artikel malaysia

Download ARTIKEL MALAYSIA

If you can't read please download the document

Upload: elin-geuyizz

Post on 28-Jun-2015

663 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

ARTIKEL CAMPUR TANGAN INGGRIS DALAM KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA (1962-1966)

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kebangkitan Negara-Negara Asia)

Oleh: Miyasa Paramitha 0705671

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011ASAL-USUL KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA Konflik Indonesia Malaysia seperti tidak pernah berhenti, sejarah mencatat konfrontasi Indonesia Malaysia terkait masalah perbatasan telah terjadi sejak Tahun tahun 1962-1966, sat itu konfrontasi lebih dilatar belakangi persoalan masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan Sarawak, konfrontasi yang terjadi antara Federasi Malaysia (saat itu) dan Indonesia, presiden Sukarno menilai pembentukan Federasi Malaysia yang kita kenal dengan Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan. Ketegangan antara Indonesia-Malaysia lebih kental dilatarbelakangi persoalan perbatasan. Hasilnya, perseteruan hanya bersipat diplomasi semata dan tidak akan merembet pada pertikaian sengit antarnegara. Berbicara mengenai konflik Indonesia Malaysia, hal itu sudah lama terjadi bahkan ketika Malaysia baru berdiri. Seperti yang kita tahu kemerdekaan Malaysia adalah pemberian Inggris sebagai penjajahnya. Secara nama, Malaysia yang berasal dari kata Malaya itu tentu saja logikanya jika akan dibuat Negara tentu wilayah jajahan Inggris di Semenanjung Malaya. Pertamanya memang seperti itu dan Indonesia tidak mempermasalahkan bedirinya Malyasia itu. Negara Malaysia atau yang lebih tepatnya Federasi Malaysia adalah negara federasi gabungan dari beberapa kerajaan lokal di wilayah Semenanjung Malaysia. Kalimantan Utara yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Sabah, Sarawak dan Brunei tidak termasuk ke dalam wilayah Malaysia namun masih tetap berupa koloni Inggris. Namun ternyata Inggris mempunyai rencana lain tentang Negara Malaysia. Inggris hendak menggabungkan Kalimantan sebelah Utara bersama wilayah

Semenanjung Malaya dalam satu Negara bernama Malaysia. Terang saja Soekarno selaku Presiden Indonesia saat itu sangat marah dan tidak terima. Bukan masalah Kalimantan Utara yang tidak masuk wilayah Indonesia itu tapi keberadaan Negara itu justru akan mengancam kedaulatan Indonesia karena hanya merupakan boneka Inggris. Jika wilayah Kalimantan Utara itu diisi Negara bentukan Inggris tentu peluang Inggris menguasai Indonesia, terutama Kalimantan, sangat besar. Tinggal lintas darat sudah sampai Kalimantan. Disamping itu semangat yang sedang berkembang di dunia adalah anti neo imperialism dan neo kolonialisme sedangkan penggabungan wilayah Inggris itu bisa dikatakan neokolonialisme. Soekarno tidak sembarangan beralasan seperti itu karena fakta memang membuktikan demikian. Indonesia mempunyai pengalaman yang tidak mengenakkan dengan percobaan neokolonialisme. Saat sekutu datang ke Indonesia, yang saat itu Indonesia sudah merdeka, dengan alasan melucuti Jepang ternyata sekutu bersama Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Bukan tidak mungkin kelak Negara Malaysia yang terletak di utara Kalimantan itu bisa dibarengi dengan kepentingan Inggris. Jika sampai Federasi Malaysia dan Kalimanan Utara bergabung tentu kontrol Inggris di wilayah Asia Tenggara itu bisa menjadi semakin kuat. Dan ternyata ketidaksetujuan penggabungan itu juga dirasakan oleh rakyat di sekitar Kalimantan Utara itu. Mereka mempunyai alasan berbeda dengan pemerintah Indonesia yang cenderung beralasan politik keamanan. Rakyat Kalimantan Utara ingin membentuk Negara sendiri karena mereka merasa berbeda baik secara ekonomi, politik, sejarah bahkan juga kebudayaan dengan rakyat di Semenanjung Malaya. Ketidaksetujuan itulah yang mengantarkan terjadinya peperangan diwilayah Kalimantan Utara. Peperangan itu praktis bukan antara Indonesia melawan Malaysia, tapi antara pasukan Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) melawan Tentara Inggris baik dari Komando Timur Jauh maupun Brigade Gurkha yang aslinya adalah orang-orang Nepal. Ketika ada segelintir TNI yang terlibat itu bukan tindakan resmi pemerintah. Tentara Malaysia sendiri tidak ada kabar dan semakin membuktikan bahwa Kalimantan

Utara memang hanya hendak dijadikan boneka Inggris. Peperangan di wilayah Kalimantan Utara itu terus berlangsung dengan tanpa keterlibatan pemerintah Indonesia aktif secara resmi. Untuk mengatasi peperangan itu secara diplomasi, para calon negara-negara anggota Malaysia dan pemerintah Indonesia serta Filipina berunding di Manila 31 Juli 1963. Akhirnya dicapai kesepakatan pembentukan Negara Malaysia baru itu boleh terjadi asalkan diadakan referendum apakah wilayah yang disengketakan itu (Sabah, Sarawak, Brunei) ingin bergabung dengan Malaysia atau tidak. Sayangnya ternyata kesepakatan itu dikhianati oleh Malaysia yang secara sepihak menyatakan bahwa calon negara-negara bagian yang ada, termasuk Sabah dan Sarawak , bergabung dengan Malaysia. 16 September 1963 dijadikan hari persatuan mereka meskipun hari kemerdekaan tetap dianggap 31 Agustus 1957 saat semenanjung Malaya dimerdekakan Inggris. Soekarno benar-benar marah atas keputusan sepihak ini. Ketika Malaysia bergabung dengan PBB dan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesiapun dibawa Soekarno keluar dari PBB 7 Januari 1965. Sementara Sabah Sarawak dinyatakan bergabung dengan Malaysia, peperangan masih saja berlangsung di wilayah itu. Peperangan itu juga disertai demonstrasi di masing-masing kedutaan. Puncak peperangan itu adalah ketika terjadi serangan di wilayah Tebedu (perbatasan Indonesia Malaysia). Versi lain menyebutkan adanya terjadinya perobekan foto Soekarno disertai diinjaknya Garuda Pancasila oleh Tunku Abdul Rahman, PM Malaysia pada tanggal 18 September 1963 atau dua hari setelah penggabungan itu. Meskipun tindakan itu dilakukan atas paksaan demonstran namun Soekarno terlanjur marah dan Indonesia secara resmi dan terbuka melakukan konfrontasi militer dengan Malaysia. Militer Indonesia menyerang Kalimantan Utara dan Semenanjung Malaya dengan slogan yang sangat terkenal bernama Ganyang Malaysia. Perseteruan dan konflik itu baru selesai setelah presiden Soekarno digantikan Soeharto sekitar tahun 1966. Jadi sebenarnya konflik Indonesia Malaysia boleh dibilang atas kuasa adu domba Inggris sekaligus terlalu patuhnya Malaysia pada Inggris. Soekarno sama sekali tidak ingin menganeksasi Sabah Sarawak (Kalimantan Utara) sebagai

bagian dari Negara Indonesia. Ketidaksetujuan penggabungan Sabah Sarawak menjadi Malaysia itu lebih dikarenakan menghindari adanya kontrol yang sangat berlebihan dari Inggris apabila negara bonekanya bersatu. Itu adalah bentuk imperialism dan kolonialisme baru. Bersatunya wilayah jajahan Belanda menjadi Indonesia tidak bisa disamakan dengan persatuan Malaysia itu karena bersatunya Indonesia adalah dengan kuasa dan usaha rakyat Indonesia sendiri, bukan sekedar penyatuan tanpa keinginan rakyat. Soekarno mempersilahkan jika wilayahwilayah Kalimantan Utara mendirikan negara sendiri. Hal itu paling tidak ditunjukan Indonesia dengan mempersilahkan rakyat Kalimantan Utara bereferendum menentukan nasibnya sendiri. Yang amat disayangkan lainnya Federasi Malaysia juga diam-diam saja waktu itu saat akan penggabungan Kalimantan Utara menjadi Negara Malaysia, padahal secara sejarah politik, ekonomi dua wilayah itu sangat berbeda. Sekalipun praktis secara perang terbuka sudah selesai namun ternyata bibit-bibit permusuhan itu masih ada sampai sekarang. Dan sayangnya lagi-lagi dipicu oleh Malaysia. Kalau dulu disebabkan imperialisme dan kolonialisme baru Inggris atas nama Malaysia kepada wilayah Kalimantan Utara, sekarang dilakukan sendiri oleh Malaysia tanpa bantuan Inggris dengan berbagai klaim budaya Indonesia dan pelanggaran perbatasan dalam usaha ekspansi wilayah sampai yang paling sering berupa tindakan represif struktural terhadap TKI yang bekerja di sana. Ketika perseteruan itu mencapai puncaknya haruskah peperangan itu terjadi lagi, padahal Indonesia dan Malaysia adalah Negara serumpun, Negara bertetangga yang bahkan sampai kiamat pun akan terus bertetangga. Dampak-dampak yang mungkin akan terjadi jika terjadi peperangan antara Indonesia dan Malaysia: a. Ekonomi kedua negara akan memburuk, nilai mata uang masing-masing negara tidak stabil, banyak investor yang memilih negara lain yang lebih aman. b. Pengurangan income di bidang pariwisata, ini sudah pasti, karena para wisatawan mancanegara merasa tidak aman mengunjungi suatu wilayah

negara yang berperang, bisa saja Bali akan sepi wisatawan mancanegara. c. Semua hubungan kedua negara tersebut terputus, padahal kedua negara tersebut saling bergantung dalam hal pariwisata. Warga Malaysia yang mengunjungi Indonesia jumlahnya tak sedikit, merekalah yang menyumbangkan untuk pendapatan negara. d. Jika terjadi perang, pasti membutuhkan dana untuk kemiliteran, daripada dana itu habis untuk membeli peralatan perang, kemudian alat tersebut hancur saat perang, lebih baik biaya itu digunakan untuk pembangunan negri kita ini dan untuk kesejahteraan masyarakat. Konflik antara Indonesia dengan Malaysia tidak berakhir hingga saat ini karena banyak sekali konfrontasi serta klaim yang dilakukan oleh Malaysia terhadap Indonesia baik itu pulau di Indonesia seperti Sipadan dan Ligitan, Ambalat dan yang baru-baru ini Pulau Jemur di Riau juga diklam oleh Malaysia, serta kebudayaan-kebudayaan Indonesia lainnya. Hal tersebut juga terjadi karena Indonesia sudah tidak begitu memperhatikan kebudayaannya sendiri. Situasi dimana rakyat Indonesia lebih bangga jika menggunakan sesuatu yang berbau luar dan asing. Situasi dimana, kebudayaan-kebudayaan tersebut sudah jarang dan hampir punah mungkin dari negara ini, dikarenakan hanya sedikit orang yang tetap melestarikannya. Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk instropeksi, disamping memang negara Malaysia yang telah kelewat batas. Ada puluhan budaya yangg telah diklaim oleh negara sebelah, dan berikut ini daftarnya: 1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia 2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia 3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia 4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia 5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia 6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia 7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia 8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia 9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia

10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia 11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia 12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia 13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia 14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia 15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia 16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia 17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia 18. Kain Ulos oleh Malaysia 19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia 20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia 21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

REFERENSI

Alkaf, Yasir. (2009). Sejarah Asal-Usul Konflik Indonesia Malaysia. [Online]. Tersedia: http://yasiralkaf.wordpress.com/2009/09/06/sejarah-asal-usulkonflik-indonesia-malaysia/. [13 Januari 2011]. Fachrizal. (_____). Konflik Indonesia-Malaysia. [Online]. http://muhfachrizal.blogspot.com/2010/09/konflik-indonesiamalaysia.html. [13 Januari 2011]. Tersedia:

Ruqoyah, Siti. (2010). Konflik Indonesia-Malaysia Bukan Pertikaian. [Online]. Tersedia: http://news.okezone.com/read/2010/08/29/337/367740/konflikindonesia-malaysia-bukan-pertikaian. [13 Januari 2011]. Gusbud. (2010). KONFLIK INDONESIA MALAYSIA DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF. [Online]. Tersedia: http://www.gusbud.web.id/2010/08/konflikindonesia-malaysia-dampak.html. [13 Januari 2011].