artkel artikel sektor publik by asep effendi r usb ypkp

11
PEMIMPIN HARAPAN BANGSA ATAU GOLONGAN ? Oleh : Asep Effendi R Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Sangga Buana YPKP Dan Mahasiswa Pasca Sarjana UNPAD Tahun 2009, semakin semarak dengan berbagai spanduk, pamflet dan baligo disetiap pusat keramaian dan jalan – jalan dipusat maupun daerah. Media masa cetak maupun elektronik hingar bingar dengan kampanye partai yang menyajikan berita segudang keberhasilan, masalah dan janji perubahan dimasa mendatang. Lagi-lagi masyarakat kecil dan menengah menjadi objek pemberitaan yang menarik dengan sejuta kesulitan dan masalah serta janji perubahan demi meraih simpati dan suara dalam pemilu yang akan digelar bulan April mendatang. Genderang perang kampanye telah ditabuh untuk memenangi perang besar dalam memperebutkan posisi pada jenjang legislatif dan eksekutif. Para calon pemimpin bangsa mulai mempromosikan diri melalui partai – partai yang mendukungnya agar masyarakat mengenal dan memilih dirinya dengan berbagai cara, kenyataan ini menunjukkan bahwa calon pemimpin tersebut bukan merupakan figur yang dikenal dengan program dan komitmen yang benar – benar memihak masyarakat kecil dan menengah, namun mereka menyadari bahwa suara masyarakat tingkat ini akan sangat berguna bagi dirinya. Pola pemilihan pimpinan dengan sistem kepartaian akan melahirkan pemimpin negara merasa berhutang budi atas kemenangan dirinya dalam pemilu

Upload: asepefendhi

Post on 16-Jun-2015

685 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sektor publik, perpajakan, pengawasan, akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

PEMIMPIN HARAPAN BANGSA ATAU GOLONGAN ?

Oleh : Asep Effendi RDosen Tetap Fakultas Ekonomi

Universitas Sangga Buana YPKPDan

Mahasiswa Pasca Sarjana UNPAD

Tahun 2009, semakin semarak dengan berbagai spanduk, pamflet dan baligo

disetiap pusat keramaian dan jalan – jalan dipusat maupun daerah. Media masa cetak

maupun elektronik hingar bingar dengan kampanye partai yang menyajikan berita

segudang keberhasilan, masalah dan janji perubahan dimasa mendatang. Lagi-lagi

masyarakat kecil dan menengah menjadi objek pemberitaan yang menarik dengan sejuta

kesulitan dan masalah serta janji perubahan demi meraih simpati dan suara dalam pemilu

yang akan digelar bulan April mendatang. Genderang perang kampanye telah ditabuh

untuk memenangi perang besar dalam memperebutkan posisi pada jenjang legislatif dan

eksekutif.

Para calon pemimpin bangsa mulai mempromosikan diri melalui partai – partai

yang mendukungnya agar masyarakat mengenal dan memilih dirinya dengan berbagai

cara, kenyataan ini menunjukkan bahwa calon pemimpin tersebut bukan merupakan figur

yang dikenal dengan program dan komitmen yang benar – benar memihak masyarakat

kecil dan menengah, namun mereka menyadari bahwa suara masyarakat tingkat ini akan

sangat berguna bagi dirinya. Pola pemilihan pimpinan dengan sistem kepartaian akan

melahirkan pemimpin negara merasa berhutang budi atas kemenangan dirinya dalam

pemilu kepada partai yang mengusungnya dan melupakan jasa masyarakat yang

menyumbangkan suaranya serta menitipkan amanah pada dirinya. Hal ini terlihat ketika

pimpinan yang sedang berkuasa akan mengambil kebijakan tegas terhadap suatu masalah

maka segera keluar pernyataan akan menarik dukungan partainya pada pemimpin

tersebut, walaupun keputusan tersebut untuk kepentingan masyarakat luas. Selain itu

sering terlihat kinerja pejabat pemerintahan yang kurang baik, sulit untuk diganti dengan

calon yang lebih baik karena pejabat tersebut merupakan titipan partai pendukung pada

masa pemilu yang lalu. Kondisi ini akhirnya banyak melahirkan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) semisal ICW, BIGS dan lain lain yang menjadi lembaga pengawas

informal terhadap kinerja dan komitmen pemimpin bangsa.

Page 2: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

Masyarakat kecil dan menengah membutuhkan pembelajaran yang lebih realistik

tentang arti suara yang disumbangkan pada calon pemimpinnya, bukan hanya sekedar

retorika mengumbar janji dan slogan indah yang menyejukan hati serta memberi rasa

optimis akan kemajuan bangsa ini namun jauh dari kenyataan. Lebih kurang 200 juta

masyarakat Indonesia menunggu perubahan yang membawa pada reformasi kearah

kemakmuran bukan menjadi repot nasi. Harapan masyarakat pemilih, siapapun

pemimpin yang terpilih bukan masalah besar namun yang jelas pemimpinnya tersebut

harus memiliki misi meningkatkan kesejateraan masyarakat, meningkatkan kepentingan

masyarakat banyak bukan golongan, pemimpin yang mau mendengar dan berindak untuk

kepentingan masyarakat banyak, serta pemimpin yang menjadi panutan pejabat dan

masyarakat. Walahu’alam.

Page 3: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

Pengawasan Keuangan Daerah dan Pencapaian kesejateraan Masyarakat,

Sebuah kemustahilan ?

Oleh : Asep Effendi RDosen Tetap Fakultas Ekonomi

Universitas Sangga Buana YPKPDan

Mahasiswa Pasca Sarjana UNPAD

Menyongsong era pemerintahan baru pasca pemilu yang akan digelar pada

bulan April 2009, seluruh rakyat Indonesia berharap sebuah perubahan mendasar dalam

visi dan misi pimpinan terpilih dalam melaksanakan roda pemerintahannya, sehingga

harapan dan sikap optimis seluruh masyarakat tercermin dalam setpa gerak dan ucapnya.

Pada dasarnya, pembentukan pemerintah Indonesia berhubungan erat dengan

misi yang tercantum dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

terlindungnya segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, majunya

kesejahteraan umum, cerdasnya kehidupan bangsa dan ikut aktifnya Indonesia

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Misi tersebut merupakan dasar dari kewenangan dan sekaligus tugas pemerintah dalam

menyelenggarakan urusan-urusan pemerintahannya baik tingkat pusat maupun di tingkat

daerah. Instansi-instansi sebagai pelaksana yang dibentuk pemerintah untuk menangani

urusan-urusan pemerintahannya, merupakan salah satu penentu tercapainya cita-cita

negara Indonesia.

Pemerintah daerah di Indonesia memegang peranan yang penting dalam sistem

pemerintahan nasional. Pemerintahan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

kelompok besar menurut tingkatannya, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pengganti sebutan pemerintah

tingkat II dan kotamadya) yang semuanya tunduk pada UUD 1945. Hal tersebut terutama

tampak dari adanya Undang-Undang dan Peraturan lainnya yang banyak memberikan

porsi kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau lebih dikenal dengan

Otonomi Daerah .

Page 4: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

Penyelenggaraan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat, masih jauh

dari harapan. Hal ini sangat nampak dari banyaknya pengaduan masyarakat,

terbongkarnya kasus – kasus korupsi yang melibatkan tidak hanya eksekutif tetapi juga

pihak legislatif yang sedang dan sudah diproses penyidik, bahkan ada yang sudah

disidangkan dan dijatuhi hukuman. Urgensi pemberantasan korupsi dari sudut pandang

yang lebih makro memberi makna: pertama, upaya menyinkronkan dampak pengeluaran

pemerintah dengan target keberhasilan pembangunan ekonomi. Selama ini keberhasilan

pembangunan selalu diikuti dengan semakin besarnya pengeluaran negara. Nilai kerugian

negara tahun 2004, misalnya meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun 2002-2003.

Tahun 2002-2003 nilai kerugian negara diperkirakan sudah mencapai angka diatas Rp. 5

triliun. Peningkatan kebocoran keuangan negara tidak hanya terjadi pada APBN tetapi

juga pada APBD. Tahun 2004 kebocoran APBD meningkat hingga mencapai Rp. 672

miliar. Kedua, pemberantasan korupsi merupakan upaya peningkatan efesiensi kegiatan.

Di Indonesia, korupsi merupakan jenis fraud. Korupsi adalah penyebab yang

paling banyak dituding sebagai akar kejatuhan Indonesia di dalam krisis ekonomi tahun

1998, serta tidak mampu tumbuhnya ekonomi Indonesia pasca krisis. Sejak tahun 1998

sampai dengan 2006, Indonesia masih menduduki posisi sebagai salah satu negara

unggulan dalam tingkat korupsi. Pada tahun 2006 hasil survey Transparancy

International Corruption Perception Index menempatkan Indonesia berada pada

rangking-134 dari 163 negara tersurvey dengan skor IPK 2,40. World Economic Forum

menyebutkan bahwa indeks daya saing global Indonesia untuk tahun 2006-2007 berada

pada peringkat ke 50 dari 127 negara yang diranking dengan skor GCI 4,26. Peringkat

tersebut di bawah negara – negara Asia Tenggara, seperti Singapura (peringkat 5),

Malaysia ( peringkat 26), Thailand ( peringkat 35). Beberapa hal penting dari apa yang

disampaikan Ketua BPK adalah: Pertama, masih tingginya indikasi tindakan korupsi

Indonesia; Kedua, sudah ada tindak lanjut hasil pemeriksaan yang disampaikan ke

Kejagung dan KPK; Ketiga, masih rendahnya respons pejabat pengelola

keuangan negara dalam menindaklanjuti temuan-temuan BPK; Keempat, kuatnya dugaan

intensitas korupsi di pusat tidak kalah dengan apa yang terjadi di daerah.

Hal demikian merupakan fenomena masih lemahnya pengawasan dan

pengendalian terhadap pelaksanan anggran.Pengawasan merupakan salah satu elemen

Page 5: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

pokok dari fungsi manajemen yang tidak lagi dapat dilaksanakan secara efektif bila tetap

mempertahankan tumpuan secara langsung hanya pada pimpinan puncak saja. Hal ini

dapat dipahami menyangkut pengendalian sebagai bagian dari aktivitas organisasi pada

berbagai tingkatan organisasi berkenaan dengan individu-individu yang beragam

wewenang dan tanggungjawabnya, sedangkan pengetahuan dan kemampuan sumber daya

manusia sangat terbatas dan tidak ada jaminan bahwa mereka tidak melakukan kesalahan

atau penyimpangan.

Undang – Undang No. 25 tahun 1999 dalam Bab I pasal 1 yang diubah dengan

UU No. 33 tahun 2004, menyebutkan bahwa anggaran merupakan suatu alat

perencanaan mengenai pengeluaran dan penerimaan dimasa yang akan datang, umumnya

disusun untuk satu tahun. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa APBD merupakan

perencanaan kerja dalam kurun waktu satu tahun.Disamping itu anggaran merupakan

alat kontrol atau pengawasan terhadap pengeluaran maupun pendapatan dimasa yang

akan datang. Sejak 1967 RAPBD di Indonesia disusun dan diberlakukan mulai tanggal 1

April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun khusus tahun 2000

tahun anggaran akan dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir 31 Desember. Untuk

tahun – tahun berikutnya tahub anggaran akan dimulai pada tanggal 1 Januari dan

berakhir 31 Desember , seperti yang pernah dijalankan sebelum tahun anggaran

1967/1968.

Dalam UU No. 22 tahun 1999 Bab VII, pasal 78 dinyatakan bahwa

penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dibiayai dari dan atas beban APBD sedangkan penyelenggaraan tugas pemerintah pusat

didaerah dibiayai dari dan atas beban APBN.

APBD harus disiapkan oleh pemerintah daerah dan ditetapkan dengan peraturan

daerah (PERDA) atas persetujuan DPRD, selambat-lambatnya satu bulan setelah

ditetapkannya APBD. Perubahan APBD dimungkinkan dan ditetapkan dengan perda

selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir. Selanjutnya

perhitungan APBD akan ditetapkan dengan perda selambat-lambatnya tiga bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Akhirnya APBD yang telah ditetapkan

dengan perda disampaikan kepada Gubernur bagi pemerintah Kabupaten/Kota dan

Page 6: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

Kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi pemerintah Propinsi untuk

diketahui.

Pengelola keuangan negara dalam era reformasi dan otonomi daerah dituntut

pertanggung jawaban keuangan secara profesional agar kepercayaan rakyat terhadap

pemerintah dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Secara garis besar perubahan

manajemen keuangan negara sehubungan dengan otonomi daerah menyangkut :

pertama, perubahan dari pengawasan Verikal menjadi horizontal. Perubahan pengawasan

ini mulai terjadi sejak Indonesia memasuki era reformasi, dimana pengawasan

dikehendaki dilakukan oleh rakyat sebagai pemilik sah kedaulatan republik

ini.Pelaksanaan pengawasan ini secara funsional dilakukan oleh DPR di tingkat pusat dan

DPRD ditingkat daerah sehingga pengawasan fungsional adalah pengwasan oleh DPR

dan DPRD. Pengawasan horizontal yang dilakukan oleh raktyat memliki kekauatan yang

sangat besar dengan segala kewajiban , sehingga jika pengawasan funsional

dilakukanoleh DPR atau DPRD tidak memuaskan hasilnya maka pengawasan akan

dilakukan oleh lembaga sosial masyarakat (LSM) dengan membentuk organisasi-

organsasi, misalnya Indonesian Coruption Watch (ICW), Government Watch (GOWA)

dan lain sebagainya.Dasar hukum yang digunakan oleh DPR maupun DPRD dalam era

otonomi daerah adalah UU No.22 dan 25 tahun 1999 yang menyatakan bahwa DPR atau

DPRD antara lain mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap :

a) pelakasanaan peraturan daerah dan peraturan –peraturan lainnya ;b) pelaksanaan

anggaran pendapatan dan belanja daerah ; c) pelaksanaan kerja sama internasional di

daerah.Kedua,perubahan dari pengawasan preventif menjadi refresif. Otonomi daerah

berdasarkan Undang-undang No.22 tahun 1999 menganut sistem pengawasan refresif, hal

ini terlihat dari : a) kepala daerah menetapkan peraturan daerah atas persetujuan DPRD.

Peraturan daerah yang ditetapkan daerah otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih

dahulu oleh pejabat yang berwenang ; b) peraturan daerah tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan umum peraturan daerah lainnya dan peraturan perundang –

undangan lainnya yang lebih tinggi (UU No.22 tahun 1999 pasal 70) ; c) pengawasan

yang dianut dalam UU No.22 tahun 1999, lebih memberikan ruang gerak yang luwes

kepada pemerintah daerah di dalam melaksanakan otonomi daerah. Ketiga, Penegasan

Page 7: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP

pengawasan ( control ) dan pemeriksaan ( audit ).Dalam Undang-undang No.25 tahun

1999, telah dengan tegas dibedakan pengawasan dan pemeriksaaan, hal ini terlihat dalam

hal : a) pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi sebagai mana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan oleh instansi Pemeriksa Negara.Berdasarkan pasal tersebut jelas

akan dilakukannya pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah walaupun belum

ditetapkan secara tegas pelaksanaan pemeriksaan dimaksud ; b) pengawasan pengelolaan

keuangan daerah dipercayakan kepada DPRD, sesuai pasal 24 ayat 1 dimana kepala

daerah menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada DPRD, mengenai :

1) pengelolaan keuangan daerah dan 2) kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi dan

efektivitas keuangan .

Dalam upaya memperjelas dan mempermudah pengawasan dan

pemeriksan keuangan daerah maupun pusat pemerintah telah mengeluarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan melalui

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 8: artkel artikel sektor publik by Asep Effendi R USB YPKP