artikel ilmiah faisal setiawan 141211132031

Upload: faisal-setiawan

Post on 17-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    1/13

    IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN SIDAT (Anguilla sp.)

    DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN

    BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT

    ARTIKEL ILMIAH PRAKTEK KERJA LAPANG

    PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

    Oleh :

    FAISAL SETIAWAN

    SURABAYA - JAWA TIMUR

    FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SURABAYA

    2015

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    2/13

    IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA IKAN SIDAT (Anguilla sp.)

    DI BALAI LAYANAN USAHA PRODUKSI PERIKANAN

    BUDIDAYA (BLUPPB) KARAWANG, JAWA BARAT

    Artikel Ilmiah Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Perikanan dan Kelautan pada Program Studi Budidaya Perairan

    Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlannga

    Oleh :

    FAISAL SETIAWAN

    NIM. 141211132031

    Mengetahui, Menyetujui

    Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Dosen Pembimbing,

    Universitas Airlangga,

    Prof. Dr. Drh. Hj. Sri Subekti, B.S.,DEA. Dr. Gunanti Mahasri, Ir.,M.Si.NIP. 19520517 197803 2 001 NIP. 196900912 198603 2 001

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    3/13

    Identifikasi Ektoparasit Pada Ikan Sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha

    Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,Faisal Setiawan dan Gunanti Mahasri. 2015. 14 hal

    Abstak

    Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan ekonomis tinggi di pasar internasionalmisalnya Jepang, Hongkong, Jerman dan Italia, sehingga ikan ini memiliki potensi sebagai

    komoditas ekspor dari non migas. Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan sidat terdapat

    masalah yang menghambat perkembangan usaha ini, salah satu masalah tersebut adalahtimbulnya penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit.

    Ektoparasit adalah parasit yang dapat hidup di luar tubuh induk semang seperti pada

    permukaan tubuh, sirip dan insang. Infeksi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktorpendukung adanya infeksi sekunder oleh bakteri, jamur dan virus. Sebelum melakukan

    pencegahan dan pengobatan ektoparasit perlu diketahui jenis ektoparasit yang menyerang

    agar dapat dilakukan secara tepat dan efektif.

    Tujuan dari Praktrek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui metode identifikasiektoparasit pada ikan sidat dan mengetahui jenis ektoparasit yang menyerang ikan sidat.

    Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini yaitu metode deskriptif

    dengan pengambilan data meliputi data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukandengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan studi pustaka. Praktek Kerja Lapang

    dilaksanakan di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang,

    Jawa Barat pada tanggal 12 Januari hingga 12 Februari 2015.Hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilakukan, mengidentifikasi ektoparasit pada

    ikan sidat dengan metode natif yaitu scraping pada permukaan tubuh dan preparat insang

    pada filamen insang. Parasit yang ditemukan pada pemeriksaan ikan sidat adalah Trichodinasp.,Dactylogyrus sp.,Lernaeasp. dan Oodiniumsp. dengan prevalensi masing masing 4%,16%,4% dan 8%.

    Kata Kunci : ikan sidat, identifikasi ektoparasit, BLUPPB Karawang Jawa Barat.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    4/13

    Ectoparasites Identification of Eel (Anguillasp.) in Business Service Center for

    Aquaculture Production (BSCAP) Karawang, West Java.

    Faisal Setiawan dan Gunanti Mahasri. 2015. 14 p

    Abstract

    Eel (Anguilla sp.) is one of fishes species with high economic value in international

    markets such as Japan, Hongkong, Germany and Italy, so that has potential for exports of

    non-oil sector. As the development of the cultivation of eels there are problems that hinderthe development of this business, one such problem is the emergence of diseases caused by

    ectoparasites.

    Ectoparasites are parasites that can live outside the body like on the surface of thebody, fins and gills. Ectoparasites infection may be one contributing factor to secondary

    infection by bacteria, fungi and viruses. Before doing prevention and treatment ofectoparasites need to know the type of ectoparasites that attack to be carried out promptly

    and effectively.The purpose of the Field Work Practice (PKL) is to find a method of identification

    ectoparasites on eel and know the type of ectoparasites that attack eel.

    The working methods used in Field Work Practice This is descriptive method withdata collection covering primary and secondary data. Data collection was done by

    observation, interview, active participation and literature. Practice Field Work carried out at

    Business Service Center for Aquaculture Production (BSCAP) Karawang, West Java on 12th

    January to 12

    thFebruary 2015.

    Results of Field Work Practice that has been done, ectoparasite identification on eel

    with native methods are scraping the surface of the body and preparations gills on the gillfilaments. Parasite that is found on examination eel is Trichodina sp., Dactylogyrus sp.,

    Lernaeasp. and Oodiniumsp. with a prevalence of 4%, 16%, 4% and 8%

    .

    Keywords : eel, ectoparasites identification, BLUPPB Karawang Jawa Barat.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    5/13

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan berekonomis tinggi di pasar Internasional

    seperti Jepang, Hongkong, Jerman dan Italia sehingga ikan ini memiliki potensi sebagai

    komoditas ekspor (Affandi, 2005). Ikan ini memiliki nilai gizi yang tinggi seperti vitamin A,

    B1, B2, B6, C, D, protein, DHA, EPA dan beberapa mineral lainnya (Rovara, 2010). Dari

    kandungan gizi tersebut membuat permintaan ikan sidat sangat tinggi. Menurut data statistik

    ekspor hasil perikanan oleh Pusat Data, Statistik dan Informasi Sekretariat Jendral,

    Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (2012), Indonesia telah mengekspor ikan

    sidat sebesar 6.082 ton dengan nilai 11.749.262 US dollar. Produksi tersebut belum bisa

    memenuhi permintaan pasar internasional akibat tingginya konsumsi ikan sidat setiap

    tahunnya dan produksi ikan sidat terjadi penurunan tiap tahunnya (Rosalina, 2014).

    Berdasarkan sejarah perkembangan budidaya ikan sidat di Indonesia, kendala yang

    mengakibatkan produksi budidaya ikan sidat menurun adalah munculnya wabah penyakit

    yang berakibat pada kematian ikan sidat di tambak (Hajji, 2014).

    Kondisi lingkungan yang buruk dapat mengakibatkan ikan sidat mengalami stress,

    sehingga ikan sidat akan lebih mudah terserang penyakit. Hal ini diakibatkan karena sistem

    kekebalan pada ikan sidat menurun dan akhirnya menyebabkan kematian pada ikan sidat

    (Aqza, 2013). Menurut Richard (2009), salah satu patogen yang menyerang ikan sidat adalah

    ektoparasit.

    Infestasi ektoparasit dapat menyebabkan infeksi primer. Infeksi primer akibat

    ektoparasit dapat menyebabkan infeksi sekunder sehingga bakteri dan virus dapat

    menginfeksi ikan sidat sehingga dapat memperparah kondisi ikan dan mempercepat

    terjadinya kematian. (Mahasri dan Kismiyati, 2011).

    Penyakit ektoparasit pada ikan sidat memerlukan penanganan yang tepat. Penanganan

    ektoparasit yang salah dapat mengakibatkan resistensi parasit, kematian pada ikan sidat yang

    terserang dan dapat menghambat proses budidaya, sehingga diperlukan penanganan yang

    baik dan benar.

    Tujuan

    Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk mengetahui

    metode identifikasi ektoparasit pada ikan sidat (Anguilla sp.) dan mengetahui jenis

    ektoparasit yang menyerang ikan sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha Produksi

    Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat.

    Manfaat

    Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah mahasiswa mendapat

    gambaran secara langsung tentang lingkungan kerja lapangan yang sebenarnya mengenai

    identifikasi ektoparasit pada ikan sidat serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    6/13

    dalam bidang perikanan khususnya identifikasi ektoparasit pada ikan sidat di Balai Layanan

    Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat

    Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

    Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan , Balai

    Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat pada

    tanggal 12 Januari 20 Februari 2015. Metode kerja yang digunakan dalam Praktek Kerja

    Lapang ini adalah metode deskriptif yakni dengan melakukan pengamatan langsung

    sehingga diperoleh data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan partisipasi

    aktif, wawancara dan observasi.

    Hasil dan Pembahasan

    Teknik Identifikasi Ektoparasit

    Persiapan Wadah Karantina

    Wadah karantina yang digunakan adalah berupa akuarium yang digunakan untuk ikan

    sakit dengan ukuran 90x50x40 cm dan ikan sidat yang sakit diletakkan pada bak karantina.

    Wadah karantina terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan sikat atau kain kasar.

    Tujuan pembersihan wadah karantina ini adalah agar semua kotoran yang menempel pada

    bagian dinding baik yang berada pada bagian sudut maupun sisi wadah dapat mudah

    dihilangkan. Setelah dibersihkan, wadah karantina dibilas dengan air dan air bilasan tersebut

    dibuang agar semua sisa kotoran dapat hilang. Setelah bersih dari kotoran, wadah kemudian

    dikeringkan dengan cara diangin-anginkan atau dikeringkan menggunakan kain. Selanjutnya

    wadah karantina diisi dengan air yang mengalir dari tendon dan diberi aerasi selama satu hari

    agar kandungan chlorine pada air tersebut turun. Kemudian wadah tersebut diberi hitter

    (pemanas air) agar suhu air optimal.

    Persiapan Alat dan Bahan

    Persiapan alat dan bahan untuk mendukung proses identifikasi ektoparasit pada ikan

    sidat di laboratorium. Berikut alat-alat yang digunakan beserta fungsinya dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    No Alat Fungsi

    1 Baskom Untuk wadah ikan yang diperiksa

    2 Mikroskop Alat pengamatan preparat secara mikrokospis

    3 Obyek glass dan coverglass

    Tempat untuk mengamati preparat padamikroskop

    4 Pipet tetes Untuk mengambil larutan dalam skala kecil

    5 Kantong plastik Sebagai media pengangkut sampel ikan dari

    kolam budidaya menuju laboratorium

    6 Pisau scapel, gunting,

    pinset

    Sebagai alat bedah dan mengambil parasit

    7 Hand Glove dan Masker Untuk safety pada proses pengamatan danpemeriksaan ikan

    8 Buku Identifikasi PenyakitIkan

    Untuk mempermudah identifikasi penyakityang menyerang ikan

    (Sumber: Lab Kesehatan Ikan BLUPPB Karawang, 2015)

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    7/13

    Sedangkan bahan yang digunakan dalam proses identifikasi ektoparasit adalah seperti

    benih ikan sidat stadia Glass eel dan elveryang diambil dari kolam pendederan ikan sidat

    serta ikan sidat stadiasilver eelyang diambil dari kolam pembesaran di BLUPPB Karawang

    serta bahan aquades.

    Pengambilan Sampel di Lapangan

    Pengambilan sampel dilakukan di unit budidaya ikan sidat BLUPPB Karawang

    dengan menggunakan seser atau jaring. Hasil tangkapan sampel kemudian dipindah ke

    wadah karantina yang sudah diisi dengan air dan aerasi. Sampel ikan yang digunakan dalam

    pemeriksaan ektoparasit adalah ikan sidat (Anguilla sp.). selama PKL , jumlah sampel yang

    diambil yaitu 5 ekor stadiaglass eel berukuran 2-5 cm, 10 ekor stadia elverberukuran 7- 10

    cm, dan 10 ekor stadiasilver eelberukuran 20-30cm.

    Pemeriksaan Ektoparasit pada Ikan Sidat di Laboratorium

    Proses identifikasi ektoparasit dilakukan dengan menentukan bagian tubuh ikan yang

    terinvestasi parasit, kemudian dilakukan dengan pengamatan. Menurut Kabata (1985) dalam

    Husniyah (2011), pengamatan parasit dibagi menjadi dua yaitu makroskopis atau

    pengamatan secara langsung pada ektoparasit yang berukuran besar dan mikroskopis atau

    pengamatan menggunakan mikroskop pada ektoparasit yang berukuran kecil. Menurut

    Mahasri dkk (2014) metode yang digunakan untuk pemeriksaan ektoparasit berukuran

    mikroskopis adalah dengan metode natif yang terdiri dari pemeriksaan scrapping kulit dan

    preparat insang. Scrapping kulit adalah pengambilan lendir, sel epitel dan parasit yang

    menempel pada permukaan tubuh ikan. Proses scrapping dilakukan pada bagian lateral

    tubuh, sirip belakang dan bagian pangkal tubuh. Kemudian hasil dari scraping diletakkan

    pada obyek glassdan ditetesin dengan aquadest steril, selanjutnya preparat tersebut ditutup

    menggunakan cover glass dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dan

    400x.

    Hasil Identifikasi Parasit

    Proses identifikasi parasit dilakukan pada ikan sidat yang diperoleh dari kolam

    pendederan dan pembesaran ikan sidat di BLUPPB Karawang. Secara keseluruhan ikan

    tersebut terserang oleh ektoparasit ketika dilakukan pengamatan,

    Ikan yang diambil untuk sampel adalah ikan yang diambil secara acak dan

    menunjukkan gejala klinis seperti : gerakannya melemah, berenang secara tidak normal,

    terdapat lesi dan haemoraghe pada tubuh ikan, warna tubuh ikan pucat, ikan terlihat tidak

    nafsu makan dan bentuk tubuhnya kurus.

    Jumlah sampel yang diperiksa selama PKL adalah 25 ekor ikan sidat dalam kondisi

    hidup. Dari jumlah ikan yang diperiksa, sebanyak 8 ekor ikan sidat yang terinfestasi parasit.

    Hasil pemeriksaan terhadap ikan sidat yang diujikan di Laboratorium Kesehatan Ikan

    BLUPPB Karawang Selama 30 hari, diperoleh tabel hasil pemeriksaan berisi data tentang

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    8/13

    jumlah ikan yang diujikan, jenis parasit yang menginfeksi dan jumlah ektoparasit yang

    ditemukan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.

    Jumlah

    Sampel

    Ikan

    Sakit(ekor) Predileksi

    Jenis

    Parasit yangDitemukan

    Parasit

    Pravelensi

    (%) Intensitas

    25 ekor

    1 Insang Trichodina sp. 10 4 10

    4 Insang Dactylogyrus sp. 4 16 1

    1 Kulit Lernaea sp. 1 4 1

    2 Insang Oodinium sp. 7 8 3,5

    Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sampel ikan sidat yang diujikan

    ditemukan berbagai jenis parasit telah menginfeksi ikan sidat tersebut. Parasit Trichodina sp.

    yang ditemukan paling banyak menyerang ikan sidat. Namun, selama kegiatan, parasit

    Oodinium sp. ditemukan dengan jumlah intensitas yang tinggi pada insang ikan sidat.

    Ektoparasit lain yang ditemukan namun dalam jumlah yang sedikit adalah Dactylogyrussp.

    sedangkan Lernaea sp. sangat jarang ditemukan menginfeksi ikan sidat yang diujikan.

    Gyrodactylus sp dan Pseudodactylogyrus sp. tidak ditemukan sama sekali menyerang ikan

    sidat yang diujikan selama kegiatan Praktek Kerja Lapang.

    Cara Pencegahan dan Pengendalian Ektoparasit

    Pengendalian penyakit pada ikan terdiri dari 3 tindakan yaitu pencegahan,

    penyembuhan dan pemusnahan (eradikasi) (Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan,

    2010). Dalam mengendalikan penyakit, pencegahan merupakan tindakan yang tepat karena

    tidak menimbulkan efek samping seperti tindakan yang ditimbulkan oleh pengobatan.

    Tindakan pencegahan tidak memerlukan biaya yang besar sehingga dapat menghemat

    pengeluaran atau dapat memperkecil kerugian akibat kematian ikan secara total. Tindakan

    pencegahan dilakukan pada sebelum dimulai kegiatan pemeliharaan ikan atau pada saat

    tanda - tanda serangan penyakit mulai terlihat untuk mencegah meluasnya penyakit.

    Berikut upaya pengendalian penyakit secara keseluruhan menurut Direktorat Kesehatan

    Ikan dan Lingkungan (2010): (1). Persiapan lahan/wadah budidaya yang baik seperti

    pengeringan, pengapuran pembalikan tanah dasar dll. (2). Desinfeksi semua wadah dan

    peralatan sebelum dan selama proses produksi. (3). Menjaga kualitas air pemeliharaan tetap

    pada kondisi optimal untuk kehidupan ikan yang dibudidayakan. (4). Melakukan penebaran

    dengan padat tebar yang sesuai untuk mengurangi terjadi kontak antar ikan secara langsung

    dan untuk menghindari kanibalisme. (5). Menghidari masuknya binatang-binatang pembawa

    penyakit seperti burung dan siput. (6). Seleksi induk dan benih dengan cara menggunakan

    benih yang sehat dan telah tersetifikasi. (7). Pemberian immonostimulan dan vitamin C

    untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan secara rutin selama pemeliharaan. (8). Vaksinasi

    terhadap induk dan benih untuk meningkatkan kekebalan ikan.

    Tindakan pengobatan merupakan tindakan yang perlu dilakukan apabila tindakan

    pencegahan tidak memberikan hasil yang signifikan. Menurut Direktorat Kesehatan Ikan dan

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    9/13

    Lingkungan (2010) ada beberapa hal harus diperhatikan dalam hal pengobatan adalah

    sebagai berikut : (1). Dosis dan waktu pengobatan harus tepat (sesuai dengan petunjuk yang

    tertera dalam label). (2). Pengobatan dapat diaplikasikan langsung kepada ikan atau melalui

    pakan harus menggunakan obat yang sudah terdaftar.

    1. Trichodina sp.

    Trichodina sp. termasuk ektoparasit golongan ciliata yang menyerang benih ikan air

    tawar, air payau dan air laut. parasit ini menginvestasi kulit, sirip dan insang. Gejala klinis

    ikan terserang Trichodina sp. adalah tubuhnya berwarna keputih-putihan atau putih keabu-

    abuan (Mahasri dan Kismiyati, 2011). Usaha pengendalian parasit ini adalah adalah

    mempertahankan suhu air lebih dari 29oC dan memindahkan ikan yang terinfeksi parasit ke

    air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari (Direktorat Kesehatan Ikan

    dan Lingkungan, 2010).

    Pengobatan parasit ini pada ikan yang terinfestasi adalah dengan merendam ikan yang

    sakit ke dalam larutan garam 30 ppm dan larutan asam asetat dengan perbandingan 1:500

    atau larutan formalin sebanyak 15 ppm (Mahasri dan Kismiyati, 2011). Menurut Direktorat

    Kesehatan Ikan dan Lingkungan (2010) pengobatan Trichodina sp. bisa dilakukan dengan

    merendam ikan kedalam larutan kupri sulfat (CuSO4) dengan dosis 0,5-1,0 ppm selama 5-7

    hari dengan aerasi yang kuat dan air harus diganti setiap hari atau larutan Acriflavin pada

    dosis 0,6 ppm selam 24 jam dan diulang setiap dua hari sekali.

    2. Dactylogyrus sp.

    Dactylogyrussp. termasuk cacing insang yang bersifat obligat parasistik dan berkembang

    secara bertelur. Cacing ini menyerang semua jenis ikan air tawar terutama benih ikan. Fase

    infektif pada cacing ini terjadi pada saat Onchomiracidium. Gejala klinis ikan terserang

    Dactylogyrus sp. adalah ikan berenang di permukaan air dan filamen insang menonjol keluar

    dari tutup insangnya (Bendryman dan Mahasri, 2014). Usaha pengendalian cacing ini adalah

    mempertahankan suhu air lebih dari 29o

    C dan mengurangi kadar bahan organik terlarut atau

    meningkatan (Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010).

    Pengobatan cacing ini pada ikan yang terinfestasi adalah dengan merendam ikan yang

    sakit ke dalam larutan Kalium Permanganat (PK) dengan dosis 5-10 ppm selama 30 menit

    atau larutan formalin dengan dosis 50-100 ppm selama 3 jam (Bendryman dan Mahasri,

    2014). Menurut Baker (2007) pengobatan penyakit cacing ini adalah merendam ikan dengan

    organophosphate trichlorfon sebesar 20mg/L dan larutan formalin 125-250 ppm selama 60

    menit.

    3. Lernaea sp.

    Lernaea sp. adalah parasit yang dikenal sebagai cacing jangkar (anchor worm). Parasit

    ini menyerang semua ikan air tawar terutama ikan yang masih berukuran benih. Gejala klinis

    ikan yang terserang penyakit ini adalah terlihat adanya parasit yang menempel pada tubuh

    ikan dan dilihat secara makrokospis. Usaha pengendalian parasit ini adalah melakukan

    pengendapan dan penyaringan air masuk; pemusnahan ikan yang terinfestasi dan

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    10/13

    pengeringan dasar kolam yang diikuti dengan pengapuran (Direktorat Kesehatan Ikan dan

    Lingkungan, 2010).

    Untuk pengobatan parasit ini pada ikan yang terinfestasi adalah memberikan obat

    Dimilin (diflubenzuron) yang diaplikasikan pada kolam dengan dosis 0,01-0,03 ppm.

    Kemudian perendaman dengan kalium permangat (KMnO4) dengan dosis 30 ppm selama 20

    menit. Perendaman dengan KMnO4 dilakukan dua kali sehari selama lebih dari lima hari

    (Baker, 2007). Menurut Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan (2010) pengobatan

    penyakit lernaeasis dapat dilakukan dengan perendaman larutan formalin pada 250 ppm

    selama 15 menit; larutan abate pada dosis 1 ppm (untuk aplikasi akuarium) dan 1,5 ppm

    (untuk aplikasi kolam) serta larutan Dichlorvos 0,2 mg/L selama 24 jam setiap minggu

    selama 4 minggu berturut-turut.

    4. Oodinium sp.

    Oodiniumsp. adalah parasit yang menyebabkan penyakit velvet pada ikan. Oodinium sp.

    merupakan protozoa yang berflagella, menyerang pada ikan air tawar, payau dan laut. organ

    yang sering terinfestasi adalah kulit, insang dan sirip. Gejala klinis ikan yang terserang

    penyakit ini adalah ikan yang terinfestasi akan berenang di atas permukaan air. Jika parasit

    ini menyerang kulit akan terlihat berwarna keemasan, berkarat atau putih kecoklatan

    (Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan, 2010). Usaha pengendalian cacing ini adalah

    mempertahankan suhu air lebih dari 29oC dan memindahkan populasi ikan yang terinfestasi

    ke air yang bebas parasit sebanyak 2-3 kali dengan interval 2-3 hari (Direktorat Kesehatan

    Ikan dan Lingkungan, 2010).

    Pengobatan parasit ini pada ikan yang terinfestasi adalah merendamkan ikan yang

    terinfestasi dalam larutan asam asetat 1:500; larutan formalin dengan perbandingann 1:400.

    Selain menggunakan formalin dapat menggunakan bahan seperti Methilen Blue, NaCl,

    KMnO4 serta CuSO4 dengan dosis sama dengan formalin (Bendryman dan Mahasri, 2014).

    Menurut Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan (2010) pengobatan parasit ini adalah

    dengan merendamkan ikan kedalam larutan air galam (1-10 ppm), kemudian dipindahkan ke

    air yang bebas parasit dan diulang setiap 2-3 hari.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    1. Metode Pemeriksaan ektoparasit yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan

    BLUPPB Karawang adalah pemeriksaan dengan metode natif dengan prosedur

    pemeriksaan meliputi persiapan wadah karantina, persiapan alat dan bahan,

    pengambilan sampel di lapangan serta mengidentifikasi ektoparasit di Laboratorium

    Kesehatan Ikan BLUPPB.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    11/13

    2. Ektoparasit yang teridentifikasi menyerang ikan sidat yaitu Trichodina sp.,

    Dactylogyrus sp., Lernaea sp., Oodinium sp., sedangkan ektoparasit yang paling

    banyak menyerang ikan sidat adalahDactylogyrus sp.

    Saran

    1. Perlu adanya alat pemanas air (hitter) pada kolam pendederan untuk mengontrol suhu air

    ketika pada musim hujan dan perbaikan pada atap kolam pendederan karena terdapat

    kebocoran sehingga air hujan dapat masuk kedalam kolam. Dalam kondisi ini dapat

    menurunkan suhu air dalam kolam. Suhu yang turun akan dapat menimbulkan kondisi

    stress pada ikan dan penyakit mudah masuk,

    2. Meminimalisir penggunaan obat kimia yang berlebih. Penggunaan bahan kimia dapat

    menimbulkan residu pada ikan tersebut. Lebih baik mengganti air secara total,

    menaikkan suhu air kolam dan membersihkan kolam secara teratur

    DAFTAR PUSTAKA

    Afandi, M. 2013. Aplikasi Pakan Komersil yang Disubstitusi Tepung Silase Daun Mengkudu

    dengan Inokulasi Khamir Laut sebagai Pakan Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Skripsi.

    Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan. Universitas Hang Tuah. Surabaya. 50 hal.

    Affandi, R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla spp. di Indonesia.

    Jurnal Iktiologi Indonesia, V : 77-81.

    Alifuddin, M. A., Priyono dan A. Nurfatimah. 2002. Inventarisasi Parasit pada Ikan Hiasyang Dilalulintaskan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Jurnal

    Akuakultur Indonesia I : 123-127.

    Alifuddin, M., Y. Hadiroseyani dan I. Ohoiulun. 2003. Parasit Pada Ikan Hias Air Tawar

    (Ikan Cupang, Gapi dan Rainbow). Jurnal Akuakultur Indonesia, 2 : 1-8 .

    Aoyama, J. 2009. Life History and Evolution of Migration in Catadromous Eels (Genus

    Anguilla). Aqua-BioScience Monographs Japan, II. pp. 1-42.

    Arief, M., D. K. Pertiwi dan Y. Cahyoko. 2011. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan, PakanAlami, dan Kombinasinya terhadap Pertumbuhan, Rasio Konservasi Pakan dan

    Tingkat Kelulushidupan Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Ilmiah Perikanan dan

    Kelautan, III. hal. 61-65.

    Bachtiar, N., N. Harahap dan H. Riniwati. 2013. Strategi Pengembangan Pemasaran Ikan

    Sidat (Anguilla bicolor) di Unit Pengelola Perikanan Budidaya (UPPB) Desa Deket,Kecamatan Deket, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. APi Student Journal

    Universitas Brawijaya, I. hal. 29-36.

    Baker, D. G. 2007. Flynn`s Parasites of Laboratory Animals, Second Edition. Blackwell

    Publishing. United States of Amerika. pp. 78-93

    Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Profil Balai

    Layanan Usaha Produksi Perikanan (BLUPPB). Karawang. 35 hal.

    Bendryman, S. S. dan G. Mahasri. 2014. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan (Trematodiasis

    dan Cestodiasis) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Global

    Persada Pers. Surabaya. hal. 21-27.

    Bruijs, M. C. M. and C. M. F. Durif. 2009. Silver Eel Migration and Behaviour. Spawning

    Migration of the European Eel. pp. 65-95.

  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    12/13

    Budiharjo, A. 2010. Komposisi Jenis Larva Sidat (Anguilla spp.) yang Bermigrasi ke Muara

    Sungai Progo, Yogyakarta. Berk. Penel. Hayati, 15. hal.121-126.

    Chino, N. and T. Arai. 2010. Habitat Use and Habitat Transitions in the Tropical Eel,

    Anguilla bicolor bicolor. Environment Biology Fish Japan, 89. pp. 571-578.

    Deelder, C. L. 1984. Synopsis of Biological Data on The Eel. FAO Fisheries Synopsis

    Rome, 80. pp. 1-73.

    Dou, S. and K. Tsukamoto. 2003. Observations on The Nocturnal Activity and Feeding

    Behaviour of Anguilla japonica Glass Eels Under Laboratory Conditions.Enviromental Biology of Fishes Netherlands, 67. pp. 389-395.

    Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPBKKP).

    2012. Ikan Sidat dan Manfaatnya.

    http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php/id=701.20 September 2014. 1 hal.

    Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010.

    Buku Saku Pengendalian Penyakit Ikan. Direktorat Kesehatan Ikan danLingkungan. Jakarta. hal. 21-63.

    Departemen Kelautan dan Perikanan Pusat Karantina Ikan . 2011. Laporan Pemantauan

    HPI/HPIK Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim-Batam Tahun 2009. Stasiun

    Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Batam. hal. 4-23.

    Fahmi, M. dan R. Hirnawati. 2010. Keragaman Ikan Sidat Tropis (Anguilla sp.) di Perairan

    Sungai Cimandiri, Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Prosiding Forum Inovasi TeknologiAkuakultur : 1-7.

    Hajji, F. T. Y., 2014. Teknik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla sp.) di Balai Layanan Usaha

    Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Praktek Kerja Lapang.

    Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya. 72 hal.

    Husniyah, A., 2011. Identifikasi Ektoparasit Pada Komuditas Perikanan di Biotech Agro

    Jombang, Jawa Timur. Praktek Kerja Lapang. Fakultas Perikanan dan KelautanUniversitas Airlangga. Surabaya. 68 hal.

    Knopf, K. 2006. The Swimbladder Nematode Anguillicola crassus in The European eel

    Anguilla Anguilla and The Japanese eel Anguilla japonica: differences in

    Susceptibility and Immunity Between a Recently Colonized Host and The OriginalHost. Journal of Helminthology. Berlin, Germany : 1-9.

    Knopf, K. and R. Lucius. 2008. Vaccination of Eels (Anguilla japonica and Anguilla

    Anguilla) against Anguillicola crassus with irradiated L3, Parasitology. Cambridge

    University Perss. United Kingdom : 1-9.

    Leatherland, J. F. and Woo, P.T.K. 2010. Fish Diseases and Disorder, Volume 2: Non-

    infection Disosorders, Second Edition. CAB International. London. pp. 182-200.

    Mahasri, G. dan Kismiyati. 2011. Buku Ajar Parasit dan Penyakit Ikan I (Ilmu Penyakit

    Protozoa Pada Ikan dan Udang) Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas

    Airlangga. Global Persada Pers. Surabaya. hal. 8-62.

    Mahasri, G., Kismiyati., A. Manan. dan P. D. Wulansari. 2014. Buku Petunjuk Praktikum

    Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga..Surabaya. hal. 31-32.

    Noga, E. J. 2010. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Wiley-Blackwell. United States ofAmerika. pp. 129-152.

    Popielarczyk, R., S. Robak and K. A. Siwicki. 2012. Infection of European Eel, Anguillaanguilla (L.), with The Nematode Anguillicolodes crassus (Kuwahara, Niimi et

    http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php/id=701http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php/id=701http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php/id=701http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php/id=701
  • 7/23/2019 Artikel Ilmiah Faisal Setiawan 141211132031

    13/13

    Itagaki, 1974) In Polish Waters Polish Journal Of Veterinary Sciences Vol. 15, No.2

    : 1-6.

    Prasetya, N., S. Subekti. dan Kismiyati. 2013. Prevalensi Ektoparasit yang Menyerang Benih

    Ikan Koi (Cyprynus carpio) Di Bursa Ikan Hias Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanandan Kelautan Vol. 5 No.1. Surabaya : 1-4.

    Sasal, P., H. Taraschewski. and P. Valade.. 2008. Parasite Comunities in Eels of The Island

    of Reunion (Indian Ocean): A Lesson in Parasite Introduction, Journal Parasitol Res.Springer-Velag : 1-8.

    Schweid, R., 2009. Eel. Reaktion Book. London. pp. 137-159

    Sugeha, H. Y., Rochmadini dan S. Sulandari. 2006. Study On The Morphology and Genetic

    Characters Of Tropical Freshwater Eels In Indonesian Waters. Prosiding SeminarNasional Ikan IV. Jatiluhur : 1-9.

    Woo, P.T.K. 2006. Fish Diseases and Disorders, volume 1: Protozoan and Metazoan

    Infection Second Edition. CAB International. London. pp. 417-565.

    Zheila, P. R. N. 2013. Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. Pada Benih Ikan Nila

    (Oreochromis niloticus) di desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.Paper. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

    November. Surabaya. hal.1-11.

    Zulkarnain, M. N. F. 2011. Identifikasi Parasit Yang Menyerang Udang Vannamei

    (Litopenaeus vannamei) di Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakakan, Kabupaten

    Gresik, Jawa Timur. Praktek Kerja Lapangan. Fakultas Perikanan dan KelautanUniversitas Airlangga. Surabaya. 66 hal.