artikel ilmiah pengaruh pemberian suplementasi asam …repository.unja.ac.id/3206/1/artikel ilmiah...

20
FARISNET 1 ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3 TERHADAP INTENSITAS BIRAHI TERNAK KERBAU SKRIPSI BOIKE PARDO E10013112 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

Upload: others

Post on 25-Oct-2019

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 1

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

TERHADAP INTENSITAS BIRAHI TERNAK KERBAU

SKRIPSI

BOIKE PARDO

E10013112

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 2

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

TERHADAP INTENSITAS BIRAHI TERNAK KERBAU

Boike pardo (E10013112) di bawah bimbingan:

Dr.Bayu Rosadi,S.Pt. M,Si(1)

dan Dr.Ir.Yurleni,M,Si(2)

Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Email:[email protected]

ABSTRAK

This research was conducted at the farms of Pijoan sub-district, Jambi sub-

district, Muaro Jambi district, and the Jambi University Faculty of Animal

Husbandry Laboratory. This study aims to determine the effect of omega-3

supplementation on the intensity of lust and see the intensity of lust in buffalo

livestock where the buffalo cattle often occur (silent heat) lust is not visible. This

research uses 6 female buffalo cattle. The design used was a randomized block

design (RAK) with 2 treatments and 3 replications. Treatment was given P0

(silage of palm stem 60% + natural grass 40%) and P1 (silage of 60% + natural

grass 40% + 3000 mg commercial fish oil). The variables observed histologic

overview of vagina (vagina smear), and observation of the intensity of lust in

buffaloes. The description of the vagina at the time of buffalo cattle showed the

same pattern of images between two treatments ie superficial cells / kornifikasi

more / dominant show the livestock is experiencing phase lust. In the observation

of the intensity of lust between livestock supplemented with omega-3 and without

omega-3 supplementation showed an unstable influence (P> 0.05) on vulva

changes and behavioral changes between livestock.

Kata kunci: Minyak ikan komersial, silase, ternak kerbau, intesitas birahi, vagina

smear

Page 3: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 3

1. PENDAHULUAN

Kerbau (Bubalus bubalis)

merupakan salah satu ternak

ruminansia besar yang

keberadaannya relatif kurang

diperhatikan, secara nasional

kontribusinya terhadap

pembangunan peternakan cukup

berperan penting dan memberikan

manfaat yang begitu besar bagi

kehidupan masyarakat, salah satunya

yaitu sebagai penghasil susu, dan

daging . Peningkatan produktivitas

ternak kerbau merupakan salah satu

upaya untuk mewujudkan ketahanan

pangan di sektor peternakan yaitu

untuk meningkatkan populasi dan

produksi ternak dalam usaha

memperbaiki gizi masyarakat dan

meningkatkan pendapatan peternak.

Kondisi peternakan kerbau saat ini

dapat dikatakan mengkhawatirkan,

dalam kurun waktu 2 tahun terakhir

populasi ternak sapi termasuk kerbau

didalamnya turun sebanyak 2,4 juta

ekor (Dirjennak, 2014).

Perkembangan produksi

ternak kerbau di Indonesia sangat

lambat disebabkan oleh beberapa

faktor. Salah satunya adalah

pemeliharaan ternak masih bersifat

ekstensif dan belum ada sentuhan

teknologi, khususnya teknologi

pakan dan reproduksi. Reproduksi

pada ternak kerbau betina agak

berbeda dari sapi, mencapai pubertas

pada umur yang lebih tua dari pada

sapi dengan rata-rata dewasa kelamin

kerbau betina dicapai pada umur 3

tahun. Kerbau betina

memperlihatkan siklus birahi yang

normal selama kurang lebih 3

minggu, di Indonesia siklus birahi

pada kerbau lumpur berkisar antara

17 dan 29 hari, rata-rata 23,53 hari.

Birahi berlangsung lebih lama pada

ternak kerbau dari pada sapi,

mencapai 24 sampai 36 jam. Selain

itu kendala utama yang dirasakan

menghambat pelaksanaan

perkawinan pada kerbau adalah

sulitnya deteksi berahi pada ternak

kerbau. Gejala berahi umumnya

tidak jelas/birahi tenang (silent heat)

(Putro, 1991). Nanda (2003) juga

menyatakan bahwa sulitya deteksi

berahi pada kerbau di sebabkan

karena system peternak yang

ekstensif dan kebiasaan ternak

kerbau yang suka berkubang.

Upaya untuk meningkatkan

performans per unit ternak kerbau

adalah dengan pemeliharaan secara

intensif. Pemeliharan intensif pada

Page 4: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 4

ternak kerbau rawa/kerbau lumpur

belum banyak dilakukan seperti pada

sapi, padahal ternak kerbau tersebar

hampir diseluruh wilayah di

Indonesia dan mempunyai daya

adaptasi yang tinggi terhadap habitat

hidupnya. Pada pemeliharaan

intensif perlu diintroduksikan

teknologi pakan guna untuk

memperbaiki intensitas birahi pada

ternak kerbau. Penggunaan

suplementasi omega-3 yang berasal

dari minyak ikan dapat digunakan

sebagai sumber energi karena pada

lemak ikan mengandung asam lemak

tak jenuh (ALTJ) yang tinggi yang

sangat di butuhkan dalam tubuh

ternak dan tidak dapat disintesis

dalam tubuh sehingga perlu

ditambahkan dari luar. Asam lemak

tak jenuh mempunyai fungsi spesifik

dan sangat penting untuk

pertumbuhan, pemeliharaan struktur

membran, sintesis fosfolipid dan

pembentukan prostaglandin yang

sangat penting pada regulasi

metabolisme seluler (Riis 1983;

Estiasih 2009). Beberapa hasil

penelitian suplementasi Asam lemak

tak jenuh dalam pakan ternak kuda

dan domba dapat menurunkan

peradangan dan meningkatkan

fungsi reproduksi (Ashes 1992; King

et al. 2008). Deteksi birahi

menggunakan vagina smear dan

pengamatan intensitas birahi juga

diharapakan dapat mengetahui

gejala-gejala birahi ternak kerbau.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerbau

Kerbau adalah ternak asli daerah

tropis dan lembab, dalam

kehidupannya ternak tersebut sangat

menyukai air yang tergenang.

Terdapat empat spesies liar kerbau

tetapi semua kerbau domestik

dewasa ini nampaknya diturunkan

dari Bubalus arnee, yakni kerbau liar

dari benua asia. Umumnya tipe

kerbau domestik dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu kerbau air dan

kerbau rawa. Kerbau air (water

buffalo) mempunyai kegemaran akan

air, sedangkan kerbau rawa-rawa

(swam buffalo) mempunyai

kegemaran air atau lumpur (Payne

dan Wiliamson, 1993).

Kerbau adalah hewan

ruminansia dari sub famili Bovidae

yang berkembang di banyak bagian

dunia dan diduga berasal dari daerah

India. Kerbau domestikasi atau water

bufallo yang ada pada saat ini berasal

dari spesies Bubalus arnee. Spesies

Page 5: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 5

kerbau lainnya yang masih liar

adalah B. mindorensis, B.

depressicornis dan B. cafer (Hasinah

dan Handiwirawan, 2006).

Klasifikasi ternak kerbau menurut,

(Storer, et al., 1971) sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Kelas : Mamalia

Sub-kelas : Ungulata

Ordo : Artiodactyla

Sub-ordo : Ruminansia

Famili : Bovidae

Genus : Bubalus

Spesies :Bubalus

bubalis Linn.

Di Indonesia kerbau

dipelihara dalam kelompok kecil,

pemilik kerbau hanya mempunyai 2-

5 ekor saja. Kepemilikan ini

merupakan suatu yang mempunyai

hubungan erat dengan pertanian dan

pemilik lahan pertanian. Murti et al.

(1988) meyatakan bahwa “dari

sejumlah ternak kerbau di Indonesia

sekarang 40% di antaranya terdapat

di pulau jawa, pemilikan ternak

kerbau di Indonesia pada umumnya

hanya berkisar 2 ekor tiap peternak”.

Ternak kerbau merupakan

hewan ruminansia yang bernilai

ekonomi tinggi, ternak kerbau dapat

dijadikan usaha pokok petani, selain

kegunaan membantu membajak

sawah. Kerbau yang dipelihara oleh

masyarakat biasanya untuk tujuan

keperluan tenaga kerja maupun

untuk diambil dagingnya. Kerbau

juga mempunyai manfaat yang besar

dalam sosial buadaya dan dapat

dijadikan ukuran martabat seseorang

dalam masyarakat serta dapat pula

sebagai hewan kurban pada acara-

acara ritual (Murtidjo, 1992).

Berbeda dengan sapi, kerbau juga

menempati peran yang menonjol

dalam cerita rakyat dan kepercayaan

umum. Adat, peraturan, dan kebiasan

tradisional yang menuntun hidup dan

mengatur perbuatan-perbuatan

penduduk pedesaan Indonesia,

memerlukan peran penting kerbau

dalam upacara keagamaan (Huitema,

1986).

Untuk dapat hidup nyaman

kerbau memerlukan kondisi ideal

dengan temperatur lingkungan

berkisar 16 – 24 0C, dengan batas

toleransi hingga 27,6 0C

(Markvichitr, 2006). Walaupun pada

kenyataannya kerbau ditemukan

paling banyak di daerah tropis dan

subtropis, akan tetapi kerbau tidak

Page 6: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 6

mempunyai ketahanan yang tinggi

terhadap panas.

Kerapatan kelenjar keringat

kerbau hanyalah sepersepuluh dari

yang dimiliki sapi, sehingga

pelepasan panas dengan cara

berkeringat tidak banyak membantu.

Selain itu, kerbau mempunyai bulu

yang sangat jarang, sehingga

mengurangi perlindungannya

terhadap sinar matahari langsung.

Hal inilah yang menyebabkan kerbau

kurang tahan terhadap sengatan sinar

matahari atau udara yang dingin

(Hardjosubroto, 1994). Di bawah

naungan atau di kubangan

temperatur tubuh kerbau akan

menurun lebih cepat dari pada sapi,

karena kulit tubuh yang hitam kaya

akan pembuluh darah yang

menghantarkan dan mengeluarkan

panas secara efisien (Ligda, 1998).

Karena tidak tahan dengan

panas dan sinar matahari langsung,

kerbau sangat suka dengan air,

mereka suka berkubang di dalam air

yang tidak mengalir atau lumpur,

khususnya pada saat udara panas di

siang hari dan pada malam hari

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1987).

2.2 Intensitas Birahi Ternak

Kerbau

Birahi adalah saat hewan betina

bersedia menerima pejantan untuk

kopulasi. Jarak antara birahi yang

satu sampai pada birahi berikutnya

disebut satu siklus berahi, jika birahi

yang pertama tidak menghasilkan

kebuntingan maka birahi yang

pertama itu akan disusul dengan

birahi kedua (Partodihardjo, 1980).

Menurut Toelihere (1981),

bahwa rata-rata dewasa kelamin

kerbau betina adalah pada umur 3

tahun, secara umum kerbau lumpur

mencapai pubertas kurang lebih pada

umur 2,5 tahun. Siklus berahi pada

kerbau lumpur berkisar antara 21 -

22 hari dan lama estrus bervariasi 20

- 24 jam. Menurut Lendhanie (2005),

bahwa umur pubertas kerbau rawa

tidak diketahui dengan pasti.

Meskipun demikian, berdasarkan

umur kelahiran pertama yaitu 3 - 4

tahun diperkirakan konsepsi pertama

terjadi pada umur 2 - 3 tahun. Umur

konsepsi pertama ini dapat dijadikan

patokan sebagai umur dewasa

kelamin dengan asumsi lama

kebuntingan selama 12 bulan.

Pubertas terjadi karena

dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya, yaitu: umur, bobot

badan, ras dan genetik. Beberapa

Page 7: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 7

faktor yang juga sangat berpengaruh

yaitu faktor lingkungan yaitu: suhu,

musim dan iklim. Faktor lain yang

mempunyai pengaruh besar terutama

nutrisi dan pakan. Pubertas lebih

awal akan menguntungkan karena

dapat mengurangi masa tidak

produktif dan memperpanjang masa

hidup produktif ternak. Peningkatan

genetik dapat terjadi lebih cepat

karena selang generasi lebih pendek,

apabila dilakukan seleksi dengan

baik dan program seleksi yang

efektif (Tomaszewska et al., l99l).

Gejala berahi pada kerbau

kurang nyata dibandingkan pada

sapi, sehingga untuk mendeteksi

berahi kerbau memerlukan

pengamatan yang intensif (Sirega et

al., 1998), sedangkan menurut

Toelihere (1976), gejala berahi pada

kerbau cukup jelas, kerbau betina

memperlihatkan pembengkakan

vulva, pengeluaran lendir jernih

melalui vulva, dan diam berdiri

untuk dinaiki oleh pejantan.

2.3. Vagina Smear

Vagina smear bertujuan untuk

menentukan fase estrus. Fase estrus

ditentukan dengan cara

mengidentifikasi sel leukosit serta

epitel yang terdapat pada vagina.

Vaginal smear sangat penting

dipelajari karena sangat diperlukan

dalam observasi perbandingan yang

membutuhkan pemahaman lebih

mendalam khususnya masalah pada

organ reproduksi (Bagnara, 1988).

Metode vaginal smear

menggunakan sel epitel dan sel

lukosit sebagai bahan identifikasi.

Sel epitel merupakan sel yang

terletak di permukan vagina,

sehingga apabila terjadi perubahan

kadar estrogen maka sel epitel

merupakan sel yang paling awal

terkena akibat dari perubahan

tersebut. Sel leukosit merupakan sel

antibodi yang terdapat di seluruh

bagian individu. Sel leukosit di

vagina berfungsi membunuh bakteri

dan kuman yang dapat merusak

ovum. Sel epitel berbentuk oval atau

polygonal, sedangkan sel leukosit

berbentuk bulat berinti (Nalbandov,

1990).

Vagina merupakan saluran

terdepan sistem pembiakan betina,

antara vestibule genitalia luar dan

cervix. Dinding terdiri dari 3 lapis,

yaitu mukosa, otot polos, dan

jaringan ikat (adventitia). Lapisan

mukosa terdiri dari epitel dan lamina

propia. Sel epitel beberapa lapis dan

Page 8: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 8

terluar menggepeng, dalam keadaan

normal lapisan epitel ini tak

menanduk pada Primata, tapi

menanduk pada Rodentia. Pada

Rodentia sel-sel epitel menanduk ini

dijumpai waktu dilakukan usapan

vagina (Yatim, 1982).

2.4. Asam Lemak Omega-3

Asam lemak dikelompokkan

kedalam tiga kelompok yaitu asam

lemak jenuh (Saturated Fatty Acid,

SAFA), asam lemak tunggal tidak

jenuh (Mono unsaturated Fatty Acid,

MUFA) dan asam lemak poli tidak

jenuh (Poly Unsaturated Fatty Acid,

PUFA). Asam lemak jenuh yaitu bila

rantai hidrokarbonnya dijenuhi oleh

hidrogen. Termasuk didalamnya

asam laurat, asam miristat, asam

palmitat dan asam stearat. Sedangkan

asam lemak tidak jenuh yaitu bila

rantai hidrokarbonnya tidak dijenuhi

oleh hidrogen dan oleh karena itu

mempunyai satu ikatan rangkap atau

lebih termasuk didalamnya antara

lain asam palmitoleat, asam oleat,

asam linoleat, asam linolenat dan

asam arachidonat.

Nesimi et al (2003) menyatakan

bahwa pada umumnya asam lemak

jenuh yang mendominasi lemak

intramuskuler daging sapi adalah

asam palmitat dan stearat. Lemak

tidak selalu memberikan dampak

yang merugikan bagi kesehatan

manusia, karena asam lemak sangat

penting terhadap komponen struktur

sel, jaringan kelenjar, fungsi organ

dan untuk menjaga keseimbangan

metabolisme tubuh. Asam lemak tak

jenuh tunggal berperan untuk

memperbaiki profil lipid didalam

tubuh, sehingga memberi pengaruh

yang positif terhadap level

kolesterol. Asam lemak tersebut

dapat mencegah dan mengurangi

resiko penyempitan pembuluh darah

atau ateroklorosis, sehingga

keberadaanya sangat dibutuhkan.

Asam lemak tak jenuh ganda

atau polyunsaturated fatty acid

(PUFA) merupakan kelompok asam

lemak yang sangat penting karena

dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan, fungsi reproduksi

dan kesehatan.

Lemak pangan yang berasal dari

produk hewani ada yang dapat

bersifat menurunkan kadar kolesterol

plasma yaitu golongan asam lemak

tak jenuh yang terdiri dari asam

lemak omega-3 dan omega-6 yang

merupakan asam-asam lemak

essensial yang mempunyai ikatan

Page 9: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 9

rangkap pada atom karbon ketiga dan

keenam dari ujung terminal pada

rantai karbon. Asam linoleat adalah

salah satu anggota omega-3 yang

diperlukan tubuh untuk

memproduksi EPA dan DHA. DHA

didalam tubuh sangat penting untuk

perkembangan otak dan retina

(Simopaulus, 2002). Asam lemak

omega-3 banyak dijumpai pada

minyak ikan dan sangat efektif

menurunkan kadar kolesterol,

trigliserida, hipertensi dan

hiperkolesterol. Asam lemak yang

mengandung dua atau lebih ikatan

rangkap, asam lemak tersebut disebut

asam lemak tidak jenuh tinggi

(Biesalski, 2005).

III. MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan waktu

Penelitian ini di ini dilaksanakan

pada tanggal 5 September 2017

sampai dengan 27 Oktober 2017 di

lakukan di Peternakan Rakyat

Kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi

Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi,

Laboratorium Fakultas Peternakan,

Laboratorium Terpadu Universitas

Jambi,

3.2. Materi dan Peralatan

Ternak yang digunakan pada

penelitian ini adalah kerbau betina

yang sudah dewasa kelamin

sebanyak 6 ekor umur ± 2.5 - 3

tahun dengan kisaran bobot badan

124-301 kg, mempunyai siklus

estrus yang normal serta sehat

dengan organ reproduksi. Pakan

yang digunakan adalah rumput

lapang, Silase pelepah sawit, dan

minyak ikan komersial. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah sel epitel dan leukosit pada

vagina kerbau betina, alkohol 70%,

dan pewarna giemsa. Alat yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah cotton bud, pipet, tissue,

object glass, cover, dan mikroskop.

3.3. Metode

3.3.1. Persiapan pakan

Untuk pembuatan pakan silase

pelepah sawit terlebih dahulu

dipersiapkan stimulant yang berasal

dari probiotik durian fermentasi

(Dufer). Pembuatan probiotik Dufer

dilakukan di Laboratorium Terpadu

Universitas Jambi. Cara

Pembuatannya sebanyak 10 gr

durian fermentasi dibiakkan dalam

larutan MRSB. Larutan MRSB

terdiri dari 54 gram MRSB + 1000

ml aquades kemudian disterilisasi.

Larutan MRSB yang berisi durian

Page 10: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 10

fermentasi di inkubasi pada

temperatur 37ºC selama 48 jam

(konsentrasi 100%). Setelah didapat

larutan probiotik Dufer selanjutnya

dibuat larutan dengan konsentrasi

5% dengan cara: sebanyak 50 ml

larutan probiotik dufer + 950 ml

molases yang sudah diencerkan

dengan aquades (1:1). Kemudian

diinkubasi pada temperatur 37ºC

selama 48 jam. Sebelumnya larutan

molases yang sudah diencerkan

disterilisasi terlebih dahulu. Larutan

probiotik dufer dengan konsentrasi

5% siap untuk diaplikasikan pada

pelepah sawit. Sebelum digunakan

larutan probiotik dufer disimpan

pada lemari pendingin. Pembuatan

pelepah sawit fermentasi dilakukan

di PTPN VI Propinsi Jambi di

Lokasi Integrasi Sawit-Ternak di

Desa Muhajirin Kecamatan Jambi

Luar Kota Kecamatan Muaro Jambi.

Cara pembuatan silase OPF

(Fakhri dkk. 2014)

Pelepah sawit yang telah

dilayukan selama 1 hari kemudian

dihaluskan menggunakan mesin

chopper. Pelepah sawit halus + 10%

dedak halus + larutan probio dufer

konsentrasi 5% + molases 4%

dicampur hingga homegen. Pelepas

sawit yang telah tercampur homogen

dimasukkan kedalam silo/drum (silo

berkapasitas ± 100 kg), dipadatkan

dan ditutup rapat selanjutnya

ditempatkan didalam ruang yang

memiliki sirkulasi udara yang baik.

Silase disiapkan sebanyak 100

kg/hari atau 1 drum silo/hari, dengan

total silase OPF yang akan disiapkan

sebanyak ± 2,5 ton dan di ensilage

selama 30 hari. Rumput yang

digunakan pada penelitian ini berasal

dari rumput alam yang diperoleh

disekitar kandang tempat

pemeliharaan ternak kerbau.

Kandungan nutrisi rumput tersaji

pada Tabel 2.

Pakan sumber ALTJ (Asam Lemak

Tak Jenuh)

Pakan sumber asam lemak tak

jenuh berasal dari ekstrak minyak

ikan yang di produksi oleh Marinox

USA., dari 1 gram lemak

mengandung 1000 mg asam lemak

omega-3, EPA (Eicosa pentaenoic

acid) 400 mg, DHA (Docoxa

hexaenoic acid) 300 mg, Vitamin E

1,1 IU.

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

Kerbau yang digunakan berasal

dari peternakan rakyat skala kecil

Page 11: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 11

yang dipelihara secara berkelompok.

Kerbau penelitian dipelihara secara

intensif didalam kandang individu

yang terbuka dengan atap seng dan

lantai semen. Kandang dilengkapi

tempat pakan dan air minum serta

alat penyemprot untuk menyiram

ternak. Pola pemberian serta jenis

pakan yang digunakan pada seluruh

ternak penelitian relatif sama.

Sebelum dilakukan perlakuan pakan

terlebih dahulu ternak mendapatkan

perlakuan adaptasi terhadap pakan

dan lingkungan kandang selama 30

hari. Perlakuan pakan yang akan

dievaluasi dalam percobaan ini

ditampilkan pada Tabel 2.

Konsentrat disusun memenuhi

kebutuhan ternak akan TDN (65-

70%) dan PK (10-14%). Jumlah

pakan yang diberikan sebanyak 3%

dari bobot badan berdasarkan bahan

kering.

Penempatan ternak diacak secara

acak sederhana dan mewakili setiap

kelompok ternak yaitu bobot badan

besar, sedang dan kecil. Masa

adaptasi ransum selama satu bulan.

Setelah masa adaptasi ternak

ditimbang untuk mengetahui bobot

badan awal. Pengumpulan data

dilakukan selama pemeliharaan yaitu

selama 2 bulan. Komposisi pakan

perlakuan terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan

Pakan Perlakuan

P0 P1

Rumput

lapa

ng

(%)

40 40

Silase

PS

(%)

60 60

Minyak

ikan

(mg)

0 3000

Sebelum ternak diberi perlakuan

terlebih dahulu diberi obat cacing

dan antibiotik. Pakan disediakan 2

kali sehari sesuai dengan jumlah

kebutuhan ternak kerbau yaitu pagi

pukul 08.00 dan sore hari pukul

15.00. Air minum diberikan secara

ad libitum. Untuk mengurangi stress

panas pada ternak dilakukan

penyemprotan pada tubuh ternak

menggunakan penyemprot air nozzle

dengan radius pancaran air 8 meter

Page 12: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 12

yaitu jam 09.00, 11.00, 13.00 dan

15.00 wib atau pada kisaran suhu

diatas 250C selama 15 menit,

penyemprotan diatur menggunakan

timer, tujuan penyiraman untuk

menurunkan suhu tubuh ternak

pengganti kebiasaan ternak

berkubang. Penambahan pakan

sumber ALTJ dilakukan dengan

mencampurnya kedalam konsentrat

sebanyak 3000 mg/ekor, angka ini

diperoleh dari hasil penelitian terbaik

Tasse (2010). Pemberian perlakuan

pakan dilakukan selama 3 bulan,

setelah itu diamati fungsi reproduksi

dari kerbau betina tersebut.

3.3.3 Pengamatan Intensitas Birahi

Setelah satu bulan perlakuan

pakan kerbau kemudian dilakukan

pengamatan intensitas birahi pada

ternak kerbau dengan metode-

metode seperti dibawah ini.

3.3.3.1 Vagina Smear

Vagina smear bertujuan untuk

menentukan setiap fase siklus yang

sedang terjadi pada ternak. Fase

siklus pada ternak ditentukan dengan

cara mengidentifikasi sel leukosit

serta epitel yang terdapat pada

vagina. Pengambilan sampel sitologi

ulas vagina diambil setiap hari pada

jam 08.00 pagi. Sampel ulasan

vagina diambil pada lokasi kira-kira

2 cm dari vulva menggunakan kapas

steril (cotton swab), Ujung cotton

bud dibasahi dengan larutan alkhol

70% dan dimasukkan perlahan-lahan

ke dalam vagina kemudian diputar

searah jarum jam dua hingga tiga

kali. Kemudian cotton bud di oleskan

pada objek glas dan di biarkan

sampai kering, Setelah agak kering

gelas preparat ditetesi dengan larutan

giemsa lalu di angin-anginkan

sampai kering, setelah itu tutup pakai

cover glas dan kemudian diamati

pada mikroskop. Contoh gambar

ulasan vagina pada ternak

ruminansia dapat dilhat pada Gambar

1. Contoh gambaran ulas vagina

pada ternak ruminansia.

A B

C

Page 13: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 13

Gambar 1. Contoh gambaran

ulas vagina pada ternak

ruminansia.

Gambaran perubahan sel epitel ulas

vagina pada fase.

(A) proestrus, (B) estrus, (C)

diestrus,

a. Fase proestrus: Adanya sel

intermediet dan sel

superficial.

b. Fase estrus: Sel superficial

dan adanya sel kornifikasi.

c. Fase diestrus: Sel intermediet

dan sel parabasal.

3.3.3.2 Intensitas Birahi

Pengukuran intensitas birahi

dilakukan pada saat ternak estrus.

Pengukuran meliputi: (1) Perubahan

vulva; (warna vulva, kebengkakan

vulva, dan sekresi lendir) dan (2)

Perubahan tingkah laku; (gelisah,

nafsu makan menurun, dan suka

melenguh). Penilaian intensitas

birahi dilakukan berdasarkan kriteria

jelas (3), sedang (2) kurang (1) di

nilai secara deskriftip.

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan

adalah Rancangan Acak Kelompok

dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan.

Data yang diperoleh secara deskriptif

dan di analisis menggunkan Uji T

untuk melihat perbandingan

pemberian pakan menggunakan

suplementasi omega-3 dan tampa

suplementasi omega-3.

P0= Rumput alam 40% + Silase

pelepah sawit 60%

P1= Rumput alam 40%+ Silase

pelepah sawit 60% + Minyak

ikan

3000mg.

3.5 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada

penelitian ini adalah pengamatan

deteksi birahi menggunakan metode

vagina smear, dan melihat intensitas

birahi yaitu perubahan vulva dan

tingkah laku pada saat ternak kerbau

birahi.

IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Pengamatan Vagina Smear

(Ulas Vagina

Vagina smear bertujuan untuk

menentukan setiap fase birahi yang

terjadi pada ternak. Metode ini

menggunakan sel epitel dan leukosit

sebagai bahan identifikasi. Sel epitel

merupakan sel yang terletak di

permukan vagina, sehingga apabila

terjadi perubahan kadar estrogen maka

sel epitel merupakan sel yang paling

awal terkena akibat dari perubahan

tersebut, Sel epitel berbentuk oval atau

polygonal. Leukosit di vagina berfungsi

membunuh bakteri dan kuman yang

Page 14: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 14

dapat merusak ovum, leukosit berbentuk

bulat berinti (Nalbandov, 1990).

Adapun hasil yang di dapat pada

pengamatan vagina smear tersebut

dapat di lihat pada Gambar 2 dengan

perbesaran mikroskop 40x10.

Gambaran sitologi ulas vagina

kerbau pada saat birahi.

P01

P02

P11

P12

P13

Gambar 2. Gambar sitologi ulas

vagina ternak kerbau pada saat

birahi.

Berdasarkan pengamatan pada

mikroskop perbesaran 40x10 pada

gambaran sitologi ulas vagina yang

telah di lakukan dapat diketahui dari

sel yang tampak yaitu sel epitel

mengalami penandukkan

(terkornifikasi) menunjukkan bahwa

kerbau sedang mengalami fase

birahi. Pada fase birahi sel-sel epitel

yang teramati adalah sel-sel

superfisial/kornifikasi. Jika sel-sel

superfisial/kornifikasi ini ditemukan

dalam jumlah banyak, menandakan

ternak sedang berada dalam kondisi

birahi (McDonald, 1980). Klasifikasi

sel epitel berdasarkan ciri-cirinya,

Parabasal sel paling kecil, bulat, inti

besar dan jelas, umumnya

bergerombol saling berdekatan.

Intermediet diameter lebih besar dari

parabasal, bentuk bulat atau oval, inti

mencolok besar. Superficial piknotik

Page 15: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 15

Sel paling besar, bentuk polygonal,

inti sangat kecil. Anucleus/

kornifikasi Sel paling besar, bentuk

polygonal, tanpa inti (Beimborn et

al. 2003). Contoh gambaran

klasifikasi sel epitel vagina pada

penelitian Azmi firman Bangkit

(2011) pada ternak kambing etawa

dapat di lihat pada Gambar 3.

A B C D

Gambar 3 Klasifikasi sel epitel pada

vagina

Keterangan :

a. Sel Parabasal (PB)

b. Sel Intermediet (IM)

c. Sel Superficial (S)

d. Sel Kornifikasi (C)

Kriteria penentuan fase siklus birahi

pada gambaran sitologi ulas vagina

adalah sebagai berikut:

Fase proestrus : Adanya sel

intermediet dan sel superficial.

Fase estrus : Sel superficial dan

adanya sel kornifikasi.

Fase diestrus : Sel intermediet dan

sel parabasal.

4.2. Pengamatan Intensitas Birahi

Menururt (Saili et al., 2009)

intensitas birahiditentukan

menggunakan skor. intensitas birahi

dengan skor 1(+) diberikan bagi

ternak yang kurang memperlihatkan

gejala keluar lendir, keadaan vulva

(bengkak, basah, dan merah) kurang

jelas, nafsu makan tidak tampak

menurun dan kurang gelisah serta

tidak terlihat gejala menaiki dan

diam bila dinaiki oleh sesama ternak

betina, intensitas birahi skor 2(++)

diberikan pada ternak yang

memperlihatkan semua gejala birahi

diatas, kecuali gejala menaiki ternak

betina dan diam bila dinaiki sesama

betina. Sedangkan intensitas birahi

skor 3(+++) diberikan bagi ternak

sapi betina yang memperlihatkan

semua gejala birahi secara jelas.

4.2.1. Perubahan Pada Vulva

Pengamatan perubahan pada

vulva meliputi perubahan warna

vulva, kebengkakan vulva dan

sekresi lendir yang keluar pada saat

ternak kerbau birahi. Skor penilain

perubahan vulva dapat dilihat pada

Tabel 1 penilain perubahan vulva

kerbau yang diberi suplementasi

omega-3 dan tanpa pemberian

suplementasi Omega-3

Table.2. Penilain Perubahan Vulva

Kerbau Yang Diberi

Suplementasi Omega-3

dan Tanpa Pemberian

Suplementasi Omega-3

Page 16: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 16

Perubahan

Vulva Perlakuan

Tampa Suplementasi Omega-

3

Suplementasi Omega-

3

Warna

Vulva 2.3 ± 0.58 2,3 ± 0,58

Kebengkak

an Vulva 2,3 ± 0,58 2,6 ± 0,58

Sekresi

Lendir 1 ± 0,00 1,6 ± 1.15

Keterangan: 1-< 2 Tidak Jelas 2-< 3 Jelas

≥3 Sangat Jelas

Hasil pengamatan perubahan

vulva yang terdiri dari warna vulva,

kebengkakan vulva dan sekresi lendir

saat ternak kerbau birahi

memperlihatkan gejala perubahan

warna merah muda yang sama-sama

jelas dengan skor rata-rata (2,3 – 2,3)

antara ternak yang tanpa suplementasi

dan yang menggunaka pakan

suplementasi omega-3 selama ternak

birahi. Pada perubahan kebengkakan

vulva juga memperlihatkan perubaha

yang jelas dengan skor rata-rata (2,3-

2,6) tanpa suplementasi dan

mengunakan suplementasi omega-3,

perubahan warna vulva dan

kebengkakan vulva terlihat jelas pada

malam dan pagi hari. Hal ini sesuai

pendapat (Siregar dkk, 1998)

menyatakan bahwa tanda-tanda

kerbau berahi antara lain vulva

nampak lebih merah dari biasanya,

bibir vulva nampak agak bengkak dan

hangat. Sedangkan pada perubaha

sekresi lendir terlihat tidak jelas (1-

1,6) pada ternak yang tanpa

suplementasi dan yang menggunakan

suplementasi omega-3. Hal ini sesuai

pendapat Toilehere (1981)

menyatakan rendahnya sekresi lendir

ini kemungkinan disebabkan oleh

lantai vagina kerbau yang agak

cekung sehingga lendir mengumpul

dilantai vagina tidak keluar dan

menggantung.

Perubahan pada vulva baik itu

warna vulva, kebengkakan vulva dan

sekresi lendir ternak menunjukan

perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05)

antara ternak yang di beri pakan

suplementasi dan tanpa suplementasi

omega-3. Hal ini dikarenakan

pemberian pakan suplementasi

omega-3 tidak memberikan dampak

yang positif terhadap perubahan

intensitas birahi ternak kerbau. Selain

itu tidak berbeda nyatanya perubahan

vulva antara ternak di karenakan pada

saat ternak birahi memperlihatkan

gejala birahi yang sama dimana

perubahan vulva seperti warna vulva,

kebengkakan vulva terlihat jelas pada

malam dan pagi hari hal ini sesuai

Page 17: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 17

pendapat Jainudeen (1986)

menyatakan bahwa birahi kerbau

banyak terjadi dimalam hari. Factor

eksternal yang melemahkan gejala

birahi pada ternak kerbau adalah

faktor lingkungan, gizi dan

manajemen (Nanda, 2003).

4.2.2. Perubahan Tingkah Laku

Pengamatan perubahan tingkah

laku seperti gelisah, ternak suka

melenguh dan nafsu makan menurun

pada saat ternak birahi dapat dilihat

pada Tabel 2 perubahan skor nilai

rata-rata tingkah laku ternak pada

saat birahi anatara yang diberi

suplementasi dan tanpa suplementasi

omega-3.

Tabel 3. Perubahan Skor Nilai Rata-

Rata Tingkah Laku Ternak

Pada Saat Birahi Anatara

Yang Diberi Suplementasi

Omega-3 dan Tanpa Omega-

3

Perubaha

n

Tingkah

Laku

Perlakuan

Tampa

Suplementa

si Omega-3

Suplementa

si Omega-3

Gelisah 2 ± 0,00 2 ± 0,00

Suka

Melengu

h

1 ± 0,00 1.3 ± 0,58

Nafsu

makan

Menurun

2 ± 0,00 2 ± 0,00

Keterangan: 1-< 2 Tidak Jelas 2-< 3 Jelas ≥

3 Sangat Jelas

Perubahan tingkah laku

memperlihatkan adanya perubahan

tingkah laku pada saat ternak kerbau

birahi. Tingkah laku gelisah seperti

ternak menanduk-nanduk dinding

kandang, mengosok-gosokan

badannya ke dinding kandang, dan

tidak terlihat tenang seperti biasanya

hanya terlihat atau tampak pada saat

malam dan pagi hari dengan skor

rata-rata (1.5-2) antara ternak yang

tanpa menggunakan dan

menggunakan suplementasi omega-

3. Begitu juga pada perubahan

tingkah laku nafsu makan menurun

pada saat ternak kerbau birahi

menunjukan perubahan nafsu makan

yang berkurang terlihat jelas dengan

skor rata-rata (2-2) baik itu ternak

yang tanpa suplementasi dan yang

menggunakan suplementasi omega-3

. Pada tingkah laku suka melenguh

seperti ternak mengeluarkan suara

saat birahi tidak terlihat jelas dengan

skor (1-1.3) antara ternak yang di

beri suplementasi dan tampa

suplementasi omega-3.

Perubahan tingkah laku pada saat

birahi menunjukan perbedaan yang

tidak nyata (P > 0.05) antara ternak

Page 18: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 18

yang di beri pakan suplementasi dan

tanpa suplementasi omega-3. Hal ini

dikarenakan pemberian pakan

suplementasi omega-3 tidak

memberikan dampak yang positif

terhadap perubahan intensitas birahi

ternak kerbau. Selain itu tidak

berbeda nyatanya perubahan tingkah

laku birahi antara ternak di

karenakan pada saat ternak birahi

memperlihatkan gejala birahi yang

sama dimana perubahan tingkah

laku birahi seperti tingkah laku

gelisah, suka melenguh, terlihat jelas

pada malam dan pagi hari saja hal ini

sesuai pendapat Jainudeen (1986)

menyatakan bahwa birahi kerbau

banyak terjadi dimalam hari.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa pemberian pakan

suplementasi omega-3 tidak

memberikan perbedaan yang nyata

terhadap intensitas birahi baik itu

pada perubahan vulva (warna,

kebengkaan dan sekresi lendir) dan

perubahan tingkah laku (gelisah,

nafsu makan menurun, dan suka

melenguh) ternak kerbau pada saat

birahi dan pada vagina semear

menunjukkan bahwa semua ternak

kerbau sedang mengalami fase birahi

dengan memperlihatkan sel epitel

pada ternak kerbau mengalami

penandukkan (terkornifikasi).

DAFTAR PUSTAKA

Ashes J.R., B.D. Siebert, S.K. Gulat,

A.L. Cuthbertson, and T.W.

1992. Incorporation of n-3

fatty acids of fish oil into

tissue and serum lipid

ruminant. Lipids 27 : 629-

631.

Bagnara, T. 1988. Endokrinologi

Umum. Diterjemahkan: oleh

Harjoso. Universitas

Airlangga. Surabaya.

Baruselli, P.S., V.H. Barnabe, R.C,

Barnabe, J.A. Visitin, J.R.

Molero-Filho and R. Porto.

2000. Effect of body

condition score at calving on

postpartum reproductive

performance in buffalo.

Buffalo J. 17:53-65

Beimborn, V.R., H.L. Tarple, P.J.

Bain, and K.S. Latimer.

2003. The canine estrous

cycle: Staging using vaginal

cytological examination.

terhubung berkala.

http://www.vet.uga.edu/vpp/

clerk/beimborn/. 1 Februari

2012.

Ditjennak, J.B. 2014. Data Populasi

Kerbau: Statistic Pertanian.

Direktoral Jendral

Peternakan. Jakarta

Estiasih, T. 2009. Minyak ikan:

teknologi dan penerapannya

untuk pangan dan kesehatan.

Graha Ilmu Yogyakarta.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi

Pemuliabiakan Ternak di

Lapangan. P.T. Gramedia

Page 19: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 19

Widiasarana Indonesia.

Jakarta.

Hafez, E.S. 2000. Reproduction in

farm animals ed. Lea and

Febiger. Philadelpia.

Hasinah, H. And Handiwirawan.

2006. Keragaman Genetik

Ternak Kerbau di Indonesia.

Pusat Penelitian dan

Pengembangan Peternakan.

Bogor.

Huitema, H. 1986. Peternakan di

Daerah Tropis, Arti ekonomi

dan kemampuannya.

Penelitian di beberapa

daerah di Indonesia, P.T.

Gramedia. Jakarta.

Jaenudeen, 1986. Reproduction in

water buffalo. In Corrent

Therapy In Therio.

King, S.S., A.A. Abu Ghazaleh, S.K.

Webel, and K.L. Jones .

2008. Circulating Fatty acid

profiles in response to three

levels of dietary omega-3

fatty acid supplementation in

horses. Anim J. Sci.

86:1114-1123

Ligda, D. J. 1998. Water buffalo.

http://ww2.netnitco.net/users

/djligda/.htm. [01 Mei

2012].

Landhanie, U.U. 2005. Karakteristik

Reproduksi Kerbau Rawa

Dalam Kondisi

Peternakan Rakyat.

Bioscientiae,2.

http://bioscientiae.tripod.co

m

McDonald, L.D. 1980. Reproductive

patterns of dogs. In: LE

McDonnald Ed. Veterinary

Endocrinology and

Reproduction. 3rd ed.

Philadelphia. Lea and

Febiger Pp. 438-440.

Markvichitr, K. 2006. Role of

Reactive Oxygen Species in

The Buffalo Sperm Fertility

Assessment. Proceeding

international seminar Tthe

artificial productive

bioterchnologies for

buffaloes. ICARD and

FFTC- AC.Bogor,

Indonesia. August 29-31

2006. Pp. 68-78.

Murti, T., Wisnu and Ciptadi, G.

1988. Kerbau Perah dan

Kerbau Kerja. Mediyatama

Sarana Perkasa. Jakarta.

Murtidjo, B.A. 1992. Memelihara

Kerbau. Penerbit Kanisius,

Cetakan Kedua. Yogyakarta.

Nanda, A.S. 2003. Enhancing

reproductive performance

in dairy buffalo; major

constrain and achievement.

Proc of the sixth

International Symposium

on Reproduction in

Domestic Ruminants Vol.

61, Crieff. Scotland UK.

pp. 27-36.

Nalbandov, A.

V. 1990. Reproductive

Physiology of

Mammals and Birds.

Freeman and Company. San

Fransisco.

Paul, V. and B.S. Praksah. 2005.

Efficacy of the Ovsynch

Protocol for Synchronization

Ogovulation and Fixed Time

Artificial Insemination in

Murrah buffaloes (Bubalus

bubalis). Theriogenology 64:

1049-1060.

Partodihardjo, S. 1980. Ilmu

Reproduksi Ternak. Fakultas

Kedokteran Veteriner

Institut Pertanian Bogor.

Mutiara, Jakarta.

Page 20: ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM …repository.unja.ac.id/3206/1/ARTIKEL ILMIAH (E10013112) Boike Pardo.pdf · PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI ASAM LEMAK OMEGA-3

FARISNET 20

Payne. W. J. A and Williamson, G.

1993. Pengantar Peternakan

di Daerah Tropis.

Terjemahan: Darmajda D.

Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Putro, P.P. 1991. Sinkronisasi berahi

pada kerbau: Aktivitas

Ovarium dan Profil

Progesteron Darah.

Unpublished. Fkh Universitas

Gadja Mada XIII (1&2): 30-

38

Riis PM. 1983. Dynamic

Biochemistry Of Animal

Production. Department of

Animal Physiology, The

Royal Veterinary and

Agricultural University,

Copenhagen, Denmark.

Elsevier. Amsterdam-Oxford-

New York-Tokyo. Saili, T., B. Ali, S. A. Achmad, R. Muh,

and A. Rahim. 2009.

Sinkronisasi Birahi Melalui

Hormone Agen Luteolitik

Untuk Meningkatkan Efisiensi

Reproduksi Sapi Bali dan PO di

Sulawesi Tenggara. Jurnal

Fakultas Pertanian. Universitas

Haluoleo:81-83.

Simopaulus AP. Omega-3 Fatty

Acids In Inflammation and

Autoimmune Diseases. J.

Am Coll of Nutr 2002; 21

495-505.

Singh, R.P. (2000) Novel

Biodegradable Flocculant

based on

polysaccharides. Current

Science.78, 798-802

Siregar, A.R.P., Situmorang. M.

Zulbadri, L.P. Batubara, A.

Wilson, E. Basuna., S. E.

Sinulingga and sirait, C.H.

1998. Peningkatan

Produktivitas Kerbau

Dwiguna (daging dan susu).

Seminar Nasional

Peternakan dan Veteriner.

Pusat Penelitian dan

Pengembangan Petrnakan,

Bogor.

Smith, J. B. and Mangkoewidjojo, S.

1987. The Care, Breeding

and Management of

Experimental Animals for

Research in the Tropics.

International Development

Program of Australian

Universities and Colleges

Limited (IDP). Canberra.

Storer, T., Robert C, Ftebruf, Robert,

L. Usang, James, W. and

Nybaken. 1971.General

Zoology. Mc Grewhill Book

Company. New York.

Toelihere, M.R. 1976. Pengendalian

dan Penyerentakan Siklus

Birahi pada Kerbau di

Indonesia. Laporan

Penelitian Tahap II. Proyek

Peningkatan dan

Pengembangan Perguruan

Tinggi. Institut Pertanian

Bogor.

Tomaszewska, M. W., Sutama, I. K.

Putu, I. G. and Thamrin, D.

C. 1991. Reproduksi

Tingkah Laku dan Produksi

Ternak di Indonesia. PT

Gramedia Pustaka Utama

Jakarta.

Ty., L.V. Chupin, D. and Driancourt,

M.A. 1999. Ovarian

follicular populations in

buffaloes and Cows. Animal

Reproduction Science 19:

171 – 178.

Yatim, W. 1982. Reproduksi dan

Embriologi. Tarsito,

Bandung