artikel krisis energi

Upload: brio-xyk-flatlandology

Post on 20-Jul-2015

619 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Awas Krisis EnergiHingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh James Prescott Joule. Dalam Hukum Kekekalan Energi, Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi). Energi di dunia ini sangatlah terbatas, namun kebutuhan akan energi sangatlah tinggi. Sepertinya telah menjadi kodrat manusia di dunia ini apabila sesuatu itu tersedia secara melimpah dan murah, maka penggunaannya pun cenderung boros atau tidak memperhatikan efisiensi. Hal tersebut juga berlaku dalam penggunaan di bidang energi terutama untuk penggunaan jenis energi yang vital bagi manusia dan pembangunan yaitu energi listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Konsumsi Energi Dunia Dalam Statistical Review of World Energy dilaporkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi dunia pada tahun 2010 adalah sebesar 5,6%. Angka ini merupakan pertumbuhan terkuat sejak tahun 1973 yang didorong pertumbuhan ekonomi global yang mencapai 4,9%. Pada tahun 2010, intensitas energi juga tumbuh paling cepat sejak 1970. Hal ini dipicu pemulihan resesi global pada akhir tahun 2010, yang didorong oleh pemulihan secara cepat dari negara-negara berkembang. Peningkatan ini sangat kuat untuk semua bentuk energi dan di semua wilayah. Total konsumsi energi pada tahun 2010 melampaui puncak pra-resesi yang terjadi pada 2008. Sementara konsumsi di negara berkembang terus meningkat pesat, pertumbuhan energi negara-negara OECD(The Organisation for Economic Co-operation and Development) juga jauh di atas rata-rata. Secara global konsumsi energi tumbuh lebih cepat daripada perekonomian, yang berarti bahwa intensitas energi untuk kegiatan ekonomi meningkat untuk tahun kedua. Data BP menunjukkan bahwa emisi CO2 global dari konsumsi bahan bakar fosil juga tumbuh kuat tahun sebelumnya. Fakta ini menunjukkan diperlukannya upaya-upaya mengurangi intensitas bahan bakar fosil dan mengejar energy mix berkelanjutan untuk masa depan. Pertumbuhan konsumsi energi dunia dalam 20 tahun ke depan didominasi oleh negara-negara berkembang dan negara-negara yang bakalan menjadi raksasa ekonomi dunia. Kelihatannya isu lingkungan akan terus marak dan bisa jadi terus berkepanjangan karena konsumsi energi kelompok negara ini akan didominasi oleh energi fosil (minyak, batu bara, dan gas). Kelompok negara yang terus mendominasi pemakaian energi fosil adalah China, Timur Tengah,

India, Afrika, Eropa Timur (Eurasia), Amerika Latin, dan negara-negara Asia lainnya. Sedangkan kelompok negara industri maju yang tergabung dalam OECD justru merefleksikan pengurangan (pertumbuhan negatif) terhadap pemakain energi fosil. Menurut skenario dalam WEO 2008, cadangan minyak dunia yang ada saat ini masih bisa memenuhi kebutuhan sampai 20 tahun mendatang asalkan ada penambahan investasi untuk kegiatan eksplorasi dan peningkatan teknologi bagi lapangan-lapangan minyak yang akan mengalami penurunan produksi (declining). Yang menjadi kekhawatiran adalah, jika investasi gagal dilakukan dan ternyata produksi tidak mencukupi maka dunia akan terancam kekurangan pasokan minyak bumi. Situasi politik global bisa memanas. Adanya fluktuasi harga minyak di rentang 35 147 dollar AS per barel dalam satu tahun terakhir sudah membuat berbagai gejolak. Bukan tidak mungkin untuk mengamankan pasokan energi di negaranya masing-masing satu sama lain saling rebutan. Kalau sudah begini bisa bakalan seperti hukum rimba. Yang kuat yang menang. Makanya IEA mengatakan model supplydemand energi dunia yang ada saat ini sangat unsustainable; baik dari segi lingkungan, ekonomi, politik, maupun sosial. Skenario kebutuhan energi yang ada sekarang (existing) adalah skenario yang harus dirubah. Diperlukan berbagai terobosan dan komitmen lagi dari dunia internasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, khususnya minyak bumi. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewabel disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya harga BBM. Kondisi ini memicu kenaikan biaya hidup dan naiknya biaya produksi. Oleh karena itu perlu dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat renewable (terbarukan). Sumber daya energi terbarukan, seperti angin, matahari dan tenaga air, menawarkan alternatif pengganti untuk bahan bakar fosil. Mereka menghasilkan sedikit atau bahkan tidak ada pencemaran atau gas rumah kaca. Dan kabar baiknya, sumber energi ini tidak akan pernah habis. Kecenderungan dunia saat ini yang mengarah pada penemuan-penemuan dan pemanfaatan sumber energi terbarukan, menuntut kita pula untuk memacu penelitian-penelitian kearah yang seperti itu. Jika kita tidak memulainya dari sekarang, saya yakin dan percaya kedepan bangsa ini hanya bisa menjadi

penonton saja dalam percaturan ekonomi dunia. Karena sumber daya energi sangat menentukan maju dan mundurnya ekonomi suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu memanfaatkan sumber-sumber energinya dengan sebaik mungkin. Energi merupakan denyut nadi perekonomian suatu bangsa. Jika energinya mati, maka mati pulah ekonomi suatu bangsa begitu pun sebaliknya jika energinya hidup, maka ekonomi suatu bangsa akan maju dan berkembang dengan baik. Inilah interaksi mutualisme antara energi dan ekonomi yang tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Pertumbuhan ekonomi jelas sangat membutuhkan ketersediaan berbagai sumber daya alam di samping sumber daya manusia. Sumber daya energi merupakan salah satu sumber terpenting pendorong pertumbuhan ekonomi. Ia dibutuhkan setiap elemen masyarakat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Karena itu, keterbatasan sumber daya energi akan menjadi kendala yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi di kemudian hari. Pada tahun 2006 Pemerintah Indonesia melalui Perpres No 5 Tahun 2006 perihal Kebijakan Energi Nasional yang bertujuan mengembangkan energi yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara murah dan terjangkau. Dunia usaha diharapkan bisa bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Pemanfaatan bahan bakar nabati atau bahan bakar dari tanaman ini sebagai energi alternatif yang terbarukan. Pemanfaatan sumber energi konvensional seperti minyak, gas alam cair dan batu bara selama ini terbukti selain menyebabkan problem ikutan berupa dampak lingkungan yang diakibatkannya seperti efek rumah kaca, global warming, akan tetapi juga cadangan sumber dayanya yang semakin hari semakin menyusut. Bisa dibayangkan jika kita tidak bersiap-siap sejak dini dengan mencari sumber energi alternatif, maka tentunya kita akan sangat kelabakan bila cadangan sumber energi konvensional kita telah habis. Mungkin yang terjadi kita akan mengalami kemunduran kembali ke zaman kegelapan (jahiliyah). Ini tantangan besar bangsa ini, apalagi harga minyak dunia yang semakin melambung tinggi menambah beban APBN setiap tahunnya. Kebijakan merevisi APBN sebagai strategi penyesuaian akibat asumsi awal yang tidak tepat dalam penyusunan RAPBN untuk harga minyak dunia per barrelnya, ibarat lingkaran setan yang tak berujung dan selalu kembali terjadi. Efeknya harga bahan bakar bagi masyarakat melambung tinggi, industri derifatifnya (hilir) pun seperti PLN

ikut-ikutan menaikan tarif untuk menyesuaikan dengan biaya produksi yang semakin mahal. Akhirnya masyarakat kecil yang sangat merasakan akibat dari semua itu. Sebagai gambaran dibutuhkan 200 Triliun rupiah pertahun untuk subsidi BBM dan Listrik jika harga minyak dunia mencapai USD 90 per barrel. Besarnya nilai subsidi ini, sebenarnya akan bermanfaat jika pemerintah mulai berpikir untuk mengalihkannya untuk pengembangan energi alternatif, karena akan mengurangi pemborosan dan ketergantungan terhadap minyak bumi yang tidak ramah lingkungan. Energi Alternatif Para ahli telah menemukan berbagai sarana energi alternatif. Berikut ini dibahas sekilas tentang berbagai sumber energi alternatif yang dewasa ini semakin gencar dikembangkan. 1. Sumber Energi Matahari Energi matahari merupakan sumber energi termurah yang sifatnya tak terbatas. Pasokan sinar matahari yang tak terbatas memberikan ide untuk menyimpan energi tersebut dan kemudian dikonversi ke dalam bentuk energi lain. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan sumber energi yang tidak terbatas tersebut, diperlukan penyimpan energi dan pengkonversi energi. Salah satu yang bisa digunakan untuk menyimpan energi tersebut adalah solar panel. Di Indonesia sendiri, potensi pemanfaatan sumber energi matahari begitu besar karena matahari bersinar sepanjang tahun. 2. Sumber Energi Biomassa Sumber energi ini berasal dari sisa-sisa metabolisme makhluk hidup. Sisasisa makhluk hidup tersebut bisa berupa kotoran hewan maupun hasil pembusukan sisa-sisa tanaman. Kotoran atau hasil pembusukan tersebut dikumpulkan ke dalam sebuah penyimpan. Kemudian, dipaksa untuk mengeluarkan energi melalui mekanisme perubahan kimia yang terjadi. Reaksi kimia yang terjadi menghasilkan energi. Kemudian, energi tersebut disimpan dan dikonversi menjadi energi lainnya. 3. Sumber Bioenergi Berbeda dengan sumber energi kedua, bioenergi berasal dari tanaman yang sengaja diolah untuk diambil minyaknya. Sebagai contoh adalah tanaman jarak. Para ahli membuat sebuah teknologi untuk mengekstrak minyak jarak dari

bijinya. Minyak jarak tersebut diteliti sehingga didapat kualitas minyak seperti yang biasa digunakan untuk bahan bakar minyak. Hasil akhirnya adalah bentuk substitusi dari bensin dan solar yang biasa disebut biosolar dan bioetanol. 4. Sumber Energi Panas Bumi Indonesia dikenal memiliki sumber-sumber panas bumi berlimpah. Banyaknya garis pegunungan yang ada di Indonesia menjadi salah satu keuntugan bagi keberlimpahan sumber energi panas bumi. Salah satu ide dasar sumber energi ini adalah mengubah energi panas yang dikandung oleh dapur magma menjadi sumber energi lain, seperti energi listrik. Berbagai perusahaan eksplorasi dunia pun kini menaruh perhatian tinggi terhadap sumber energi yang tidak akan pernah habis ini. 5. Sumber Energi Pasang Surut Sebagai Negara Kepulauan, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Panjangnya garis pantai besar ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang berpotensi memiliki sumber daya energi pasang surut besar. Ide dasar penggunaan sumber daya energi ini adalah mengubah energi mekanik hasil perubahan gelombang laut menjadi energi lain, misalnya listrik. 6. Sumber Energi Angin Energi angin menjadi salah satu solusi bagi negara yang memiliki potensi angin begitu besar. Di Belanda, energi angin sudah sangat lama digunakan sebagai salah satu sumber energi. Ide dasar sumber energi ini adalah menangkap pergerakan angin tersebut dengan bantuan kincir angin raksasa. Dengan bergeraknya kincir angin raksasa, generator bergerak sehingga membangkitkan pasokan energi listrik. 7. Sumber Energi Nuklir Nuklir bagaikan dua mata uang yang saling berkebalikan. Di satu sisi, energi nuklir menjadi salah satu jawaban dalam kelangkaan energi. Di sisi lain, nuklir dapat menjadi bencana ketika terjadi kebocoran seperti halnya pembangkit listrik nuklir di Chernobyl, Uni Soviet. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi keamanan nuklir, energi ini menjadi salah satu sumber energi potensial. Sifat nuklir lebih efisien daripada bahan bakar fosil. Ide dasar energi ini adalah memanfaatkan energi yang dihasilkan dari peristiwa fisi dan fusi dari inti atom yang bersifat radioaktif. Namun tetap saja, dunia tak bisa tidak harus berhemat energi. IEA (International Energy Agency)menemukan fakta jika semua penduduk bumi

mencabut alat-alat eletronik mereka setelah dipakai, maka akan terjadi penghematan energi hingga 40% secara global. Sementara pemerintah negaranegara industri maupun berkembang pun harus mulai menerapkan kebijakan energi ramahj lingkungan dengan memadukan energi-energi terbarukan. Jika tidak, emisi karbon bumi akan terus meningkat 70% pada 2050 nanti. Memang tidak ada peluru perak yang dapat menyelesaikan masalah energi ini. Tapi era dimana minyak murah sudah berakhir dan kita harus memerbaiki dampaknya saat ini, kata Bradley, mengacu pada era revolusi industri abad 19 saat dunia mengalami lonjakan emisi karbon yang tinggi akibat murahnya minyak bumi. Menurutnya negara-negara juga tak bisa lagi egois berusaha mengembangkan teknologi energi terbarukan hanya untuk dijual ke negara lain. Antar negara harus mulai bekerjasama mengembangkan teknologi energi terbarukan bersama sejak semula, agar pada akhirnya teknologi tersebut bisa lebih murah dan dapat bermanfaat bagi banyak orang, kata Bradley. Persoalan Subsisidi Persoalan krisis energi di Indonesia adalah tidak sederhana sehingga bisa dituntaskan dengan satu sentuhan. Masalah sudah terlalu kompleks, salah satu di antaranya adalah persoalan subsidi energi (khususnya BBM dan Listrik). Masalah subsidi ini kian rumit karena terkait erat dengan wilayah politik. Maksudnya bergini. Dalam politik, merebut hati calon pemilih adalah faktor terpenting. Untuk meraih dukungan calon pemilih, apapun cara akan dilakukan. Salah satu cara menarik bagi incumbent adalah menurunkan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik (TDL) menjelang pemilu. Caranya ialah dengan menambah subsidi energi untuk masyarakat. Di satu sisi, subsidi energi meringankan beban rakyat, dan meringankan beban rakyat memang sudah semestinya dilakukan pemerintah. Namun di sisi lain, subsidi punya efek domino yang cukup besar. Akibat negatif dari subsisi antara lain mendorong masyarakat untuk menghabur-hamburkan pemakaian energi fosil karena murah sebab disubsidi. Lemahnya budaya hemat energi berakibat pada degradasi lingkungan (peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer). Akibat lain dari subsidi bahan bakar fosil adalah menghambat perkembangan energi terbarukan. Sayang, pemerintah kita belum punya skema subsidi dan insentif finansial lainnya untuk energi terbarukan. Sebagai akibat, harga energi terbarukan di Indonesia masih mahal dibanding energi fosil. Masih ada lagi beberapa akibat buruk daripada subsidi energi fosil, seperti membebani keuangan negara, dll.

Sebaiknya pemerintah memberikan subsidi bagi energi terbarukan dan mencabut subsidi untuk energi fosil. Jika ini dilakukan, maka posisi akan terbalik, harga energi fosil akan lebih mahal dari pada harga energi terbarukan, atau minimal sama. Mengapa pemerintah harus kembali berlaku tidak adil dengan hanya memberi subsidi pada energi terbarukan? Memang sepintas kebijakan seperti ini terlihat tidak adil. Tapi, jika dilihat keuntungan lingkungannya, sebenarnya inilah yang adil. Konsumsi energi fosil dalam jumlah besar telah membuat lingkungan kita rusak parah. Tidak sedikit statistik yang mengatakan bahwa manusia kini bernafas dengan udara tercemar. Kita tidak menyadari ada bahaya besar di balik kebiasaan kita mengkonsumsi energi fosil dalam jumlah besar.