artikel

16
HUBUNGAN INTENSITAS AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI Ayu Junita Prisilia 1 , Ieva B. Akbar 2 , Widayanti 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung 1 ABSTRAK Konstipasi merupakan suatu gangguan sistem saluran pencernaan yang ringan. Aktivitas fisik merupakan aktivitas seseorang yang membutuhkan energi dan menghasilkan keterampilan fisik. Aktivitas fisik menurut intensitasnya dibagi menjadi tiga yaitu intensitas ringan, sedang dan berat. Intensitas aktivitas fisik memiliki pengaruh terhadap pola buang air besar. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi. Subjek penelitian berjumlah 102 subjek yang terbagi dalam tiga kelompok antara lain kelompok subjek aktivitas fisik intensitas ringan, intensitas sedang dan intensitas berat. Jumlah subjek diambil dengan teknik simple random sampling. Kelompok aktivitas fisik intensitas ringan terdiri dari 30 subjek, aktivitas fisik intensitas sedang 42 subjek dan aktivitas fisik intensitas berat 30 subjek. Penelitian ini berupa penelitian analitik yang diolah secara statistik. Metode pengukuran konstipasi menggunakan skor melalui kuisoner yang telah divalidasi melalui perhitungan statistik. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret hingga mei 2013. Pengolahan data secara statistik pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik untuk menentukan model yang menggunakan interval kepercayaan 95%. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi (P < 0.05), kemudian rata- rata frekuensi kejadian konstipasi yang tinggi terjadi 1

Upload: derri-hafa

Post on 31-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Artikel

HUBUNGAN INTENSITAS AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI

Ayu Junita Prisilia1, Ieva B. Akbar2, Widayanti3

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung1

ABSTRAK

Konstipasi merupakan suatu gangguan sistem saluran pencernaan yang ringan. Aktivitas fisik merupakan aktivitas seseorang yang membutuhkan energi dan menghasilkan keterampilan fisik. Aktivitas fisik menurut intensitasnya dibagi menjadi tiga yaitu intensitas ringan, sedang dan berat. Intensitas aktivitas fisik memiliki pengaruh terhadap pola buang air besar. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi.

Subjek penelitian berjumlah 102 subjek yang terbagi dalam tiga kelompok antara lain kelompok subjek aktivitas fisik intensitas ringan, intensitas sedang dan intensitas berat. Jumlah subjek diambil dengan teknik simple random sampling. Kelompok aktivitas fisik intensitas ringan terdiri dari 30 subjek, aktivitas fisik intensitas sedang 42 subjek dan aktivitas fisik intensitas berat 30 subjek. Penelitian ini berupa penelitian analitik yang diolah secara statistik. Metode pengukuran konstipasi menggunakan skor melalui kuisoner yang telah divalidasi melalui perhitungan statistik. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret hingga mei 2013. Pengolahan data secara statistik pada penelitian ini menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik untuk menentukan model yang menggunakan interval kepercayaan 95%.

Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi (P < 0.05), kemudian rata-rata frekuensi kejadian konstipasi yang tinggi terjadi pada kelompok subjek aktivitas fisik intensitas berat dibandingkan kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas ringan dan aktivitas fisik intensitas sedang.

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi. Frekuensi kejadian konstipasi lebih tinggi terjadi pada kelompok aktivitas fisik intensitas berat.

Kata Kunci : aktivitas fisik, intensitas dan konstipasi.

1 Ayu Junita Prisilia; Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung; email : [email protected] Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., AIF3 Widayanti, dr., M.Kes

1

Page 2: Artikel

ABSTRACT

Constipation is a mild gastrointestinal system disorders. Physical activity is an activity of a person who needs energy and results physical skills. Physical activity intensity according to the intensity are divided into three type namely, mild intensity, moderate and severe. Physical activity intensity has an influence on the pattern of bowel habit. This study was conducted to analyze the relationship between the intensity of physical activity with incidence of constipation.

Research subjects numbered 102 subjects were divided into three groups of subjects as follow: physical activity with mild intensity , moderate intensity and severe intensity. The number of subjects taken by simple random sampling technique. Physical activity of mild intensity group consisted of 30 subjects, physical activity of moderate intensity consisted of 42 subjects and 30 subjects for severe intensity. The research design is analytic that processesed statistically. The measurement method of constipation is using a score through the questionnaire that has been validated through statistical calculations. The research was conducted from March to May 2013. The data Processing is proceed statistically by chi-square test and logistic regression test to determine the model which using 95% confident interval.

The final results show the correlation between physical activity intensity with incidence of constipation (P < 0.05), then the average frequency of constipation occurrence is higher in the subject group of severe physical activity intensity than in the group of subjects with mild physical activity intensity and moderate physical activity intensity.

In this study concluded that there is a relationship between the intensity of physical activity with incidence of constipation. Occurrence frequency of constipation is higher in the group of severe-intensity physical activity.

Keywords: physical activity, intensity and constipation.

PENDAHULUAN

Latihan fisik merupakan upaya peningkatan status kebugaran dan kesehatan. Latihan fisik dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas fisik. Aktivitas fisik menurut intensitasnya dibagi menjadi aktivitas fisik intensitas ringan, sedang dan berat yang dihitung berdasarkan Metabolic Equivalent (METs). Aktivitas fisik selain dibagi menurut intensitas, dibagi juga berdasarkan tipenya yaitu aerob dan anaerob.

Aktivitas fisik mampu mempengaruhi pola bowel habit baik memperlancar bowel habit ataupun menghambat bowel habit. Bowel habit merupakan suatu pola kebiasaan defekasi yang berhubungan dengan pergerakan kolon. Normalnya bowel habit terjadi satu kali dalam 24 jam pada 40% laki-laki dan 30% perempuan, sedangkan tujuh persen laki-laki dan empat persen perempuan memiliki bowel habit dua atau tiga kali dalam 24 jam. Apabila pola defekasi

2

Page 3: Artikel

berubah menjadi lebih jarang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, rasa nyeri pada perut dan kesulitan defekasi sehingga terjadi konstipasi.

Seseorang mengalami konstipasi apabila orang tersebut memiliki bowel habit kurang dari tiga kali dalam satu minggu diikuti dengan konsistensi feses yang keras, kering, berukuran kecil dan sulit untuk dikeluarkan. Apabila konstipasi terjadi terus menerus dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan yang serius.

Menurut data yang ada sekitar 2500 orang mengunjungi dokter umum dikarenakan masalah konstipasi. Kejadian tersebut lebih sering pada perempuan daripada laki-laki diatas usia 65 tahun. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh International Survey of Community Prevalance of Constipation and Laxatives Use in Adults tahun 2008, 1712 orang menderita konstipasi dengan rincian Amerika 353 orang, Inggris 145 orang, Perancis 280 orang, Jerman 107 orang, Italia 159 orang, Brazil 334 orang dan Korea Selatan 334 orang. Kejadiannya lebih tinggi pada perempuan daripada laki-laki dengan angka tertinggi pada umur 60 tahun keatas daripada 30 tahun kebawah. Data mengenai kejadian konstipasi di Indonesia masih belum diketahui.

Dampak konstipasi yang signifikan adalah peningkatan faktor risiko terjadinya colorectal cancer. Colorectal cancer merupakan penyebab kematian laki-laki maupun wanita terbesar kedua sampai ketiga di negara berkembang. Kematian diakibatkan Colorectal Cancer meningkat pada tiga dekade terakhir dan insidensinya meningkat di dunia. Peningkatan angka tersebut diakibatkan adanya perubahan pola gaya hidup seperti makanan tinggi lemak, daging dan rendah serat serta penurunan intensitas aktivitas fisik.

Upaya mengurangi angka kejadian colorectal cancer dapat dilakukan dengan cara mengurangi dan menghindari konstipasi. Cara untuk menghindari dan mengurangi konstipasi yaitu dengan mengurangi faktor-faktor risiko penyebab konstipasi sehingga pola bowel habit dapat berjalan normal salah satunya dengan mengatur intensitas aktivitas fisik.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran kejadian konstipasi pada subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat, aktivitas fisik intensitas sedang dan aktivitas fisik intensitas ringan. Selain itu untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara tingkat intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan aktivitas fisik terhadap pola bowel habit khususnya konstipasi serta dapat melengkapi data penelitian di bidang kesehatan khususnya dibidang Gastrointestinal dan memberikan informasi kepada petugas kesehatan mengenai penanganan konstipasi dengan mengatur pola aktivitas fisik.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah besifat analitik melalui pendekatan cross sectional yang menghubungkan kelompok subjek yang mendapatkan intensitas aktivitas fisik yang berbeda dengan meneliti kejadian konstipasi yang terjadi pada subjek . Subjek diambil dengan menggunakan tekhnik simple random sampling pada setiap populasi. Populasi dalam peneiltian ini adalah Anggota tim Polo Air Jabar yang telah bergabung bersama tim Polo Air Jabar minimal satu

3

Page 4: Artikel

tahun untuk aktivitas fisik intensitas berat, anggota fitness center PT. Bikasoga Bandung yang telah menjadi member fitness minimal 1 untuk aktivitas fisik intensitas sedang dan mahasiswa FK unisba tingkat akhir untuk aktivitas fisik intensitas ringan.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu latihan aktivitas fisik, serta variabel terikat yaitu kejadian konstipasi. Lokasi penelitian dilakukan di tiga tempat yaitu di sarana olahraga kolam renang Tirtalega jalan Tegalega Bandung, fitnes center PT.Bikasoga Bandung jalan Buahbatu Bandung dan di Fakultas Kedokteran Unisba jalan Hariang Banga Bandung yang dilakukan dari bulan Maret - Mei 2013.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui pengambilan kuisioner mengenai kejadian konstipasi dan pengukuran intensitas aktivitas fisik menggunakan rumus Metabolic Equivelent (METs).

Data dikelompokkan berdasarkan intensitas aktivitas fisik dari setiap kelompok subjek terdiri dari kelompok subjek dengan akvititas fisik intensitas berat, aktivitas fisik intensitas sedang dan aktivitas fisik intensitas ringan. Data selanjutnya dihitung angka kejadian konstipasi dari setiap kelompok subjek serta dilihat karakteristik subjeknya. Dilanjutkan dengan perhitungan statistik, data diolah dengan menggunakan teknik analisis data dan dengan bantuan komputerisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Karakteristik Subjek PenelitianKarakteristik subjek pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa aspek

diantaranya adalah, jenis kelamin, usia dan indeks massa tubuh (IMT). Aspek usia pada penelitian ini telah dihomogenisasi dimana subjek berumur 15 tahun sampai 30 tahun. Dari hasil perhitungan IMT tidak menunjukkan hasil dan makna yang signifikan pada penelitian ini. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1 Intensitas Aktivitas Fisik dengan Kejadian Konstipasi Berdasarkan Jenis Kelamin

Intensitas Aktivitas Fisik

Konstipasi Tidak Konstipasi TotalL % P % L % P % L P

Rendah 1 11.1 3 14.3 8 88.9

18 85.7 9 21

Sedang 2 5.9 1 12.5 32 94.1

7 87.5 34 8

Tinggi 10 76.9 16 94.1 3 23.1

1 5.9 13 17

Keterangan : L adalah laki-laki dan P adalah perempuan

Penelitian yang dilakukan pada 102 subjek yang terdiri dari 56 laki-laki dan 46 perempuan yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu sebanyak 30 subjek kelompok aktivitas fisik intensitas berat, 42 subjek kelompok aktivitas fisik intensitas sedang dan 30 subjek kelompok aktivitas fisik intensitas ringan.

4

Page 5: Artikel

Berdasarkan jenis kelamin, angka kejadian konstipasi tertinggi terjadi pada perempuan pada kelompok dengan aktivitas fisik intensitas berat (94.1%) dari total seluruh subjek perempuan dengan aktivitas fisik intensitas berat. Frekuensi Kejadian Konstipasi

Tabel 2 Frekuensi Kejadian Konstipasi

Intensitas Aktivitas FisikKejadian Konstipasi

n Skor KuisionerX±(SD)

Ringan 4 28.04 ± (1.371)Sedang 3 28.00 ± (4.356)Berat 26 28.25 ± (0.957)

Keterangan : n = Jumlah Total, X = Rata-rata

Frekuensi kejadian konstipasi paling tinggi tejadi pada subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat yaitu 26 subjek dengan rata-rata skor kuisioner sebesar 28.25 ± (0.957), diikuti dengan subjek dengan aktivitas fisik intensitas ringan yaitu 4 subjek dengan rata-rata skor kuisioner sebesar 28.04 ± (1.371) dan subjek dengan aktivitas sedang yaitu 3 subjek dengan rata-rata skor kuisioner sebesar 28.00 ± (4.356).

Hubungan Intensitas Aktivitas Fisik dengan Kejadian Konstipasi

Hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi dapat dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 3 Hubungan Intensitas Aktivitis Fisik dengan Kejadian Konstipasi Variabel Konstipasi Tidak Konstipasi P

n % n %

Aktivitas Tinggi 26 86.7 4 13.3 0.000Sedang 3 7.1 39 92.9Rendah 4 13.3 26 86.7

Keterangan : P-value < 0.05 sehingga uji bermakna pada intensitas aktivitas fisik

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi karena memiliki nilai P = 0.000 (P < 0.05), maka hasil yang diperoleh adalah signifikan.

Pada penelitian ini ditemukan lebih dari satu variabel yang bermakna yaitu aktivitas fisik dan jenis kelamin maka dilanjutkan dengan perhitungan uji regresi logistik untuk menentukan model dan mengetahui apakah diantara variabel-variabel tersebut terdapat hubungan.

Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa P < 0.05 untuk aktivitas fisik sehingga hasil untuk aktivitas fisik bermakna dan uji regresi logistik untuk jenis kelamin menunjukkan P > 0.05 maka hasilnya tidak bermakna.

Dari hasil uji regresi logistik untuk dua variable tersebut tidak mempengaruhi atau tidak berhubungan, atau dengan arti lain bahwa yang memiliki hubungan dengan konstipasi yaitu hanya aktivitas fisik sehingga didapatkan model regresi logistik untuk penelitian ini sebagai berikut :

5

Page 6: Artikel

Y = -1.872 + 4.437 (aktivitas fisik).

PEMBAHASANHasil penelitian ini apabila dilihat dari karakteristik subjek berdasarkan

jenis kelamin menunjukkan bahwa persentase paling tinggi kejadian konstipasi terjadi pada subjek perempuan dengan aktivitas fisik intensitas berat sebanyak 94.1% dari total seluruh seluruh perempuan dengan aktivitas fisik intensitas berat, diikuti subjek dengan aktivitas fisik intensitas ringan dan sedang.

Hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dari penelitian dan literatur terdahulu yang dilakukan oleh Heaton mengenai “Defecation frequency and timing, and stool form in the general population: a prospective study” dimana membahas mengenai pola bowel habit dan melihat tipe feses yang dihasilkan melalui kuisioner. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kebiasaan bowel habit kurang dari tiga kali dalam satu minggu terjadi lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan nilai P < 0.001.6 Hal tersebut terjadi karena pada perempuan tingkat stres lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan juga pengaruh hormon seksual wanita yang dapat mempengaruhi fungsi kolon yang mengakibatkan melambatnya transit feses dikolon sehingga dapat meningkatkan angka kejadian konstipasi pada perempuan.6

Mengenai frekuensi kejadian konstipasi, hasil yang didapatkan bahwa persentase kejadian konstipasi paling tinggi terjadi pada kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat sebesar 86.7% dibandingkan subjek dengan intensitas aktivitas fisik yang sedang dan ringan.

Hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian dan literatur terdahulu mengenai efek aktivitas fisik intensitas sedang pada bowel habit. Penelitian tersebut membahas subjek dengan latar belakang profesi berbeda yang diberi perlakuan berupa latihan-latihan fisik dan diberikan makan-makanan yang sama pada semua subjek dan dilihat peristaltik usus menggunakan Xray. Subjek yang melakukan latihan fisik intensitas sedang yaitu riding dan running yang diselingi dengan istirahat. Subjek dengan latihan fisik intensitas berat melakukan riding dan running terus menerus tanpa adanya istirahat. Subjek dengan intensitas ringan tidak diberikan intervensi latihan fisik. Hasil menunjukkan subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang mengalami transit kimus dalam batas normal secara bermakna (P < 0.05). Hal tersebut menunjukkan intensitas sedang berpengaruh baik terhadap pola bowel habit dibandingkan aktivitas fisik intensitas berat dan ringan. 13

Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa kelompok dengan aktivitas fisik intensitas berat cenderung memiliki peluang terjadinya konstipasi lebih besar dibandingkan kelompok dengan intensitas sedang dan ringan. Literatur menyebutkan dengan latihan yang terus menerus dapat menurunkan gerakan peristaltik usus. Hal ini disebabkan pada saat aktivitas fisik dilakukan akan merangsang medula adrenal mengeluarkan epinephrine maupun norepinephrin yang dapat meningkatkan kerja saraf simpatis. Peningkatan kerja saraf simpatis ini akan menurunkan kontraksi peristaltik dan meningkatkan proses absorbsi air di usus besar sehingga menghambat pola defekasi.26 Berdasarkan hal tersebut dapat meningkatkan kejadian konstipasi pada kelompok subjek yang lebih sering

6

Page 7: Artikel

melakukan aktivitas fisik intensitas berat dibandingkan subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang dan ringan.

Analisis hubungan intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi secara statistik menggunakan interval kepercayaan sebesar 95% dengan P-value < 0.05 menunjukkan bahwa terdapat hasil yang bermakna dimana terdapat hubungan intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi. Maka pada penelitian ini dapat dilihat bahwa kejadian konstipasi terjadi lebih tinggi pada kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat dibandingkan dengan kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang dan ringan.

Efek dari perbedaan biomekanika gerak yang dilakukan subjek dapat mempengaruhi gerakan peristatik yang dihasilkan. Pada subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat yaitu pada atlet Polo Air, cenderung melakukan gerakan-gerakan yang mengandalkan kekuatan otot kaki, paha, bokong dan tangan dibandingkan otot-otot perut, contohnya pada gerakan water treading, shooting dan jumping . Saat atlet berlatih dan bertanding dapat meningkatkan pengeluaran adrenalin yang dapat mempengaruhi saraf simpatis maka dapat menurunkan kerja peristaltik usus. Sehingga disamping pengaruh saraf otonom juga pengaruh gerakan-gerakan otot yang digunakan pada latihannya yang menyebabkan angka kejadian konstipasi lebih tinggi pada aktivitas intensitas berat yang dilakukan atlet Polo Air.22

Pada member fitness yang memiliki aktivitas fisik intensitas sedang, subjek melakukan latihan pada seluruh bagian-bagian khusus tubuhnya. Pada latihan rutin juga terdapat gerakan-gerakan yang melatih otot perut contohnya pada gerakan match Sit Up, crunches, incline leg raises dan broomstick twist. Sehingga dengan dilakukannya gerakan-gerakan yang mengandalkan kekuatan otot-otot perut dapat mempengaruhi dan meningkatkan kekuatan gerakan-gerakan peristaltik usus. Dari hasil tersebut dapat menjelaskan mengapa angka kejadian konstipasi paling kecil terjadi pada subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang yang dilakukan member Fitnes PT. Bikasoga Bandung.22

Subjek dengan aktivitas fisik intensitas ringan yang tidak melakukan latihan fisik, menyebabkan otot-otot perutnya belum terbiasa terlatih tidak seperti pada subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat dan sedang. Subjek dengan aktivitas fisik intensitas ringan memiliki persentase kejadian konstipasi lebih tinggi dibandingkan subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang.

Keterbatasan Penelitian Pada penelitian sebelumnya peneliti memberikan intervensi selain dengan gerakan-gerakan latihan khusus, peneliti mengatur pola makan dari subjeknya yaitu dengan memberikan makanan dengan nilai karbohidrat, protein, vitamin dan serat yang sama pada semua subjeknya. Intervensi pemberian makanan yang sama ini, tidak dilakukan pada penelitian yang dilakukan saat ini sesuai dengan literatur.

Hal yang mempengaruhi konstipasi tidak hanya pola makanan melainkan tingkat stress pada subjek. Tingkat stres subjek pada penelitian ini tidak diukur.

SIMPULAN DAN SARAN

7

Page 8: Artikel

Berdasarkan uraian dalam hasi dan pembahasan mengenai hubungan intensitas aktivitas fisik denga kejadian konstipasi dapat disimpukan bahwa :1. Persentase kejadian konstipasi lebih tinggi pada kelompok subjek dengan

aktivitas fisik intensitas berat dibandingkan kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas sedang dan ringan. Angka persentase kejadian konstipasi pada kelompok subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat yaitu sebesar 86.7% dari total subjek dengan aktivitas fisik intensitas berat.

2. Terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi.

Peneliti memberikan saran untuk mencegah dan mengurangi angka kejadia konstipasi berupa :1. Sosialisasi mengenai dampak olahraga terhadap saluran cerna dan peningkatan

kualitas sarana olah raga perlu dilakukan.2. Frekuensi olahraga yang ideal yaitu dilakukan tiga kali dalam seminggu terdiri

dari pemanasan, latihan inti dan pendinginan dengan intensitas sedang atau olah raga yang diselingi dengan adanya istirahat beberapa menit sehingga dapat membatu memperbaiki pola bowel habit yang kurang lancar.

3. Pengarahan dan penyuluhan mengenai bahaya konstipasi perlu dilakukan agar masyarakat tahu mengenai bahaya-bahaya dan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari konstipasi.

Ucapan TerimakasihTerimakasih kepada Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI)

khususnya cabang olahraga Polo Air Jawa Barat, bapak Irsan Sutedja selaku sekretaris PRSI provinsi Jawa Barat, bapak BudimanUsman, SE., MM selaku direktur PT. Bikasoga Bandung, bapak Amri Abdilah sebagai coordinator Fitnes divisi GPS dan semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan memberikan akses untuk mengerjakan studi ini.

Pertimbangan Masalah EtikPenelitian ini telah mendapatkan izin baik dari pihak PRSI cabang

olahraga Polo Air Jawa Barat, anggota member fitness center PT. Bikasoga Bandung dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat ke-4. Semua data yang didapatkan dari penelitian ini tidak disebarkan dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Novita AI. Prinsip Dasar Program Olahraga Kesehatan. In: Rekreasi JPKd, editor. Yogyakarta. p. 1-11.

2. Jette M, Sidney K, Blumchent G. Metabolic Equivalents (METS) in Exercise Testing, Exercise Prescription, and Evaluation of Functional Capacity. Clin Cardiol. 1990;13:555-65.

8

Page 9: Artikel

3. Purba A. Pengukuran Komponen Kebugaran Jasmani: Bagian Ilmu Faal/Faal Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran; 2009.

4. NIDDK. Physical Activity and Weight Control. In: Service USH, editor. Amerika: NIH; 2010. p. 1-8.

5. Foss ML, Keteyian SJ. Physiological Basis for Exercise and Sport. 6th ed: McGraw-Hill; 1998.

6. Heaton KW, Radvan J, Cripps H, Mountford RA, Braddon FEM, Hughes A. Defecation frequency and timing, and stool form in the general population: a prospective study. gut. 1992;33:818-24.

7. Croffie JM. Constipation In Children. Indian J Pediatr. 2006;73:697-702.

8. NIDDK. Constipation. In: service HaH, editor. Amerika: NIH; 2007. p. 1-12.

9. Research CAa. Cancer. In: Authority. BAAotPHS, editor. Amerika.

10. Wald, Arnold, Kamm, Michael, Lissner M, Stefan, et al. An International Survey of Community Prevalence of Constipation and Laxative Use in Adults. Ingelhaim, madison, harrow, berlin, parma; 2008.

11. Society AC. Colorectal Cancer. In: society AC, editor. Amerika2012. p. 1-84.

12. Pham NM, Mizoue T, Tanaka K, Tsuji I, Tamakoshi A, Matsuo K, et al. Physical Activity and Colorectal Cancer Risk: An Evaluation Based on a Systematic Review of Epidemiologic Evidence Among the Japanese Population. JJCO. 2011:1-12.

13. Oettle GJ. Effect of moderate exercise on bowel habit. nejm. 1991;32:941-4.

14. Guyton AC, Hall JE. Text Book of Medical Physiology. 11th ed. Mississippi2006.

9

Page 10: Artikel

15. Budiarto. Pemanasan Faal Tubuh untuk Berolahraga. 2009:43-7.

16. Peter V. Karpovich MD, Ph.D GJH. Effect Of Warming-Up Upon Physical Performance. JAMA. 1956;162:1117-9.

17. Feigenbaum MS, Pollock ML. Prescription of resistance training for health and disease1999.

18. Balsom PD, Seger JY, Sjgdin B, Ekblom B. Physiological responses to maximal intensity intermittent exercise. Eur J Appl Physiol. 1992;65 144-9.

19. Yusuf U, Mulyana B, Sunaryadi Y. Biomekanika Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia; 2007.

20. Polo UW. FINA / USA WATER POLO RULES. FINA; 2009.

21. Lozovina V, Pavi L, Lozovina M. Analysis of Indicators of Load During the Game in Activity of the Second Line Attacker in Water Polo. Coll Antropol. 2003;1:343–50.

22. Harsono. Latihan Kondisi Fisik. Bandung; 2001.

23. Delavier F. Strength Training Anatomy: vigot-23; 2001.

24. Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. Diagnosis & Treatment Gastroenterology. International ed: McGraw-Hill; 2003.

25. Moore KL, Dalley AF, Argur AMR. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2010.

26. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed: john wiley & sons; 2009.

10