artikel
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR MALAM DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENGURUS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
PERIODE 2012-2013
Sultan Buraena, Kharisma A. Akhmad
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu,
secara global. Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan tekanan darah pada dewasa. Untuk itu
ingin dicari tahu apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pengurus
badan eksekutif mahasiswa fakultas kedokteran unhas periode 2012-2013. Desain : Rancangan
penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Metode
: Metode pengambilan sampel adalah dengan simple random sampling dengan sampel sebanyak 67
orang mahasiswa yang berusia antara 18-22 tahun. Untuk menilai kualitas tidur, seluruh responden
dibagikan kuisioner untuk dijawab. Pemeriksaan tekanan darah sebanyak 1 kali. Pemeriksaan tekanan
darah responden menggunakan sphygmomanometer (riester) dan stetoskop littman. Dari kuisioner
yang dibagikan, dihitung jumlah skor setiap sampel. Dikatakan kualitas tidur baik bila skornya ≤ 5
dan kualitas tidur buruk bila skornya > 5. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu 59,70% dan kualitas tidur yang baik yaitu
40,29%. Dari hasil penelitian terhadap 67 orang pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas
Kedokteran Unhas Makassar periode 2012-2013, didapatkan peningkatan tekanan sistolik pada 23
orang responden (34,33%) dan didapatkan peningkatan tekanan diastolik pada 31 orang responden
(46,27%). Dalam penelitian ini didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan tekanan darah sistolik dengan nilai (p= 0,92). Dalam
penelitian ini juga didapatkan hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur yang
buruk dengan peningkatan tekanan darah diastolik dengan nilai (p=1). Kesimpulan : Tidak terdapat
hubungan yang bermakna rerata tekanan darah yang kualitas tidurnya baik maupun buruk pada
pengurus badan eksekutif mahasiswa fakultas kedokteran unhas periode 2012-2013.
Pendahuluan
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil
kontraksi ventrikel kiri dan resistensi dari
arteri dan arterial. Tekanan darah itu sendiri
terdiri dari tekanan darah sitolik dan tekanan
darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi
saat jantung memompakan darah ke sirkulasi
sistemik, sedangkan tekanan darah diastolik
2
terjadi saat pengisian darah ke jantung. Selisih
antara tekanan darah Sistolik (TDS) dan
tekanan darah diastolik (TDD), disebut
tekanan nadi. Tekanan darah dikontrol oleh
cardiac output (CO), dan resistensi perifer
total, serta bergantung kepada jantung,
pembuluh darah, volume cairan ekstraseluler,
ginjal, sistem saraf, dan faktor humoral. CO
ditentukan oleh stroke volume (isi sekuncup)
dan frekuensi denyut jantung (heart rate).
Resistensi perifer total diatur oleh suatu
mekanisme interaktif yang kompleks, meliputi
aktifitas baroreseptor dan sistem saraf
simpatis, respons terhadap substansi
neurohumoral dan faktor-faktor endotel,
respons miogenik dan proses interseluler.
Etiologi hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi Primer yakni hipertensi
yang penyebabnya tidak diketahui langsung
sedangkan hipertensi sekunder yakni
hipertensi yang penyebabnya dapat
diidentifikasi.
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan
bawah sadar dimana orang tersebut dapat
dibangunkan dengan pemberian rangsang
sensorik maupun dengan rangsang lainnya.
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh
berdasarkan atas kemauan serta kesadaran dan
secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang
akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga
digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang
ditandai dengan karakteristik pengurangan
gerakan tetapi bersifat reversible terhadap
rangsangan dari luar.
Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana
tidur yang dijalani seorang individu
menghasilkan kesegaran dan kebugaran di saat
terbangun. Adapun aspek-aspek kualitas tidur
yakni nyenyak selama tidur, waktu tidur
minimal 6 jam dalam sehari, tidur lebih awal
dan bangun lebih pagi, merasa segar setelah
terbangun tidur dan tidak mengalami mimpi
buruk.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini yakni penelitian analitik
dengan desain cross sectional. Dengan sekali
pengamatan pada waktu tertentu, akan
menganalisa bagaimana hubungan antara
kualitas tidur dan tekanan darah pada pengurus
badan eksekutif mahasiswa fakultas
kedokteran unhas periode 2012-2013.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tempat : Fakultas Kedokteran UH
Waktu : 22-26 April 2013
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa fakultas Kedokteran
Unhas Makassar periode 2012-2013.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa fakultas Kedokteran
Unhas Makassar periode 2012-2013
dan bersedia menjadi sampel dalam
penelitian
c. Teknik Sampling
3
Teknik Sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah total
sampling.
Manajemen Data
a. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah
meminta perizinan dari pihak
pemerintah dan pihak fakultas. Setelah
itu peneliti mewawancarai responden
mengenai kriteria inklusi dan
ekslusinya. Semua responden yang
termasuk dalam kriteria inklusi akan
diberikan kuisoner untuk menjawab
kualitas tidur yang dimilikinya.
Setelah itu responden mengembalikan
kuisoner yang telah dijawab kepada
peneliti. Untuk penilaian tekanan
darah diukur dengan menggunakan
sphygmomanometer (Riester) dan
stetoskop Litman, Tekanan darah
dilakukan saat itu juga setelah
responden mengembalikan kuisoner
pada peneliti. Apabila responden
termasuk dalam kriteria ekslusi, maka
responden itu tidak diteliti.
b. Pengolahan dan Penyajian Data
Pada awalnya peneliti melakukan
teknik simple frame untuk mengambil
besar sampel, lalu dari hasil sampel
yang didapatkan maka peneliti akan
membagikan kuisioner untuk variabel
kualitas tidur. Setelah itu responden
mengembalikan kuisoner tersebut
kepada peneliti, peneliti lalu
memeriksa kelengkapan dan
ketepatannya. Saat bersamaan
dilakukan pengukuran tekanan darah
responden. Kemudian data yang telah
lengkap dan tepat diberi tanda secara
manual sebelum diolah di komputer.
Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, sedangkan
hubungan antara variabel kualitas tidur
dengan tekanan darah akan dianalisis
menggunakan uji statistik “T-
Independent”. Dan apabila hasil
distribusi data tidak normal, maka
dapat digunakan uji alternatif untuk T-
Independent yakni Uji Man Whitney
U untuk membandingkan dua kategori
variabel yang tidak normal. Analisis
statistik akan dilakukan dengan
bantuan computer (program SPSS
17,0)
Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
yang bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang hubungan antara kualitas tidur dan
tekanan darah pada pengurus badan eksekutif
mahasiswa fakultas kedokteran unhas periode
2012-2013.
Dari hasil penelitian yang telah kami lakukan,
maka kami dapatkan data karakteristik subjek
penelitian berdasarkan umur, jenis kelamin,
berat badan dan riwayat keluarga.
Tabel 5.3. Karakteristik Individu
Tabel 5.3.1 Distribusi frekuensi dan
persentase karakteristik pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa fakultas Kedokteran
Unhas Makassar periode 2012-2013
berdasarkan umur, jenis kelamin, berat
4
badan dan riwayat keluarga dengan
sebanyak 67 mahasiswa.
Karakteristik responden dapat dilihat
pada tabel 5.3.1. Dalam tabel tersebut
digambarkan jumlah responden yakni 67
mahasiswa. Bila dilihat dari karakteriistik
umurnya dapat digolongkan, umur 18 tahun
sebanyak 2 mahasiswa (2,98%), berumur 19
tahun sebanyak 20 mahasiswa (29,85%),
berumur 20 tahun sebanyak 32 mahasiswa
(47,76%), berumur 21 tahun sebanyak 9
mahasiswa (13,43%) dan yang berumur 22
tahun sebanyak 4 mahasiswa (5,97%). Jumlah
laki-laki sebanyak 28 mahasiswa dan
perempuan sebanyak 39 mahasiswa.
Karakteristik responden berdasarkan berat
badan dapat digambarkan yakni, <40 kg
sebanyak 4 mahasiswa (0,05%), berat badan
41-60 kg sebanyak 32 mahasiswa (47,76%),
berat badan 61-80 kg sebanyak 22 mahasiswa
(32,83%) dan berat badan 81-100 kg sebanyak
9 mahasiswa (13,43%). Karakteristik
responden berdasarkan riwayat keluarga
hipertensi yakni terdapat 19 mahasiswa
(28,35%) yang mengalami riwayat keluarga
dan sebanyak 48 mahasiswa (71,64%) tidak
ada riwayat dalam keluarganya hipertensi.
Tabel 5.3.2 Gambaran Kualitas Tidur
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa
fakultas Kedokteran Unhas Makassar
periode 2012-2013.
Kategori Frekuensi Persentase
Baik 27 40,29 %
Buruk 40 59,70 %
Sumber :Data Primer
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
dari sebagian besar mahasiswa memiliki
kualitas tidur yang tergolong dalam kategori
buruk yaitu 59,70%.
Tabel 5.3.3 Distribusi Frekuensi Tekanan
Sistolik
Sumber :Data Primer
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa fakultas Kedokteran Unhas
Makassar periode 2012-2013 memiliki tekanan
sistolik dalam kategori yang normal yaitu
65,67%.
KARAKTERISTIK INDIVIDU
UMUR
18 Tahun 2 2,98%
19 Tahun 20 29,85%
20 Tahun 32 47,76%
21 Tahun 9 13,43%
22 Tahun 4 5,97%
JENIS
KELAMIN
Laki-Laki 28 41,79%
Perempuan 39 58,20%
BERAT BADAN
< 40 Kg 4 0,05%
41-60 Kg 32 47,76%
61-80 Kg 22 32,83%
81-100 Kg 9 13,43%
>100 Kg 0 0,00%
RIWAYAT
KELUARGA
HIPERTENSI
Ada 19 28,35%
Tidakada 48 71,64%
Kategori Frekuensi Persentase
Pre hipertensi 23 34,33 %
Normotensi 44 65,67 %
5
Tabel 5.3.4 Distribusi Frekuensi Tekanan
Diastolik
Kategori Frekuensi Persentase
Pre hipertensi 31 46,27 %
Normotensi 36 53,73 %
Sumber :Data Primer
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar pengurus Badan Eksekutif
Mahasiswa fakultas Kedokteran Unhas
Makassar periode 2012-2013 memiliki tekanan
sistolik dalam kategori yang normal yaitu
53,73%.
5.4 Hasil Analisis Data
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan
kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan
tekanan sistolik, digunakan alternatif uji yates
correction karena tidak memenuhi syarat
untuk dilakukan uji chi square,begitu pula
untuk mengetahui adanya hubungan kualitas
tidur yang buruk dengan peningkatan tekanan
diastolic digunakan uji yates correction. Hasil
uji statistik seperti tertera pada tabel berikut.
Tabel 5.4.1 Hasil uji statistik hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah
sistolik
Kualit
as
tidur
Tek. Sistolik
p O
R
Pre
hiperten
si
Normoten
si
N % N %
Buruk
1
5 37,5 25 62,5
0,9
2 1,2
Baik 9
33,3
3 18
66,6
7
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden memiliki kualitas
tidur yang termasuk dalam kategori buruk,
dimana 62,5% responden memiliki tekanan
darah sistolik dengan kategori normal dan
37,5% responden memiliki tekanan darah
sistolik dengan kategori pre hipertensi. Pada
responden yang memiliki kualitas tidur yang
baik, 66,67% memiliki tekanan darah sistolik
dengan kategori normal, 33,33% memiliki
tekanan darah sistolik dengan kategori
prehipertensi. Hasil analisis uji statistik yaitu
uji yates correction menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan
tekanan darah sistolik (p = 0,92).
Tabel 5.4.2 Hasil uji statistik hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah
diastolik
Kualitas tidur
Tek. Diastolik
p OR Pre
hipertensi Normotensi
N % N %
Buruk 19 47,5 21 52,5 1 0,9
Baik 13 48,14 14 51,85
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden memiliki kualitas
tidur yang termasuk dalam kategori buruk,
dimana 52,5% responden memiliki tekanan
darah diastolik dengan kategori normal dan
47,5% responden
memiliki tekanan darah diastolik dengan
kategori pre hipertensi. Pada responden
yang memiliki kualitas tidur yang baik,
51,85% memiliki tekanan darah diastolik
6
dengan kategori normal, 48,14%
memiliki tekanan darah diastolik dengan
kategori prehipertensi. Hasil analisis uji
statistik yaitu uji yates correction
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara kualitas tidur yang buruk
dengan peningkatan tekanan darah diastolik (p
= 1).
Tabel 5.4.3 Hasil uji statistik hubungan
lama tidur dengan tekanan darah sistolik
Lama
Tidur
Tek. Sistolik
p OR Pre
hipertensi Normotensi
N % N %
Cukup 11 34,37 21 65,62
1 0,8 Tidak
Cukup 13 37,14 22 62,85
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden memiliki lama tidur
yang termasuk dalam kategori tidak cukup,
dimana 62,85% responden memiliki tekanan
darah sistolik dengan kategori normal dan
37,14% responden memiliki tekanan darah
sistolik dengan kategori pre hipertensi. Pada
responden yang memiliki lama tidur yang
cukup, 65,62% memiliki tekanan darah sistolik
dengan kategori normal, 34,37% memiliki
tekanan darah sistolik dengan kategori
prehipertensi. Hasil analisis uji statistik yaitu
uji yates correction menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lama
tidur yang tidak cukup dengan peningkatan
tekanan darah sistolik (p = 1).
Tabel 5.4.4 Hasil uji statistik hubungan
lama tidur dengan tekanan darah diastolik
Lama
Tidur
Tek. Diastolik
p OR Pre
hipertensi Normotensi
N % N %
Cukup 16 50 16 50
0,9 1,1 Tidak
Cukup 16 45,71 19 54,28
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden memiliki lama tidur
yang termasuk dalam kategori tidak cukup,
dimana 54,28% responden memiliki tekanan
darah diastolik dengan kategori normal dan
45,71% responden
memiliki tekanan darah diastolik dengan
kategori pre hipertensi. Pada responden
yang memiliki lama tidur yang cukup, 50%
memiliki tekanan darah sistolik dengan
kategori normal, 50% memiliki tekanan darah
sistolik dengan kategori
prehipertensi. Hasil analisis uji statistik yaitu
uji yates correction menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lama
tidur yang tidak cukup dengan peningkatan
tekanan darah diastolik (p = 0,9).
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlah responden yang memiliki kualitas tidur
yang buruk yaitu 59,70% dan kualitas tidur
yang baik yaitu 40,29%. Kualitas tidur yang
buruk pada responden dalam penelitian ini
diduga akibat kesibukan kuliah akademis dan
non akademis yang padat serta tugas-tugas
yang dapat menyita waktu tidur. Selain itu,
adanya faktor-faktor sosial , seperti akses
7
internet, peralatan elektronik di kamar tidur
seperti televisi, gadget, peningkatan konsumsi
kafein dan faktor-faktor stres dapat
mengakibatkan buruknya kualitas tidur. Selain
faktor ansietas, depresi dan stress terdapat
faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas
tidur seseorang, seperti penyakit, lingkungan,
kelelahan, stimulan, alkohol, merokok, dan
motivasi. Oleh karena itu perlu penelitian lebih
lanjut untuk memastikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kualitas tidur di kalangan
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas
Kedokteran Unhas Makassar periode 2012-
2013.
Dari hasil penelitian terhadap 67 orang
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas
Kedokteran Unhas Makassar periode 2012-
2013, didapatkan peningkatan tekanan sistolik
pada 23 orang responden (34,33%) dan
didapatkan peningkatan tekanan diastolik pada
31 orang responden (46,27%). Berdasarkan
penelitian Angkat (2009), dari keseluruhan
responden yang berjumlah 287 orang
didapatkan responden yang mengalami
peningkatan sistolik sebanyak 28 orang (9.8%)
dan peningkatan diastolik sebanyak 20 orang
(7.0%). Berdasarkan data di atas, penyebab
peningkatan tekanan darah tidak diketahui
secara pasti. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa hipertensi esensial
tercatat lebih dari 80% sebagai penyebab
hipertensi pada remaja dengan rentang usia 13-
18 tahun. Tingginya tuntutan kerja atau beban
akademis, serta stress yang ada diduga
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Terdapat faktor lain yang mempengaruhi
peningkatan tekanan darah, diantaranya yaitu
peningkatan intake sodium, stres, faktor
genetik, obesitas, kerusakan endotelium.
Akibat kualitas tidur yang buruk dapat
meningkatkan stress yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
kualitas tidur yang buruk dengan peningkatan
tekanan darah sistolik dengan nilai (p= 0,92).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Angkat, dimana kualitas tidur yang buruk
tidak mempengaruhi peningkatan tekanan
darah sistolik. Hal ini dipengaruhi oleh
lamanya kualitas tidur yang buruk berlangsung
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tekanan darah. Bila kualitas tidur terganggu
secara terus menerus dapat menyebabkan
perubahan fisiologi tubuh yaitu peningkatan
aktivitas saraf simpatis sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Dalam penelitian ini juga didapatkan
hasil tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara kualitas tidur yang buruk dengan
peningkatan tekanan darah diastolik dengan
nilai (p=1).
Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah secara menetap lebih dari
120/80 mmhg. JNC VII (The Joint National
Committe) VII dan ESH (the European
Society of Hypertension) tahun 2007 telah
mengklasifikan stage hipertensi. Dimana
dikatakan normal apabila tekanan darah
kurang dan sama dengan 120/80 mmhg.
Prehipertensi bila 120-139 mmhg/80-89
mmhg. Hipertensi stage 1 bila 140-159
mmhg/90-99 mmhg dan Hipertensi stage 2 bila
tekanan darah lebih dan sam dengan 160/100
8
mmhg(10)
. Bila dibandingkan dengan penelitian
javaheri(3)
pada 238 responden, yang memiliki
kualitas tidur yang buruk sebanyak 61 orang
(25,6 %) dan kualitas tidur yang baik sebanyak
177 orang (74,4 %). Artinya jumlah responden
yang memiliki kualitas tidur yang buruk pada
penelitian ini lebih banyak daripada penelitian
javaheri(3)
.
Dari seluruh sampel yang diambil di
fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin,
terdapat mahasiswa yang mengalami
peningkatan tekanan darah sistolik di atas 140
mmhg dan terdapat mahasiswa yang
mengalami peningkatan tekanan darah
diastolik di atas 100 mmhg. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Deshinta(16)
di SMA Negeri
1 Tanjung Morawa yakni dari 287 pelajar
berumur 15-17 tahun, didapatkan 2 pelajar
dengan tekanan darah sistolik di atas 140
mmhg dan 16 pelajar dengan tekanan darah
diastolik sama dengan atau di atas 90 mmhg.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa
tidak terdapat perbedaan kualitas tidur yang
baik maupun buruk dengan peningkatan
tekanan darah sistolik maupun diastolik.
Begitu pula dengan lama tidur yang cukup
dengan yang tidak cukup menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara lama
tidur yang cukup maupun yang tidak cukup
dengan peningkatan tekanan darah sistolik
maupun diastolik.
Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan didapatkan bahwa terdapat
40 mahasiswa (59,70%) dari 67
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa
fakultas Kedokteran Unhas Makassar
periode 2012-2013 yang mendapatkan
kualitas tidur yang buruk.
2. Tekanan darah sistolik rata-rata
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa
fakultas Kedokteran Unhas Makassar
periode 2012-2013 terdapat 65,67%
dengan kategori normal dan 34,33%
dengan kategori pre hipertensi.
3. Tekanan darah diastolic rata-rata
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa
fakultas Kedokteran Unhas Makassar
periode 2012-2013 terdapat 53,73%
dengan kategori normal dan 46,27%
dengan kategori pre hipertensi.
4. Hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara
kualitas tidur dengan peningkatan
tekanan darah sistolik maupun
diastolik pada pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa fakultas
Kedokteran Unhas Makassar periode
2012-2013.
Saran
Untuk penelitian lain yang ingin
membuat penelitian mengenai hal yang sama
dengan penelitian ini, maka disarankan untuk :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan menggunakan alat ukur
kualitas tidur yang lebih akurat,
misalnya dengan mengupayakan
kuesioner lain yang memiliki angka
reabilitas lebih besar. Atau kalau ingin
menggunakan kuesioner yang sama,
dapat dilakukan pemberitahuan
9
sebelumnya kepada responden untuk
mencatat kebiasan tidurnya selama
satu bulan. Setelah itu responden
diminta untuk mengisi kuesioner.
2. Memilih karakteristik responden yang
memiliki tingkat pendidikan lebih
tinggi, karena diharapkan responden
dapat menjawab kuesioner dengan
teliti dan sungguh-sungguh. Selain itu
responden yang memiliki tingkat
pendidikan lebih tinggi akan memiliki
aktivitas yang lebih padat, sehingga
akan sangat mempengaruhi kualitas
tidur mereka.
3. Dalam penelitian ini, pengukuran
tekanan darah dilakukan sebanyak 2
kali untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat mengenai tekanan darah
responden, perlu dilakukan
pengukuran tekanan darah lebih
banyak (berdasarkan penelitian
sebelumnya sebanyak 9 kali
pengukuran), aktivitas responden
sangat mempengaruhi ukuran tekanan
darah, maka perlu memperhatikan
aktivitasnya sebelum dilakukan
pengukuran.
4. Mengambil banyak data tambahan
sebagai karakteristik responden untuk
dicari hubungannya dengan tekanan
darah, misalnya tingkat sosioekonomi.
5. Kriteria inklusi dan eksklusi lebih
dipertajam untuk mengurangi
pengaruh variabel perancu pada
tekanan darah yang diukur. Serta
disarankan untuk melakukan penilaian
analisis tekanan darah dalam bentuk
kategori.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muchid Abdul dkk. Pharmaceutical
Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Jakarta. Departemen Kesehatan. 2006.
2. Hartono Bambang. Hypertensi the
Silent Killer. (Update on 2011)(cite at
Desember 19, 2012). Available from
http://www.inash.or.id
3. Javaheri Sogol et al. Sleep Quality and
Elevated Blood Pressure in
Adolescent. American Heart
Association inc. 2008.
4. Purwanto Setiyo. Mengatasi Insomnia
dengan Terapi Relaksasi. Surakarta.
Jurnal Kesehatan. 2008.
5. Guyton and Hall. Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. 2003
6. Arifin AR, Ratnawati dan Erlina
Burhan. Fisiologi Tidur dan
Pernafasan. Jakarta. FKUI. 2009
7. Japardi Iskandar. Gangguan Tidur.
Sumatra Utara. FK USU. 1996.
8. Nashori Fuad. Hubungan Antara
Kualitas Tidur Dengan Kendali Diri.
Yogyakarta. Fenomena. 2004.
9. Nashori Fuad dan Rochmy Diana.
Pengaruh Kualitas Tidur dan Kualitas
Mimpi antara Mahasiswa Laki-Laki
dan Mahasiswa Perempuan.
Yogyakarta. Jurnal Psikologi. 2005.
10. Dharmeizar. Hipertensi, Medicinus
Hypertension. Jakarta. Medicinus.
2012
10
11. Aiyuda Nurul. Pengaruh Kualitas
Tidur terhadap Prestasi Belajar. Riau.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim. 2010.
12. Redline Susan et al. Poor Teen Sleep
Habits, may Raise Blood Pressure
Lead to CVD. American Heart
Association inc. 2008.
13. Smyth Carole. The Pittsburgh Sleep
Quality Index. New York. Journal of
Applied Gerontology. 2012
14. Setiawan Nugraha. Penentuan Ukuran
Sampel Memakai Rumus Slovin dan
Tabel Krejcie Morgan. Padjadjaran.
Universitas Padjadjaran. 2007.
15. Sherwood, Lauralee. Fisiologi
manusia. edisi 2. ECG 1996. Pg.331-4