artikel membaca
TRANSCRIPT
membaca adalah jendela dunia
Di usia saya yang masih sangat muda ini, saya berharap untuk selalu menggalih pengetahuan dengan
membaca. karena apa?.. dengan membaca kita tahu akan hal-hal yang kita baca. asalkan tidak asal baca.
seperti pepatah mengatakan, membaca adalah jendela dunia.. kenapa ko begitu?.. apakah anda tahu yang di
maksud dengan jendela dunia?... ibarat rumah anda. dengan adanya jendela, anda dapat melihat sesuatu di sisi
balik jendela rumah anda
anda akan dapat melihat suatu hal yang indah dan sesuatu yang baru pastinya. dengan adanya jendela di rumah
anda merupakan suatu manfaat untuk sebuah pandangan baru. maka dari itu sebisa mungkin saya memaparkan
akan hal-hal yang saya ketahui dari membaca.
saya kutib dari artikel pendekar tidar ; Semasa seorang anak memasuki bangku pendidikan formal, hal pertama
yang diajarkan oleh guru adalah pelajaran baca tulis. Hal tersebut tentunya sangat penting sebagai suatu
landasan perpijak, modal awal sekaligus titik awal untuk pembelajaran selanjutnya. Sudahkah ketrampilan baca
tulis yang seakan sederhana dan mudah kita lakukan tersebut kita pahami maknanya secara mendalam?
Apakah arti dari membaca? Apakah makna dari menulis?
Risalah kenabian berupa wahyu Al Qur’an yang diberikan pertama kali kepada Nabi Muhammad SAW adalah
iqro’, bacalah! Kenapa kita diperintahkan terlebih dahulu untuk membaca? Bukannya menulis? Hal tersebut
tentunya bukan tanpa alasan dan sebenarnya urutan tersebut sangat terkait dengan struktur sembilan puluh
sembilan nama Allah dalam Al Asmul Husna. Bagaimana maksudnya?
AdZohiir dan Al Bathien adalah sebagian dari asma Allah. Kata lahir lebih dahulu hadir sebelum batin. Jadi
sebenarnya manusia diperintahkan untuk “melihat” yang lahir guna kemudian disimpan dalam dunia batin kita,
itulah arti membaca.
Saya kutib dari artikel damarjati supadjar “membaca adalah suatu aktivitas membatin suatu hal yang lahir”,
tentunya dalam pengertian luas. Maksud dari lahir disini adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun
abstrak yang dapat diindera oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung
dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun pendengaran. Sedangkan
tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu benda atau keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu
tertentu.
Contoh yang paling sederhana adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik kongkrit yang melalui
indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input
untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan(pelajaran mengenai abjad)
untuk kemudian disimpan dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang
dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan penyimpanan makna dalam
memori jika kita membaca secara batin.
Dari contoh sederhana tersebut kemudian dapat ditarik makna yang lebih luas menyangkut obyek baca tidak
hanya lagi berujud tulisan. Kita bisa membaca warna sebagai merah, hitam, putih, biru dan sebagainya. Kita bisa
membaca gambar, lukisan, gunung, air, batu, laut, langit dan masih banyak benda yang lain.
Kita juga bisa membaca suasana sebagai panas, dingin, senang, susah, menakutkan. Suhu dapat kita baca
secara tidak langsung dengan bantuan alat termometer, kelembaban udara dibantu dengan higrometer maupun
barometer. Curah hujan dapat diukur dengan regenmeter, massa dapat ditimbang, radiasi dapat diketahui
dengan surveymeter, dan masih banyak contoh lain.
Pertanyaan berlanjut, apa yang mesti dibaca manusia? Yang harus dibaca manusia adalah ilmu Allah.
Karena apa?.. perlu anda sadari, semua yang terjadi di bumi ini atas kehidupan manusia karena allah. Mungkin
bagi anda penganut agama lain sama keyakinan anda semua karena dari tuhan (sesuatu yang kita yakini
sebagai sang pencipta) Menurut para ahli tafsir, ilmu Allah dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang terucap atau
kalam, serta ilmu Allah yang tercipta atau disebut alam. Dengan demikian untuk kemaslahatan hidup manusia
dalam mengembangkan tugas memakmurkan bumi, manusia diharuskan membaca, dalam arti mengaji,
mengkaji, meneliti, dan berpikir mengenai kalam dan alam. Hanya dengan penguasaan ilmu kalam dan alamlah
manusia dapat menciptakan pengetahuan dan teknologi untuk kesejahtearaan hidupnya.
Kurangnya kesadaran akan pentingnya harkat pendidikan, ditambah keterbatasan ekonomi serta informasi
nampaknya merupakan satu kombinasi yang sangat kuat bagi pemberdayaan masyarakat setempat. Dalam
keadaaan yang demikian, nampaknya buku bisa menjadi alternatif untuk membedah wawasan warga. Dengan
demikian yang perlu ditekankan adalah pengadaan buku untuk “memenuhi kebutuhan warga”. Buku tentang
pertanian, perkebunan, peternakan sangat diperlukan untuk menunjang pekerjaan warga dewasa.
Adapun bagi anak-anak dan usia remaja, seperti buku tentang pelajaran sekolah, pembelajaran agama dan
bahasa, dongeng nasehat akan sangat membantu kebutuhan mereka. Dari keterpenuhan kebutuhan warga
tersebut diharapkan nantinya membaca bisa tertanam lebih lanjut menjadi suatu budaya positif. Membaca
adalah jendela dunia ilmu pengetahuan.
KEGEMARAN MEMBACA SEBAGAI FAKTOR PENDUKUNG MENINGKATNYA KREATIVITAS
Pendahuluan
Tidak jarang orang tua membiarkan anaknya terbiasa melakukan sesuatuyang kurang bermanfaat, umpamanya membiarkan anak menonton programtelevisi yang kurang memiliki bobot pendidikan. Terbiasa demikian,akan menimbulkan dampak negatif yang kelak akan merugikan anaktersebut. Orang tua yang bijaksana sejak dini telah mempersiapkandiri bagi perilaku positif yang diharapkan terbina pada anak-anaknya, antara lain berusaha menumbuhkan kegemaran membaca bagianak-anaknya. Kegemaran membaca merupakan kegiatan positif yangmemiliki banyak manfaat. Melalui gemar membaca seseorang dapatmenjadi pandai. Khususnya bagi anak-anak, membaca merupakan salahsatu kebiasaan yang baik untuk mengembangkan imajinasi dankreaivitas.
Siapa yang disebut kreatif?
Sebelum menjabarkan siapa yang disebut kreatif, perlu kiranyadibahas terlebih dahulu mengenai pengertian kreativitas.Kreativitas, menurut Prof. Utami Munandar (1996:251-252) dapatditinjau dari 4 aspek (4P), yaitu:Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadiindividu dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap anak mempunyaibakat kreatif, namun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yangberbeda-beda. Orang tuda dan pendidik hendaknya menemukenali danmenghargai bakat kreatif anak dan emmebrikan kesempatan untukmengembangkannya secara optimal.Kreativitas ditinjau dari aspek pendorong menunjuk padaperlunya dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, danmotivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga, sekolah, danmasyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Orang tua danpendidik diharapkan dapat memberikan dukungan, perhatian, seratsarana-prasarana yang diperlukan.Kreativitas sebagai proses bersibuk diri secara kreatif. Padaanak usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yangdiutamakan, dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatifyang bermakna dan bermanfaat (karena akan mengurangi kesenangan dankeasyikan anak untuk berkreasi).
Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang barudan bermakna bagi individu dan/atau bagi lingkungannya. Pada seoranganak, hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hasilkarya tersebut baru, ia belum pernah membuatnya sebelumnya, dan iatidak meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. Yang pentingproduk tersebut dihargai, sehingga ia merasa puas dan tetapbersemangat dalam berkreasi.
Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa media dapat mengembangkankreativitas seseorang, karena keragaman media memperkaya pengalamandan membuat anak tidak bosan daripada hanya menggunakan satu media;memberikan pengalaman belajar yang menarik, seperti dalampengembangan keterampilan kreatif; dan melibatkan anak dalamberkreasi. Yang dimaksud dengan media adalah musik, bahan cetak, dankomputer. Buku merupakan bahan cetak. Membacakan cerita dari bukumembantu anak mengembangkan imajinasi. Setelah mendengar cerita,anak dapat membuat cerita sendiri ataupun meneruskan cerita yangdidengarnya. melalui gambar yang menarik seorang anak dapatterstimulasi untuk melukis ataupun menulis cerita yang kreatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang yang kreatifadalah seorang yang dapat mencetuskan atau mengekspresikan ide-idenya, baik berupa lisan, tertulis ataupun melalui hasil karyalainnya yang lain dari pada yang lain (unik), belum pernah dibuatsebelumnya (orisinil).
Mengapa membaca meningkatkan imajinasi dan kreativitas?
Seorang anak, bahkan sejak bayi memiliki keingintahuan yang besarterhadap dunia di sekitarnya. Keingintahuan ini perlu terus dipupukdan dirangsang, salah satunya melalui buku. Buku merupakan jendeladunia. dengan membiasakan anak terhadap buku, membuat ia senangmembaca, dan menganggap membaca adalah kegiatan yang menyenangkandan penting, yang juga membuatnya dapat memenuhi sebagiankeingitahuannya. Usaha ini mendukung munculnya proses kreatifseoranganak. Anak dapat banyak berimajinasi karena kegiatan membaca.
Seorang anak yang kreatif tidak puas dengan apa yang diperolehnya,dan selalu `mencari' informasi, yang dapat diperolehnya melaluiaktivitas membaca.
Bangsa yang maju umumnya adalah bangsa yang gemar membaca, umpamanyabangsa Jepang, Amerika dan beebrapa negara Eropa lainnya. Merekapunmemiliki karya-karya besar yang kreatif, umpamanya bermacam jenismobil dari Eropa dan Amerika, komputer ataupun telepon canggih dariJepang. Melalui membaca mereka dapat berimajinasi sebelummenciptakan produk yang unik. Imajinasi merupakan proses kreatif,dan berimajinasi dapat dilakukan dengan membaca. Membaca berartiberimajinasi! Makin banyak materi yang dibaca, makin banyakpengetahuan yang diperoleh, dan makin kaya imajinasi yang dilakukanpada saat membaca maupun setelah membacanya. Dengan tibanya eraglobalisasi, hanya bangsa yang keratiflah yang dapat unggul. Bangsa
tersebutlah yang dapat mempertahankan nilai-nilai bangsanya, karenabila tidak bangsa tersebut akan `terjajah' oleh nilai-nilai bangsalain, 'terjajah'oleh produk-produk mereka pula.
Melalui membaca, diharapkan bangsa Indonesia kelak memiliki wawasan yang luas, mampu berkreasi lebih baik dan dapat berdiri setidaknyasejajar dengan bangsa lain di dunia. Penelitian menunjukkan bahwapengalaman sejak dini bersama buku berkaitan erat dengankeberhasilan kemampuan membaca di tingkat pendidikan dasar. Dengangemar membaca seorang anak akan lebih mudah `menerima' sertamemahami pengetahuan yang diterimanya dalam pendidikan formalnyapula. Perbendaharaan kata atau konsep-konsep yang dimilikinya lebihberkembang dari pada mereka yang tidak gemar membaca.
http://groups.yahoo.com/group/ganesha14/message/254
http://lib.ugm.ac.id/data/pubdata/pusta/supriyono1.pdf
Masyarakat, Budaya Membaca Dan Perpustakaan, Konsep Membangun Masyarakat Peka InformasiPenulis Lina Khoerunnisa Tgl 03 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dewasa ini informasi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang wajib untuk di penuhi
, dimaksudkan di era globalisasi ini segala bentuk kunci kesuksesan di pegang oleh
informasi. Semakin banyak informasi yang di terima, maka semakin banyak pula kita
mengetahui terhadap hal – hal yang baru dimana suatu saat berguna bagi kita untuk
kedepannya.
Informasi – informasi tersebut banyak beredar di sekitar kita baik dari media cetak
ataupun media elektronik yang selalu mendampingi kita kesehariannya, serta banyak
memberikan pengaruh kepada mereka yang banyak mengakses informasi tersebut.
Berbicara masalah kaitan antara informasi, masyarakat serta seberapa besar informasi
yang di dapat , biasanya masyarakat lebih memilih yang lebih praktis serta mudah ,
masyarakat enggan atau kurang berminat dalam mendapatkan informasi dengan
membaca, banyak alasan yang melatar belakangi, tetapi masalah mulai muncul ketika
hak pengaksesan informasi tersebut terdapat kesenjangan, terdapat perbedaan
kesempatan untuk memperoleh suatu informasi, yang nantinya dapat berakibat
membagi sebagian masyarakat dengan sebagian masyarakat lain dari yang mendapat
keuntungan atas info tersebut dengan mereka yang merugi karena keterbatasan hak
akses.
Selain itu terdapat permasalahan dalam pelaksanaan dan penggunaan media informasi
baik cetak ataupun elektronik, yaitu hanya sebatas sebagai penghibur saja, termasuk
pemilihan acara – acara ataupun topik di dalamnya, sehingga informasi dan berita yang
masuk untuk di terima masyarakat hanya sedikit dan kurang maksimal. Sudah barang
tentu bentuk kemajuan dan pembangunan juga sulit berkembang, di tambah lagi
informasi – informasi yang setiap hari di sajikan belum tentu apa yang ingin di cari atau
di dapatkan.Dampak panjangnya masyarakat yang tersenjangi tersebut mengarah pada
penghambatan kemajuan .
Selain permasalahan di atas masih ada permasalahan lagi yang cukup pelik dan sulit
untuk di laksanakan, yaitu penanaman budaya membaca di dalam masyarakat. Tidak
bermaksud menggeneralisasikan setiap masyarakat seperti itu, tetapi sebagian besar
masyarakat, terutama masyarakat desa. Banyak faktor yang mendukung kenapa
budaya membaca di dalam masyarakat sulit berkembang , antara lain :
Kurangnya akses terhadap bahan – bahan bacaan, koran , buku, dll,
Kurang adanya minat,
Tidak adanya dorongan , terutama dari pihak luar,
Serta tidak adanya bentuk implementasi ( secara nyata ) dari informasi tersebut.
Selain faktor di atas, faktor yang juga menjadi penyendat adalah terbatasnya pusat –
pusat bacaan atau sulitnya mengakses seperti perpustakaan. Banyak perpustakaan yang
kurang performa sebagai gudang informasi , perpustakaan malah hanya sebagai hiasan
dan pemanis daerah saja.
B. Tujuan
Membaca adalah salah satu kebiasaan yang tidak akan pernah tergantikan dan tidak
boleh di tinggalkan jika ingin mendapatkan informasi – informasi. Kiranya tujuan
pengangkatan masalah tersebut adalah :
Guna mendorong masyarakat untuk dapat mengakses informasi yang di inginkan
lewat membaca.
Mempersempit jurang kesenjangan antar masyarakat akibat terbatasnya
informasi lewat membaca.
Agar informasi yang di dapat masyarakat mampu di praktekkan dalam kehidupan
sehari – hari serta untuk peningkatan aspek – aspek di dalamnya.
Pemanfaatan perpustakaan sebagai media tepat guna untuk masyarakat sebagai
bentuk pembangunan.
C. Kerangka teori
Konsep Management Mutu Total (Total Quality Management)
Managemen berasal dari bahasa Inggris “to manage” yang berarti mengelola , atau
memimpin. Definisi lain menyebutkan managemen adalah ilmu atau seni mengatur
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainya secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan tertentu[1].Di dalam konsep managemen terdapat konsep
managemen mutu total , yaitu sistem pengendalian mutu yang mengutamakan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan sebaik – baiknya atau pengendalian kualitas[2].
Di dalam konsep ini terdapat prinsip – prinsip managemen mutu total , antara lain:
Berkesinambungan;
melangkah dengan benar sejak awal;
penanaman sikap mental;
dorongan, pengakuan dan penghargaan atas prestasi;
inovasi.
Selain prinsip di atas, terdapat juga tujuan – tujuan suatu lembaga dalam menggunakan
managemen mutu total ini , antara lain :
meningkatkan kualitas dan efektifitas;
meningkatkan kualitas produk;
memuaskan pelanggan;
meningkatkan pangsa pasar;
serta peningkatan komunikasi dan moral dalam berorganisasi.[3]
Konsep Masyarakat Aktif : Teori Proses – Proses Sosial
Menurut Amitai Etzioni (1968) masyarakat aktif adalah masyarakat yang menguasai
dunia sosial mereka, dimana tidak di kendalikan oleh kekuatan – kekuatan luar atau
kekuatan aktif lainya. Suatu masyarakat di katakan aktif ketika masyarakat tersebut
mampu memegang pengetahuan sebagai kunci transformasi sosial , baik pengetahuan
ilmiah maupun sosial. Terdapat tiga elemen untuk melihat suatu masyarakat di katakan
aktif [4]:
1. adanya sekelompok pelaku yang memiliki pengetahuan,
2. adanya tujuan yang harus di capai oleh pelaku, dan
3. mengarah kepada kekuasaan termasuk menyusun kembali keteraturan –
keteraturan sosial.
Jadi penekanan dalam masyarakat aktif adalah sekelompok pelaku yang memiliki
pengetahuan dimana nantinya di gunakan untuk membimbing masyarakat ke dalam
tranformasi sosial. Etzioni menyatakan dampak dari penguasaan pengetahuan yaitu
mampu mengangkat kesadaran dan tindakan sosial masyarakat akan lingkungannya,
dan lewat kesadaran, masyarakat mampu menjawab masalah – masalah besar yang di
hadapai :
1. masalah bagaimana mengendalikan masa depanya,
2. masalah pengendalian masa depan yang tidak sepenuhnya tergantung pada
takdir,
3. masalah arah individu untuk berkembang,
4. masalah sejauh mana seseorang mampu untuk mengendalikan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
Minat merupakan istilah yang tepat di gunakan dalam mengaktifkan penyaluran
informasi kepada masyarakat.Sikap tersebut terjadi ketika adanya kecenderungan hati
yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap sesuatu[5]. Minat inilah yang
perlu di tumbuhkan di dalam masyarakat untuk menjawab permasalahan kesenjangan ke
depan.
Tidak setiap orang dapat atau mempunyai minat lebih dalam membaca , apalagi mereka
yang tersibukkan oleh pekerjaan mereka masing – masing, semisal petani, pedagang,
buruh yang kesehariannya bergumul dengan pekerjaannya sehingga sulit menyisihkan
waktu untuk membaca, karena mereka menganggap pekerjaannya jauh lebih penting.
Berdasarkan teori masyarakat aktif mengungkapkan bahwa masyarakat aktif adalah
masyarakat yang menguasai dunia sosial mereka , bahwa pengetahuan merupakan
kunci untuk mewujudkan masyarakat yang aktif (transformasi masyarakat)[6].
Proses pembangunan yang dicanankan pemerintah terutama di tujukan kepada
masyarakat kini tidak lagi bersifat top down, tetapi botton up yang berarti adanya turut
serta masyarakat dalam menciptakan kemajuan dan perencanaan pembangunanya
sendiri.Masyarakat bukan lagi sebagai obyek semata tetapi juga menjadi subyek pelaku
pembangunanya sendiri (otonomi).Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan tentu
merupakan bentuk dari masyarakat aktif, keikut sertaan tersebut bukan hanya dalam
bentuk dukungan tetapi juga bentuk partisipasi, sumbangan ide, serta bentuk usaha
yang nyata dimana dapat menumbuhkan kemakmuran setempat.
Bentuk sumbangan – sumbangan tersebut di dapat oleh masyarakat jika mereka mampu
dan paham akan masalahnya, mempunyai informasi terhadapnya dan terus ter up
date .Untuk mengusahakan masyarakat dapat seaktif itu tidaklah serta merta mengajak
masyarakat untuk langsung membaca dengan meyodorkan tumpukan buku dan bahan
bacaan lain, walaupun terdapat perpustakaan dekat pun kalau tidak ada pemicu yang
ampuh untuk membuat masyarakat menjadi minat, maka tidak akan berjalan juga. Di
sini penulis menyebut sebagai pemicu “ in side”, bentuk – bentuk pemicu “in
side” tersebut masih berkesinambungan dengan program – program pemerintah, bahwa
program untuk meningkatkan minat baca di dalam masyarakat bisa di sisipkan dalam
program – program pemerintah. Seperti program PNPM Mandiri, yang merupakan
program pemerintah dimana melibatkan masyarakat sebagai penggagas,dan pelaku
program, ini sangat efektif untuk meluncurkan program penyuluhan tersebut.
Guna menarik minat masyarakat, program peningkatan minat baca dapat di sisipkan
dalam progam tersebut. Contoh suatu desa ingin mengadakan suatu program budidaya
lele dan ternak sapi, sebagai promotor, disini pemerintah desa setempat dan orang luar
yang di tunjuk sebagai fasilitator bertugas menerangkan maksud dan tujuan , antara lain
membantu masyarakat untuk dapat secara tepat berternak sapi dan lele, dengan
memberi pancingan masyarakat atas info – info yang mengulas hal tersebut lewat
selebaran dan buku – buku bacaan, di harapkan masyarakat paham terlebih
dahulu.Langkah selanjutnya, masyarakat di ajak rerembuk akan cara – cara
pelaksanaanya, di sini masyarakat yang sudah terbekali bacaan akan dapat dengan
mudah berinteraksi secara aktif, langkah berikutnya mengimplementasi teori tersebut di
dalam bentuk nyata, langkah terakhir ialah mengevaluasi program tersebut, maka
disinilah titik dimana masyarakat mulai tertarik, bahwa pembacaanya mampu membuat
perubahan serta mendapat pengetahuan – pengetahuan baru.
Permasalahan lain muncul ialah bagaimana cara menentukan kecocokan program
dengan ke efektifitasnya progam budaya membaca di dalam masyarakat, yaitu dengan
penelusuran minat masyarakat, karena dengan minat terkandung selera yang bisa
diambil dan di manfaatkan. Seperti minat Ibu – ibu PKK dalam memasak macam –
macam roti, para pemuda berminat dalam pengolahan sampah menjadi kompos, dan lain
sebagainya , lewat hal itu fasilitator bertugas memfasilitasi mulai dari pengadaan buku –
buku dan bahan bacaan yang terkait, serta peralatan yang di butuhkan , dalam proses
ini dalam perjalanan program tetap mengetengahkan bahan bacaan sebagai sumber
ilmu, maka minat dan budaya membaca semakin mempunyai kesempatan besar
terlaksana , dengan penekanan kekonsitensian dari fasilitator, masyarakat serta program
– program yang sedang ,akan dan yang ingin di laksanakan.
Seiring dengan perjalanya program dan mulai merayapnya budaya membaca di dalam
masyarakat, jika tidak di tindak lanjuti maka sangat di sayangkan, di sinilah peran apa
yang disebut perpustakaan bergerak, menangkap keinginan masyarakat yang ingin
mendapatkan ilmu lebih. Di sini penulis menyebut sebagi pemicu “out side”, yaitu
pemicu – pemicu lain yang datang dari luar dimana dapat mempengaruhi masyarakat
dalam mengembangkan minatnya. Di sini penekanan pada perpustakaan daerah sebagai
pusat bacaaan masyarakat umum.
Di sinilah peran perpustakaan daerah mulai bergerak ,bukan masyarakatnya yang harus
memulai, karena kita berbicara masalah minat,lewat bantuan fasilitator sebagai
penghubung antara keduanya. Seseorang tertarik karena senang terhadap sesuatu, jika
ingin masyarakat tertarik terhadap perpustakaan maka perpustakaan juga berbenah diri
agar di manfaatkan, sesuai maksud di bentuknya perpustakaan yaitu sebagai pusat
informasi , sumber belajar , penelitian, rekreasi serta kagiatan ilmiah
lainya[7] .Berhubungan dengan masyarakat aktif, untuk men support kemajuan dan
minat baca, mungkin tidak hanya dari pihak fasilitator dan pihak perpustakaan saja,
tetapi masyarakat terpelajar dan mahasiswa pun bisa turut membantu .
Perpustakaan sebagai pusat ilmu agar mampu memberikan informasi dan inspirasi
secara maksimal , perlu berbenah dari ,dari yang bersifat struktural maupun
fungsional.Struktural di sini di maksudkan adalah pembangunan infrastruktur, dimulai
dari :
pemilihan tempat yang strategis,
bentuk dan pola gedung modern,
peralatan – peralatan ,
serta pengadaan buku.
Tetapi jika beberapa kriteria di atas ada hal yang tidak bisa dipenuhi, seperti tempat dan
infrastruktur tidak mendukung, di maksudkan perpustakaan sudah berdiri sejak dahulu
dengan gedung dasain lama, maka solusinya selain tetap pengoptimalan dua kriteria
lainya , yaitu dengan pengoptimalan fungsional, lewat managemen perpustakaan ,
berdasar teori managemen mutu total prinsip – prinsip managemen mutu yang telah di
kemukakan di depan, termasuk juga tujuan managemen .Ada beberapa langkah yang
bisa mendukung prinsip seta tujuan managemen tersebut:
bentuk rasa komitmen dari prinsip dan tujuan awal,
terbuka akan hal – hal baru dan mampu menerima perubahan jika di perlukan.
Bentuk – bentuk fungsional lain yang perlu di tambahkan adalah, konsep one place to all
informations, dimaksudkan perpustakaan sebagai pusatnya informasi, di sinilah
pengoptimalan informasi yang di butuhkan masyarakat agar dapat mudah
mengaksesnya seperti :
informasi pemerintahan atau publikasi pemerintah,
informasi tentang pariwisata lokal,
informasi umum / lowongan pekerjaan lokal.
Selain itu, perpustakaan di biasakan sebagai tempat pengadaaan event – eventyang
masih bersangkutan dengan masyarakat dan dunia membaca :
pameran buku – buku baru,
pameran UKM ( Unit Kerja Masyarakat ) serta hasil produk lokal,
bedah buku / pemutaran film edukasi,
pengadaan pelatihan kerja.
Dari keseluruhan pembahasan di atas mengerucutkan bahwa budaya membaca perlu di
tingkatkan di kalangan masyarakat, serta dengan membangkitkan budaya membaca
dampaknya dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan perpustakaan sebagai
tempat menimba ilmu secara optimal yang murah meriah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Membaca adalah sebuah metode pembacaan yang sudah di lakukan sejak dahulu hingga
kini, karena lewat membaca segala ilmu yang ingin di mengerti, dapat disalurkan.
Budaya membaca seharusnya tidak boleh di tinggalkan mengingat kemajuan zaman.
Budaya membaca sangatlah penting untuk di pertahankan di dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, lewat itu dapat medorong masyarakat untuk berkembang dan mampu
menggunakan ilmu – ilmu tersebut serta dapat menambah skill masyarakat, sehingga
masyarakat semakin dapat mengikuti perkembangan zaman. Selain itu penguatan akan
budaya baca ialah dapat mengurangi jarak pemisah di dalam strata sosial terutama
dalam intelektual sehingga bentuk dari konflik yang akan muncul dapat di redam.
SARAN - SARAN :
Perlunya penguatan di dalam masyarakat dengan seringnya di adakan kegiatan –
kegiatan yang bersifat edukatif – kreatif
Pengoptimalan perpustakaan serta kegiatan – kegiatan terhadap masyarakat
yang jauh dari kota atau desa terpencil terhadap budaya membaca
Adanya sumbangsih antara pemerintah, swasta dan pihak – pihak yang terkait
dalam mengembangkan budaya membaca dan pengoptimalan perpustakaan.
Daftar Pustaka:
HS, Lasa, “ Managemen Perpustakaan”, Gama Media,2005.
M Poloma, Margaret, “Sosiologi Kontemporer”, Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2007.
NS, Sutarno,”Perpustakaan dan Masyarakat”, Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Yusuf , Taslimah, “ Managemen Perpustakaan Umum”, Jakarta:Universitas Terbuka,1996.
[1] Taslimah Yusuf, Managemen Perpustakaan Umum,Jakarta:Universitas
Terbuka,1996,hlm. 32
[2] Lasa.HS,”Managemen Perpustakaan”,Gama Media,2005, hlm.24
[3] Ibid, hlm.26-27
[4] Margaret M Poloma,’Sosiologi Kontemporer’,Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2007,hlm. 357
[5] Sutarno NS,’Perpustakaan dan Masyarakat’,Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm 27
[6] Margaret M Poloma,’Sosiologi Kontemporer’,Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada,2007,hlm356
[7] Sutarno NS,’Perpustakaan dan Masyarakat’,Yayasan Obor Indonesia, 2003, hlm 33-34
Penulis: Sri Muhammad Kusumantoro
Budaya Baca Solusi Mencerdaskan BangsaPenulis Lina Khoerunnisa Tgl 28 March 2012
Rating: 3.0/5 (1 vote cast)
Tujuan utama dari Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara
khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Bagaimana situasi
pendidikan di Indonesia saat ini ? Sangat suram. Delapan tahun yang lalu, yaitu pada
tahun 1993, Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional ( BPPN ) berdasakan penelitian
terhadap beberapa Perguruan Tinggi serta perorangan, mutu pendidikan Indonesia
merosot, terutama dalam hal pembentukan sikap dan perilaku anak didik. Ungkapan-
ungkapan seperti itu sudah beberapa kali diungkapkaan. Salah Indonesia dibandingkan
dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan India, masih lebih
rendah.
Dari penelitian yang dilakukan oleh suatu badan internasional dalam bidang pendidikan
(Internasional Education Association) 1992 menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia
tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain di ASEAN. Dengan nada gusar, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, pada waktu itu Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro membantah
keras, katanya harus diadakan penelitial ulang untuk memuktikan bahwa mutu
pendidikan Indonesia rendah. Sementara itu Prof. Frans Magins Suseno, dalam lokakarya
Profesi Guru Menghadapi Tantangan Abad 21, menyatakan “ Mutu pendidikan
masyarakat Indonesia masih sangat menyedihkan” ada yang membanamtah. Tetapi
pertanyaan yang muncul dibenak kita saat ini adalah: apa sebabnya mutu pendidikan
kita begitu merosot? Penyebabnya adalah:
1. Rendahnya sarana fisik
2. Rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru
3. Rendahnya prestasi siswa
4. Rendahnya kesempatan pemerataan pendikan
5. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
6. Mahalnya biaya pendondidikan,meski dicanangkan sekolah gratis. Namun, hanya
untuk iuran bulanannya saja, tidak untuk hal lainnya.
Dari keadaan penyebab diatas, kita kembalikan lagi kepada peran pemerintah dalam
menanganinya, supaya Sumber Daya Manusia di Indonesia meningkat.
Selain keenam diatas, penyebab yang lain adalah peyelenggaraan pendidikan nasional
yang dilakukan secara birokratik-sentralistik. Upaya perbaikan atas kenyataan tersebut
dijalankan dengan dukungan suasana kondusif berupa penetapan otonomi daerah
dibidang pendidikan dan kebudayaan, yang berimplikasi antara lain pada
penyelenggaraan otonomi pengelolaan pendidikan dan otonomi sekolah, sehingga
mencegah terulangnya penyelenggaraan penyelenggaraan pendidikan nasional secara
birokratik-sentralistik.
Budaya Baca yang Rendah
Saai ini kita sering mendengar bahwa “Membaca adalah kunci keberhasilan di
Sekolah (Reading is the key to success in school)”. Tetapi apakah kita memikirkan lebih
dalam tentang makna dari ungkapan tersebut? Tentu tidak. Mungkin hanya sebagian
kecil dari kita. Ungkapan ini dibahas secara menarik dalam buku “The World Book
Student Handbook” Chicago: World book Enciclopedia, 1981. Dalam bab “Why is
reading important (Mengapa Membaca itu Penting)” dibahas tentang sekelompok guru di
Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan tentang murid sekolah dan problema
belajar. Salah satu kesimpulan mereka yang menarik adalah bahwa seorang murid yang
tidak berhasil dalam bidang tertentu misalnya Matematika, masih bisa berhasil didalam
bidang studi yang lain, Tetapi seorang murid yang malas membaca, hampir selalu tidak
berhasil dalam semua bidang studinya. Hal ini perlu kita garis bawahi. Mula-mula mereka
merasa agak aneh, namun setelah disimak lebih jauh segera mereka menyimpulkan
bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui untuk dapat diketahui untuk dapat
dimengerti harus dibaca.
Seorang pelajar yang tidak banyak membaca akan mendapat kesulitan dalam
melanjutkan studinya, karena bila ia nanti menjadi mahasiswa, hampir seluruh waktu
studinya terserap untuk membaca. Oleh karena itu kita sebagai seorang pelajar harus
memanfaatkan perpustakaan yang ada di Sekolah dengan baik, Selain itu kita juga harus
pandai memanfaatkan waktu luang yang ada untuk membaca dan mencari informasi
sebanyak mungkin supaya kita mendapatkan banyak pengetahuan entah itu dari
membaca maupun mendengar, karena semakin banyak membaca kita akan semakin
tahu/banyak pengetahuan. Ingatlah ”Waktu Adalah Uang (Time Is Money)”.
Kesulitan membaca ini berlaku juga pada seluruh kegiatan kegiatan manusia dalam
masyarakat. Studi penelitian dan semua jenis pekerjaan dan kegiatan lain memerlukan
bacaan untuk dimengerti dan dimanfaatkan; instruksi-instruksi dan pedoman-pedoman
harus dibaca untuk dilaksanakan secara efektif sesuai tujuannya ”The simple jobs require
some reading”. Demikianlah pentingnya minat baca.Tidak hanya untuk pendididikan
pribadi, tetapi juga untuk kegiatan dalam pembangunan bangsa.
Bagaimana dengan minat baca bangsa indonesia itu sendiri? Sangat mempihatinkan.
Faktanya yaitu pada hari aksara internasional ke-31 tahun 1996, mantan presiden
Soeharto menyatakan keprihatinan-nya karena rendahnya budaya baca msyarakat
Indonesia (Suara Pembaruan 27 Juni 1996).
Pada umumnya masyarakat Indonesia adalah ”diktator”, artinya yaitu studinya hanya
mengandalkan diktat. Namun ada pendapat ”Ketiadagairahan membaca dikalangan
mahasiswa maupun pelajar bersumber pada pendididkan yang tidak menanamkan
antara lai pentingnya membaca sejak sekolah dasar”. Selain itu ”Rendahnya mutu
pendidikan di Perguruan Tinggi disebabkan oleh pelajaran-pelajaran membaca sejak di
Sekolah Dasar yang kurang sanggup merangsang kegairahan murid-muridnya”. Ada lagi
yang mengungkapkan bahwa para sarjana dan cendikiawan termasuk para dosen kurang
minat baca, sehingga mempengaruhi mutu masyarakat ilmiah. Ciri masyarakat ilmiah itu
sendiri adalah harus banyak membaca.
Saat ini minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah bahkan tergolong salah satu
terendah di Dunia Internsional. Tetapi anehnya di Dunia Internasional Indonesia diakui
sangat berhasil dalam pemberantasan buta huruf. Apa sebabnya budaya baca
masyarakat Indonesia sngat rendah?. Penyebabnya adalah masyarakat Indonesia jarang
membaca bahkan bahkan tidak pernah membaca, mereka malas, mereka beranggapan
bahwa membaca itu membosankan, membaca itu serius. Tapi yang paling menonjol
adalah kesadaran dari diri mereka sendiri tidak ada, bahwa membaca itu penting.
Peranan Perpustakaan Sekolah
Sesungguhnya yang paling efektif untuk meningkatkan budaya baca masyarakat
Indonesia adalah melalui pemanfaatan perpustakaan sekolah sejak di Sekolah Dasar.
Supaya Perpustakaan Sekolah diminati oleh siswa maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Tersedianya ruangan yang cukup luas dengan perlengikakapannya termasuk
ruang baca yang menarik dan terdapat ungkapan kata-kata bijak.
2. Tersedianya koleksi bahan bacaan selengkap mungkin yang secara khusus
diseleksi untuk Perpustakaan Sekolah.
3. Tersedianya pengelola yang khusus dilatih untuk Perpustakaan Sekolah; yang
paling ideal adalah seorang guru dengan sendirinya mengasai masalah
pendidikan dan telah dilatih secara khusus untuk mengelola Perpustakaan
Sekolah.
4. Sebagai sasaran utamanya adalah pelayanan yang aktif, artinya bukan menunggu
anak-anak dengan sendirinya datang keperpustakaan tetapi melibatkan unsur
”paksaan” antara lain untuk kelas satu dan dua sewaktu-waktu diajak kelas
masuk ke Perpustakaan dengan didampingi oleh gurunya dilayani bersama
putakawan, untuk memperkenalkan buku-buku yang cocok bagi mereka.
Semacam bimbingan membaca. Kemudian diadakan juga ”story telling”, yaitu
guru atau pustakawanmemilih buku cerita yang menarik dan membacakan
kepada mereka. Setelah dibacakan murid disuruh menceritakan kembali sesudah
itu guru memberi pertanyaan yang mewajibkan anak-anak menggunakan sumber
perpstakaan, seperti mulai menggunakan ensiklopedi. Sejak kelas empat setiap
murid diwajibkan satu buku dalam waktu satu bulan dan membuat sinopsis buku
yang diberikan tersebut dengan bimbingan guru. Dengan sistem itu berarti
setelah tamat, setiap murid telah membaca tiga puluh lima buku, suat prestasi
yang sangat tinggi dan pelestarian budaya baca yang sangat baik. Numun yang
terpenting adalah membekali par murid dengan kebiasaan membaca (Reading
Habit).
Suatu kebiasaan intelektual yang sangat mereka perlukan untuk pendidikan seumur
hidup (lifelong education). Dengan sistem ini berarti perpustakaan sekolah terlibat
langsung dalam program belajar-mengajar di Sekolah dan merupakan komponen
pelengkap dari sistem pendidikan serta menanamkan peran yang penting dalam proses
belajar-mengajar.
Mengaktifkan Perpustakaan yang Ada
Mengaktifkan tentu perlu biaya. Tapi jika keperluan itu timbul untuk pengadaan
buku,menambah koleksi dengan buku-buku mutakhir,mestinya bisa ditempuh dengan
jalan lain tanpa harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar. Pengadaan bisa
ditempuh dengan “kampanye donasi”. Pasti ada orang yang bersedia menyumbangkan
buku miliknya yang sudah dibutuhkan demi kemaslahatan yang lebih luas. Yang mesti
ada dalam kegiatan itu mestinya bukan syarat yang pelik,yaitu orang-orang yang selain
mencintai buku, mau bekerja sukarela membantu mengaktifkan perpustakaan publik.
Perpustakaan bertujuan mengembangkan kecerdasan masyarakat madani Indonsia.
Tujuan itu ingin dicapai dengan penyebar luasan buah pikiran dan informasi yang
bersumber pada buku, majalah, tulisan, laporan media, dan para pemikir.Dengan begitu
perpustakaan dapat membantu mengembangkan suatu masyarakat madani di Indonesia
yang cerdas, berakal sehat dan siap berperan konstruktif didalam kebhinekaan budaya
bangsanya. Selain itu dengan begini perpustakaan ini kan sering dikunjungi oleh
masyarakat, dan mereka tertarik untuk membacanya.
Setiap bulan atau setiap tahun diharapkan perpustkaan bisa menerbitkan buku dan
setiap bulan mngadakan diskusi. Diskusi tersebut misalnya membahas tentang koleksi
buku atau program lainnya. Bisasanya untuk menjadi terkenal dan menarik akan
kelengkapannya,perpustakaan itu harus terdapat koleksi buku yang meliputi subjek
korupsi, politik, islam, militer, sejarah humaniora, budaya, sastra, dan buku cerita.
Koleksi lainnya berupa berbagai Jurnal Ilmiah terbitan indonesia dan asing, tujuh
audiovisual, transkip hasil diskusi dan kliping atau bahkan bisa ditambah dengan koleksi
koran baik itu koran bahasa inggris maupun bahasa Indonesia. Koleksi utama difokuskan
pada isu-isu nasional, baik yang ditulis oleh penulis lokal maupun asing. Pengembangan
koleksi dipertahankan terus pada kriteria mutu terbaik dan kemutakhiran.Untuk
programnya, dirahkan pada kegiatan diseminasi informasi, lomba meringkas buku,
lomba meresensi buku, dan menerbitkan buku.
Dari hal tersebut diatas maka akan menambah kegairahan untuk membaca disana. Serta
masyarakat menjadi cinta perputakaan dan akhirnya kalau mereka telah suka membaca
maka mereka akan semakin tahu, mengerti akan suatu hal. Hal itu akan menjadikan
masyarakat menjadi cerdas. Dan dapat kita simpulkan kalau masyarakat indonesia
menjadi cerdas siapakah yang untung? Pasti kita sendirikan!. Dengan begitu kita dapat
menyeimbangkan antara SDA dan SDM. Apabila itu sudah terjadi, otomatis kita jga dapat
mengimbangi negara lain yang SDM-nya tinggi dan rendah SDA-nya.
Membaca memberikan kepuasan yang jauh melebihi menonton TV. Meskipun banyak
cerita film diangkat dari kisah suatu novel, tetapi kepuasan membaca ceritanya di novel
akan lebih nikmat daripada menonton filmnya di TV. Hal ini karena membaca membuat
imajinasi kita hidup, sedangkan menonton TV praktis justru mematikan imajinasi.
Menonton TV kurang memuaskan karena selain banyak iklannya juga membuat
penontonnya pasif, sementara membaca membuat pikiran pembacanya aktif dan
kepuasannya tidak terganggu oleh tayangan iklan. Dengan membaca, kita mengaktifkan
pikiran sehingga apa yang kita baca terkesan hidup dalam imajinasi. Kita pun akan jauh
lebih mudah memahami cerita yang kita baca dari buku karena kita bisa secara mudah
mengulangi bagian mana yang kurang kita pahami. Hal ini tidak memungkinkan kalau
kita menonton TV.
Kegiatan membaca jelas lebih bermanfaat daripada menonton TV. Namun ironisnya kita
justru sering menghabiskan waktu secara percuma di depan si mata satu tersebut.Selain
buku karya fiksi yang bisa memberikan hiburan, buku-buku yang membahas tema hobi
juga bisa menghibur pembacanya. Seorang yang mempunyai hobi olahraga pasti senang
membaca buku-buku tentang olahraga. Jadi membaca adalah kegiatan yang selain
sangat bermanfaat, juga sangat nikmat. Karena itu, tidaklah berlebihan kalau sejumlah
cendekiawan mengatakan bahwa orang-orang yang paling malang ialah mereka yang
semasa hidupnya tidak pernah menikmati bacaan-bacaan yang berkualitas tinggi.
Carilah selalu waktu untuk dapat membaca, karena dengan membaca kita bukan hanya
memperoleh pengetahuan, tetapi juga hikmah yang berguna untuk diri kita sendiri dan
orang-orang disekitar kita. Tidak perlu menunggu lampu ada dirumah atau suruhan dari
guru untuk membaca di Perpustakaan. Carilah jalan lain untuk bisa membaca. Tidak
perlu menuntut apa yang belum dimiliki untuk mengejar pengetahuan dan kemajuan
tetapi berusahalah dengan apa yang ada pada kita. Seperti kisah zaman dahulu ada
seorang anak kecil yang bisa membaca tetapi dirumahnya tidak ada lampu, dia
menghalalkan semua cara supaya dia bisa membaca. Sampai akhirnya matanya sakit
karena pada saat dia membaca dia tidak menggunakan lampu, dia hanya menggunakan
obor. Betapa besar keinginannya untuk membaca. Bandingkan dengan sekarang!,
fasilitas sudah lengkap, tekhnologi sudah canggih, ruangan yang sudah tersedia. Tetapi
apakah keinginan kita sebesar anak yang dalam kisah diatas? Jauh sekali, bahkan
kalaupun kita tidak membaca ”is no problem” mereka malah memilih untuk bermain
atau mendengarkan saja. Bagi mereka tidak membaca itu tidak masalah. Anggapan
seperti ini sungguh salah.
Jangan sia-siakan fasilitas yang ada disekitar kita, misalnya Perpustakaan
Sekolah, Perpustakaan umum, karena perpustakaan adalah tempat segudang ilmu
pengetahuan yang banyak sekali hikmah dan manfaatnya, supaya kita bisa meraih cita-
cita kita. Dengan terus-menerus membaca kita akan mendapatkan semakin banyak
pengetahuan dan semakin banyak terhibur, bisa disebut juga sebagai manusia cerdas/
masyarakat perpustakaan cerdas. Apabila kita sudah berhasil, apakah kita akan
menyesal telah menggunakan waktu kita untuk membaca? Tentu tidak. Karena
membaca tidak hanya mendapatkan pengetahan tetapi juga menghibur diri dan
mengimajinasikan apa yang kita baca. Kuncinya adalah kita tidak harus serius tetapi kita
harus enjoi, sehingga apa yang kita baca mudah untuk kita resapi.
Maka mulai dari sekarang dan masa yang akan datang terus budayakan membaca buku,
supaya menjadi manusia yang cerdas, kaya pengetahuan dan terampil, karena membaca
erat kaitannya dengan menulis. ”Siapa yang Membaca Dialah yang akan Berhasil
dalam Mengejar Cita-citanya”. Manusia cerdas karena membaca ” I Love
Reading, I Love Library”.
Penulis: Siti Istikomah
http://www.pemustaka.com/budaya-baca-solusi-mencerdaskan-bangsa.html