as-syakur (asma'ul husna)

9
Asmaul Husna : Asy-Syakur Disusun oleh: Anggun Surya Diantriana (04) X MS 1

Upload: anggundiantriana

Post on 16-Apr-2017

2.202 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: As-Syakur (asma'ul husna)

Asmaul Husna :Asy-Syakur

Disusun oleh:Anggun Surya Diantriana (04)

X MS 1

Page 2: As-Syakur (asma'ul husna)

ARTI KATA

Secara kebahasaan ASY SYAKUR  dapat berarti maha mensyukuri, ada pula yang menyebutkan maha menerima syukur, dan juga ada menyebutkan Yang Maha Pembalas Budi / menghargai

Asy-Syakur berasal dari sakoro. Diibaratkan air yang menetes dari daun dan dapat memberikan penghidupan bagi yang menerimanya. Kita juga tahu kerbau yang memakan rumput, dengan rumput itu bisa menghasilkan tubuh yang besar.

Allah membalas kebaikan yang kecil dengan nikmat yang besar. Allah membalas kenikmatan yang kecil dengan sesuatu yang besar. Kita terjamin dengan uang yang diinfakan, dibandingkan dengan uang yang ada pada tangan kita atau tabungan. Karena uang yang berada di tabungan hanya dijamin oleh perkataan dari orang, bukan jaminan dari Allah, oleh karena itu kita lebih baik berbisnis dengan Allah.

Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Quran QS: Al-Baqarah:261

Dialah Allah yang membalas perbuatan baik hamba-Nya dengan pahala yang jauh lebih besar. Allah banyak memuji amal hamba-Nya dengan menyebut-nyebut perbuatan taatnya. Dialah Allah yang membalas amalan hambanya yang sedikit dengan derajat yang tinggi. Dia memberikan ganjaran terhadap amalan hamba-Nya selama hidup di dunia dengan kenikmatan akhirat yang tidak terbatas.BAGIAN HAMBA

Page 3: As-Syakur (asma'ul husna)

Bagian hamba dari Asma Allah Asy Syakur adalah bersyukur kepada Allah atas segala keadaan dengan hati, perkataan dan perbuatan. Hati harus mengungkapkan rasa syukur. Lidah juga mengungkapkan rasa syukur dan badan juga harus mengungkapkan rasa syukur. Setiap hal yang menjadi pemberian Allah harus disyukuri.  Juga menjadi hamba yang berterima kasih kepada orang yang berbuat baik kepada dirinya.Setiap hamba bisa mensyukuri kebaikan orang lain dengan cara menyebur-nyebut kebaikannya dan memberikan balasan dengan yang lebih baik serta lebih banyak dari apa yang diterima. Yang demikian termasuk sifat yang terpuji sebagaimana sabda Nabi SAW :”Barangsiapa tidak bersyukur kepada orang, maka tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. Imam Ahmad, Thirmidzi, Adh Dhiya’).

Adapun syukur seorang hamba kepada Allah, maka sesungguhnya syukurnya itu tidak lebih dari kiasan (hanya sebagai bukti bahwa seseorang berterima kasih dan menghamba kepada-Nya). Karena pujian manusia untuk Allah tidaklah memadai. Sesungguhnya pujian terhadap-Nya tidak terhingga.  Jika seorang hamba berbuat taat kepada-Nya, maka ketaatan itu merupakan nikmat lain dari-Nya. Bahkan syukur itu sendiri merupakan nikmat lain dibalik nikmat yang disyukurinya. Bentuk terbaik syukur atas semua nikmat Allah ialah tidak menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat kepada-Nya. Nikmat-nikmat Allah digunakan sebagai media atau sarana untuk mentaati-Nya. Yang demikian itu terjadi semata-mata atas perkenan dan kemudahan yang dianugrahkan-Nya.

QONA’AH DAN BAIK SANGKA

Qona’ah dan baik sangka, dua sifat yang memungkinkan manusia menjadi orang yang ahli syukur.Qona’ah adalah merasa cukup atas semua nikmat karunia yang ada dalam genggamannya saat ini. Tidak melihat dan membandingkan dengan nikmat-nikmat yang berada dalam genggaman orang lain. Juga tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh keinginan-keinginan dalam angannya yang membuat dirinya melupakan nikmat yang ada dalam genggamannya. Sedang baik sangka adalah selalu meyakini bahwa apapun nikmat yang Allah karuniakan kepada dirinya adalah yang terbaik. Ia yakin bahwa Allah mengetahui secara pasti kebutuhan dirinya, yang karena itu memberikan berdasarkan pengetahuan-Nya yang kebenarannya mutlak adanya.Jika manusia dalam dirinya tidak terdapat sifat qona’ah dan baik sangka, maka boleh jadi hati dan pikirannya akan terpenjara. Setiap saat dipenuhi oleh keinginan-keinginan yang tidak pernah terpuaskan. Yang lebih merugikan adalah tidak bisa menikmati nikmat karunia yang saat ini berada dalam genggamannya. Ia sibuk memikirkan dan mengejar nikmat-nikmat yang lain yang belum berada dalam genggamannya.Lebih jauh lagi, orang-orang yang tidak memiliki sifat qona’ah dan berbaik sangka kepada Allah adalah ia akan menjadi orang-orang yang jauh dari rahmat-Nya. Yang pertama-tama dirasakan adalah hati dan pikirannya selalu dipenuhi oleh soal keduniaan semata yang tidak berkonteks akhirat. Jika ini berlangsung terus-menerus dalam jangka panjang, boleh jadi akan permanen dalam jiwanya soal kecintaan kepada dunia yang berlebihan. (QS : Al Fajr (89) : 20 ).

Page 4: As-Syakur (asma'ul husna)

Ketika kecintaan kepada harta berlebihan, maka ia akan mencurahkan waktu dalam hidupnya untuk memburu harta-dunia dengan sepenuh-penuhnya. Jika perlu mengabaikan waktu untuk ibadah. Wujudnya adalah malas dan berat untuk menegakkan ibadah kepada Allah.  Atau malah jangan-jangan pada suatu saat betul-betul meninggalkan ibadah sama sekali (naudzubillah). Kalau sudah demikian, bukan keberuntungan yang ia dapatkan, melainkan kehinaan dan kenistaan. Tidak peduli ia hidup berkelimpahan harta sekalipun.Karena itu manusia butuh untuk menjadi hamba yang ahli syukur. Kebaikan dari syukur akan kembali kepada dirinya. Semakin ia pandai bersyukur, maka akan semakin banyak kebaikan yang akan diperoleh. “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim (14) : 7 ).

Rasa syukur kepada Allah yang paling dalam adalah dengan menjadi hamba yang taat kepada Allah. Menggunakan segala nikmat kurnianya dijalan kebaikan yang diridhoi-Nya. Jasmani yang sehat digunakan untuk menyempurnakan ruku’ dan sujud kepada-Nya. Hati dan akal pikiran digunakan untuk menebar kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya manusia. Kelapangan harta di tangan, melapangkan kehidupan banyak orang. Keluasan ilmu menjadi penyejuk dan penerang kehidupan orang-orang yang membutuhkan.Dalam konteks hubungan antar hamba, maka syukur ditunjukkan dengan berusaha memberikan balasan yang terbaik kepada orang-orang yang berbuat baik kepada dirinya. Bahkan sebisa-bisanya memberikan balasan yang lebih baik dari yang ia terima.  Entah dengan mendo’akan dengan hati tulus yang mengharapkan kebaikan orang-orang yang berbuat baik kepada dirinya.Dari uraian diatas kita jadi tahu bahwa menjadi ahli syukur akan sempurna dengan dua dimensi, yaitu hablum minAllah dan hablum minannas. Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama manusia. Semoga kita semua dengan rahmat kurnia-Nya menjadi hamba-hamba-Nya yang ahli syukur. Dicintai oleh sesama dan diridhoi oleh-Nya. Aamiin.

BAGAIMANA CARA KITA BERSYUKUR?

Syukur mencakup tiga sisi:a. Syukur dengan hati, yaitu kepuasan batin atas anugerah.b. Syukur dengan lidah, dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya.c. Syukur dengan perbuatan, dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan

tujuan penganugerahannya.

Uraian Al-Quran tentang syukur mencakup sekian banyak aspek. Berikut akan dikemukakan sebagian di antaranya

Page 5: As-Syakur (asma'ul husna)

a. Syukur dengan hatiSyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Ilahi sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya. Qarun yang mengingkari keberhasilannya atas bantuan Ilahi, dan menegaskan bahwa itu diperolehnya semata-mata karena kemampuannya, dinilai oleh Al-Quran sebagai kafir atau tidak mensyukuri nikmat-Nya (Baca kisahnya dalam surat Al-Qashash (28): 76-82).Seorang yang bersyukur dengan hatinya saat ditimpa malapetaka pun, boleh jadi dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya bahwa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat terjadi. Dari sini syukur –seperti makna yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip di atas– diartikan oleh orang yang bersyukur dengan “untung” (merasa lega, karena yang dialami lebih ringan dari yang dapat terjadi).Dari kesadaran tentang makna-makna di atas, seseorang akan tersungkur sujud untuk menyatakan perasaan syukurnya kepada Allah.Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan saat hati dan pikiran menyadari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah. Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud. (Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan di hadapan si penderita itu).Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari kaki –seperti melakukan sujud dalam shalat. Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana dalam shalat. Karena sujud itu bukan bagian dan shalat, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudhu, karena sujud dapat dilakukan sewaktu-waktu dan secara spontanitas. Namun tentunya akan sangat baik bila melakukan sujud disertai dengan wudhu.

b. Syukur dengan lidahSyukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. Al-Quran, seperti telah dikemukakan di atas, mengajarkan agar pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi “al-hamdulillah.”Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain. Kata “al” pada “al-hamdulillah” oleh pakar-pakar bahasa disebut al lil-istighraq, yakni mengandung arti “keseluruhan”. Sehingga kata “al-hamdu” yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah Swt., bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya.Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu berarti pada saat Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT, sebab kecantikan dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Di sisi lain kalau pada akhirnya ada perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai “kurang baik”, maka harus disadari bahwa penilaian tersebut adalah akibat keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga penilaiannya menjadi demikian. Walhasil, syukur dengan lidah adalah “al- hamdulillah” (segala puji bagi Allah).

c. Syukur dengan perbuatanNabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,

Page 6: As-Syakur (asma'ul husna)

“Bekerjalah wahai keluarga Daud sebagai tanda syukur!” (QS. Saba [34]: 13).

Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya.Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh lautan yang diciptakan oleh Allah SWT. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya: (QS. An-Nahl [16]: 14).

Ayat ini menjelaskan tujuan penciptaan laut, sehingga mensyukuri nikmat laut, menuntut dari yang bersyukur untuk mencari ikan-ikannya, mutiara dan hiasan yang lain, serta menuntut pula untuk menciptakan kapal-kapal yang dapat mengarunginya, bahkan aneka pemanfaatan yang dicakup oleh kalimat “mencari karunia-Nya”.Dalam konteks inilah terutama realisasi dan janji Allah,“Apabila kamu bersyukur maka pasti akan Kutambah (nikmat-Ku)” (QS. Ibrahim [14]: 7)Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?Di sisi lain, lanjutan ayat di atas menjelaskan bahwa “Kalau kamu kufur (tidak mensyukuri nikmat atau menutupinya tidak menampakkan nikmatnya yang masih terpendam di perut bumi, di dasar laut atau di angkasa), maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.”Suatu hal yang menarik untuk disimak dari redaksi ayat ini adalah kesyukuran dihadapkan dengan janji yang pasti lagi tegas dan bersumber dari-Nya langsung (QS. Ibrahim [14): 7) Tetapi akibat kekufuran hanya isyarat tentang siksa; itu pun tidak ditegaskan bahwa ia pasti akan menimpa yang tidak bersyukur (QS. Ibrahim [14]: 7).Siksa dimaksud antara lain adalah rasa lapar, cemas, dan takut.

Page 7: As-Syakur (asma'ul husna)

(QS. An-Nahl [16]: 112).

Pengalaman pahit yang dilukiskan Allah ini, telah terjadi terhadap sekian banyak masyarakat bangsa, antara lain, kaum Saba –satu suku bangsa yang hidup di Yaman dan yang pernah dipimpin oleh seorang Ratu yang amat bijaksana, yaitu Ratu Balqis Surat Saba (34): 15-19 menguraikan kisah mereka, yakni satu masyarakat yang terjalin persatuan dan kesatuannya, melimpah ruah rezekinya dan subur tanah airnya.Negeri merekalah yang dilukiskan oleh Al-Quran dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Mereka pulalah yang diperintah dalam ayat-ayat tersebut untuk bersyukur, tetapi mereka berpaling dan enggan sehingga akhirnya mereka berserak-serakkan, tanahnya berubah menjadi gersang, komunikasi dan transportasi antar-kota-kotanya yang tadinya lancar menjadi terputus, yang tinggal hanya kenangan dan buah bibir orang saja. Demikian uraian Al-Quran. Dalam konteks keadaan mereka, Allah berfirman,Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka disebabkan kekufuran (keengganan bersyukur) mereka. Kami tidak menjatuhkan siksa yang demikian kecuali kepada orang-orang yang kufur(QS. Saba [34]: 17).Itulah sebagian makna firman Allah yang sangat populer:“Jika kamu bersyukur pasti akan Kutambah (nikmat-Ku) untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksa-Ku amat pedih” (QS. Ibrahim [14]: 7).

Dengan mengamalkannya, insyaAllah kita akan mendapatkan:1. Nikmat dibukanya hati mengakui dosa sendiri. Tobat berasal dari penyesalan, penyesalan

karena kita tahu akan kesalahan kita. Koreksi atau kritik, lebih penting dari pujian, karena pujian membuat kita mabuk, sehingga kita menjadi lalai karena pujian tersebut. Padahal belum tentu pujian tersebut sesuai dengan pujian yang akan diberikan oleh Allah.Esensi dari kritik yaitu dengan kritik atau koreksi kita dapat bertobat dari kesalahan kita, bukannya bersabar, karena hati kita akan tetap kotor tanpa tobat. Tobat yang kita lakukan akan membersihkan jiwa kita dan menambahkan kesabaran kita.

2. Dicegah dari maksiat atau gagalnya kita dalam melaksanakan kehendak nafsu. Keadaan ini harus kita syukuri akan itu bukanlah sesuatu kebetulan.

3. Taat kepada Allah. kita selalu diberikan kesempatan untuk taat kepada Allah itu merupakan nikmat yang paling berharga yang Allah berikan kepada kita.

Page 8: As-Syakur (asma'ul husna)

4. Kita dapat bermanfaat untuk orang lain. Kita terpilih untuk membantu orang lain merupakan suatu kenikmatan yang baik, dalam melaksanakannya kita harus menyertai rasa ikhlas dalm diri kita.