agama, yaitu tauhid- ullah. Oleh karena itu, tiap orang yang mengumandangkan kalimat-kalimat talbiyah di atas wajib menghayati mak -na yang terkandung di da- lamnya. Sehingga ia men- jadi orang yang benar da- lam bertalbiyah, kata-kata- nya cocok dengan kenya- taannya, ia benar-benar berpegang pada ajaran ta- uhid dan menjaga hak-hak tauhid. Menjauhi segala hal yang dapat membatalkan tauhid, baik itu kemusyrikan maupun yang lainnya. Maka ia menjadi orang yg tidak akan meminta kecuali kepada Allah, tidak akan ber-istighatsah (bersambat) kecuali kepada Allah, tidak bertawakkal kecuali kepada Allah, tidak akan meminta bantuan serta pertolongan kecuali kepada Allah, dan tidak akan mengarahkan salah satu macam ibadah- Oleh: Syaikh Prof. Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr Pengantar Ketika jama’ah haji atau jama -’ah umrah mengumandang- kan talbiyah, sebenarnya me- reka sedang mengikrarkan pernyataan tauhid kepada Allah dan mengikrarkan per- nyataan anti syirik. Di bawah ini adalah sebuah risalah yg disadur dari buah karya Syaikh Prof. Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al- Badr, seorang guru besar ju- rusan Aqidah, Univ. Islam Ma -dinah di Kerajaan Saudi Ara- bia. Diambil dari kumpulan ri- salah beliau berjudul al-Jaami ’lil-Buhuts war-Rasaa`il, diter- bitkan oleh Daar Kunuuz Isy- biliya, Riyadh, cet. I – 1426 /2005 M, hlm. 252 – 255. Risalah ini berisi ikrar tentang tauhid dan peringatan dari syirik yang terdapat pada tal- biyah yang dikumandangkan oleh seseorang ketika berhaji atau berumrah. Disadur dgn bebas oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin. Silahkan me- nyimak. Sesungguhnya kalimat talbi- yah berisi pernyataan tauhid kepada Allah dan penentang- an terhadap syirik. Seorang sahabat Nabi Shallallahu 'ala- ihi wa sallam yang mulia, ber- nama Jabir bin Abdillah Ra- dhiyallahu 'anhu, ketika men- jelaskan sifat haji Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertalbiyah dengan tauhid, yaitu: "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan- Mu. Aku penuhi panggilan- Mu ya Allah, tiada sekutu ba- gi-Mu, aku penuhi panggilan- Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan ha- nyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu".[1] Maka Jabir bin Abdillah Ra- dhiyallahu 'anhu mensifati tal- biyah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebagai tal- biyah dengan tauhid. Sebab di dalamnya berisi pemurnian peribadatan hanya kepada Allah dan membuang kemu- syrikan. Hal ini juga membuk- tika bahwa kalimat-kalimat BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013] BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013] DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash DKM Masjid Ash- - -Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK TAUHID DI BALIK TALBIYAH Halaman 2 “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hen- daklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [az-Zumar/39: 65- 66] Masih banyak ayat-ayat sena- da lainnya, dimana Allah Azza wa Jalla mengingatkan sege- nap hamba-Nya tentang syi- rik, bahayanya dan akibat bu- ruknya bagi para pelaku, baik di dunia maupun di akhirat. Syirik, akibatnya sangat bu- ruk, penghabisannya sangat menyedihkan, dan bahayanya sangat besar. Para pelakunya tidak akan memperoleh keun- tungan apa-apa. Yang ia per- oleh hanya kerugian, keseng- saraan dan kehinaan belaka. Syirik merupakan dosa ter- besar dan kezhaliman paling kejam. Sebab inti dari perbu- atan syirik adalah penghinaan kepada Allah Azza wa Jalla. Syirik adalah mengalihkan hak peribadatan, yang sebe- narnya merupakan hak murni Allah, kepada selain Allah. Perbuatan syirik berarti pe- nentangan dan ke-sombong- an terhadap Allah. Di dalam perbuatan syirik juga terkan- dung perbuatan me-nyerupa- kan makhluk dengan Khaliq- Nya. Maha Suci Allah dari adanya sekutu. Sebab dengn perbuatan syirik itu berarti menganggap makhluk sejajar dan serupa dengan Khaliq. Padahal ia tidak memiliki ke- mampuan apapun untuk mem Hukuman bagi perbuatan do- sa syirik di dunia antara lain, bahwa orang-orang musyrik menjadi halal darah serta har- tanya, para wanita serta anak -anak kaum musyrikin bisa menjadi tawanan perang. Sedangkan di akhirat, dosa syirik tidak akan diampunkan oleh Allah Azza wa Jalla ke- cuali dengan bertaubat dari- padanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengam -puni segala dosa yg selain dari (syirik) itu, bagi siapa yg dikehendaki-Nya. Barangsia- pa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [an-Nisâ`/4:48]. "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa memper- sekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki- Nya. Barangsiapa yg mem- persekutukan (sesuatu) de- ngan Allah, maka sesungguh -nya ia telah tersesat sejauh- jauhnya". [an-Nisâ`/4:116]. "…Sesungguhnya orang yg mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepa- danya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". [al- Mâ`idah/5:72]. "Dan sesungguhnya telah di- wahyukan kepadamu dan kepada (nabi2) sebelummu: pun kecuali hanya kepada Allah saja. Sebab hanya di tangan Allah dan hanya menjadi kewenangan-Nya sajalah hak untuk memberi, menahan pemberian, me- limpahkan anugerah, melim -pahkan manfaat dan me- nimpakan madharat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Atau siapakah yang dapat mengabulkan (doanya) orang yang tengah didesak kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan siapakah yang dapat menghilangkan kesusahan dan dapat men- jadikan kamu sebagai kha- lifah di bumi? Apakah ada sesembahan lain yang ber- hak disembah di samping Allah? Amat sedikitlah kamu mengingat kepada-Nya". [an-Naml/27:62]. Ketika seorang muslim dlm talbiyahnya mengucapkan: Laa Syariika lahu (tiada se- kutu bagi-Nya), maka ia wa- jib memahami hakikat syirik, wajib mengerti bahaya syirik dan wajib berhati-hati dengn sungguh-sungguh agar tidk terjerumus ke dalam syirik atau ke dalam salah satu sebab atau salah satu jalan atau salah satu celah yang dapat mengantarkan menu- ju syirik. Sebab syirik meru- pakan dosa dan kemaksiat- an paling besar. Hukuman yang ditimpakan bagi per- buatan dosa syirik, baik hu- kuman di dunia maupun di akhirat, jauh lebih berat di- bandingkan dengan hukum- an yang diancamkan bagi dosa-dosa lainnya.

Upload: zoo-genk

Post on 30-Jul-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: As vi 287_tauhid di balik talbiyah

Mendengarkan Khutbah adalah wajib, Maka simaklah Khutbah dan simpanlah Buletin Anda

talbiyah itu bukan semata lafal-lafal kosong, tetapi mengandung makna agung yang merupakan ruh dan asas agama, yaitu tauhid-ullah. Oleh karena itu, tiap orang yang mengumandangkan kalimat-kalimat talbiyah di atas wajib menghayati mak-na yang terkandung di da-lamnya. Sehingga ia men-jadi orang yang benar da-lam bertalbiyah, kata-kata-nya cocok dengan kenya-taannya, ia benar-benar berpegang pada ajaran ta-uhid dan menjaga hak-hak tauhid. Menjauhi segala hal yang dapat membatalkan tauhid, baik itu kemusyrikan maupun yang lainnya. Maka ia menjadi orang yg tidak akan meminta kecuali kepada Allah, tidak akan ber-istighatsah (bersambat) kecuali kepada Allah, tidak bertawakkal kecuali kepada Allah, tidak akan meminta bantuan serta pertolongan kecuali kepada Allah, dan tidak akan mengarahkan salah satu macam ibadah-

Oleh: Syaikh Prof. Dr. Abdur Razaq

bin Abdul Muhsin al-Badr

Pengantar Ketika jama’ah haji atau jama-’ah umrah mengumandang-kan talbiyah, sebenarnya me-reka sedang mengikrarkan pernyataan tauhid kepada Allah dan mengikrarkan per-nyataan anti syirik. Di bawah ini adalah sebuah risalah yg disadur dari buah karya Syaikh Prof. Dr. Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr, seorang guru besar ju-rusan Aqidah, Univ. Islam Ma-dinah di Kerajaan Saudi Ara-bia. Diambil dari kumpulan ri-salah beliau berjudul al-Jaami ’lil-Buhuts war-Rasaa`il, diter-bitkan oleh Daar Kunuuz Isy-biliya, Riyadh, cet. I – 1426 /2005 M, hlm. 252 – 255. Risalah ini berisi ikrar tentang tauhid dan peringatan dari syirik yang terdapat pada tal-biyah yang dikumandangkan oleh seseorang ketika berhaji atau berumrah. Disadur dgn bebas oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin. Silahkan me-nyimak.

Sesungguhnya kalimat talbi-yah berisi pernyataan tauhid kepada Allah dan penentang-an terhadap syirik. Seorang sahabat Nabi Shallallahu 'ala-ihi wa sallam yang mulia, ber-nama Jabir bin Abdillah Ra-dhiyallahu 'anhu, ketika men-jelaskan sifat haji Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertalbiyah dengan tauhid, yaitu: "Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, tiada sekutu ba-gi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan ha-nyalah kepunyaan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu".[1] Maka Jabir bin Abdillah Ra-dhiyallahu 'anhu mensifati tal-biyah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas sebagai tal-biyah dengan tauhid. Sebab di dalamnya berisi pemurnian peribadatan hanya kepada Allah dan membuang kemu-syrikan. Hal ini juga membuk-tika bahwa kalimat-kalimat

BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013]BULETIN JUMAT, No.287 / Th.VI 13 Zulhijjah 1434 H [18 Oktober 2013]

DKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid AshDKM Masjid Ash----Shofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOKShofa Perumahan Puri Anggrek Mas, DEPOK

TAUHID DI BALIK TALBIYAH

Halaman 2

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hen-daklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". [az-Zumar/39: 65-66] Masih banyak ayat-ayat sena-da lainnya, dimana Allah Azza wa Jalla mengingatkan sege-nap hamba-Nya tentang syi-rik, bahayanya dan akibat bu-ruknya bagi para pelaku, baik di dunia maupun di akhirat. Syirik, akibatnya sangat bu-ruk, penghabisannya sangat menyedihkan, dan bahayanya sangat besar. Para pelakunya tidak akan memperoleh keun-tungan apa-apa. Yang ia per-oleh hanya kerugian, keseng-saraan dan kehinaan belaka. Syirik merupakan dosa ter-besar dan kezhaliman paling kejam. Sebab inti dari perbu-atan syirik adalah penghinaan kepada Allah Azza wa Jalla. Syirik adalah mengalihkan hak peribadatan, yang sebe-narnya merupakan hak murni Allah, kepada selain Allah. Perbuatan syirik berarti pe-nentangan dan ke-sombong-an terhadap Allah. Di dalam perbuatan syirik juga terkan-dung perbuatan me-nyerupa-kan makhluk dengan Khaliq-Nya. Maha Suci Allah dari adanya sekutu. Sebab dengn perbuatan syirik itu berarti menganggap makhluk sejajar dan serupa dengan Khaliq. Padahal ia tidak memiliki ke-mampuan apapun untuk mem

Hukuman bagi perbuatan do-sa syirik di dunia antara lain, bahwa orang-orang musyrik menjadi halal darah serta har-tanya, para wanita serta anak-anak kaum musyrikin bisa menjadi tawanan perang. Sedangkan di akhirat, dosa syirik tidak akan diampunkan oleh Allah Azza wa Jalla ke-cuali dengan bertaubat dari-padanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengam-puni segala dosa yg selain dari (syirik) itu, bagi siapa yg dikehendaki-Nya. Barangsia-pa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". [an-Nisâ`/4:48]. "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa memper-sekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang lain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yg mem-persekutukan (sesuatu) de-ngan Allah, maka sesungguh-nya ia telah tersesat sejauh-jauhnya". [an-Nisâ`/4:116]. "…Sesungguhnya orang yg mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepa-danya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". [al-Mâ`idah/5:72]. "Dan sesungguhnya telah di-wahyukan kepadamu dan kepada (nabi2) sebelummu:

pun kecuali hanya kepada Allah saja. Sebab hanya di tangan Allah dan hanya menjadi kewenangan-Nya sajalah hak untuk memberi, menahan pemberian, me-limpahkan anugerah, melim-pahkan manfaat dan me-nimpakan madharat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Atau siapakah yang dapat mengabulkan (doanya) orang yang tengah didesak kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan siapakah yang dapat menghilangkan kesusahan dan dapat men-jadikan kamu sebagai kha-lifah di bumi? Apakah ada sesembahan lain yang ber-hak disembah di samping Allah? Amat sedikitlah kamu mengingat kepada-Nya". [an-Naml/27:62]. Ketika seorang muslim dlm talbiyahnya mengucapkan: Laa Syariika lahu (tiada se-kutu bagi-Nya), maka ia wa-jib memahami hakikat syirik, wajib mengerti bahaya syirik dan wajib berhati-hati dengn sungguh-sungguh agar tidk terjerumus ke dalam syirik atau ke dalam salah satu sebab atau salah satu jalan atau salah satu celah yang dapat mengantarkan menu-ju syirik. Sebab syirik meru-pakan dosa dan kemaksiat-an paling besar. Hukuman yang ditimpakan bagi per-buatan dosa syirik, baik hu-kuman di dunia maupun di akhirat, jauh lebih berat di-bandingkan dengan hukum-an yang diancamkan bagi dosa-dosa lainnya.

Page 2: As vi 287_tauhid di balik talbiyah

Halaman 3

-buat madharat serta manfa-at bagi diri sendiri, dan tidak memiliki kehidupan, kemati-an serta kemampuan apa-pun untuk membangkitkan diri sendiri sesudah mati apa-lagi orang lain. Sesungguhnya kewajiban se-tiap muslim adalah berhati-hati sekali terhadap syirik dan sangat takut jika terjatuh ke dalamnya. Tak urung se-orang nabiyyullah dan kha-lilul-Nya yaitu Nabi Ibrahim pun berdoa kepada Allah su-paya dijauhkan dari kemu-syrikan: "Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripa-da menyembah berhala-ber-hala. Ya Rabbku, sesungguh-nya berhala-berhala itu tel-ah menyesatkan kebanyak-an daripada manusia". [Ibrâhîm/14:35-36]. Nabi Ibrâhîm Alaihissallam ternyata takut jika sampai menyembah berhala-berhala, sehingga beliau berdoa agar Allah menyelamatkan beliau dan anak cucu beliau dari menyembah berhala-berhala. Apabila Nabi Ibrahim Kha-lilullah saja memohon agar Allah menjauhkan diri beliau dan diri anak keturunan be-liau dari menyembah patung-patung, apatah lagi seharus-nya orang-orang yang selain beliau. Tidak diragukan lagi, bahwa hati yang hidup tentu sangat takut terhadap kemusyrikan. Ia pasti akan sangat menja-ga diri dari kemungkinan ter-jerumus dalam kemusyrikan dan akan senantiasa berdoa terus menerus agar Allah

Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik berupa ibadah haji atau-pun yang lain-lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfir-man : "Dan berserulah kepada ma-nusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengen-darai unta yang kurus yang datang dari segenap penju-ru yang jauh. Supaya mere-ka menyaksikan berbagai manfa'at bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan ke-pada mereka berupa bina-tang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikan-lah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan ko-toran yang ada pada badan mereka dan hendaklah me-reka memenuhi nazar-nazar mereka dan hendaklah me-reka melakukan Thawaf se-keliling rumah yang tua itu (Baitullah). Demikianlah (perintah Allah). Dan barang-siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabb-nya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang dite-rangkan kepadamu kaha-ramannya, maka jauhilah olehmu barhala-berhala yg najis itu dan jauhilah perka-taan-perkataan yang dusta; dengan ikhlas kepada Allah, tidak menjadi orang-orang musyrik kepada Allah (mem-

menyelamatkannya dari ke-musyrikan. Dengan demiki-an, maka hal ini akan menun-tut seorang mu’min untuk ber-usaha memahami hakikat syirik, sebab-sebabnya, prin-sip-prinsipnya dan macam-macamnya, agar ia tidk sam-pai terjatuh ke dalam syirik. Itulah mengapa Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu 'anhu berkata: "Orang-orang bertanya kepa-da Rasulullah tentang kebaik-an, namun aku bertanya ke-pada beliau tentang keburuk-an karena aku takut jika kebu-rukan itu menimpaku". Mengapa perlu memahami keburukan seperti yang ditan-yakan oleh Hudzaifah Radhi-yallahu 'anhu ? Sebab orang yang hanya mengetahui ke-baikan saja, terkadang ketika ada keburukan datang, ia ti-dak mengetahui bahwa itu adalah keburukan. Sehingga mungkin ia terjerumus ke da-lamnya atau paling tidak ia tidak akan mengingkarinya. Umar bin Khaththab Radhiy-allahu 'anhu pernah menga-takan: “Tidak lain ikatan Islam akan terlepas seikat demi se-ikat ketika seseorang tumbuh di dalam Islam tetapi tidak me-ngetahui jahiliyah”. Sesungguhnya, menjauh dari segala bentuk kemusyrikan dan memurnikan tauhid ha-nya kepada Allah, merupakan pokok yang wajib menjadi landasan bagi setiap ketaat-an yang dapat dipergunakan oleh seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada

Nabi Ibrâhîm Alaihissallam supaya membersihkan baitu-llah sesudah Allah memberi-kan tempat kepada Ibrâhîm di baitullah tersebut, dan me-larang berbuat syirik. Yaitu pada firman Allah Azza wa Jalla : "Dan (ingatlah) ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memper-serikatkan sesuatupun (syi-rik) dengan Aku dan sucikan-lah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang ruku' serta sujud". [al-Hajj/22:26] Dengan demikian, ayat-ayat yang berkaitan dengan haji di atas terkelilingi dengan pe-ringatan terhadap syirik, la-rangan dari syirik dan penje-lasan tentang akibat buruk syirik. Hal ini membuktikan bahwa syirik sangat keji dan sangat besar bahayanya. Kita memohon kepada Allah SWT agar Dia melindungi kita semua dari syirik, serta memberikan rizki keikhlasan kepada kita, baik dalam ber-kata maupun dalam berbuat. [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XII/1429H/2008 M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta] _______ Footnote [1]. HR Muslim dalam sebuah hadits yang panjang, Lihat Shahîh Muslim Syarh Nawawi, Kitab al-Hajj, Bab: Hajjatun-Nabiyyi Shallallahu ''alaihi wa sallam . VIII/402 dst. Lafazh di atas terdapat pada halaman

Advisor : M. Syaftari, Sandy M. Latief

M. Agoes Joesoef Suwardi Suwardjo

—————————————————————————

RedPel : Prasetya B. U.

Masjid Ash-Shofa

Puri Anggrek Mas - Depok

Ph./ SMS: 0811 10 6452

E-mail / Blog

[email protected] /

http://dkm-ash-

shofa.blogspot.com

Diterbitkan Oleh:

DKM Masjid Ash-Shofa

persekutukan sesuatu dengn Dia). Barangsiapa memperse-kutukan sesuatu dgn Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung penyambar, atau dihempaskan angin ke tem-pat yang jauh". [al-Hajj/22:27-31]. Dalam konteks ibadah haji yg terdapat pada ayat2 di atas, Allah Azza wa Jalla memperi-ngatkan tentang syirik dan memerintahkan untuk men-jauhinya. Allah menjelaskan kejinya syirik serta menjelas-kan akibat buruknya. Menje-laskan pula bahwa pelakunya seakan-akan terjatuh dari la-ngit lalu disambar oleh bu-rung penyambar, atau seolah-olah dihempaskan oleh ba-dai ke tempat yang jauh. Karena itulah Allah Subhana-hu wa Ta'ala pada sebelum ayat-ayat ini memerintahkan

405 – Tahqîq: Khalil Ma’mun Syiha, Dârul-Ma’rifah – Beirut, cet. II – 1415 H/1995 M. [2]. HR Bukhâri dan Muslim. Lihat Fathul-Bari XIII/35 - Kitab al-Fitan no. 7084 dan VI/615 - Kitab al-Manaqib, no. 3606. Juga Shahîh Muslim Syarh Nawawi, Tahqîq: Khalil Ma’mun Syiha XII/439 – Kitab al-Imarah, Bab: Wujub Mulazamah Jama’ah al-Muslimin ‘Inda Zhuhur al-Fitan, no. 4761.

http://almanhaj.or.id/content/2867/slash/0/tauhid-di-

balik-talbiyah/

MUTIARA HIKMAH

Dari Abu Hurairah Radhiyal-

lahu anhu dia berkata:

"Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, 'Apa saja yang aku

larang terhadap kalian, maka jauhilah;

dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian,

maka kerjakanlah semampu kalian.

Sesungguhnya apa yang

membinasakan umat sebelum kalian

hanyalah karena mereka banyak bertanya

dan menyelisihi Nabi-nabi mereka'."

[HR Bukhâri dan Muslim].